Anda di halaman 1dari 12

SETIAP ANAK ISTIMEWA

Sub 1 : Setiap Anak Menjadi Guru

A. Setiap murid menjadi penceramah

Seorang siswa yang pertama kali melaksanakan kegiatan Pengajian Tunas Mentari
atau kerap kali disebut PTM, banyak menunjukkan respon – respon yang unik. Saat di lokasi
beberapa ada yang tidak fokus setelah melihat lingkungan PTM. Misalnya saling bercanda,
mengagumi hal – hal yang baru mereka lihat dan masih begitu canggungnya berhadapan
dengan masyarakat umum. Tidak menunggu waktu lama, pertanyaan – pertanyaan yang
menggelitik secara spontan terlontarkan. Disinilah sebagai lembaga berperan membina
karakter insaniah sekaligus membentuk manusia seutuhnya. Dengan mengembangkan potensi
dalam diri siswa mampu berbicara secara mandiri dihadapan orang banyak. Hal ini dapat
diwujudkan dengan menjadikan siswa sebagai penceramah dalam pengajian. Pengembangan
karakter yang diperoleh anak dengan menjadikan mereka sebagai penceramah adalah religius,
tanggung jawab, disiplin, berani, mandiri, rasa ingin tahu, komunikatif, menghargai prestasi,
dan kerja keras.

Nilai religius merupakan salah satu nilai karakter yang dijadikan sebagai sikap dan
perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang dianut. Karakter religius ini
sanagt dibutuhkan siswa dalam menghadapi perubahan zaman dan degradasi moral seperti
saat ini. Dalam hal ini siswa diharapkan mampu berperilaku dengan ukuran baik buruk yang
sesuai dengan ketentuan agama. Anak yang memiliki karakter religius bagus maka akan
memiliki akhlak mulia. Penanaman nilai religius dalam Pengajian Tunas Mentari bersumber
dari siswa sebagai Ustadz atau Ustadzah yang menyampaikan ceramah, tentunya dengan
materi keagamaan yang bervariasi dan disampaikan oleh anak-anak sendiri. Mereka
diharapkan ketika menyampaikan ceramah tanpa melihat teks. Untuk melatih pemahaman
anak terhadap isi materi yang disampaikan.
Siswa membaca ayat suci Al – Qur’an dan sari tilawah

Penguatan pendididkan karakter di era sekarang merupakan hal yang penting untuk
dilakukan mengingat banyaknya perilaku menyimpang yang bertentangan dengan norma
kedisiplinan baik di kalangan anak-anak, remaja maupun orang tua.Salah satu nilai karakter
yang perlu dikembangkan adalah disiplin. Nilai karakter disiplin sangat penting dimiliki oleh
manusia agar tertanam kedisiplinan di dalam hidupnya. Nilai kedisiplinan yang diterapkan
antara lain sesuai dengan tata tertib dalam PTM, datang tepat waktu, tertib, mendengarkan
semua yang disampaikan teman atau guru, membuang sampah ditempat sampah, ijin ketika
akan melakukan sesuatu, mencatat dan mengumpulkan inti dari ceramah Ustadz atau
Ustadzah, tidak diperbolehkan mainan HP dan makan ketika kegiatan berlangsung.

B. Siap dipimpin, memimpin, dan dipimpin kembali

Di era globalisasi saat ini, masyarakat banyak menggunakan teknologi berbasis


digital aplikasi di dunia pendidikan. Kondisi ini akan membantu jalannya proses
pembelajaran dan juga bisa meningkatkan hasil kinerja. Semakin banyaknya pengguna
teknologi dalam dunia pendidikan akan mengakibatkan perubahan model pembelajaran.
Karena hal tersebut lebih efektif dan efisien, tanpa memerlukan banyak waktu dan tenaga.
Perkembangan media pembelajaran akan banyak inovasi seiring dengan adanya kemajuan
teknologi yang semakin pesat. Bahkan bisa disebut nantinya dengan Generasi Milenial.
Generasi Milenial yaitu generasi yang benar-benar sudah "melek" informasi melalui dunia
internet. Namun, banyak masyarakat yang memiliki pandangan bahwasannya calon generasi
milenial nanti akan mengadopsi atau bergaya dengan kehidupan sosial budaya barat.
Pergeseran nilai-nilai pada calon generasi penerus bisa terjadi. Maka dari itu, Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Muhadjir Effendy saat berkunjung ke SD
‘Aisyiyah 1 Nganjuk mengatakan, “Untuk mempersiapkan generasi milenial menghadapi
tantangan ke depan diperlukanlah pendidikan karakter yang ditanamkan dalam diri peserta
didik”.
Tugas guru di generasi milenial semakin berat. Guru dituntut tidak hanya
mempersiapkan segala administrasi kelas yang begitu banyak. Namun guru dituntut juga
memiliki kemampuan beradaptasi yang tinggi, berpikir jauh ke depan, bahkan melampaui
teknologi sekarang ini. Dengan menerapkan PTM, siswa akan menjadi pemimpin. Mereka
dapat secara bergantian belajar memimpin teman – temannya untuk kemandirian mereka.
Siswa yang tidak bertugas untuk memimpin, mereka harus siap dipimpin oleh temannya.
Bersikap tertib dan bersedia untuk mendengarkan teman yang memimpin mereka. Begitu
pula pada kegiatan berikutnya, siswa akan harus siap dipimpin kembali dengan pemimpin
yang selalu berbeda. Maka dengan PTM dapat mempersiapkan siswa sebagai manusia
seutuhnya dan siap bersikap baik di tengah masyarakat umum.
Untuk itu di SD 'Aisyiyah 1 Nganjuk sudah memiliki salah satu program model
pembelajaran berbasis Islami yang disebut dengan Pengajian Tunas Mentari (PTM).
Program ini selain sebagai progran dakwah, akan tetapi jauh dari pandangan sekarang. PTM
ini akan menjadi bekal peserta didik dalam menghadapi generasi milenial ke depan. Setiap
peserta didik dibekali ilmu agama yang kuat dalam setiap penyampaian tausiyah setiap
ahadnya. Peserta didik juga mempertanggungjawabkan segala tugasnya, karena semua itu
dimulai dari hal yang kecil terlebih dahulu. Peserta didik akan mendapatkan ilmu yang
belum pernah didapatkan di sekolah lain yaitu keberanian berbicara di depan kalayak ramai
atau masyarakat dalam berpendapat dan menerima pendapat dari orang lain. Dan juga
memunculkan ide-ide kreatif serta inovatif untuk menuju generasi milenial yang berpegang
teguh sesuai pendidikan karakter bangsa Indonesia.

C. Siap dikritik
Pengajian Tunas Mentari atau selanjutnya disebut PTM menjadi salah satu
kegiatan unggulan SD Aisyiyah 1 Nganjuk. Sesuai dengan namanya bentuk kegiatan
adalah berupa pengajian anak-anak. Peran petugas dalam kegiatan ini terdiri dari
peran sebagai Master of Ceremony (MC) atau pembawa acara, peran ustadz/ustadzah,
qori’/qoriah, petugas resume, petugas refleksi kegiatan, petugas absensi dan notula,
dan peserta. Bapak/ibu guru berperan mendampingi, mengarahkan dan membimbing
kegiatan. Tempat pelaksaan kegiatan dijadwalkan di rumah siswa. Guru kelas
mengkoordinasikan persiapan awal mengenai tempat PTM dengan membuat jadwal
satu tahun di kelas 5 dilaksanakan setiap 2 minggu sekali. Dan dilanjutkan di kelas 6
dilaksanakan setiap satu bulan sekali. Peran petugas juga sudah dijadwalkan dan
disosialisasikan kepada siswa Pembuatan undangan dan distribusinya juga dilakukan
siswa sendiri yang ditunjuk sebagai tim pelaksana kegiatan. Susunan kegiatan PTM
yang dibawakan oleh pembawa acara (MC) adalah sebagai berikut:

1. Pembukaan
2. Pembacaan Kalam Ilahi dan sari tilawah
3. Tausiyah
4. Resume
5. Refleksi siswa
6. Sambutan kepala sekolah
7. Sambutan shohibul bait
8. Tanya jawab (dipandu guru)
9. Penutup
Sub 2 : Setiap Anak Berdakwah Luar Sekolah

Sekolah dasar (disingkat SD; dalam bahasa Bahasa Inggris ; Elementary School atau
Primary School) adalah jenjang paling dasar pada pendidikan formal di Indonesia. Sekolah
Dasar ditempuh dalam waktu 6 tahun. Kurun waktu yang lama menjadikan masa pendidikan
di SD berbeda dengan masa pendidikan sekolah lanjutan (SMP/SMA: 3 tahun). Kurun waktu
tersebut menginspirasi Bapak Aris Nasution, S.E, M.Pd (Saat menjabat sebagai kepala SD
‘Aisyiyah 1 Nganjuk) untuk memunculkan kegiatan yang memperkaya kesan anak didik
menikmati masa pendidikan di SD. Pada tahun 2006 kepala sekolah menggagas sebuah
kegiatan yang mewadahi komunikasi dan silaturahim di antara siswa, guru, dan orangtua.
Kegiatan juga dimaksudkan untuk pengenalan nilai-nilai aqidah, ibadah, dan akhlak.
Menambah wawasan mengenai pendidikan agama Islam. Sasaran kegiatan adalah kelas 5 dan
6. Harapan dari hasil kegiatan ini adalah meningkatkan kerukunan, persahabatan, dan
komunikasi yang baik di antara siswa, guru, dan wali atau orangtua siswa.

Kebersamaan bersama siswa, guru dan keluarga Tuan Rumah

Pembiasaan silaturahim sejak dini penting mengingat era 4.0 dunia menjadi sangat
sempit. Individualisme merasuk hampir seluruh lapisan masyarakat. Kegiatan ini
menumbuhkan siswa peduli dengan kondisi teman, saudara, dan lingkungannya. Kemasan
kegiatan adalah berupa pengajian yang melibatkan seluruh siswa menjadi subyek sekaligus
obyek pelaksana. Selanjutnya kegiatan tersebut diberi nama Pengajian Tunas Mentari
(PTM). Tali silaturahmi antar masyarakat juga akan terjalin dengan seiring jalannya waktu.
Sehingga kemungkinan kecil pergeseran nilai-nilai sosial ketimuran tidak akan terjadi.
Sebagai guru yang bergelut di dunia pendidikan di zaman sekarang banyak tantangan dari
segala sisi. Namun model pembelajaran seperti PTM ini bisa memunculkan dan mencetak
generasi yang siap dalam menghadapi tantangan baru. Kegiatan ini juga mengembangkan
seluruh potensi anak dalam rangka mewujudkan pendidikan seutuhnya sehingga terbangun
generasi ideal masa depan sesuai visi-misi sekolah.

A. Dakwah Kultural dengan strategi Home visit

Penerapan dan praktik jauh lebih penting daripada hanya penjelasan kata-kata. Hal
tersebut terbukti dengan adanya pelaksanaan kegiatan PTM. Pengajian merupakan salah satu
bentuk dakwah yang di dalamnya tidak lepas dari usaha penyampaian ajaran-ajaran agama
Islam, seperti muamalah, aqidah akhlak, tauhid dan masih banyak lagi. Pengajian tidak hanya
dilakukan oleh orang tua atau dewasa, namun kalangan anak-anak pun sangat diutamakan.
Selain itu pengajian juga tidak hanya bertempat di masjid. Pelaksanaan Pengajian Tunas
Mentari ini bergilir di rumah siswa.

Siswa sedang menyampaikan pidato


Sebagai kader ‘Aisyiyah yang berjuang di lembaga atau amal usaha muhammadiyah, penting
untuk selalu berdakwah. Dakwah islam muhammadiyah dapat dilakukan dengan berbagai
cara. Seperti dakwah kultural, dimana sasaran dakwah tidak hanya berkutat di dalam gedung
amal usaha muhammadiyah/ ‘Aisyiyah. Namun, SD ‘Aisyiyah sebagai lembaga pendidikan
perlu bergerilya ke tempat yang didalamnya terdapat sekelompok masyarakat. Dakwah
kultural dipahami sebagai komunikasi dan konvensional. Yang pertama, yaitu
menyampaikan ajaran islam melalui ceramah, khutbah, dialog interaktif, dan kegiatan tabligh
lainnya. Metode ini sudah berlangsung lama dan masih terus digunakan sampai saat ini.
Kedua, sebagai proses interaksi nilai dan saling mempengaruhi dalam memahami terjadinya
perubahan pemahaman, keimanan dan pengamalan islam secara individual; serta perubahan
struktur norma kehidupan menuju masyarakat madani secara sosial.1

B. Syiar ‘Aisyiyah Muhammadiyah

Pengajian Tunas Mentari di SD ‘Aisyiyah 1 Nganjuk, sudah diterapkan sejak lama.


Didalamnya terdapat metode ceramah atau khutbah dan dialog interaktif. Disini sebagai
pelaku adalah anak – anak kelas 5 dan 6. Ada beberapa guru sebagai pendamping mereka.
Masing – masing kelas 5 dan 6 terdapat 3 – 4 ruang kelas pararel. Dimana pengajian ini
dilaksanakan oleh ruang kelas masing – masing di rumah salah satu siswa secara bergiliran.
Manfaat - manfaat yang di peroleh dari kegiatan ini adalah:

1) Bagi Siswa
 Anak – anak dapat mengalihkan kegiatan liburnya di hari minggu dengan
kegiatan yang lebih bermanfaat.
 Mendidik anak – anak dengan memberi kajian ilmu islami. Ilmu tersebut
bisa meliputi ilmu ibadah, fiqih, aqidah, dan lain – lain, yang diterapkan
dalam kehidupan sehari – hari.
 Sebagai ajang melatih mental dan kemampuan anak berbicara di depan
orang banyak menggunakan pengeras suara. Kajian ini dilaksanakan

1
Zakiyuddin Baidhawi, “Muhammadiyah Abad Kedua dan Anomi Gerakan
Tajdid”,http://zaki1972.staff.iainsalatiga.ac.id/wp-content/uploads/sites/49/2013/01/Anomali-Gerakan-
Tajdid-Muhammadiyah1.pdf(Kamis, 29 November 2018, 07.11)
dibantu dengan media sound system. Ada yang dilaksanakan langsung
dirumah masing – masing dan ada juga yang menggunakan masjid atau
mushola di desa.
 Di pengajian ini, anak – anak sangat berperan aktif. Mereka menjadi
petugas MC, pembaca qiroah dan sari tilawah, dan ustadz/ustadzah.
 Banyak melibatkan berbagai pihak. Guru sebagai fasilitator sarana dakwah.
Kepala sekolah pun juga berperan menyampaikan sambutan dan pesan
kepada anak – anak atas kegiatan ini.
 Setelah ustadz/ustadzah memberikan ceramahnya, disini peran guru untuk
memimpin forum sebagai pelurus materi yang dikaji oleh anak – anak.
Sehingga anak – anak dapat menyerap ilmu dari kajian dengan baik.
2) Bagi Sekolah
 Sebagai tali silaturahmi antar murid, guru, kepala sekolah,orang tua atau wali
murid, dan masyarakat sekitar.
 Ketika nanti anak – anak sudah lulus dari SD ‘Aisyiyah 1 nganjuk, mereka
bisa saling berkunjung kerumah temannya meskipun sudah tidak satu sekolah
lagi.
 Untuk saling mengetahui kabar satu sama lain. Karena dengan PTM ini, bisa
saling mengetahui letak rumah temannya masing – masing.
3) Bagi Persyarikatan
 Secara tidak langsung masyarakat juga ikut menyimak kajian tersebut. Ilmu
islami tidak hanya diserap oleh anak – anak, orang tua, dan warga setempat.
 Jika pengajian ini telah dilaksanakan di berbagai desa, banyak dakwah yang
dilakukan secara kultural. Artinya, lembaga ‘Aisyiyah telah melaksanakan
tugasnya untuk berdakwah di lingkungan masyarakat.
Sub 3 : Tadabbur Sambil Belajar

Muhammadiyah menggunakan Al – Qur’an dan Hadits sebagai landasan


agama, petunjuk dan pedoman hidup. Hal ini penting bagi lembaga pendidikan untuk
ikut mendakwahkan islam ke lingkungan masyarakat yang masih tergolong awam.
Memang masih ada banyak orang muslim yang memerlukan kajian islam. Hal
tersebut ditujukan agar ilmu islam yang telah didapat dapat diterapkan dan
diaplikasikan dalam kehidupan sehari – sehari. Banyak sekali permasalahan yang
muncul ditengah masyarakat dari berbagai sudut. Dimana Al – Qur’an dan As-
Sunnah dapat digunakan sebagai solusi pemecahan masalah tersebut.

A. Al-qur’an Sebagai Sumber Inspirasi

Budaya artinya kebiasaan. Kebudayaan artinya kegiatan yang dilakukan secara


kontinyu (terus menerus). Masyarakat memiliki kebudayaan tersendiri yang mana
perlunya ada semacam media dakwah untuk bisa masuk kedalamnya. Semua ini untuk
menuju sebagai manusia yang Rahmatan Lil ‘Alamin, seperti yang telah tertulis di
dalam Q.S Al – Anbiya’ ayat 107. Alloh SWT berfirman :

١٠٧ ﴿ ‫﴾َو َم ا َأْر َس ْلَناَك ِإاَّل َر ْح َم ًة ِلْلَع اَلِم يَن‬


Artinya : Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk
(menjadi) rahmat bagi semesta alam.
Pada dasarnya pendidikan agama harus dimulai dari keluarga sejak anak masih kecil.
Keluarga merupakan lingkungan pertama dan utama bagi anak, oleh karena itu
peranan keluarga dalam pengembangan kesadaran beragama anak sangatlah dominan.
Anak mempunyai hak untuk memperoleh pemahaman tentang nilai-nilai tata krama,
sopan santun, atau ajaran agama tentang penanaman jiwa percaya kepada Allah. Baik
diterapkan secara individual maupun bermasyarakat. Dalam ajaran Islam anak adalah
amanat Allah. Amanat wajib dipertanggungjawabkan.
Lingkungan ke dua yang berperan dalam mendidik nilai keagamaan adalah
sekolah. Pentingnya pendidikan agama di sekolah adalah untuk membina dan
mendidik peserta didik agar senantiasa dapat memahami ajaran Islam secara
menyeluruh. Sehingga menjadi manusia yang berakhlak mulia dan berkepribadian
Islami. Realita sekolah dalam mendidik nilai keagamaan melalui latihan-latihan
keagamaan yang menyangkut ibadah seperti sholat, berdoa, membaca Al-Quran atau
menghafal surat-surat pendek, dan sholat berjamaah. Kegiatan pembiasaan itu telah
dilakukan SD ‘Aisyiyah 1 Nganjuk dengan tujuan terwujudnya siswa yang cerdas,
mandiri, terampil dan sholeh sholehah. Tentunya sesuai dengan visi sekolah.

B. Hadits Sebagai Pedoman Hidup

Secara harfiah, hadits artinya segala perkataan atau sabda, perbuatan, dan
ketetapan lainnya dari Nabi Muhammad SAW yang dijadikan hukum syariat Islam
selain Al Quran. Istilah lain yang identik dengan hadits adalah as-sunnah, namun
beberapa ulama membedakan pengertian keduanya. Umat islam menggunakan hadits
untuk melakukan aktivitas sehari – hari. Hadits diyakini dapat menuntun umat islam
kepada kebaikan baik di dunia maupun di akhirat. Segala perkataan dan perbuatan
yang berasal dari nabi Muhammad SAW adalah kebenaran. Umat islam patut
meneladaninya. Nabi SAW pernah bersabda :

‫ َحَس َنًة ُس َّنًة اِإْل ْس اَل ِم ِفي َس َّن َم ْن‬، ‫ َفَلُه‬،‫ ِبَها َع ِمَل َم ْن َأ َو َأْج ُر ْج ُرَها‬،‫َغْيِر ِم ْن َبْع َد ُه‬ ‫ُأُجوِر ِهْم ِم ْن َيْنُقَص َأْن‬
‫ ُس َّنًة اِإْل ْس اَل ِم ِفي َس َّن َو َم ْن َش ْي ٌء‬،‫ِبَها َع ِمَل َم ْن َو ِو ْز ُر ِو ْز ُرَها َع َلْيِه َك اَن َس ِّيَئًة‬ ‫ ِم ْن‬،‫َأْن َغْيِر ِم ْن َبْع ِدِه‬،
. ‫َش ْي ٌء َأْو َزاِرِهْم ِم ْن َيْنُقَص‬

ARTINYA : “BARANGSIAPA YANG MEMBUAT SUNNAH HASANAH DALAM ISLAM


MAKA DIA AKAN MEMPEROLEH PAHALA DAN PAHALA ORANG YANG MENGIKUTINYA,

DENGAN TANPA MENGURANGI PAHALA MEREKA SEDIKIT PUN. DAN BARANGSIAPA

YANG MEMBUAT SUNNAH SAYYI’AH DALAM ISLAM MAKA IA AKAN MENDAPATKAN

DOSA DAN DOSA ORANG YANG MENGIKUTINYA, DENGAN TANPA MENGURANGI DOSA

MEREKA SEDIKIT PUN” (HR MUSLIM).

Dari hadits tersebut, dapat diambil kesimpulan bahwa sebagai umat muslim, SD
‘Aisyiyah 1 Nganjuk sebagai lembaga untuk berdakwah ke masyarakat melalui siswa.
Mengerjakan apapun yang dilakukan oleh nabi Muhammad SAW dan tidak
menambah – nambah yang tidak dikerjakan oleh nabi. Seperti menyebarkan bunga
diperempatan jalan, di bawah pohon besar, di depan rumah setiap malam jum’at.
Semua itu tidak pernah dilakukan oleh nabi. Maka, SD ‘Aisyiyah menghimbau uang
tersebut digunakan siswanya untuk berinfaq dan yang membutuhkan.
Peran sekolah dalam pengajian PTM yaitu memberikan pengetahuan bahwa
terdapat hadits atau sunnah yang perlu diteladani dalam kehidupan anak sehari – hari
bersama keluarga. Siswa dapat mengkaji lebih dalam mengenai apa – apa yang
termasuk sabda nabi Muhammad termasuk hadits shahih. Ini merupakan pengalaman
baru bagi keluarga dan masyarakat sekitar siswa tersebut. Bahwa hadits tidak sekedar
dihafalkan, namun diterapkan dalam kehidupan. Maka siswa akan selalu mengingat
dimanapun berada, baik dirumah, sekolah maupun lingkungan masyarakat. Seperti
hadits kejujuran, kebersihan, larangan marah, dsb.
Kesimpulan

Kegiatan Pengajian Tunas Mentari dapat mencetak generasi Tunas Mentari yang
memiliki karakter insaniah baik. Mengenalkan lembaga ‘Aisyiyah Muhammadiyah ke
masyarakat dan berdakwah islam. Melalui kegiatan PTM ini akan muncul generasi pemimpin
bangsa yang unggul, bertanggungjawab, dan berkarakter kuat. Sehingga dengan sendirinya
menumbuhkan semangat membina ukhuwah Islamiyah diantara sesama. Tiada hal yang tidak
menarik sepanjang pelaksanaan kegiatan ini. Setiap anak mendapatkan pengalaman belajar
yang sama. While In PTM every child gets their equity and educate the whole of children.

Anda mungkin juga menyukai