Anda di halaman 1dari 6

NAMA : ADE MULIA

NIM : 2201106351
PRODI : PASCASARJANA PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
MATA KULIAH : PENGEMBANGAN KURIKULUM PAI
DOSEN : DR. ALMUSANNA, M.AG

JAWABAN SOAL UAS !

1. Sebelum menjelaskan hal-hal apa saja yang seharusnya dilakukan agar kurikulum
Pendidikan Agama Islam di sekolah dapat berjalan lebih baik dan optimal di masa-masa
mendatang. Maka terlebih dahulu saya akan mengidentifikasi apa saja faktor yang
menjadi penyebab permasalahan Pendidikan Agama Islam sehingga belum mencapai
tujuan utama dalam penyelenggaraannya.
Abd. Rahman Getteng dalam bukunya “Menuju Guru Profesional dan Ber-Etika”
menyebutkan bahwa faktor yang mempengaruhi proses pengimplementasian Pendidikan
Agama Islam yaitu: faktor kompetensi guru, keadaan peserta didik, sarana dan prasarana
serta media dan kondisi lingkungan kelas/sekolah. Jadi, untuk memaksimalkan
keberhasilan proses pengimplementasian komponen pembelajaran Pendidikan Agama
Islam, harus ada sinergi di antara semua faktor tersebut.1 Namun dari sekian banyak
faktor yang menjadi akar permasalahan pengimpelementasian Pendidikan agama islam di
Indonesia adalah pada peran pendidik/guru sebagai sosok yang mengambil tanggung
jawab yang paling besar dalam penyelenggara Pendidikan di Lembaga pendidikan. Guru
yang menjadi ujung tombak keberhasilan sebuah pembelajaran harus menyadari bahwa
tanggung jawabnya terhadap keberhasilan pembelajaran PAI tidak hanya pada tataran
kognitif saja. Tetapi tidak kalah penting adalah bagaimana memberikan kesadaran kepada
siswa bahwa pendidikan agama adalah sebuah kebutuhan sehingga siswa mempunyai
kesadaran yang tinggi untuk melaksanakan pengetahuan agama yang diperolehnya dalam

1
Abd. Rahman Getteng, Menuju Guru Profesional dan Ber-Etika (Cet. VI; Yogyakarta: Grha Guru, 2011),
hal, 70-71.
kehidupan sehari-hari. Disinilah dibutuhkan kreatifitas guru dalam menyampaikan
pembelajaran, dimana pembelajaran PAI seharusnya tidak hanya diajarkan didalam kelas
saja, tetapi bagaimana guru dapat memotivasi dan memfasilitasi pembelajaran agama
diluar kelas melalui kegiatan-kegiatan yang bersifat keagamaan dan menciptakan
lingkungan sekolah yang religius dan tidak terbatas oleh jam pelajaran saja. Untuk itu ada
beberapa hal yang perlu kiranya dilakukan agar peran guru lebih optimal dalam rangka
menjalankan kurikulum Pendidikan agama Islam bisa berjalan dengan baik,
a. Pembinaan dan pengembangan profesi guru menuju profesional ideal, termasuk
dalam kerangka mengelola kelas untuk pembelajaran efektif dan juga dalam perannya
sebagai perencana (designer), pelaksana (implementer), dan Satriani penilai
(evaluator) pembelajaran. Pembinaan dan pengembangan profesi guru, termasuk juga
tenaga kependidikan pada umumnya, dilaksanakan melalui berbagai strategi dalam
bentuk pendidikan dan pelatihan (diklat) maupun bukan diklat.
b. Metode pembelajaran yang tepat. Sejalan dengan hal ini Abdullah Nasih Ulwan
memberikan konsep Pendidikan inluentif dalam pendidikan akhlak anak yang terdiri
dari 1) Pendidikan dengan keteladanan, 2) Pendidikan dengan adat kebiasaan, 3)
Pendidikan dengan nasihat,4) pendidikan dengan memberikan perhatian, 5)
pendidikan dengan memberikan hukuman.2
c. Pengawasan dari guru. Pendidikan yang berhubungan dengan kepribadian atau akhlak
tidak dapat diajarkan hanya dalam bentuk pengetahuan saja, tetapi perlu adanya
pembiasaan dalam prilakunya sehari-hari. Setelah menjadi teladan yang baik, guru
harus mendorong siswa untuk selalu berprilaku baik dalam kehidupan sehar-hari.
Oleh karena itu selain menilai, guru juga menjadi pengawas terhadap prilaku siswa
seharihari disekolah, dan disinilah pentingnya dukungan dari semua pihak. Karena
didalam metode pembiasaan siswa dilatih untuk mampu membiasakan diri berprilaku
baik dimana saja, kapan saja dan dengan siapa saja.
d. Reward dan punishment. Metode reward dan punishment dibutuhkan dalam
pembelajaran PAI dengan Tujuan agar anak selalu termotivasi untuk belajar. Bentuk
apresiasi guru terhadap prestasi siswa adalah adanya umpan balik yang positif yaitu
dengan memberikan ganjaran dan hukuman (reward-punishment). Ganjaran diberikan
2
Abdullah Nasih Ulwan, Pedoman Pendidikan Anak Dalam Islam, Terj Sefullah Kamalie Dan Hery Noer Ali,
Jilid 2, (Semarang: Asy-Syifa, Tt), hal, 2
sebagai apresiasi guru terhadap prestasi siswa sedangkan hukuman diberikan jika
siswa melanggar aturan yang telah ditentukan, tetapi hukuman disini bukan berarti
dengan kekerasan atau merendahkan mental siswa, tetapi lebih kepada hukuman yang
sifatnya mendidik.

2. Sekolah Ramah Anak adalah program untuk mewujudkan kondisi aman, bersih, sehat,
peduli, dan berbudaya lingkungan hidup, yang mampu menjamin pemenuhan hak dan
perlindungan anak dari kekerasan, diskriminasi, dan perlakuan salah lainnya, selama anak
berada di satuan pendidikan, serta mendukung partisipasi anak terutama dalam
perencanaan, kebijakan, pembelajaran dan pengawasan.3
Sekolah ramah anak, bukan berarti sekolah yang menumbuh kembangkan budaya
permisif (bebas), bukan pula sekolah yang membenarkan sepenuhnya konsep pendidikan
kontemporer yang melarang penggunaan kata “jangan” dengan dalih menghambat
kreatifitas anak.
Islam tidak mengenal kebebasan absolut, dan Islam pun sangat erat dengan syariat
bernada larangan. Karena, jika anak tidak diperkenalkan dengan kata “jangan”, maka ia
akan tumbuh menjadi pribadi yang bias untuk memastikan mana yang halal dan mana
yang haram. Sekolah ramah anak berada diantara kedunya, anak-anak diberi kebebasan
untuk mencari kemudahan dalam usaha memahami pelajaran, namun tetap
mempertimbangkan dimensi etis dan kedisiplinan.
Beberapa upaya yang harus dilakukan oleh Pendidikan Agama Islam dalam kaitannya
dengan implementasi Sekolah Ramah Anak, meliputi;
a. Mengubah paradigma dari hanya mengajar tapi sekaligus mendidik. Sikap
perilaku guru yang berjiwa pendidik akan mengantar peserta didik
menjadi manusia yang berkepribadian mulia di sepanjang kehidupannya. Hal
ini sesuai dengan salah satu ciri Sekolah Ramah Anak, bahwa dorongan jiwa
pendidik akan tiada bosan dalam membimbing dan mengarahkan,serta
mengayomipeserta didik agar dapat dewasa baik secara fisik maupun mental4.

3
Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak RI. Panduan Sekolah Ramah Anak.
Deputi Tumbuh Kembang Anak Kementerian Peberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Tahun 2015., hal. 14.
4
N.S. Perdana, “Analisis Hubungan Jumlah Rombongan Belajar dan Jumalh Peserta Didik Per
Rombongan Belajar Dengan Mutu Lulusan”,In ‫(منشورات جامعة دمشق‬Vol. 1999, Issue December), 45
b. Merdeka belajar yakni memberikan kemerdekaan belajar kepada peserta didik untuk
menikmati hak pendidikannya tanpa diskriminasi apapun.
c. Memberikan kesempatan bagi peserta didik untuk terlibat aktif dalam kegiatan
perencaan, penyelenggaran maupun pengembangan suasana dan lingkungan
pendidikan.
d. Manajemen pengelolaan harus dilaksanakan secara transparan, akuntable, terbuka
untuk umum / masyarakat serta berdasarkan hukum yang sudah ditetapkan.Hal
penting yang harus diperhatikan dalam penyelenggaraan sekolah ramah anak adalah
sebagai berikut:
1) Kebijakan Resmi, bahwa jaminan akan layanan pendidikan dan perlindungan
anak didik harus terulis dalam kebijakan resmi lembaga satuan pendidikan.
2) Menyelenggarakan kegiatan pembelajaran berbasis ramah anak.
3) Menyediakan sarana dan prasarana pembelajaran berbasis ramah anak.
4) Pendidik dan tenaga kependidikan yang professional.
5) Mengutamakan partisipasi aktif peserta didik.
6) Melibatkan para alumni, wali siswa, masyarakat, dan lembaga-lembaga sosial
kemasyarakatan, dunia usaha serta pemangku kepentingan lainnya.5

3. Pendapat saya mengenai masa depan Pendidikan Agama Islam di Indonesia yaitu, bahwa
Pendidikan Agama Islam saat ini tengah menghadapi tantangan yang tidak mudah
diselesaikan. Pendidikan Agama Islam tengah menghadapi tantangan modernisasi yang
amat cepat, namun pendidikan adalah sesuatu yang universal dan berlangsung terus tak
terputus dari generasi ke generasi dimana pun di dunia ini. Pendidikan Islam sering
diartikan secara sempit yaitu merupakan upaya melalui berbagai kegiatan pembelajaran
agar ajaran Islam dapat dijadikan pedoman bagi kehidupannya sebagai bekal untuk
menjadi hamba Allah yang mengabdi dan beribadat kepada-Nya. Pada sisi lain secara
luas diartikan sebagai usaha sadar untuk mengarahkan pertumbuhan dan perkembangan
anak dengan segala potensi yang dianugerahkan Allah kepadanya agar mengemban
amanat dan tanggung jawab sebagai khalifah Allah di bumi dalam pengabdiannya kepada
Allah Swt. Dengan demikian diharapkan melalui proses pendidikan Islam yang demikian

5
Eni Fariyatul Fayuni, Konsep Sekolah Ramah Anak Islami, (Sidoarjo: Umsida Press, 2020), hal.14-16
adalah seorang muslim selain menjadi seseorang yang beriman kepada Allah. Bertaqwa,
berakhlak mulia, beramal kebaikan, menjalankan perintah Allah dengan menjauhi
larangan-Nya, tapi juga harus menguasai ilmu pengetahuan (dunia dan akhirat) dan
menguasai keterampilan dan keahlian agar dapat memikul amanat dan tanggung jawab
yang dibebankan kepadanya sesuai kemampuannya masing-masing. Penerapan dan
pengertian pendidikan Islam yang demikian harus diletakkan dalam konteks sosial
kutural bangsa Indonesia yaitu agar serasi dan terpadu dalam rangka pendidikan nasional
sesuai dengan Undang-undang No. 20 Tahun 2003 Tentang sistem Pendidikan Nasional.
Pendidikan akan selalu berkembang, dan selalu dihadapkan pada perubahan zaman.
Karena itu, pendidikan harus didesain mengikuti irama perubahan tersebut. Jika tidak,
pendidikan akan berjalan di tempat, bahkan berjalan mundur.
Pemisahan antar ilmu dan agama hendaknya segera dihentikan dan menjadi sebuah upaya
penyatuan keduannya dalam satu sistem pendidikan integralistik. Namun persoalan
integrasi ilmu dan agama dalam satu sistem pendidikan ini bukanlah suatu persoalan yang
mudah, melainkan harus atas dasar pemikiran filosofis yang kuat, sehingga tidak terkesan
hanya sekedar tambal sulam.
Lalu bagaimana ke depan? Pendidikan Islam harus mewarnai segala aspek
kehidupan.Islam harus muncul dalam dunia yang selama ini dianggap sekuler seperti
perbankan dan kedokteran.Perbankan Islam kini sudah muncul-muncul di mana-mana.
Juga pendidikan Islam yang terkait –ekonomi dan perbankan syariah– kini sudah ada di
mana-mana. Bahkan Fakultas Kedoktera yang bernuansa Islam sudah berdiri di
Universitas Islam Negeri (UIN) Jakarta. Apa arti semua itu? Islam dan dunia pendidikan
sekuler (kedokteran) yang selama ini dianggap tabu untuk bisa bergandeng tangan.
Dengan kata lain, masa depan Pendidikan agama Islam dapat menjadi lebih baik
kedepannya dengan cara penyesuaian konsep pendidikannya yang mengikuti
perkembangan zaman.
Dunia pendidikan saat ini membutuhkan konsep dan strategi yang integral, yang bisa
“mendidik” seluruh aspek kemanusian manusia dalam menghadapi tantangan arus
budaya dan social yang demikian gencar lantaran perkembangan teknologi informasi
yang sangat cepat. Ajaran Islam yang sarat dengan nilai-nilai luhur bisa menjadi landasan
moral yang sangat strategis dalam mengembangkan pendidikan Islam di tengah arus
informasi global yang kurang memperhatikan nilainilai kemanusian yang dasariah
tersebut. Itu semua adalah tantangan yang harus dijawab oleh umat Islam, agar Islam
benar-benar menjadi rahmatan lil’alamin.6

6
Hikma H. Amidong, Nurysamsi Maulana Insani, Andreawan, “Paradigma Pendidikan Islam Masa Kini dan
Masa Depan”, (Makassar, Januari 2021), 2-9

Anda mungkin juga menyukai