Anda di halaman 1dari 11

PENGARUH PEMBELAJARAN PAI TERHADAP PROSES

PERKEMBANGAN AKHLAK SISWA DI SDN 158 PALEMBANG


Afifa Nur’izzah
Universitas Islam Negeri Raden Fatah Palembang, Indonesia
afifanurizzah10@gmail.com

Abstract
The results of this study indicate that there is an influence of Islamic religious education
learning on the morals of class V A students at SDN 158 Palembang. This can be proven
by analyzing data from the results of questionnaires and interviews that have been
conducted. Islamic religious education learning planning is very influential on student
morals because when planning lessons the teacher teaches about praiseworthy and
despicable morals, just as the teacher can maintain his behavior during the learning
process and that can be a motivation or example for students. Thus it can be concluded
that Islamic Religious Education influences the morals of class V A students at SDN 158
Palembang.

Keywords: Islamic Religious Education Learning, Student Morals

Abstrak
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat Pengaruh Pembelajaran Pendidikan
Agama Islam terhadap akhlak peserta didik kelas V A di SDN 158 Palembang. Ini dapat
dibuktikan dengan menganalisis data dari hasil angket dan wawancara yang telah
dilakukan. Perencanaan pembelajaran pendidikan agama Islam sangat berpengaruh
terhadap akhlak siswa karena pada saat perencanaan pembelajaran guru
mengajarkan tentang akhlak terpuji dan tercela, seperti halnya guru dapat menjaga
perilakunya pada saat proses pembelajaran berlangsung dan itu dapat menjadi
motivasi atau contoh bagi siswa. Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahawa
Pendidikan Agama Islam berpengaruh terhadap akhlak peserta didik kelas V A di SDN 158
Palembang.

Kata Kunci: Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, Akhlak Peserta Didik

Pendahuluan
Era globalisasi, era dimana orang bisa melihat dunia hanya sebesar layar
laptop atau layar tv terlebih lagi pengetahuan yang berkembang dengan sangat
pesat, teknologi elektronik, media dan sumber pengetahuan bisa diakses dengan
sangat mudah, bukan hanya perkembangan positif yang dapat dilihat tetapi juga
perkembangan negatif.1
Pembelajaran pendidikan agama Islam adalah pembelajaran yang sangat
penting bagi peserta didik dalam menjalani kehidupan agar dapat menjadi pribadi
yang baik. Pembelajaran merupakan suatu proses yang meliputi serangkaian
tindakan yang dilakukan oleh guru dan siswa berdasarkan hubungan timbal balik
yang terjadi dalam pengaturan Pendidikan untuk mencapai tujuan tertentu.2
Dalam pembelajaran Pendidikan agama Islam tentunya dibutuhkan proses
kerja sama antara guru dan peserta didik dalam memanfaatkan potensi dan sumber
yang ada baik potensi yang terdapat dalam diri peserta didik seperti minat, bakat,
dan kemampuan dasar yang dimiliki termamsuk gaya belajar maupun potensi yang
ada diluar peserta didik seperti lingkungan, sarana sumber belajar sebagai upaya
untuk mencapai tujuan pembelajaran pendidikan agama Islam.
Pendidikan islam bertugas disamping menginternalisasikan (menanamkan
dalam pribadi) nilai-nilai islam, juga meningkatkan anak didik agar mempu
melakukan pengamalan nilai-nilai itu secara dinamis dan fleksibel. Hal ini berrati
pendidikan islam secara optimal harus mampu mendidik anak agar memiliki
kedewasaan dan kematangan dalam beriman, bertakwa, dan mengamalkan hasil
pendidikan yang diperoleh, sehingga menjadi pemikir sekaligus pengamal ajaran
islam, yang dialogis terhadap perkembangan kemajuan zaman.3
Pendidkan agama Islam juga perpengaruh banyak terahadap proses
perkembangan akhlak peserta didik karena tujuan utama pendidikan agama Islam
adalah terwujudnya moral peserta didik yang tinggi serta akhlak yang mulia.
Akhlak secara Etimologi berasal dari kata khalaqa yang berarti mencipta, membuat
atau menjadikan. Ahklak kata yang berbentuk mufrad, jamaknya adalah khuluqun,
yang berarti perangai, tabiat, adat atau khalqun yang berarti kejadian, buatan atau
ciptaan. Jadi, Akhalak secara etimologi berarti adat, tabiat, atau perilaku yang di

1
Suhada, Pengaruh Pendidikan Agama Islam terhadap Perilaku Akhlak Siswa (Karakter),
Jurnal, Vol. 4, No. 2, 2018, hlm. 228.
2
Hayati, Sri, Belajar dan pembelajaran berbasis cooperative Learning, (Graha Cendekia,
2017) hlm. 15
3
Muzayyin Arifin, Filsafat Pendidikan Islam (Jakarta, Bumi Aksara, 2010), hlm.111.
buat oleh manusia. Secara kebahsaan akhlak bisa baik ataupun buruk tergantung
pada tata nilai yang dipakai sebagai landasan. 4
Membentuk akhlak peserta didik yang harus dilakukan sebagai guru
propesional, yaitu di tuntut untuk membuat rancangan pembelajaran yang efektif
dan menyenangkan di dalam proses pembelajaran (pendidikan agama Islam),
karena dalam pembelajaran pendidikan agama Islam begitu banyak materi-materi
yang dapat kita gunakan untuk membentuk akhlak peserta didik dan juga sebagai
kunci untuk menghadapi permasalahan yang terjadi saat ini, jadi dalam pendidikan
agama Islam harus ditingkatkan agar proses pembelajaran berjalan lancar dan
menghasilkan peserta didik yang sesuai dengan tujuan pendidikan nasional yaitu
peserta didik yang berakhlak sehingga bisa menjadi contoh di sekolahnya,
keluarganya, dan masyarakat sekitarnya.
Pendidikan Agama Islam, yakni upaya mendidikkan ajaran Islam dan nilai-
nilainya, agar menjadi way of life (pandangan dan sikap hidup) seseorang. Dalam
pengertian yang kedua ini dapat berwujud: (1) segenap kegiatan yang dilakukan
seseorang untuk membantu seseorang atau sekelompok peserta didik dalam
menanamkan dan atau menumbuh kembangkan ajaran Islam dan nilai-nilainya
untuk dijadikan sebagai pandangan hidupnya, yang diwujudkan dalam sikap hidup
dan dikembangkan dalam keterampilan hidupnya sehari-hari. (2) segenap fenomena
atau peristiwa perjumpaan antara dua orang atau lebih yang dampaknya ialah
tertanamnya dan atau tumbuh kembangnya ajaran Islam dan nilai-nilainya pada
salah satu atau beberapa pihak.5
Ahli-ahli pendidikan Islam sependapat bahwa tujuan terakhir dari
pendidikan adalah moralitas dalam arti yang sebenarnya. Akhlak yang tinggi
sehingga ia dapat mengurus dirinya, berpikir sendiri, mencari hakikat, berkata benar
dan membela kebenaran, jujur dalam amal perbuatannya, bersedia mengorbankan

4
Zainuddin Ali, Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2010), hlm. 29.
5
Muhaimin, Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam (Jakarta: Rajawali Pers,
2011), hlm. 7
kepentingan diri sendiri untuk kepentingan bersama, berpegang pada keutamaan
dan menghindari sifat-sifat tercela.6
Pada kenyataannya, saat ini banyak anak yang telah terjangkit demoralisasi
dan kemorosotan moral. Penulis melihat saat ini akhlak seolah-olah dianggap tidak
lagi penting dalam tatanan kehidupan dan pergaulan para remaja atau pelajar. Hal
ini terbukti dengan mulai banyaknya kemaksiatan, banyaknya remaja yang kini
kurang sopan dan santun kepada orang yang lebih tua, pemakaian narkoba,
pergaulan bebas dan sebagainya, yang dilakukan generasi muda terlebih lagi
dilakukan oleh remaja yang masih usia sekolah.
Kenakalan di lingkungan sekolah banyak disebabkan oleh faktor pribadi,
keluarga, dan komunitas yang beraneka ragam. Kenakalan terdiri atas dua hal yaitu
ringan dan berat. Kenakalan ringan contohnya mencontek, tidak mengerjakan PR,
berperilaku tidak sopan, menghina guru, bermain HP saat jam pelajaran dan
lainnya. Sedangkan kenakalan yang berat adalah mabuk dan tawuran.7
Berdasarkan paparan latar belakang di atas, peneliti tertarik untuk
melakukan tindakan penelitian dan ingin mengetahui seberapa besar pengaruh
pendidikan agama Islam terhadap akhlak peserta didik dan karena itulah peneliti
termotivasi untuk meneliti “Pengaruh Pendidikan Agama Islam terhadap Akhlak
Siswa SDN 158 Palembang”.
Berdasarkan pemaparan latar belakang di atas, dapat di rumuskan
permaslahan sebagai berikut:
1. Bagaimana Pembelajaran Pendidikan agama Islam di SDN 158 Palembang
Kelas V A?
2. Bagaimana pembalajan pendidikan agama Islam terhadap akhlak peserta didik
di SDN 158 Palembang Kelas V A?
3. Apakah terdapat pengaruh pendidikan agama Islam terhadap akhlak peserta
didik di SDN 158 Palembang kelas V A?

6
Muhammad Athiyyah Al-Abrasyi, Prinsip-Prinsip Dasar Pendidikan Islam (Bandung:
CV Pustaka Setia), hlm.114
7
Moh, Rifa’I, dkk, PAI INTERDISIPLINER (Layanan Khusus CIBI, Kenakalan Remaja,
Integrasi IMTAQ & IPTEK, Pendidikan Anti Kekerasan, dan Kurikulum Berbasis Karakter),
(Yogyakarta: Deepublish), 2016, hlm. 29-30
Berdasarkan dari rumusan masalah di atas, maka dapat di kita ketehaui
tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Menegtahui pembelajaran pendidikan agama Islam di SDN 158 Palembang.
2. Mendapatkan informasi mengenai pengajaran pendidikan agama Islam
terhadap akhlak peserta didik di SDN 158 Palembang.
3. Mengetahui pengaruh pendidikan agama Islam terhadap akhlak peserta didik di
SDN 158 Palembang.
Adapun keguanaan penelitian adalah sebagai berikut:
1. Secara teoritis, hasil penelitian dapat digunakan sebagai upaya meningkatkan
hasil belajar peserta didik pada bidang studi Pendidikan Agama Islam di SDN
158 Palembang.
2. Secara Praktis
a. Bagi sekolah, sebagai sumbangan pemikiran dalam meningkatkan kualitas
pembelajaran Pendidikan Agama Islam sehingga dapat meningkatkan hasil
belajar peserta didik.
b. Bagi pendidik, memberikan inspirasi bagi pendidik dalam menentukan
model pembelajaran sesuai dengan materi dan kondisi peserta didik.
c. Bagi peneliti, sebagai bekal untuk meningkatkan pengetahuan serta
menambah wawasan dibidang keguruan agar nantinya dapat melaksanakan
tugas sebaik-baiknya.

Metodologi Penelitian
Jenis Penelitian ini adalah penelitian kualitatif Penelitian jenis kualitatif
merupakan cara menguumpulkan sebuah data pada sebuah kejadian atau fenomena
alam, dengan memakai metode yang alamiah, serta dilakukan oleh seorang yang
disebut sebagai peneliti yang juga tertarik meneliti sebuah penelitian secara alami
pada sebuah tema. Penelitian kualitaif merupakan penelitian alami untuk mencari
dan menemukan pengertian atau pemahaman tentang fenomena dalam suatu latar
yang berkonteks khusus.8

8
Albi Anggito dan Johan Setiawan, Metodologi Penelitian Kualitatif (CV Jejak (Jejak
Publisher, 2018), hlm. 91.
Penelitian ini dilaksanakan di SDN 158 Palembang. Adapun yang menjadi
latar belakang pemilihan lokasi tersebut yaitu karena lokasi sekolah tersebut mudah
dijangkau oleh peneliti sehingga dapat menghemat biaya, waktu dan tenaga.
Alat pengumpul data adalah instrument penting dalam penelitian ini karena
dengan data yang didapat peneliti dapat mengetahui dan memperoleh data yang di
inginkan adapun alat pengumpulan data pada penelitian ini yaitu: observasi,
wawancara, angket dan dokumentasi.9
Observasi adalah alat pengumpulan data yang dilakukan dengan cara
mengamati dan mencatat secara sistematik gejala-gejala yang diselidiki. Dalam
pengertian yang lain teknik observasi adalah cara menganalisis dan mengadakan
pencatatan secara sistematis mengenai tingkah laku dengan melihat atau mengamati
secara langsung keadaan lapangan agar peneliti memperoleh gambaran yang lebih
luas tentang permasalahan yang diteliti. observasi yang telah dilakukan oleh
penulis, penulis mengambil data dengan mengadakan pengamatan secara langsung
serta mencatat hal-hal yang ada hubungannya dengan penelitian yang akan
dilakukan dalam rangka menyempurnakan penelitian.
Wawancara ialah proses komunikasi atau interaksi untuk mengumpulkan
informasi dengan cara tanya jawab antara peneliti dengan informan atau subjek
penelitian. Dengan kemajuan teknologi informasi seperti saat ini, wawancara bisa
saja dilakukan tanpa tatap muka, yakni melalui media telekomunikasi. Pada
hakikatnya wawancara merupakan kegiatan untuk memperoleh informasi secara
mendalam tentang sebuah isu atau tema yang diangkat dalam penelitian. Atau,
merupakan proses pembuktian terhadap informasi atau keterangan yang telah
diperoleh lewat teknik yang lain sebelumnya.
Angket merupakan pertanyaan-pertanyaan yang telah tersusun secara
kronologis dari yang umum mengarah pada khusus untuk diberikan pada
responden/informan yang umumnya merupakan daftar pertanyaan lazim. Dalam
pengertian yang lain angket merupakan teknik pengumpulan data dengan cara

9
Hasyim Hasanah, Teknik-Teknik Observasi (Sebuah Alternatif Metode Pengumpulan
Data Kualitatif Ilmu-Ilmu Sosial), Jurnal: At-Taqaddum, Vol. 8, No. 1, 2017, hlm. 21–46
memberi sejumlah pertanyaan atau pernyataan dalam bentuk tertulis dan dijawab
secara tertulis pula oleh responden.
Salah satu teknik pengumpulan data yang tidak kalah pentingnya dengan
teknik yang lainnya yaitu teknik pengumpulan data dengan dokumentasi, yaitu
mencari data mengenai hal-hal variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat
kabar, prasasti, notulen rapat, lengger, agenda dan sebagainya. Dibandingkan
dengan metode lain, maka metode ini agak tidak begitu sulit, dalam arti apabila ada
kekeliruan sumber datanya masih tetap, belum berubah. Dengan metode
dokumentasi yang diamati bukan benda hidup tetapi benda mati.10
Analisis data merupakan usaha yang peneliti lakukan dalam
mengorganisaikan banyak data yang didapat, juga memilihnya menjadi sebuah
pengolahan data lalu peneliti dapat memakai pola yang akan digunakan, serta
menemukan data mana yang penting dana data amana yang dapat dipelajari, dan
dapat diputuskan apa saja data yang dapat di sharing kepada orang lain.11
Adapun komponen yang tekait dalam sebuah analisis data dimana peneliti
harus paham apa yang ia teliti diantaranya: Reduksi data, Display data dan
Penarikan kesimpulandilakukan peneliti dalam menyimpulkan hasil penelitian
yang ia temukan, penjabaran dari data- data yang ia peroleh dan kumpulkan pada
kegiatan sebelumnya lalu di cantumkan pada lembar penenlitian sebagai hasil yang
valid.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh kelas V A peserta didik di SDN
158 Palembang. Sampel adalah suatu prosedur pengambilan data, di mana hanya
sebagian populasi saja yang diambil dan dipergunakan untuk menentukan sifat serta
ciri yang dikehendaki dari suatu populasi. Teknik pemgambilan sampel pada
penelitian ini menggunakan purposive sampling yang teknik penentuan atau
pemilihan sampel untuk tujuan tertentu, atau sampel ditetapkan secara sengaja oleh
peneliti. Dalam penentuan sampel biasanya didasarkan atas kriteria tertentu atau
pertimbangan tertentu dari peneliti tentang tujuan yang akan dicapai. Penelitian ini

10
Husain dan Setiady Akbar, Metodologi Penelitian Sosial (Jakarta: Bumi Aksara, 2009),
hlm. 42.
Sutanto Priyo Hastono, Analisis Data (Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat
11

Universitas Indonesia, 2001), hlm. 82.


yang menjadi sampel dari responden yang diteliti oleh penulis, yaitu peserta didik
kelas V A SDN 158 Palembang.

Hasil dan Pembahasan


Sebelum peneliti menjelaskan mengenai hasil penelitian, maka terlebih
dahulu peneliti mendesripsikan bahwa pendidikan agama Islam adalah hal yang
sangat penting terhadap dunia pendidikan karena pendidikan agama Islam sangat
berguna dalam membentuk akhlak seorang individi (peserta didik), dimana peran
seorang guru harus memberikan motivasi atau dorongan kepada peserta didik
apakah itu melalui ide-ide atau upaya yang dimiliki oleh seorang guru agar pesrta
didik terdorong belajar, mau belajar dan tertarik untuk terus mempelajari apa yang
telah teraktualisasikan di dalam kurikulum pendidikan agama Islam. Dalam
pendidikan agama Islam terdapat beberapa pokok pembelajaran diantaranya
keimanan (akidah), pendidikan ibadah dan pendidikan ibadah.
Sebelum peneliti menjelaskan mengenai hasil penelitian, maka terlebih
dahulu peneliti mendesripsikan bahwa pendidikan agama Islam adalah hal yang
sangat penting terhadap dunia pendidikan karena pendidikan agama Islam sangat
berguna dalam membentuk akhlak seorang individi (peserta didik), dimana peran
seorang guru harus memberikan motivasi atau dorongan kepada peserta didik
apakah itu melalui ide-ide atau upaya yang dimiliki oleh seorang guru agar pesrta
didik terdorong belajar, mau belajar dan tertarik untuk terus mempelajari apa yang
telah teraktualisasikan di dalam kurikulum pendidikan agama Islam. Dalam
pendidikan agama Islam terdapat beberapa pokok pembelajaran diantaranya
keimanan (akidah), pendidikan ibadah dan pendidikan ibadah.
Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif untuk
mengukur pengaruh pembelajaran pendidikan agama Islam terhadap perilaku siswa
di SDN 158 Palembang. Dari 28 angket yang telah disebarkan yang mana dalam
setiap angket berisi 20 butir soal, dengan rincian soal yang dibagi menjadi variabel
X (pembelajaran pendidikan agama islam) jumlah 15 item, sedangkan untuk
variabel Y (perilaku siswa) dengan jumlah 15 item.
Berdasarkan hasil angket dan wawancara dengan siswa pengaruh
pembelajaran pendidikan agama islam terhadap perilaku siswa di keals V A SDN
158 Palembang menunjukkan hasil sehingga pengaruh pembalajaran pendidikan
agama islam terhadap perilaku siswa menunjukkan perilaku korelasi yang kuat. Hal
tersebut memberikan penafsiran bahwa: “Semakin baik pembelajaran pendidikan
Agama Islam semakin baik pula perilaku yang dimiliki siswa, semakin tidak baik
pembelajaran pendidikan agama Islam semakin tidak baik pula perilaku yang
dimiliki siswa.”
Hal ini juga termasuk dalam pembelajaran pendidikan agama yang penulis
peroleh seperti perencanaan pembelajaran, perencanaan pembelajaran inilah yang
membuat siswa mengetahui apa yang harus dipraktekan di dalam kelas, ketika guru
menerapkan perencanaan yang baik, siswa akan termotivasi dalam pembelajaran
tersebut. Begitu juga dengan penyampaian materi dalam kelas, ketika guru
menyampaikan dengan bahasa yang jelas dan mudah dimengerti, siswa akan
mendengarkan dengan seksama.
Begitu juga dengan metode yang digunakan guru dalam pembelajaran
pendidikan agama Islam harus bervariasi agar siswa tidak jenuh di dalam kelas.
Kemudian dengan pengelolaan kelas, guru harus mengetahui apa yang diperlukan
siswa, agar tidak terjadi keributan di dalam kelas dan menggangu pembelajaran.
Gaya mengajar guru tidak menoton, artinya guru harus banyak mempelajari strategi
yang digunakan di dalam kelas. Selanjutnya dengan cara mengevaluasi, guru
sebaiknya memberikan penilaian secara terbuka, sehingga siswa dapat mengetahui
tingkat kemampuan mereka masing-masing. Guru memberikan penilaian yang
objektif dalam setiap hal.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa pengaruh pembelajaran pendidikan agama
Islam termasuk kategori rendah. Hal tersebut sesuai dengan hasil pengamatan di
lapangan bahwa pengaruh pembelajaran pendidikan agama Islam dapat dikatakan
kurang baik terkhusus untuk pendidik mata pelajaran Pendidikan agama Islam.
Akhlak adalah perangai serta tingkah laku dan kebiasaan yang terdapat pada diri
seseorang yang telah melekat, dilakukandan dipertahankan secara terus menerus.
Faktor -faktor yang mempengaruhi pembentukan akhalak pada khususnya dan
pendidikan pada umumnya, ada tiga aliran yang pertama aliran nativisme, menurut
aliran nativisme bahwa faktor yang paling berpengaruh terhadap pembentukan diri
seseorang adalah faktor pembewaan dari dalam yang bentuknya dapat berupa
kecenderungan, bakat, akal, dan lain-lain.
Berdasarkan dari hasil di atas dapat disimpulkan bahwa perencanaan
pembelajaran pendidikan agama Islam sangat berpengaruh terhadap akhlak siswa
karena pada saat perencanaan pembelajaran guru mengajarkan tentang akhlak
terpuji dan tercela, seperti halnya guru dapat menjaga perilakunya pada saat proses
pembelajaran berlangsung dan itu dapat menjadi motivasi atau contoh bagi siswa.
Dalam hal berperilaku guru harus bertutur kata dan bersikap tegas serta bijaksana
pada saat proses pembelajaran sehingga pembelajaran dapat berjalan efektif tanpa
ada kendala, sehingga siswa dapat menghargai guru ketika kegiatan pembelajaran
berlangsung. Guru juga harus menekankan sikap tolong menolong dan toleransi
sesama manusia baik di lingkungan sekolah maupun lingkungan masyarakat.

KESIMPULAN
Berdasarkan hasil angket dan wawancara dengan siswa pengaruh
pembelajaran pendidikan agama islam terhadap perilaku siswa di keals V A SDN
158 Palembang menunjukkan hasil sehingga pengaruh pembalajaran pendidikan
agama islam terhadap perilaku siswa menunjukkan perilaku korelasi yang kuat. Hal
tersebut memberikan penafsiran bahwa: “Semakin baik pembelajaran pendidikan
Agama Islam semakin baik pula perilaku yang dimiliki siswa, semakin tidak baik
pembelajaran pendidikan agama Islam semakin tidak baik pula perilaku yang
dimiliki siswa.”
Berdasarkan dari hasil di atas dapat disimpulkan bahwa perencanaan
pembelajaran pendidikan agama Islam sangat berpengaruh terhadap akhlak siswa
karena pada saat perencanaan pembelajaran guru mengajarkan tentang akhlak
terpuji dan tercela, seperti halnya guru dapat menjaga perilakunya pada saat proses
pembelajaran berlangsung dan itu dapat menjadi motivasi atau contoh bagi siswa.
Dalam hal berperilaku guru harus bertutur kata dan bersikap tegas serta bijaksana
pada saat proses pembelajaran sehingga pembelajaran dapat berjalan efektif tanpa
ada kendala, sehingga siswa dapat menghargai guru ketika kegiatan pembelajaran
berlangsung. Guru juga harus menekankan sikap tolong menolong dan toleransi
sesama manusia baik di lingkungan sekolah maupun lingkungan masyarakat.

DAFTAR PUSTAKA
Ali, Zainuddin. (2010). Pendidikan Agama Islam. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Al-Abrasyi, Muhammad Athiyyah. Prinsip-Prinsip Dasar Pendidikan Islam


Bandung: CV Pustaka Setia.

Anggito, Albi dan Johan Setiawan. (2018). Metodologi Penelitian Kualitatif. CV


Jejak Publisher.
Arifin, Muzayyin Filsafat Pendidikan Islam. (2010). Jakarta: Bumi Aksara.

Hasanah, Hasyim. (2017). Teknik-Teknik Observasi (Sebuah Alternatif Metode


Pengumpulan Data Kualitatif Ilmu-Ilmu Sosial). Jurnal: At-Taqaddum. 8(1):
21- 46.

Hastono, Sutanto Priyo. (2001). Analisis Data. Depok: Fakultas Kesehatan


Masyarakat Universitas Indonesia.

Husain dan Setiady Akbar. (2009). Metodologi Penelitian Sosial. Jakarta: Bumi
Aksara.

Suhada. (2018). Pengaruh Pendidikan Agama Islam terhadap Perilaku Akhlak


Siswa (Karakter). Jurnal. 4(2).

Muhaimin. (2011). Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam. Jakarta:


Rajawali Pers.

Rifa’I, Moh. dkk. (2016). PAI INTERDISIPLINER (Layanan Khusus CIBI,


Kenakalan Remaja, Integrasi IMTAQ & IPTEK. Pendidikan Anti Kekerasan,
dan Kurikulum Berbasis Karakter). Yogyakarta: Deepublish.

Sri, Hayati. (2017). Belajar dan pembelajaran berbasis cooperative Learning.


Graha Cendekia.

Anda mungkin juga menyukai