Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan dimensi yang penting dalam kehidupan

manusia, sebab pendidikan merupakan alat pengembangan keadaan manusia

dari yang kurang baik menjadi baik, dari yang rendah menjadi lebih tinggi,

dan dari yang sederhana menjadi modern. Seiring dengan hal tersebut Islam

juga telah menjelaskan bahwa pendidikan adalah hal penting yang harus ada

dalam aspek kehidupan manusia, penjelasan tersebut dapat dilihat pada

perintah Allah yang pertama kali kepada Nabi Muhammad saw melalui

wahyu pertama-Nya.

Al-Quran telah menjelaskan pentingnya pendidikan, dengan demikian

ajaran Islam merupakan nilai-nilai bahkan sebagai konsep pendidikan. Akan

tetapi semua itu masih bersifat subyektif. Agar menjadi suatu konsep yang

objektif maka perlu diperjelas melalui pendekatan keilmuan, atau sebaliknya

perlu disusun konsep, teori atau ilmu pendidikan dengan menggunakan

paradigma Islam terhadap nilai-nilai pendidikan. Oleh karena itu salah satu
komponen yang sangat amat penting dalam pendidikan adalah guru.

Pendidikan berarti bimbingan yang di berikan seseorang terhadaap

perkembangan orang lain menuju kearah cita-cita tertentu yang menetukan

manusia untuk berbuat dan mengisi kehidupan untuk mencapai keselamataan

dan kebahagiaan. Pendidikan Agama Islam sangat penting bagi peserta didik

dimana pertumbuhan dan perkembangan peserta didik sangat memerlukan

tuntunan, bimbingan dan dorongan serta pengarahan agar anak dapat mengusai

dan mengamalkan ajaran Islam secara baik dan benar. Pendidikan Agama ialah

proses mengubah tingkah laku individu peserta didik pada kehidupan pribadi,

masyarakat, dan alam sekitarnya. Proses tersebut dilakukan dengan cara

pendidikan dan pengajaran sebagai suatu aktivitas asasi dan profesi diantara

sekian banyak profesi asasi dalam masyarakat.(Ramayulius,2002)

Pendidikan Islam bertugas disamping menginternalisasikan

anak (menanamkan dalam pribadi) nilai-nilai Islami, juga meningkatkan

anak didik agar mampu melakukan pengamalan nilai-nilai itu secara

dinamis dan fleksibel dalam batas-batas konfigurasi idealitas wahyu

Tuhan. Hal ini berati Pendidikan Agama Islam secara optimal harus

mampu mendidik anak agar memiliki “kedewasaan dan kematangan” dalam

beriman dan bertaqwa dan mengamalkan hasil pendidikan yang di peroleh,

sehingga menjadi pemikir sekaligus pengamal ajaran Islam yang dialogis

terahadap kemajuan perkembangan zaman. (Ramayulius,2002)


Allah memang telah menciptakan semua makhluk-Nya ini berdasarkan

fitrah-Nya. Tetapi fitrah Allah untuk manusia yang disini di terjemahkan

dengan potensi dapat didik dan mendidik, memiliki kemungkinan

berkembang dan meningkat sehingga kemampuannya dapat melampaui jauh

dari kemampuan fisiknya yang tidak berekembang. Meskipun demikian,

kalau potensi itu tidak dikembangkan niscaya ia akan kurang bermakna

dalam kehidupan. Oleh karena itu perlu dikembangkan dan pengembangan

itu senantiasa dilakukan dalam usaha dan kegiatan pendidikan. Teori nativis

dan empiris yang dipertemukan oleh Kerschenteiner dengan teori

konvergensinya, telah ikut membuktikan bahwa manusia itu makhluk

yang dapat dididik dan dapat mendidik. Dengan pendidikan dan

pengajaran potensi itu dapat dikembangkan manusia, meskipun dilahirkan

seperti kertas putih, bersih belum berisi apa-apa dan meskipun ia lahir

dengan pembawaan dapat berkembang sendiri, namun perkembangan itu

tidak akan kalau tidak melalui proses tertentu, yaitu proses pendidikan.

(zakiah darajat,2012).

Kompetensi yang paling ditekankan terhadap guru dalam pendidikan

akhlak yang baik pada siswa disekolah yaitu kompetensi kepribadian. Setiap

guru pasti mempunyai kepribadian yang berbeda, tetapi seorang guru harus

mampu menampilkan kepribadian yang baik. Hal ini untuk menjaga citra

serta wibawa guru sebagai seorang pendidik yang selalu digugu dan ditiru
oleh siswa ataupun masyarakat. Guru juga diharuskan untuk berperan

mendidik dan mengajarkan kepribadian atau akhlak yang baik terhadap siswa

baik dilingkungan sekolah ataupun diluar lingkungan sekolah karena guru

merupakan model percontohan bagi siswanya. Peran merupakan aspek

dinamis kedudukan (status), apabila seseorang melaksanakan hak dan

kewajibannya sesuai dengan kedudukannya maka disebut sebagai peranan.

Siswa sebagai peserta didik dalam proses pendidikan adalah individu.

Aktivitas, proses dan hasil perkembangan pendidikan peserta didik

dipengaruhi oleh karakteristik siswa itu sendiri. Siswa sebagai individu selalu

berperilaku, beraktivitas baik aktivitas fisik maupun psikis, yang nampak

maupun tidak nampak, yang dilakukan secara sadar ataupun tanpa disadari.

Akhlak merupakan perangai serta tingkah laku yang terdapat pada diri

seseorang yang telah melekat, dilakukan dan dipertahankan secara terus

menerus. Namun demikian akhlak yang dimiliki oleh seseorang bukan

merupakan sesuatu yang dibawa sejak lahir, dan bukan pada sesuatu yang

bersifat tetap, akan tetapi sesuatu yang dapat berubah, berkembang dan harus

dibentuk melalui proses dan waktu yang cukup lama, yaitu dengan pendidikan

agama Islam. Begitu penting pendidikan agama Islam dalam membina anak

didik yang sedang dalam masa pertumbuhan, dengan mengadakan pendekatan

dan perhatian yang bersifat tuntunan dan bimbingan.(Nana syaodih

sukmadinata ,2007).
Berdasarkan hasil pra-survey pada hari Senin tanggal 22 Agustus 2022

melalaui wawancara dengan guru Pendidikan Agama Islam (PAI) dapat

diperoleh data mengenai peran mereka dalam membina akhlak pada siswa

kelas IV dan V di lingkungan sekolah, beliau menyatakan bahwa pendidikan

ataupun pembinaan akhlak akan berhasil apabila ajaran agama selalu

tercermin dalam pribadi siswa, upaya yang dilakukan dalam pendidikan

akhlak yaitu dengan cara memberikan contoh seperti halnya dalam bersikap,

berbicara, cara berpakaian, serta tingkah laku.( wawancara dengan guru PAI

kelas IV danV SD Negeri 02 Doplang Karangpandan).

Sedangkan hasil wawancara peneliti dengan wali kelas IV Dan V SD

Negeri 02 Doplang Karangpandan yang menyatakan bahwa, sangat penting

menerapkan contoh dikalangan siswa, karena guru merupakan seorang yang

digugu atau yang diikuti segala sifat ataupun perilakunya. Peran guru PAI

sudah cukup maksimal, guru memberikan keteladanan bagi siswa seperti

siswa berjabat tangan dengan guru sebelum dan sesudah kegiatan

pembelajaran, disiplin, selalu menggunakan bahasa yang baik dan sopan, serta

tidak bosan memberikan nasihat agar siswa menghormati yang lebih tua.

(wawancara tanggal 22 Agustus 2022).

Walaupun guru Pendidikan Agama Islam (PAI) telah mencerminkan

tingkah laku yang baik dan dapat dijadikan sebagai teladan dan contoh bagi

siswa, akan tetapi masih ada sebagian siswa yang tidak dapat diberikan arahan

secara langsung. Rata-rata akhlak siswa yang kurang baik ditunjukkan dengan
sikap dan perilaku yang kurang baik, kurang rapi dalam berpakaian, berbicara

kotor, kurang disiplin, berkelahi dengan temannya,sering ribut dan keluar

kelas saat jam pelajaran, kurangnya rasa percaya diri pada siswa, serta

kurangnya rasa rela berkorban dalam diri siswa.

Kesenjangan tersebut terjadi karena guru memberikan bimbingan akhlak

secara maksimal, namun upaya tersebut belum menunjukan hasil yang

maksimal di mana akhlak siswa masih kurang baik. Kondisi inilah yang

memotifasi penulis untuk mengungkap permasalahan tersebut dan

menuangkannya dalam bentuk penelitian ilmiah. Dengan demikian penulis

tertarik untuk mengkajinya melalui penelitian dengan judul: “Pengaruh

Pembelajaran Pendidikan agama Islam terhadap Akhlak siswa SD Negeri 02

Doplang Karangpandan”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah dalam pengamatan siswa dan siswi

kelas IV dan V di SD Negeri 02 Doplang Karangpandan ada beberapa

masalah yang penulis identifikasi yaitu:

1. Masih kurang maksimalnya Pembelajaran Pendidikan Agama Islam akan

tetapi akhlak siswa baik.

2. Masih rendahnya tingkat keberhasilan pembelajaran pendidikan agama

Islam dalam pembinaan akhlak.

3. Tidak semua siswa memiliki akhlak baik.

C. Batasan Masalah
Mengingat luasnya permasalahan yang terdapat pada penelitian

ini, maka penulis memberi batasan masalah yang akan diteliti. Adapun

batasan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Pengaruh Pendidikan Agama Islam

2. Akhlak Siswa

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah di atas, maka rumusan

masalah yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana akhlak siswa kelas IV dan V SD Negri 02 Doplang

Karangpandan Tahun ajaran 2021/2022

2. Bagaimana pengaruh hasil belajar Pendidikan Agama Islam terhadap

Akhlak siswa kelas IV dan V SD Negri 02 Doplang Karangpandan Tahun

ajaran 2021/2022

Seberapa besar pengaruh Pembelajaran Pendidikan Agama Islam terhadap

akhlak siswa kelas IV dan V di SD Negeri 02 Doplang Karangpandan.

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk

mengetahui pengaruh pembelajaran pendidikan agama Islam terhadap akhlak

siswa kelas IV dan V di SD Negeri 02 Doplang karangpandan.

F. Manfaat Penelitian

Penelitian ini di harapkan dapat berguna dan memberi manfaat masukan


bagi dunia pendidikan agama Islam. Beberapa manfaat yang

diharapkan dari hasil penelitian ini adalah:

1. Sebagai bahan masukan pendidik, untuk meningkatkan upaya mutu

pembelajaran pendidikan agama Islam.

2. Bagi peserta didik yang menjadi objek penelitian diharapkan dapat

meningkatkan akhlak yang lebih baik.

3. Bagi peneliti sendiri dapat digunakan sebagai pengalaman menulis karya

ilmiah dan melaksanakan penelitian dalam pendidikan agama Islam

sehingga dapat menambah pengetahuan, khususnya untuk mengetahui

pengaruh pembelajaran pendidikan agama Islam terhadap akhlak siswa.

BAB II

LANDASAN TEORI
A. Pengertian Hasil belajar
1. Hasil Belajar

Menurut Oemar Hamalik (2006) hasil belajar adalah perubahan

seseorang ketika telah belajar dan terjadi perubahan tingkah laku pada

orang tersebut, misalnya dari tidak mengerti menjadi mengerti, dari

tingkat kemampuan yang lebih tinggi.

Menurut purwanto (2008) hasil belajar merupakan perubahan perilaku

siswa akibat belajar yang diupayakan dari adanya proses belajar mengajar

untuk mencapai tujuan pendidikan. Sedangkan menurut Nana Sudjana

(2005) bahwa hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki

siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya Hasil belajar adalah

kemampuan yang didapat anak sekolah melalui kegiatan belajar. Belajar

itu sendiri merupakan proses dari seseorang yang berusaha untuk

memperoleh sesuatu bentuk perubahan perilaku yang relatif menetap.

Dalam

kegiatan pembelajaran, biasanya guru menetapkan tujuan belajar.

Siswa yang berhasil dalam belajar adalah siswa yang berhasil menca`pai

tujuan-tujuan pembelajaran (Asep Jihad dan Abdul Haris, 2008 ).

Dari pengertian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa hasil belajar

adalah perubahan-perubahan yang terjadi pada individu siswa akibat

adanya pengalaman baru dalam proses pembelajaran yang sesuai

dengan tujuan-tujuan yang telah ditentukan. Setelah siswa mengalami


serangkaian proses pembelajaran, maka untuk mengetahui apakah

proses pembelajaran tersebut berhasil atau belum mencapai tujuan

pembelajaran, diperlukan suatu bentuk penilaian pembelajaran.

Menurut Chittenden (dalam Eko Putro Widyoko, 2009: 31)

kegiatan penilaian hasil belajar perlu diarahkan pada empat hal, yaitu:

a. Penelusuran, penelitian dilakukan untuk menelusuri apakah proses

pembelajaran telah berlangsung sesuai yang direncanakan atau

tidak. Dalam hal ini guru perlu informasi yang dapat mengukur

kemajuan belajar siswa.

b. Pencegahan, yaitu untuk informasi apakah terdapat kekurangan-

kekurangan pada siswa selama proses pembelajaran.

c. Pencarian, ini dilakukan untuk menemukan penyebab kekurangan

yang muncul selama proses pembelajaran. Sehingga guru dapat

segera mencari solusi yang dapat mengatasi kekurangan tersebut.

d. Penyimpulan, untuk menyimpulkan tentang tingkat pencapaian

belajar yang didapat siswa. Hal ini sangat penting sekali selain

untuk mengetahui perkembangan/kemajuan siswa juga sebagai

laporan kepada pihak-pihak yang terkait.

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Secara umum, belajar dapat dimaknai dengan suatu proses bagi

seseorang untuk memperoleh kecakapan, keterampilan, dan sikap. Dalam


perspektif psikologi pendidikan, belajar didefinisikan sebagai suatu

perubahan tingkah laku dalam diri seseorang yang relatif menetap sebagai

hasil dari sebuah pengalaman.(zurinal,2009 ).

Ada berbagai faktor yang dapat mempengaruhi proses dan hasil belajar

siswa di sekolah yang secara garis besarnya dapat dibagi dalam dua

bagian yaitu faktor internal dan faktor eksternal siswa.

Faktor-faktor yang berasal dari luar diri siswa (eksternal) terdiri dari

faktor lingkungan dan faktor instrumental, sedangkan faktor-faktor yang

berasal dari dalam diri siswa (internal) adalah berupa faktor fisiologis dan

faktor psikologi pada diri siswa tersebut.

Yang tergolong faktor internal adalah:

a. Faktor jasmaniah (fisiologis) baik yang bersifat bawaan maupun

yang diperoleh. Yang termasuk faktor ini misalnya penglihatan,

pendengaran, struktur tubuh, dan sebagainya.

b. Faktor psikologis baik yang bersifat bawaan maupun yang

diperoleh yang terdiri atas:

1) Faktor intelektif yang meliputi:

a. Faktor potensial yaitu kecerdasan dan bakat

b. Faktor kecakapan nyata yaitu prestasi yang telah dimiliki.

2) Faktor non intelektif, yaitu unsur-unsur kepribadian tertentu

seperti sikap, kebiasaan, minat, kebutuhan, motivasi, emosi,

penyesuaian diri.
Yang tergolong faktor eksternal, ialah:

a. Faktor sosial yang terdiri dari lingkungan keluarga,lingkungan

sekolah,lingkungan masyarakat.

b. Faktor budaya, seperti adat istiadat, ilmu pengetahuan, teknologi,

kesenian.

c. Faktor lingkungan spiritual atau keamanan faktor-faktor yang

saling berinteraksi secara langsung ataupun tidak langsung dapat

mencapai prestasi belajar.

Disamping kedua faktor diatas faktor intern dan ekstern maka faktor

yang tak kalah pentingnya yang erat kaitannya dengan masalah belajar

yaitu faktor sarapan pagi dan jajan sekolah. Bila mereka tidak sarapan

pagi atau terlalu banyak jajan di sekolah dapat mempengaruhi aktivitas

belajarnya. Faktor ini dapat dimasukkan kedalam faktor intern dan

ekstern karena keduanya berkaitan erat dengan lingkungan pendidikan.

B. Pengertian Pendidikan Agama Islam

Menurut (Ahmad Tafsir,2007 ) Pendidikan secara harfiyah adalah usaha

sadar yang dilakukan oleh pendidik terhadap peserta didik, untuk mewujudkan

tercapainya perubahan tingkah laku, budi pekerti, keterampilan dan kepintaran

secara intelektual, emosional dan sepiritual. Pendidikan berasal dari kata

didik, mendidik berarti memelihara dan membentuk latihan. Marimba

menyatakan bahwa pendidikan adalah bimbingan atau pimpinan secara sadar

oleh pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani anak menuju


terbentuknya kepribadian yang utama.

Menurut ( zakiah daradjat,2012 ) Pendidikan agama merupakan salah satu

dari tiga subyek pelajaran yang harus dimasukkan dalam kurikulum setiap

lembaga pendidikan. Hal ini karena kehidupan beragama merupakan salah

satu dimensi kehidupan yang diharapkan dapat terwujud secara terpadu dalam

bahasa Indonesia. Dalam bahasa Arab pengertian pendidikan, sering

digunakan beberapa istilah antara lain, al-ta’lim (penyampaian pengetahuan

dan keterampilan), al-tarbiyah (mendidik), dan al-ta’dib (proses mendidik

yang bermuara pada penyempurnaan akhlak atau moral peserta didik).

Pendidikan Agama Islam,( menurut muhaimin,2009 ) yakni upaya

mendidikkan ajaran Islam dan nilai-nilainya, agar menjadi way of life

(pandangan dan sikap hidup) seseorang. Dalam pengertian yang kedua ini

dapat berwujud: (1) segenap kegiatan yang dilakukan seseorang untuk

membantu seseorang atau sekelompok peserta didik dalam menanamkan dan

atau menumbuh kembangkan ajaran Islam dan nilai-nilainya untuk dijadikan

sebagai pandangan hidupnya, yang diwujudkan dalam sikap hidup dan

dikembangkan dalam keterampilan hidupnya sehari-hari. (2) segenap

fenomena atau peristiwa perjumpaan antara dua orang atau lebih yang

dampaknya ialah tertanamnya dan atau tumbuh kembangnya ajaran Islam dan

nilai-nilainya pada salah satu atau beberapa pihak.

Pendidikan agama Islam mencakup perwujudan keserasian, keselarasan


dan keseimbangan hubungan manusia dengan Allah Swt. Diri sendiri, sesama

manusia, makhluk lainnya maupun lingkungannya (hablum minallah wa

hablun minannas).

1. Dasar-dasar Pendidikan Agama Islam

Dasar yang menjadi acuan pedidikan Islam merupakan sumber nilai

kebenaran dan kekuatan yang dapat mengahantarkan pada aktifitas yang

dicita-citakan. Nilai yang terkandung didalamnya menjadi penting

diperhatikan hal-hal yang dapat mencerminkan nilai universal yang dapat

dikonsumsikan oleh seluruh umat manusia. Dengan demikian yang

menjadi dasarnya terdiri dari dua aspek, yaitu dasar ideal dan dasar

operasional.

a. Al-Qur’an

Al-Qur’an merupkan wahyu Allah yang diwahyukan-Nya

kepada Nabi Muhammad SAW bagi seluruh umat manusia. Al-Qur’an

merupakan petunjuk yang lengkap, pedoman bagi manusia yang

meliputi seluruh aspek kehidupan manusia yang bersifat universal.

Berpegang pada nilai-nilai yang terkandung dalam Al-Qur’an,

terutama dalam pelaksanaan pendidikan Islam, akan mampu

mengarahkan dan mengantarkan manusia bersifat dinamis, kreatif,

serta mampu menciptakan dan menghantarkan, outputnya mencapai

esensi nilai-nilai ubudiyah pada khaliknya, serta mampu hidup secara

serasi dan seimbang, baik dalam kehidupan di dunia maupun di


akhirat.

b. Hadits (As-Sunnah)

Secara sederhana, hadits atau As-Sunnah merupakan jalan atau

cara yang pernah dicontohkan Nabi Muhammad SAW dalam

perjalanan kehidupannya melaksanakan dakwah Islam. Dalam

pendidikan Islam,sunnah (hadit) Nabi SAW mempunyai dua fungsi

yaitu: (1) Menjelaskan sistem pendidikan Islam yang tepat dalam Al-

Qur’an dan menjelaskan hal-hal yang tidak dapat di dalamnya. (2)

Menyimpulkan metode pendidikan dari kehidupan Rasulullah bersama

sahabat, perlakuannya terhadap anak-anak dan pendidikan keimanan

yang pernah dilakukannya.

2. Tujuan Pendidikan Islam

Menurut ( Imam Syafe`i,2015 ) tujuan pendidikan merupakan

usaha membimbing dan mengembangkan potensi peserta didik secara

optimal agar nantinya mereka mampu berperan aktif dimasyarakat

sesuai dengan tuntutan dan kebutuhan masyarakatnya. Pengetahuan

yang diperoleh melalui proses pendidikan akan memposisikan peserta

didik sadar diri di masyarakat. Pemenuhan kewajiban dan

tanggungjawab terhadap hak-hak asasi yang dimiliki, diharapkan

nantinya peserta didik mampu turut serta dala menciptakan suasana

masyarakat yang aman dan damai serta keterlibatannya dalam

menciptakan keharmonisan masyarakat, bangsa dan sesama umat


manusia secara global. Dengan demikian, maka tujuan pendidikan

diarahkan kepada pembentukan manusia social yang memiliki sifat

taqwa sebagai dasar sikap dan perilaku sehingga peserta didik

memiliki kesadaran akan hak dan kewajiban, tanggungjawab sosial,

serta toleran,agar keharmonisan hubungan antar sesama manusia dapat

berjalan dengan harmonis.

Hal ini dapat dipahami diantaranya dari Firman Allah SWT

dalam Q.S. Al-Baqarah: 30

………….

Artinya: “Dan ingatlah, ketika Tuhnmu berkata kepada

malaikat: Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seseorang khalifah

dimuka bumi...”

3. Ruang Lingkup Materi Pendidikan Agama Islam

Menurut ( Ramayulis,2012 ) bahwa inti pokok ajaran Islam

meliputi masalah keimanan (aqidah), masalah keislaman (syariat), dan

masalah ihsan (akhlak). Tiga inti pokok ajaran ini kemudian di

jabarkan dalam bentuk rukun iman, rukun Islam dan akhlak. Dari

ketiganya lahirlah beberapa keilmuan agama yaitu ilmu tauhid, ilmu

fiqih, dan ilmu akhlak. Penyusunan materi tentang pendidikan agama


Islam harus mencakup materi pendidikan ketauhidan, fikih, ibadah dan

lain sebagainya, yang mengantarkan peserta didik menjadi manusia

yang insan kamil beragama yang memahami ajaran agamanya dengan

baik dan mampu mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari

dengan terampil dan benar. Penyususnan materi pendidikan umum

dalam pendidikan agama Islam hendaknya dimasukan nilai-nilai

ajaran Islam dalam materi tersebut, sehingga peserta didik selalu

berada dala ruang lingkup agamanya dimana pun ia berada.

C. Pengertian Akhlak Siswa

Menurut bahasa (etimologi) perkataan akhlak adalah bentuk jamak dari

khuluk (khulukun) yang berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku, atau

tabiat. Akhlak ini disamakan dengan kesusilaan, sopan santun.

(M.Yatimin,2007)

Pada hakikatnya khuluk (budi pekerti) atau akhlak adalah suatu kondisi

atau sifat yang telah meresap di dalam jiwa dan menjadi kepribadian. Dari sini

timbullah berbagai macam perbuatan dengan cara spontan tanpa dibuat-buat

dan tanpa memerlukan pikiran.( M.Yatimin,2007 )

Akhlak merupakan kebiasaan yang telah diperbuat oleh seseorang.

Kehendak ini apabila dibiasakan akan melakukan sesuatu, maka kebiasaan

tersebut disebut dengan akhlak. Contoh kecilnya seperti: apabila seseorang

sudah terbiasa membaca do’a dalam melakukan segala hal, ketika ia

mendapatkan kegagalan maka ia akan menerimanya dengan lapang dada dan


bersyukur atas apa yang ia peroleh. Kebiasaan orang tersebut adalah ia

mempunyai akhlak yang baik / sabar dalam menghadapi segala hal..

( sudirman,2012 ).

Anda mungkin juga menyukai