Anda di halaman 1dari 38

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan dimensi yang penting dalam

kehidupan manusia, sebab pendidikan merupakan alat pengembangan

keadaan manusia dari yang kurang baik menjadi baik, dari yang

rendah menjadi lebih tinggi, dan dari yang sederhana menjadi mod-

ern. Seiring dengan hal tersebut Islam juga telah menjelaskan bahwa

pendidikan adalah hal penting yang harus ada dalam aspek ke-

hidupan manusia, penjelasan tersebut dapat dilihat pada perintah

Allah yang pertama kali kepada Nabi Muhammad saw melalui

wahyu pertama-Nya.

Al-Quran telah menjelaskan pentingnya pendidikan, dengan

demikian ajaran Islam merupakan nilai-nilai bahkan sebagai konsep

pendidikan. Akan tetapi semua itu masih bersifat subyektif. Agar

menjadi suatu konsep yang objektif maka perlu diperjelas melalui

pendekatan keilmuan, atau sebaliknya perlu disusun konsep, teori

atau ilmu pendidikan dengan menggunakan paradigma Islam ter-

hadap nilai-nilai pendidikan. Oleh karena itu salah satu komponen


yang sangat amat penting dalam pendidikan adalah guru.

Pendidikan berarti bimbingan yang di berikan seseorang ter-

hadaap perkembangan orang lain menuju kearah cita-cita tertentu yang

menetukan manusia untuk berbuat dan mengisi kehidupan untuk men-

capai keselamataan dan kebahagiaan. Pendidikan Agama Islam sangat

penting bagi peserta didik dimana pertumbuhan dan perkembangan pe-

serta didik sangat memerlukan tuntunan, bimbingan dan dorongan serta

pengarahan agar anak dapat mengusai dan mengamalkan ajaran Islam

secara baik dan benar. Pendidikan Agama ialah proses mengubah ting-

kah laku individu peserta didik pada kehidupan pribadi, masyarakat,

dan alam sekitarnya. Proses tersebut dilakukan dengan cara pendidikan

dan pengajaran sebagai suatu aktivitas asasi dan profesi diantara sekian

banyak profesi asasi dalam masyarakat.(Ramayulius,2002)

Pendidikan islam bertugas di samping menginternalisasikan

anak (menanamkan dalam pribadi) nilai-nilai Islami, juga mening-

katkan anak didik agar mampu melakukan pengamalan nilai-nilai

itu secara dinamis dan fleksibel dalam batas-batas konfigurasi ide-

alitas wahyu Tuhan. Hal ini berati Pendidikan Agama Islam

secara optimal harus mampu mendidik anak agar memiliki

“kedewasaan dan kematangan” dalam beriman dan bertaqwa dan


mengamalkan hasil pendidikan yang di peroleh, sehingga menjadi

pemikir sekaligus pengamal ajaran Islam yang dialogis terahadap

kemajuan perkembangan zaman. (Ramayulius,2002)

Allah memang telah menciptakan semua makhluk-Nya ini

berdasarkan fitrah-Nya. Tetapi fitrah Allah untuk manusia yang

disini di terjemahkan dengan potensi dapat didik dan mendidik,

memiliki kemungkinan berkembang dan meningkat sehingga ke-

mampuannya dapat melampaui jauh dari kemampuan fisiknya yang

tidak berekembang. Meskipun demikian, kalau potensi itu tidak

dikembangkan niscaya ia akan kurang bermakna dalam kehidupan.

Oleh karena itu perlu dikembangkan dan pengembangan itu senanti-

asa dilakukan dalam usaha dan kegiatan pendidikan. Teori nativis

dan empiris yang dipertemukan oleh Kerschenteiner dengan

teori konvergensinya, telah ikut membuktikan bahwa manusia itu

makhluk yang dapat dididik dan dapat mendidik. Dengan pendidi-

kan dan pengajaran potensi itu dapat dikembangkan manusia, mes-

kipun dilahirkan seperti kertas putih, bersih belum berisi apa-apa dan

meskipun ia lahir dengan pembawaan dapat berkembang sendiri, na-

mun perkembangan itu tidak akan kalau tidak melalui proses

tertentu, yaitu proses pendidikan.(zakiah darajat,2012).


Kompetensi yang paling ditekankan terhadap guru dalam

pendidikan akhlak yang baik pada siswa disekolah yaitu kompetensi

kepribadian. Setiap guru pasti mempunyai kepribadian yang ber-

beda, tetapi seorang guru harus mampu menampilkan kepribadian

yang baik. Hal ini untuk menjaga citra serta wibawa guru sebagai

seorang pendidik yang selalu digugu dan ditiru oleh siswa atau-

pun masyarakat. Guru juga diharuskan untuk berperan mendidik

dan mengajarkan kepribadian atau akhlak yang baik terhadap siswa

baik dilingkungan sekolah ataupun diluar lingkungan sekolah ka-

rena guru merupakan model percontohan bagi siswanya. Peran

merupakan aspek dinamis kedudukan (status), apabila seseorang

melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya

maka disebut sebagai peranan.

Siswa sebagai peserta didik dalam proses pendidikan adalah

individu. Aktivitas, proses dan hasil perkembangan pendidikan peserta

didik dipengaruhi oleh karakteristik siswa itu sendiri. Siswa sebagai

individu selalu berperilaku, beraktivitas baik aktivitas fisik maupun

psikis, yang nampak maupun tidak nampak, yang dilakukan secara sa-

dar ataupun tanpa disadari. Akhlak merupakan perangai serta tingkah

laku yang terdapat pada diri seseorang yang telah melekat, dilakukan

dan dipertahankan secara terus menerus. Namun demikian akhlak


yang dimiliki oleh seseorang bukan merupakan sesuatu yang dibawa

sejak lahir, dan bukan pada sesuatu yang bersifat tetap, akan tetapi

sesuatu yang dapat berubah, berkembang dan harus dibentuk melalui

proses dan waktu yang cukup lama, yaitu dengan pendidikan agama

Islam. Begitu penting pendidikan agama Islam dalam membina anak

didik yang sedang dalam masa pertumbuhan, dengan mengadakan

pendekatan dan perhatian yang bersifat tuntunan dan bimbingan.(Nana

syaodih sukmadinata ,2007).

Berdasarkan hasil pra-survey pada hari Senin tanggal 22

Agustus 2022 melalaui wawancara dengan guru Pendidikan Agama

Islam (PAI) dapat diperoleh data mengenai peran mereka dalam mem-

bina akhlak pada siswa kelas IV dan V di lingkungan sekolah, beliau

menyatakan bahwa pendidikan ataupun pembinaan akhlak akan ber-

hasil apabila ajaran agama selalu tercermin dalam pribadi siswa, upaya

yang dilakukan dalam pendidikan akhlak yaitu dengan cara mem-

berikan contoh seperti halnya dalam bersikap, berbicara, cara berpaka-

ian, serta tingkah laku.( wawancara dengan guru PAI kelas IV danV

SD Negeri 02 Doplang Karangpandan).

Sedangkan hasil wawancara peneliti dengan wali kelas IV Dan

V SD Negeri 02 Doplang Karangpandan yang menyatakan bahwa,

sangat penting menerapkan contoh dikalangan siswa, karena guru

merupakan seorang yang digugu atau yang diikuti segala sifat ataupun
perilakunya.Peran guru PAI sudah cukup maksimal, guru memberikan

keteladanan bagi siswa seperti siswa berjabat tangan dengan guru

sebelum dan sesudah kegiatan pembelajaran, disiplin, selalu

menggunakan bahasa yang baik dan sopan, serta tidak bosan mem-

berikan nasihat agar siswa menghormati yang lebih tua. (wawancara

tanggal 22 Agustus 2022).

Walaupun guru Pendidikan Agama Islam (PAI) telah menc-

erminkan tingkah laku yang baik dan dapat dijadikan sebagai teladan

dan contoh bagi siswa, akan tetapi masih ada sebagian siswa yang tid-

ak dapat diberikan arahan secara langsung. Rata-rata akhlak siswa

yang kurang baik ditunjukkan dengan sikap dan perilaku yang kurang

baik, kurang rapi dalam berpakaian, berbicara kotor, kurang disiplin,

berkelahi dengan temannya,sering ribut dan keluar kelas saat jam pela-

jaran, kurangnya rasa percaya diri pada siswa, serta kurangnya rasa

rela berkorban dalam diri siswa.

Kesenjangan tersebut terjadi karena guru memberikan bimb-

ingan akhlak secara maksimal, namun upaya tersebut belum menun-

jukan hasil yang maksimal di mana akhlak siswa masih kurang baik.

Kondisi inilah yang memotifasi penulis untuk mengungkap permasa-

lahan tersebut dan menuangkannya dalam bentuk penelitian ilmiah.

Dengan demikian penulis tertarik untuk mengkajinya melalui


penelitian dengan judul: “Pengaruh Pembelajaran Pendidikan agama

Islam terhadap Akhlak siswa SD Negeri 02 Doplang Karangpandan”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah dalam pengamatan siswa

dan siswi kelas IV dan V di SD Negeri 02 Doplang Karangpandan ada

beberapa masalah yang penulis identifikasi yaitu:

1. Masih kurang maksimalnya Pembelajaran Pendidikan

Agama Islam akan tetapi akhlak siswa baik.

2. Masih rendahnya tingkat keberhasilan pembelajaran pen-

didikan agama Islam dalam pembinaan akhlak.

3. Tidak semua siswa memiliki akhlak baik.

C. Batasan Masalah

Mengingat luasnya permasalahan yang terdapat pada penelitian ini,

maka penulis memberi batasan masalah yang akan diteliti. Adapun batasan

masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Pengaruh Pendidikan Agama Islam

2. Akhlak Siswa

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah di atas, maka rumusan

masalah yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah:


1. Bagaimana akhlak siswa kelas IV dan V SD Negri 02 Doplang Karangpan-

dan Tahun ajaran 2021/2022

2. Bagaimana pengaruh hasil belajar Pendidikan Agama Islam terhadap

Akhlak siswa kelas IV dan V SD Negri 02 Doplang Karangpandan Tahun

ajaran 2021/2022

Seberapa besar pengaruh Pembelajaran Pendidikan Agama Islam terhadap

akhlak siswa kelas IV dan V di SD Negeri 02 Doplang Karangpandan.

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Menjelaskan hasil pembelajaran pendidikan agama Islam siswa kelas IV

dan V di SD Negeri 02 Doplang karangpandan.

2. Menjelaskan Akhlak Siswa kelas IV dan V di SD Negeri 02 Doplang Ka-

rangpandan.

3. Menjelaskan pengaruh Hasil Pembelajaran Pendidikan Agama Islam ter-

hadap Akhlak Siswa kelas IV dan V di SD Negeri 02 Doplang Ka-

rangpandan.

F. Manfaat Penelitian

Penelitian ini di harapkan dapat berguna dan memberi manfaat masukan

bagi dunia pendidikan agama Islam. Beberapa manfaat yang diharap-

kan dari hasil penelitian ini adalah:

1. Sebagai bahan masukan pendidik, untuk meningkatkan upaya mutu

pembelajaran pendidikan agama Islam.


2. Bagi peserta didik yang menjadi objek penelitian diharapkan dapat

meningkatkan akhlak yang lebih baik.

3. Bagi peneliti sendiri dapat digunakan sebagai pengalaman menulis karya

ilmiah dan melaksanakan penelitian dalam pendidikan agama Islam se-

hingga dapat menambah pengetahuan, khususnya untuk mengetahui

pengaruh pembelajaran pendidikan agama Islam terhadap akhlak siswa.


BAB II
LANDASAN TEORI

A. Pengertian Hasil belajar

1. Hasil Belajar

Menurut Oemar Hamalik (2006) hasil belajar adalah perubahan

seseorang ketika telah belajar dan terjadi perubahan tingkah laku pada

orang tersebut, misalnya dari tidak mengerti menjadi mengerti, dari

tingkat kemampuan yang lebih tinggi.

Menurut purwanto (2008) hasil belajar merupakan perubahan per-

ilaku siswa akibat belajar yang diupayakan dari adanya proses belajar

mengajar untuk mencapai tujuan pendidikan. Sedangkan menurut Nana

Sudjana (2005) bahwa hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang

dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya Hasil belajar

adalah kemampuan yang didapat anak sekolah melalui kegiatan belajar.

Belajar itu sendiri merupakan proses dari seseorang yang berusaha untuk

memperoleh sesuatu bentuk perubahan perilaku yang relatif menetap. Da-

lam

kegiatan pembelajaran, biasanya guru menetapkan tujuan belajar.

Siswa yang berhasil dalam belajar adalah siswa yang berhasil mencapai

tujuan-tujuan pembelajaran (Asep Jihad dan Abdul Haris, 2008 ).

Dari pengertian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa hasil belajar


adalah perubahan-perubahan yang terjadi pada individu siswa akibat

adanya pengalaman baru dalam proses pembelajaran yang sesuai dengan

tujuan-tujuan yang telah ditentukan. Setelah siswa mengalami se-

rangkaian proses pembelajaran, maka untuk mengetahui apakah proses

pembelajaran tersebut berhasil atau belum mencapai tujuan pembelajaran,

diperlukan suatu bentuk penilaian pembelajaran.

Menurut Chittenden (dalam Eko Putro Widyoko, 2009: 31) kegiatan

penilaian hasil belajar perlu diarahkan pada empat hal, yaitu:

a. Penelusuran, penelitian dilakukan untuk menelusuri apakah proses

pembelajaran telah berlangsung sesuai yang direncanakan atau tidak.

Dalam hal ini guru perlu informasi yang dapat mengukur kemajuan

belajar siswa.

b. Pencegahan, yaitu untuk informasi apakah terdapat kekurangan-

kekurangan pada siswa selama proses pembelajaran.

c. Pencarian, ini dilakukan untuk menemukan penyebab kekurangan

yang muncul selama proses pembelajaran. Sehingga guru dapat sege-

ra mencari solusi yang dapat mengatasi kekurangan tersebut.

d. Penyimpulan, untuk menyimpulkan tentang tingkat pencapaian bela-

jar yang didapat siswa. Hal ini sangat penting sekali selain untuk

mengetahui perkembangan/kemajuan siswa juga sebagai laporan

kepada pihak-pihak yang terkait.


2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Secara umum, belajar dapat dimaknai dengan suatu proses

bagi seseorang untuk memperoleh kecakapan, keterampilan,dan si-

kap. Dalam perspektif psikologi pendidikan, belajar didefinisikan

sebagai suatu perubahan tingkah laku dalam diri seseorang yang

relatif menetap sebagai hasil dari sebuah pengalaman.(zurinal,2009

).

Ada berbagai faktor yang dapat mempengaruhi proses dan

hasil belajar siswa di sekolah yang secara garis besarnya dapat

dibagi dalam dua bagian yaitu faktor internal dan faktor eksternal

siswa.

Faktor-faktor yang berasal dari luar diri siswa (eksternal)

terdiri dari faktor lingkungan dan faktor instrumental, sedangkan

faktor-faktor yang berasal dari dalam diri siswa (internal) adalah

berupa faktor fisiologis dan faktor psikologi pada diri siswa terse-

but.

Yang tergolong faktor internal adalah:

a. Faktor jasmaniah (fisiologis) baik yang bersifat bawaan mau-

pun yang diperoleh. Yang termasuk faktor ini misalnya

penglihatan, pendengaran, struktur tubuh, dan sebagainya.


b. Faktor psikologis baik yang bersifat bawaan maupun yang di-

peroleh yang terdiri atas:

1) Faktor intelektif yang meliputi:

a. Faktor potensial yaitu kecerdasan dan bakat

b. Faktor kecakapan nyata yaitu prestasi yang telah dimil-

iki.

2) Faktor non intelektif, yaitu unsur-unsur kepribadian ter-

tentu seperti sikap, kebiasaan, minat, kebutuhan, motivasi,

emosi, penyesuaian diri.

Yang tergolong faktor eksternal, ialah:

a. Faktor sosial yang terdiri dari lingkungan keluarga,

lingkungan sekolah,lingkungan masyarakat.

b. Faktor budaya, seperti adat istiadat, ilmu pengetahuan,

teknologi, kesenian.

c. Faktor lingkungan spiritual atau keamanan factor

faktor yang saling berinteraksi secara langsung atau-

pun tidak langsung dapat mencapai prestasi belajar.

Disamping kedua faktor diatas faktor intern dan ekstern

maka faktor yang tak kalah pentingnya yang erat kaitannya dengan

masalah belajar yaitu faktor sarapan pagi dan jajan sekolah. Bila

mereka tidak sarapan pagi atau terlalu banyak jajan di sekolah dapat

mempengaruhi aktivitas belajarnya. Faktor ini dapat dimasukkan


kedalam faktor intern dan ekstern karena keduanya berkaitan erat

dengan lingkungan pendidikan.

B. Pengertian Pendidikan Agama Islam

Menurut (Ahmad Tafsir,2007 ) Pendidikan secara harfiyah adalah

usaha sadar yang dilakukan oleh pendidik terhadap peserta didik, untuk

mewujudkan tercapainya perubahan tingkah laku, budi pekerti, keterampilan

dan kepintaran secara intelektual, emosional dan sepiritual. Pendidikan berasal

dari kata didik, mendidik berarti memelihara dan membentuk latihan. Marim-

ba menyatakan bahwa pendidikan adalah bimbingan atau pimpinan secara sa-

dar oleh pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani anak menuju

terbentuknya kepribadian yang utama.

Menurut ( zakiah daradjat,2012 ) Pendidikan agama merupakan salah

satu dari tiga subyek pelajaran yang harus dimasukkan dalam kurikulum se-

tiap lembaga pendidikan. Hal ini karena kehidupan beragama merupakan sa-

lah satu dimensi kehidupan yang diharapkan dapat terwujud secara terpadu

dalam bahasa Indonesia. Dalam bahasa Arab pengertian pendidikan, sering

digunakan beberapa istilah antara lain, al-ta’lim (penyampaian pengetahuan

dan keterampilan), al-tarbiyah (mendidik), dan al-ta’dib (proses mendidik

yang bermuara pada penyempurnaan akhlak atau moral peserta didik).

Pendidikan Agama Islam,( menurut muhaimin,2009 ) yakni upaya

mendidikkan ajaran Islam dan nilai-nilainya, agar menjadi way of life (pan-
dangan dan sikap hidup) seseorang. Dalam pengertian yang kedua ini dapat

berwujud: (1) segenap kegiatan yang dilakukan seseorang untuk membantu

seseorang atau sekelompok peserta didik dalam menanamkan dan atau me-

numbuh kembangkan ajaran Islam dan nilai-nilainya untuk dijadikan sebagai

pandangan hidupnya, yang diwujudkan dalam sikap hidup dan dikembangkan

dalam keterampilan hidupnya sehari-hari. (2) segenap fenomena atau peristiwa

perjumpaan antara dua orang atau lebih yang dampaknya ialah tertanamnya

dan atau tumbuh kembangnya ajaran Islam dan nilai-nilainya pada salah satu

atau beberapa pihak.

Pendidikan agama Islam mencakup perwujudan keserasian,

keselarasan dan keseimbangan hubungan manusia dengan Allah Swt.Diri

sendiri, sesama manusia, makhluk lainnya maupun lingkungannya (hablum

minallah wa hablun minannas).

1. Dasar-dasar Pendidikan Agama Islam

Dasar yang menjadi acuan pedidikan Islam merupakan sumber nilai

kebenaran dan kekuatan yang dapat mengahantarkan pada aktifitas yang dici-

ta-citakan. Nilai yang terkandung didalamnya menjadi penting diperhatikan

hal-hal yang dapat mencerminkan nilai universal yang dapat dikonsumsikan

oleh seluruh umat manusia. Dengan demikian yang menjadi dasarnya terdiri

dari dua aspek, yaitu dasar ideal dan dasar operasional.

a. Al-Qur’an

Al-Qur’an merupkan wahyu Allah yang diwahyukan-Nya kepada


Nabi Muhammad SAW bagi seluruh umat manusia. Al-Qur’an merupa-

kan petunjuk yang lengkap, pedoman bagi manusia yang meliputi seluruh

aspek kehidupan manusia yang bersifat universal. Berpegang pada nilai-

nilai yang terkandung dalam Al-Qur’an, terutama dalam pelaksanaan

pendidikan Islam, akan mampu mengarahkan dan mengantarkan manusia

bersifat dinamis, kreatif, serta mampu menciptakan dan menghantarkan,

outputnya mencapai esensi nilai-nilai ubudiyah pada khaliknya, serta

mampu hidup secara serasi dan seimbang, baik dalam kehidupan di dunia

maupun di akhirat.

b. Hadits (As-Sunnah)

Secara sederhana, hadits atau As-Sunnah merupakan jalan atau

cara yang pernah dicontohkan Nabi Muhammad SAW dalam perjalanan

kehidupannya melaksanakan dakwah Islam. Dalam pendidikan Is-

lam,sunnah (hadit) Nabi SAW mempunyai dua fungsi yaitu: (1) Men-

jelaskan sistem pendidikan Islam yang tepat dalam Al-Qur’an dan men-

jelaskan hal-hal yang tidak dapat di dalamnya. (2) Menyimpulkan metode

pendidikan dari kehidupan Rasulullah bersama sahabat, perlakuannya ter-

hadap anak-anak dan pendidikan keimanan yang pernah dilakukannya.

2. Tujuan Pendidikan Islam

Menurut ( Imam Syafe`i,2015 ) tujuan pendidikan merupakan

usaha membimbing dan mengembangkan potensi peserta didik secara


optimal agar nantinya mereka mampu berperan aktif dimasyarakat

sesuai dengan tuntutan dan kebutuhan masyarakatnya. Pengetahuan

yang diperoleh melalui proses pendidikan akan memposisikan peserta

didik sadar diri di masyarakat. Pemenuhan kewajiban dan tanggung-

jawab terhadap hak-hak asasi yang dimiliki, diharapkan nantinya pe-

serta didik mampu turut serta dala menciptakan suasana masyarakat

yang aman dan damai serta keterlibatannya dalam menciptakan ke-

harmonisan masyarakat, bangsa dan sesama umat manusia secara

global. Dengan demikian, maka tujuan pendidikan diarahkan kepada

pembentukan manusia social yang memiliki sifat taqwa sebagai dasar

sikap dan perilaku sehingga peserta didik memiliki kesadaran akan

hak dan kewajiban, tanggungjawab sosial, serta toleran,agar keharmo-

nisan hubungan antar sesama manusia dapat berjalan dengan harmo-

nis.

Hal ini dapat dipahami diantaranya dari Firman Allah SWT da-

lam Q.S. Al-Baqarah: 30

Artinya: “Dan ingatlah, ketika Tuhnmu berkata kepada ma-

laikat: Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seseorang khalifah

dimuka bumi...”

3. Ruang Lingkup Materi Pendidikan Agama Islam


Menurut ( Ramayulis,2012 ) bahwa inti pokok ajaran Islam meli-

puti masalah keimanan (aqidah), masalah keislaman (syariat), dan masa-

lah ihsan (akhlak). Tiga inti pokok ajaran ini kemudian di jabarkan dalam

bentuk rukun iman, rukun Islam dan akhlak. Dari ketiganya lahirlah be-

berapa keilmuan agama yaitu ilmu tauhid, ilmu fiqih, dan ilmu akhlak.

Penyusunan materi tentang pendidikan agama Islam harus mencakup ma-

teri pendidikan ketauhidan, fikih, ibadah dan lain sebagainya, yang

mengantarkan peserta didik menjadi manusia yang insan kamil beragama

yang memahami ajaran agamanya dengan baik dan mampu men-

gaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari dengan terampil dan benar.

Penyususnan materi pendidikan umum dalam pendidikan agama Islam

hendaknya dimasukan nilai-nilai ajaran Islam dalam materi tersebut, se-

hingga peserta didik selalu berada dala ruang lingkup agamanya dimana

pun ia berada.

C. Pengertian Akhlak Siswa

1. Pengertian Akhlak

Menurut bahasa (etimologi) perkataan akhlak adalah bentuk jamak

dari khuluk (khulukun) yang berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku,

atau tabiat. Akhlak ini disamakan dengan kesusilaan, sopan santun.

(M.Yatimin,2007)

Pada hakikatnya khuluk (budi pekerti) atau akhlak adalah suatu

kondisi atau sifat yang telah meresap di dalam jiwa dan menjadi
kepribadian.Dari sini timbullah berbagai macam perbuatan dengan cara

spontan tanpa dibuat-buat dan tanpa memerlukan pikiran.

(M.Yatimin,2007 )

Akhlak merupakan kebiasaan yang telah diperbuat oleh seseorang.

Kehendak ini apabila dibiasakan akan melakukan sesuatu, maka kebia-

saan tersebut disebut dengan akhlak. Contoh kecilnya seperti: apabila

seseorang sudah terbiasa membaca do’a dalam melakukan segala hal,

ketika ia mendapatkan kegagalan maka ia akan menerimanya dengan

lapang dada dan bersyukur atas apa yang ia peroleh. Kebiasaan orang ter-

sebut adalah ia mempunyai akhlak yang baik / sabar dalam menghadapi

segala hal..( sudirman,2012 ).

Dari defenisi di atas dapat dipahami bahwa akhlak bersumber dari

dalam diri anak dan dapat juga berasal dari lingkungannya. Secara umum

akhlak bersumber dari dua hal tersebut dapat berbentuk akhlak baik dan

akhlak buruk, tergantung pembiasaannya, kalau anak membiasakan per-

ilaku buruk, maka akan menjadi akhlak buruk bagi dirinya, sebaliknya

anak membiasakan perbuatan baik, maka akan menjadi akhlak baik bagi

dirinya.

Penjelasan tersebut mengindikasikan bahwa akhlak dapat dipela-

jari dan diinternalisasikan dalam diri seseorang melalui pendidikan, di an-

taranya dengan metode pembiasaan. Dengan adanya kemungkinan di-

internalisasikan nilai-nilai akhlak ke diri anak, memungkinkan pendidik


melakukan pembinaan akhlak.

Pada kenyataannya dilapangan, usaha-uasaha pembinaan akhlak

melalui berbagai lembaga pendidikan dan berbagai macam metode terus

dikembangkan. Ini menunjukkan bahwa akhlak memang perlu dibina dan

pembinaan ini ternyata membawa hasil berupa terbentuknya pribadi mus-

lim yang berakhlak mulia, taat kepada Allah dan Rosul-Nya, hormat

kepada orang tua dan sayang kepada sesama.

Dengan demikian pendidikan akhlak dapat diartikan sebagai usaha

sungguh-sungguh dalam rangka membentuk anak dengan menggunakan

sarana pendidikan dan pembinaan yang terprogram dengan baik dil-

aksanakan dengan sungguh-sungguh dan konsisten

2. Ruang Lingkup Akhlak.

Akhlak dalam Islam cakupannya sangat luas, karena akhlak

bukanlah sekedar perilaku manusia yang bersifat bawaan lahir, tetapi

merupakan salah satu dari kehidupan manusia yang m,encakup aqidah,

akhlak dan syari’ah, karena itu akhalk dalam Islam meliputi Ethos, Ethis,

Moral, Estetika.( Abdul Salim,1999 )

a. Ethos yaitu pandangan hidup yang mengatrur hubungan seseorang

dengan khaliknya serta kelengkapan uluhiyah dan ubudiyah seperti pa-

da para rosul Allah dan kitab Allah.

b. Ethis, sesuatu yang sesuai dengan perilaku yang disepakati secara

umum yang mengatur hubungan sesseorang dengan sesamanya dalam


kehidupan sehari-hari.

c. Moral, yaitu baik buruknya perbuatan dan kelakuan yang mengatur

hubungan seseorang dengan sesamanya yang menyangkut kehormatan

pribadi.

d. Estetika, yaitu keindahan yang mendorong seseorang untuk mening-

katkan keadaan dirinya serta lingkungannya agar lebih indah menuju

kesempurnaan

Jadi secara garis besar ruang lingkup akhlak meliputi cara berhub-

ungan manusia dengan khaliknya, hubungan manusia dengan manusia

dan hubungan manusia dengan lingkungannya.

3. Tujuan pendidikan Akhlak

Tujuan pendidikan akhlak ialah seperti yang diuraikan para ahli beri-

kut ini:

a. Tujuan pendidikan akhlak adalah menciptakan kebahagiaan dunia

dan akhirat, kesempurnaan bagi individu-individu dan menciptakan

kebahagiaan, kemajuan, kekuatan dan keteguhan bagi masyarakat.

( Barmawi Umar,1993).

b. Menurut ( Barmawi Umar,1993) berkata bahwa tujuan pendidikan

akhlak itu ialah supaya hubungan kita dan sesama makhluik selalu

terpelihara dengan baik dan harmonis.

c. Menurut ( Abudin nata ,2010 ), tujuan pendidikan akhlak adalah ter-

wujudnya sikap batin yang mampu mendorong secara spontan untuk


melahirkan semua perbuatan yang bernilai baik sehingga mencapai

kesempurnaan dan mencapai kebahagiaan sejati dan sempurna.

d. Menurut ( M. Ali Hasan,2000 ) tujuan pendidikan akhlak ialah:

1. Supaya dapat terbiasa melakukan yang baik, indah dan terpuji

dan terhindar dari yang buruk, jelek, hina dan tercela.

2. Supaya hubungan kita dengan Allah dan hubungan kita dengan

sesama manusia terpelihara dengan baik.

3. Dapat memperoleh irsyad, taufik, hidayah yang dengan demikian

kita akan dapat kebagahaiaan di dunia dan akhirat.

D. Pengaruh Hasil Belajar Pendidikan Agama Islam terhadap Akhlak Siswa

Sebagaimana yang telah peneliti paparkan, bahwa untuk mendapatkan

hasil belajar yang baik maka faktor-faktor penentu tercapainya hasil belajar

haruslah terpenuhi termasuk faktor internal dan eksternal.( Ramayulis,2005 )

Pendidikan agama Islam adalah upaya sadar dan terencana dalam me-

nyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati, mengimani,

bertakwa mulia, mengamalkan ajaran agama Islam dari sumber utamanya

kitab suci al-Qur’an dan al-Hadits, melalui kegiatan bimbingan pengajaran

latihan serta penggunaan pengalaman.( Ramayulis,2005 )

Menurut ( Zakiah Darajat,1987 ) mengartikan PAI adalah pendidikan

dengan melalui ajaran Islam, yang berupa bimbingan dan asuhan terhadap

anak didik agar nantinya setelah selesai dari pendidikan ia dapat memahami,

menghayati, dan mengamalkan, ajaran-ajaran Islam secara menyeluruh serta


menjadikan ajaran Agama Islam sebagai pandangan hidup demi keselamatan

dan kesejahteraan di dunia dan akhirat

Secara etimologi akhlak berarti budi pekerti, watak, perangai, tingkah

laku atau tabiat. Sedangkan secara terminologi akhlak adalah ilmu yang

menentukan batas antara baik dan buruk, antara yang terpuji dan tercela, ten-

tang perkataan atau perbuatan manusia lahir dan batin.( Drs.M.ramli,2004 )

Dari hal tersebut, maka dapat diambil kesimpulan bahwasannya se-

makin tinggi hasil belajar siswa maka semakin baik pula akhlaknya, karena

semakin tinggi pengetahuan yang dimilikinya akan mempengaruhi terhadap

pola pikir untuk melakukan akhlak yang baik. Akhlak merupakan budi pekerti

seseorang yang mendorong untuk melakukan suatu hal dengan selalu berpikir

positif

terhadap segala problematika, mendorong sifat sabar dan tawakkal ter-

hadap apa yang telah kita dapatkan sehingga akhlak yang tinggi mampu men-

ciptakan semangat dalam mencapai hasil belajar yang baik.

\
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini dimaksudkan untuk memperoleh gambaran secara men-

dalam tentang Pengaruh hasil belajar Pendidikan Agama Islam Terhadap

Akhlak Siswa Kelas IV dan V SD Negeri 02 Doplang Karangpandan Tahun

Pelajaran 2021/2022, dengan cara penelitian studi khusus yang menggunakan

pendekatan kuantitatif.

Pendekatan kuantitatif sangat sesuai untuk mengkaji permasalahan da-

lam penelitian ini karena hal-hal yang diamati terkait langsung dengan

keadaan aktual yang sedang dihadapi saat ini.

penelitian kuantitatif adalah penelitian yang bekerja dengan angka,

yang datanya berujud bilangan (skor atau nilai, peringkat, atau frekuensi),

yang dianalisis dengan menggunakan statistik untuk menjawab pertanyaan

atau hipotesis penelitian yang sifatnya spesifik, dan untuk melakukan prediksi

bahwa suatu variabel tertentu mempengaruhi variabel yang lain.Oleh karena

itu penelitian kuantitatif dalam menarik kesimpulan berdasar angka dan

melakukan abstraksi berdasar generalisasi.(Asmadi Alsa,2003 ).

Sesuai dengan hasil pengamatan studi pendahuluan yang dilakukan

oleh peneliti, maka diperoleh gambaran yang menyeluruh tentang keberadaan

SD Negeri 02 Doplang Karangpandan, sehingga lokasi penelitian dalam karya


ini dilakukan di SD Negeri 02 Doplang Karangpandan. Dipilihnya sekolah ini

sebagai tempat penelitian karena dipandang menarik untuk diteliti, berkaitan

dengan tingginya hasil belajar yang diraih mulai kegiatan intrakurikuler mau-

pun ekstrakurikuler, dan beberapa kegiatan keagamaan yang dilakukan seperti

sholat dzuhur berjamaah, istighosah, dan beberapa kegiatan yang lainnya lagi

serta lokasi penelitian yang begitu dekat dengan rumah penulis, sehingga san-

gat terjangkau untuk dijadikan lokasi penelitian. Kondisi SD Negeri 02

Doplang Karangpandan yang seperti ini merupakan tempat yang sangat ideal

bagi proses belajar yang secara teori dapat mendukung proses belajar

mengajar dan bagi pencapaian prestasi yang baik bagi peserta didik.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Tempat : SD Negeri 02 Doplang Karangpandan

Waktu : Bulan Agustus - September 2022.

C. Subjek, Populasi dan Sampel Penelitian

1. Subjek

Subjek merupakan sasaran penelitian. Sebelum seorang peneliti

melakukan penelitian, maka harus menentukan batasan dari yang akan

ditelitinya, dapat berupa benda atau orang sebagai sasaran dari

penelitiannya. Sedangkan subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas

IV dan V di SD Negeri 02 Doplang Karangpandan Tahun Pelajaran

2021/2022.
2. Populasi

Populasi adalah keseluruhan subjek/objek penelitian yang

ditetapkan oleh peneliti. Populasi merupakan kumpulan dari indi-

vidu dengan kualitas serta ciri-ciri yang telah ditetapkan. (Muham-

mad Nasir,2014 ) Sedangkan populasi dalam penelitian ini adalah

siswa kelas IV dan V di SD Negeri 02 Doplang Karangpandan Ta-

hun Pelajaran 2021/2022 yang berjumlah 28 siswa.

3. Sampel

Sampel merupakan bagian dari populasi, artinya jika tidak

ada populasi maka tidak ada sampel. Secara umum, Sedangkan da-

lam pengambilan sampel berdasar pada keadaan sampel homogen,

penulis menggunakan sampel purposive yaitu sampel yang ditarik

dengan sengaja.( Suharsimi Arikunto,2016)

Menurut ( Suharsimi Arikunto,2016 ), berpendapat bahwa

apabila subyeknya kurang dari 100, maka lebih baik diambil semua

sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Tetapi jika

jumlah subyeknya lebih besar, dapat diambil 10% - 15% atau 20% -

25% atau lebih. Semakin banyak responden yang diambil, maka

semakin baik pula data yang diperoleh.

Karena jumlah subyek yang akan diteliti berjumlah kurang

dari 100. Maka peniliti akan mengambil semua subyek yang ada,
yaitu sejumlah 28 siswa.

D. Teknik Pengumpulan Data

1. Variabel Penelitian

Dalam penelitian ini terdapat dua variabel, adapun variabel yang

digunakan yaitu:

a) Variabel bebas (Independent variable)

Biasanya lebih dikenal dengan variabel penyebab karena mem-

berikan sesuatu pengaruh terhadap peristiwa lain. Dalam peristiwa ini

variabel bebasnya adalah basil belajar mata pelajaran pendidikan

agama islam siswa kelas IV dan V di SD Negeri 02 Doplang Ka-

rangpandan Tahun Pelajaran 2021/2022.(Sutrisno, 2003).

Menurut ( Aunurrahman 2009) indikator yang mempengaruhi

hasil belajar adalah:

1) Daya serap yaitu tingkat penguasaan bahan pelajaran yang

disampaikan oleh guru dan dikuasai oleh siswa baik secara indi-

vidu maupun kelompok.

2) Perubahan dan pencapaian tingkah laku sesuai yang digariskan

dalam kompetensi dasar atau indikator belajar mengajar dari tid-

ak bisa menjadi bisa, dari yang tidak kompeten menjadi kompe-

ten.

Menurut Moore (dalam Ricardo & Meilani, 2017) indikator

hasil belajar ada tiga ranah, yaitu:


1) Kognitif diantaranya pengetahuan, pemahaman, pengaplika-

sian, pengkajian, pembuatan, serta evaluasi.

2) Afektif meliputi penerimaan, menjawab dan menentukan

nilai.

3) Psikomotorik meliputi fundamental movement, generic

movement, ordinative movement, creative movement.

Adapaun indikator hasli belajar menurut Straus, Tetroe &

Graham (dalam Ricardo & Meilani, 2017) adalah:

1) Ranah kogmotif memfokuskan terhadap bagaimana siswa

mendapat pengetahuan akademik melalui metode pelajaran

maupun penyampaian informasi.

2) Ranah afektif berkaitan dengan sikap, nilai, keyakinan yang

berperan penting dalam perubahan tingkah laku.

3) Ranah psikomotorik, keterampilan dan pengembangan diri

yang digunakan pada kinerja keterampilan maupun praktek

pengembangan Selanjutnya dalam penelitian ini variabel

hasil belajar pendidikan agama islam siswa kelas IV dan V

SD Negri 02 Doplang Karangpandan Tahun Pelajaran

2021/2022 akan diukur dengan:

a. Pengetahuan tentang pendidikan agama islam yang di-

miliki siswa siswa kelas IV dan V SD Negri 02 Doplang

Karangpandan Tahun Pelajaran 2021/2022


b. Perubahan atau pencapaian tingkah laku yang terjadi

pada siswa kelas kelas IV dan V SD Negri 02 Doplang

Karangpandan Tahun Pelajaran 2021/2022

c. Keterampilan yang dimiliki oleh siswa kelas kelas IV

dan V SD Negri 02 Doplang Karangpandan Tahun Pela-

jaran 2021/2022

a) Variabel terikat (Dependent variable)

Variabel terikat yang dimaksud dalam penelitian ini adalah

etika sesama pada siswa kelas IV dan V SD Negri 02 Doplang Ka-

rangpandan Tahun Pelajaran 2021/2022. Yang peneliti ambil dari

hasil angket. (Sutrisno, 2003)

Indikator etika terhadap sesama menurut ( Nurihsan 2003)

adalah:

1) Etika pergaulan.

2) Etika bertutur kata.

Indikator etika sesama menurut (Tsalikis, Fritzsche,1989) ada-

lah:

1) Standar perilaku individu

2) Standar perilaku dalam keluarga

3) Standar perilaku dalam komunitas

Indikator etika sesama menurut (Furqon 2010) adalah:


1) Sikap peduli

2) Toleransi

3) Saling Tolong- menolong

Selanjutnya dalam penelitian ini variabel etika sesama pada

siswa kelas IV dan V SD Negri 02 Doplang Karangpandan Tahun

Pelajaran 2021/2022 akan diukur dengan:

1) Etika pergaualan terhadap sesama.

2) Etika bertutur kata kepada sesama.

3) Etika pergaulan terhadap orang yang lebih tua.

2. Metode Pengumpulan Data

Dalam pengumpulan data penelitian ini menggunakan metode doku-

mentasi, angket, wawancara, dan analisis data. Adapun sedikit pen-

jelasannya yaitu:

a) Metode dokumentasi

Metode dokumentasi ialah salah satu metode pengumpulan

dengan melihat atau menganalisis dokumen-dokumen yang dibuat

oleh subjek sendiri atau oleh orang lain oleh subjek. Dokumentasi

merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mendapatkan

gambaran dari sudut pandang subjek melalui suatu media tertulis dan

dokumen lainnya yang ditulis atau dibuat langsung oleh subjek yang

bersangkutan (Herdiansyah, 2010).

Pada penelitian ini, metode dokumentasi digunakan peneliti untuk


memperoleh data tentang nilai raport mata pelajaran pendidikan

agama islam pada Kelas IV dan V di SD Negeri 02 Doplang Ka-

rangpandan Tahun Pelajaran 2021/2022 dan data tentang sekolah se-

bagai lokasi penelitian.

b) Metode angket

Metode ini berkaitan dengan “suatu daftar yang berisi pertan-

yaan-pertanyaan yang harus dijawab atau dikerjakan oleh siswa/anak

didik yang diselidiki atau direspon” (Walgito, 1989).

Dalam penelitian ini peneliti akan memberikan angket kepada

Siswa Kelas IV dan V di SD Negeri 02 Doplang Karangpandan Ta-

hun Pelajaran 2021/2022 dan data tentang sekolah sebagai lokasi

penelitian.

3. Definisi Konseptual

Menurut Singarimbun dan Effendi (2001:2121) definisi konseptual

ialah penafsiran dari konsep yang digunakan, sehingga memudahkan

peneliti dalam megoperasikan konsep tersebut dilapangan.

Adapun definisi konseptual dalam penelitian ini adalah:

a. Hasil Belajar Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam

b. Akhlak Siswa

Dalam penelitian ini hal yang akan diteliti adalah Akhlak sesama yang

dimiliki siswa, dimana sekarang banyak sekali siswa yang beretika ku-

rang baik, banyak faktor yang mempengaruhinya salah satunya adalah


faktor lingkungan.

4. Definisi Operasional

Menurut( Nasir 1998) definisi operasional adalah suatu definisi yang

diberikan kepada suatu variabel dengan cara memberikan arti atau men-

spesifikasikan suatu kegiatan ataupun memberikan suatu operasional

yang diperlukan untuk mengukur variabel tersebut.

Adapun definisi operasional dalam penelitian ini adalah:

a) Pengetahuan tentang pendidikan agama islam yang dimiliki siswa.

b) Perubahan atau pencapaian tingkah laku siswa seperti kebiasaan siswa

saat pembelajaran dimulai dan interaksi antar siswa.

c) Keterampilan yang dimiliki siswa yang berkaitan dengan mata pelaja-

ran pendidikan agama islam.

d) Akhlak pergaulan siswa: pergaulan terhadap sesama seperti rasa pedu-

li, tidak membeda-bedakan dan toleransi sedangkan pergaulan terhadap

orang yang lebih tua seperti menghormati, patuh dan sopan santun.

e) Akhlak siswa dalam bertutur kata seperti jujur, tidak menghina, tidak

berkata kasar dan tidak membentak.

5. Kisi-Kisi Instrumen

Menurut Siregar (2014:119) instrumen penelitian merupakan suatu alat

yang digunakan peneliti untuk mempermudah pengumpulan data sehingga

data lebih mudah diolah


Tabel 3.1

Instrumen Penelitian

Alternatif Jawaban
Pernyataan
A B C D
No

1 Saya melakukan sholat wajib 5x sehari

2 Selesai sholat, saya berdzikir dan berdoa

3 Saya sholat tepat waktu

4 Saya meninggalkan sholat 5 waktu

Saya melaksanakan puasa ramadhan karena


5
Paksaan

6 Saya mengaji al-qur’an setelah sholat

Saya melaksanakan sholat sunnah


7
tahajud/dhuha

8 Saya melaksanakan puasa sunnah

Saya memberi salam ketika bertemu dengan


9
Guru

10 Saya mengerjakan PR yang diberikan oleh guru

11 Saya membantu orang yang terkena musibah

Saya meminta maaf ketika melakukan


12
Kesalahan

13 . Saya melerai teman yang bertengkar

14 Saya ramai ketika guru menjelaskan

15 Sumber
Saya : kisi –teman
mengejek kisi instrumen olehmusibah
yang terkena peneliti

Saya berkata halus dan lembut kepada orang


6.16 U
yang lebih tua
j
17 i Saya pandai berterima kasih kepada orang lain

Saya menyingkirkan batu yang berada di tengah


18

V Jalan

19 a Saya membuang sampah pada tempatnya

Saya berhemat dalam menggunakan air, dan


20 l
i Listrik

21 d Saya membuat apotik hidup

i Saya mengolah sampah menjadi bahan


22
t Kerajinan

23 a Saya membiarkan sampah yang berserakan


s
24 Saya menolong hewan yang sedang terluka.

Sumber: kisi-kisi instrumen peneliti


6. Uji Validitas dan Reliabilitas

a) Uji Validitas

Validitas adalah kegiatan untuk mengukur tingkat kevalidan

suatu instrumen. Suatu tes hasil belajar dapat dinyatakan valid apabila

tes hasil belajar tersebut sebagai alat pengukur keberhasilan peserta

didik dengan secara tepat, benar, sahih atau absah telah dapat men-

gukur atau mengungkap hasil-hasil belajar yang telah dicapai oleh pe-

serta didik, setelah mereka menempuh proses belajar mengajar dalam

jangka waktu tertentu (Arikunto, 2006 ). Adapun rumus yang

digunakan untuk mencari validitas adalah rumus formula aiken

(Subando, 2020 ) dengan rumus :

∑𝑠
v=
𝑛(𝑐 − 1)

keterangan :

S = r-Lo

𝑐 = skor tertinggi

𝑟 = skor tiap butir soal

𝐿𝑜 = skor terendah

V = validitas aiken’s
b) Uji Reliabilitas

Menurut Sugiyono (2012) Suatu tes dikatakan reliabel apabila tes

tersebut mampu memberikan hasil yang relatif tertutup apabila dil-

akukan secara berulang pada kelompok individu yang sama.. Rumus

yang digunakan untuk menguji reliabilitas instrumen dalam penelitian

ini adalah dengan menggunakan Spearman Brown, yaitu:

𝑛∑𝑥𝑦 − (∑𝑥)(∑𝑦)
𝑟𝑥𝑦 =
√(𝑛∑𝑥 2 − (∑𝑥)2 ) (𝑛∑𝑦 2 − (∑𝑦)²)

Keterangan :

𝑟𝑥𝑦 = angka indeks korelasi “r” product moment

𝑛 = number of cases

∑𝑥𝑦 = jumlah hasil perkalian antara skor x dan y

∑𝑥 = jumlah seluruh skor x

∑𝑦 = jumlah seluruh skor y

2rxy
rsb =
1 + rxy

Keterangan :

rsb = Reliabilitas instrument

rxy = 𝑟𝑥𝑦 yang disebutkan sebagai indeks korelasi antara dua

belahan instrument
Kemudian dari hasil perhitungan akan diperoleh penafsiran untuk

indeks reliabilitasnya.

E.Teknik Analisis Data

1) Uji Prasyarat

Adapun pengertian dan uji prasyarat analisis yang digunakan dalam

penelitian ini dengan uji normalitas yang dilakukan untuk mengetahui

apakah sebaran data yang diambil dalam penelitian berdistribusi normal

atau tidak. Uji kenormalan yang digunakan peneliti adalah uji Kolomogo-

rov-Semirnov dengan taraf signifikasi (α) = 0,05. Uji Kolomogorov-

Semirnov: jika Sig > 0,05 maka data berdistribusi normal, jika Sig < 0,05

maka data tidak berdistribusi normal.

2) Uji Hipotesis

Kemudian analisis uji hipotesis berguna sebagai menentukan suatu

besaran yang menyatakan bagaimana kuat pengaruh suatu variabel

dengan variabel lain. Untuk menganalisis adanya pengaruh hasil belajar

Pendidikan Agama Islam terhadap Akhlak Siswa SD negeri 02 Doplang

Karangpandan. peneliti akan menggunakan tehnik analisis korelasi Prod-

uct Moment dengan rumus sebagai berikut (Anas, 2012).

nXY − (X )(Y )


rXY =
nX 2

− (X ) 2 nY 2 − (Y ) 2 
Keterangan:

r xy = Koefisien korelasi antara X dan Y

ΣXY = Nilai hasil variabel (perkalian X dan Y)

ΣX = Nilai variabel pengaruh

ΣY = Nilai variabel terpengaruh

n = Jumlah siswa yang dijadikan sampel

Setelah dihitung dengan menggunakan rumus Product Moment Ko-

relation. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh tersebut terhadap

rxy di interpretasikan.

Anda mungkin juga menyukai