Anda di halaman 1dari 37

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Pendidikan merupakan dimensi yang penting dalam kehidupan

manusia, sebab pendidikan merupakan alat pengembangan keadaan manusia

dari yang kurang baik menjadi baik, dari yang rendah menjadi lebih tinggi,

dan dari yang sederhana menjadi modern. Seiring dengan hal tersebut Islam

juga telah menjelaskan bahwa pendidikan adalah hal penting yang harus ada

dalam aspek kehidupan manusia, penjelasan tersebut dapat dilihat pada

perintah Allah yang pertama kali kepada Nabi Muhammad saw melalui

wahyu pertama-Nya.

Al-Quran telah menjelaskan pentingnya pendidikan, dengan demikian

ajaran Islam merupakan nilai-nilai bahkan sebagai konsep pendidikan. Akan

tetapi semua itu masih bersifat subyektif.Agar menjadi suatu konsep yang

objektif maka perlu diperjelas melalui pendekatan keilmuan, atau sebaliknya

perlu disusun konsep, teori atau ilmu pendidikan dengan menggunakan

paradigma Islam terhadap nilai-nilai pendidikan. Oleh karena itu salah satu

komponen yang sangat amat penting dalam pendidikan adalah guru.

Pendidikan berarti bimbingan yang di berikan seseorang terhadaap

perkembangan orang lain menuju kearah cita-cita tertentu yang menetukan

manusia untuk berbuat dan mengisi kehidupan untuk mencapai keselamataan

dan kebahagiaan. Pendidikan Agama Islam sangat penting bagi peserta didik
dimana pertumbuhan dan perkembangan peserta didik sangat memerlukan

tuntunan, bimbingan dan dorongan serta pengarahan agar anak dapat mengusai

dan mengamalkan ajaran Islam secara baik dan benar. Pendidikan Agama ialah

proses mengubah tingkah laku individu peserta didik pada kehidupan pribadi,

masyarakat, dan alam sekitarnya. Proses tersebut dilakukan dengan cara

pendidikan dan pengajaran sebagai suatu aktivitas asasi dan profesi diantara

sekian banyak profesi asasi dalam masyarakat.(Ramayulius,2002)

Pendidikan Islam bertugas disamping menginternalisasikan

anak (menanamkan dalam pribadi) nilai-nilai Islami, juga meningkatkan

anak didik agar mampu melakukan pengamalan nilai-nilai itu secara

dinamis dan fleksibel dalam batas-batas konfigurasi idealitas wahyu

Tuhan. Hal ini berati Pendidikan Agama Islam secara optimal harus

mampu mendidik anak agar memiliki “kedewasaan dan kematangan” dalam

beriman dan bertaqwa dan mengamalkan hasil pendidikan yang di peroleh,

sehingga menjadi pemikir sekaligus pengamal ajaran Islam yang dialogis

terahadap kemajuan perkembangan zaman. (Ramayulius,2002)

Allah memang telah menciptakan semua makhluk-Nya ini berdasarkan

fitrah-Nya. Tetapi fitrah Allah untuk manusia yang disini di terjemahkan

dengan potensi dapat didik dan mendidik, memiliki kemungkinan

berkembang dan meningkat sehingga kemampuannya dapat melampaui

jauh dari kemampuan fisiknya yang tidak berekembang. Meskipun demikian,

kalau potensi itu tidak dikembangkan niscaya ia akan kurang bermakna


dalam kehidupan. Oleh karena itu perlu dikembangkan dan pengembangan

itu senantiasa dilakukan dalam usaha dan kegiatan pendidikan. Teori nativis

dan empiris yang dipertemukan oleh Kerschenteiner dengan teori

konvergensinya, telah ikut membuktikan bahwa manusia itu makhluk

yang dapat dididik dan dapat mendidik. Dengan pendidikan dan

pengajaran potensi itu dapat dikembangkan manusia, meskipun dilahirkan

seperti kertas putih, bersih belum berisi apa-apa dan meskipun ia lahir

dengan pembawaan dapat berkembang sendiri, namun perkembangan itu

tidak akan kalau tidak melalui proses tertentu, yaitu proses pendidikan.

(zakiah darajat,2012).

Kompetensi yang paling ditekankan terhadap guru dalam pendidikan

akhlak yang baik pada siswa disekolah yaitu kompetensi kepribadian. Setiap

guru pasti mempunyai kepribadian yang berbeda, tetapi seorang guru harus

mampu menampilkan kepribadian yang baik. Hal ini untuk menjaga citra

serta wibawa guru sebagai seorang pendidik yang selalu digugu dan ditiru

oleh siswa ataupun masyarakat. Guru juga diharuskan untuk berperan

mendidik dan mengajarkan kepribadian atau akhlak yang baik terhadap siswa

baik dilingkungan sekolah ataupun diluar lingkungan sekolah karena guru

merupakan model percontohan bagi siswanya. Peran merupakan aspek

dinamis kedudukan (status), apabila seseorang melaksanakan hak dan

kewajibannya sesuai dengan kedudukannya maka disebut sebagai peranan.

Siswa sebagai peserta didik dalam proses pendidikan adalah individu.


Aktivitas, proses dan hasil perkembangan pendidikan peserta didik

dipengaruhi oleh karakteristik siswa itu sendiri. Siswa sebagai individu selalu

berperilaku, beraktivitas baik aktivitas fisik maupun psikis, yang nampak

maupun tidak nampak, yang dilakukan secara sadar ataupun tanpa disadari.

Akhlak merupakan perangai serta tingkah laku yang terdapat pada diri

seseorang yang telah melekat, dilakukan dan dipertahankan secara terus

menerus. Namun demikian akhlak yang dimiliki oleh seseorang bukan

merupakan sesuatu yang dibawa sejak lahir, dan bukan pada sesuatu yang

bersifat tetap, akan tetapi sesuatu yang dapat berubah, berkembang dan harus

dibentuk melalui proses dan waktu yang cukup lama, yaitu dengan pendidikan

agama Islam. Begitu penting pendidikan agama Islam dalam membina anak

didik yang sedang dalam masa pertumbuhan, dengan mengadakan pendekatan

dan perhatian yang bersifat tuntunan dan bimbingan.(Nana syaodih

sukmadinata ,2007).

Berdasarkan hasil pra-survey pada hari Senin tanggal 22 Agustus 2022

melalaui wawancara dengan guru Pendidikan Agama Islam (PAI) dapat

diperoleh data mengenai peran mereka dalam membina akhlak pada siswa

kelas IV dan V di lingkungan sekolah, beliau menyatakan bahwa pendidikan

ataupun pembinaan akhlak akan berhasil apabila ajaran agama selalu

tercermin dalam pribadi siswa, upaya yang dilakukan dalam pendidikan

akhlak yaitu dengan cara memberikan contoh seperti halnya dalam bersikap,

berbicara, cara berpakaian, serta tingkah laku.( wawancara dengan guru PAI
kelas IV danV SD Negeri 02 Doplang Karangpandan).

Sedangkan hasil wawancara peneliti dengan wali kelas IV Dan V SD

Negeri 02 Doplang Karangpandan yang menyatakan bahwa, sangat penting

menerapkan contoh dikalangan siswa, karena guru merupakan seorang yang

digugu atau yang diikuti segala sifat ataupun perilakunya. Peran guru PAI

sudah cukup maksimal, guru memberikan keteladanan bagi siswa seperti

siswa berjabat tangan dengan guru sebelum dan sesudah kegiatan

pembelajaran, disiplin, selalu menggunakan bahasa yang baik dan sopan, serta

tidak bosan memberikan nasihat agar siswa menghormati yang lebih tua.

(wawancara tanggal 22 Agustus 2022).

Walaupun guru Pendidikan Agama Islam (PAI) telah mencerminkan

tingkah laku yang baik dan dapat dijadikan sebagai teladan dan contoh bagi

siswa, akan tetapi masih ada sebagian siswa yang tidak dapat diberikan arahan

secara langsung. Rata-rata akhlak siswa yang kurang baik ditunjukkan dengan

sikap dan perilaku yang kurang baik, kurang rapi dalam berpakaian, berbicara

kotor, kurang disiplin, berkelahi dengan temannya,sering ribut dan keluar

kelas saat jam pelajaran, kurangnya rasa percaya diri pada siswa, serta

kurangnya rasa rela berkorban dalam diri siswa.

Kesenjangan tersebut terjadi karena guru memberikan bimbingan akhlak

secara maksimal, namun upaya tersebut belum menunjukan hasil yang

maksimal di mana akhlak siswa masih kurang baik. Kondisi inilah yang

memotifasi penulis untuk mengungkap permasalahan tersebut dan


menuangkannya dalam bentuk penelitian ilmiah. Dengan demikian penulis

tertarik untuk mengkajinya melalui penelitian dengan judul: “Pengaruh

Pembelajaran Pendidikan agama Islam terhadap Akhlak siswa SD Negeri 02

Doplang Karangpandan”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah dalam pengamatan siswa dan siswi

kelas IV dan V di SD Negeri 02 Doplang Karangpandan ada beberapa

masalah yang penulis identifikasi yaitu:

1. Masih kurang maksimalnya Pembelajaran Pendidikan Agama Islam

akan tetapi akhlak siswa baik.

2. Masih rendahnya tingkat keberhasilan pembelajaran pendidikan agama

Islam dalam pembinaan akhlak.

3. Tidak semua siswa memiliki akhlak baik.

C. Batasan Masalah

Mengingat luasnya permasalahan yang terdapat pada penelitian

ini, maka penulis memberi batasan masalah yang akan diteliti. Adapun

batasan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Pengaruh Pendidikan Agama Islam

2. Akhlak Siswa
D. Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah di atas, maka rumusan

masalah yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana akhlak siswa kelas IV dan V SD Negri 02 Doplang

Karangpandan Tahun ajaran 2021/2022

2. Bagaimana pengaruh hasil belajar Pendidikan Agama Islam terhadap

Akhlak siswa kelas IV dan V SD Negri 02 Doplang Karangpandan

Tahun ajaran 2021/2022

Seberapa besar pengaruh Pembelajaran Pendidikan Agama Islam

terhadap akhlak siswa kelas IV dan V di SD Negeri 02 Doplang

Karangpandan.

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Menjelaskan hasil pembelajaran pendidikan agama Islam siswa kelas

IV dan V di SD Negeri 02 Doplang karangpandan.

2. Menjelaskan Akhlak Siswa kelas IV dan V di SD Negeri 02 Doplang

Karangpandan.

3. Menjelaskan pengaruh Hasil Pembelajaran Pendidikan Agama Islam

terhadap Akhlak Siswa kelas IV dan V di SD Negeri02 Doplang

Karangpandan.
F. Manfaat Penelitian

Penelitian ini di harapkan dapat berguna dan memberi manfaat masukan

bagi dunia pendidikan agama Islam. Beberapa manfaat yang

diharapkan dari hasil penelitian ini adalah:

1. Sebagai bahan masukan pendidik, untuk meningkatkan upaya mutu

pembelajaran pendidikan agama Islam.

2. Bagi peserta didik yang menjadi objek penelitian diharapkan dapat

meningkatkan akhlak yang lebih baik.

3. Bagi peneliti sendiri dapat digunakan sebagai pengalaman menulis karya

ilmiah dan melaksanakan penelitian dalam pendidikan agama Islam

sehingga dapat menambah pengetahuan, khususnya untuk mengetahui

pengaruh pembelajaran pendidikan agama Islam terhadap akhlak siswa.


BAB II
LANDASAN TEORI

A. Pengertian Hasil belajar


1. Hasil Belajar

Menurut Oemar Hamalik (2006) hasil belajar adalah perubahan

seseorang ketika telah belajar dan terjadi perubahan tingkah laku pada

orang tersebut, misalnya dari tidak mengerti menjadi mengerti, dari

tingkat kemampuan yang lebih tinggi.

Menurut purwanto (2008) hasil belajar merupakan perubahan

perilaku siswa akibat belajar yang diupayakan dari adanya proses belajar

mengajar untuk mencapai tujuan pendidikan. Sedangkan menurut Nana

Sudjana (2005) bahwa hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang

dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya Hasil belajar

adalah kemampuan yang didapat anak sekolah melalui kegiatan belajar.

Belajar itu sendiri merupakan proses dari seseorang yang berusaha untuk

memperoleh sesuatu bentuk perubahan perilaku yang relatif menetap.

Dalam

kegiatan pembelajaran, biasanya guru menetapkan tujuan belajar.

Siswa yang berhasil dalam belajar adalah siswa yang berhasil mencapai

tujuan-tujuan pembelajaran (Asep Jihad dan Abdul Haris, 2008 ).

Dari pengertian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa hasil


belajar adalah perubahan-perubahan yang terjadi pada individu siswa

akibat adanya pengalaman baru dalam proses pembelajaran yang sesuai

dengan tujuan-tujuan yang telah ditentukan. Setelah siswa mengalami

serangkaian proses pembelajaran, maka untuk mengetahui apakah proses

pembelajaran tersebut berhasil atau belum mencapai tujuan pembelajaran,

diperlukan suatu bentuk penilaian pembelajaran.

Menurut Chittenden (dalam Eko Putro Widyoko, 2009: 31)

kegiatan penilaian hasil belajar perlu diarahkan pada empat hal, yaitu:

a. Penelusuran, penelitian dilakukan untuk menelusuri apakah proses

pembelajaran telah berlangsung sesuai yang direncanakan atau tidak.

Dalam hal ini guru perlu informasi yang dapat mengukur kemajuan

belajar siswa.

b. Pencegahan, yaitu untuk informasi apakah terdapat kekurangan-

kekurangan pada siswa selama proses pembelajaran.

c. .Pencarian, ini dilakukan untuk menemukan penyebab kekurangan

yang muncul selama proses pembelajaran. Sehingga guru dapat

segera mencari solusi yang dapat mengatasi kekurangan tersebut.

d. Penyimpulan, untuk menyimpulkan tentang tingkat pencapaian

belajar yang didapat siswa. Hal ini sangat penting sekali selain untuk

mengetahui perkembangan/kemajuan siswa juga sebagai laporan

kepada pihak-pihak yang terkait.

e.
2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Secara umum, belajar dapat dimaknai dengan suatu proses bagi

seseorang untuk memperoleh kecakapan, keterampilan, dan sikap. Dalam

perspektif psikologi pendidikan, belajar didefinisikan sebagai suatu

perubahan tingkah laku dalam diri seseorang yang relatif menetap sebagai

hasil dari sebuah pengalaman.(zurinal,2009 ).

Ada berbagai faktor yang dapat mempengaruhi proses dan hasil

belajar siswa di sekolah yang secara garis besarnya dapat dibagi dalam

dua bagian yaitu faktor internal dan faktor eksternal siswa.

Faktor-faktor yang berasal dari luar diri siswa (eksternal) terdiri

dari faktor lingkungan dan faktor instrumental, sedangkan faktor-faktor

yang berasal dari dalam diri siswa (internal) adalah berupa faktor

fisiologis dan faktor psikologi pada diri siswa tersebut.

Yang tergolong faktor internal adalah:

a. Faktor jasmaniah (fisiologis) baik yang bersifat bawaan

maupun yang diperoleh. Yang termasuk faktor ini misalnya

penglihatan, pendengaran, struktur tubuh, dan sebagainya.

b. Faktor psikologis baik yang bersifat bawaan maupun yang

diperoleh yang terdiri atas:


1) Faktor intelektif yang meliputi:

a. Faktor potensial yaitu kecerdasan dan bakat

b. Faktor kecakapan nyata yaitu prestasi yang telah

dimiliki.

2) Faktor non intelektif, yaitu unsur-unsur kepribadian

tertentu seperti sikap, kebiasaan, minat, kebutuhan,

motivasi, emosi, penyesuaian diri.

Yang tergolong faktor eksternal, ialah:

1) Faktor sosial yang terdiri dari lingkungan

keluarga,lingkungan sekolah,lingkungan masyarakat.

2) Faktor budaya, seperti adat istiadat, ilmu pengetahuan,

teknologi, kesenian.

3) Faktor lingkungan spiritual atau keamanan faktor-

faktor yang saling berinteraksi secara langsung ataupun

tidak langsung dapat mencapai prestasi belajar.

Disamping kedua faktor diatas faktor intern dan ekstern maka

faktor yang tak kalah pentingnya yang erat kaitannya dengan masalah

belajar yaitu faktor sarapan pagi dan jajan sekolah. Bila mereka tidak

sarapan pagi atau terlalu banyak jajan di sekolah dapat mempengaruhi

aktivitas belajarnya. Faktor ini dapat dimasukkan kedalam faktor intern

dan ekstern karena keduanya berkaitan erat dengan lingkungan

pendidikan.
B. Pengertian Pendidikan Agama Islam

Menurut (Ahmad Tafsir,2007 ) Pendidikan secara harfiyah adalah

usaha sadar yang dilakukan oleh pendidik terhadap peserta didik, untuk

mewujudkan tercapainya perubahan tingkah laku, budi pekerti, keterampilan

dan kepintaran secara intelektual, emosional dan sepiritual. Pendidikan berasal

dari kata didik, mendidik berarti memelihara dan membentuk latihan.

Marimba menyatakan bahwa pendidikan adalah bimbingan atau pimpinan

secara sadar oleh pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani anak

menuju terbentuknya kepribadian yang utama.

Menurut ( zakiah daradjat,2012 ) Pendidikan agama merupakan salah

satu dari tiga subyek pelajaran yang harus dimasukkan dalam kurikulum

setiap lembaga pendidikan. Hal ini karena kehidupan beragama merupakan

salah satu dimensi kehidupan yang diharapkan dapat terwujud secara terpadu

dalam bahasa Indonesia. Dalam bahasa Arab pengertian pendidikan, sering

digunakan beberapa istilah antara lain, al-ta’lim (penyampaian pengetahuan

dan keterampilan), al-tarbiyah (mendidik), dan al-ta’dib (proses mendidik

yang bermuara pada penyempurnaan akhlak atau moral peserta didik).

Pendidikan Agama Islam,( menurut muhaimin,2009 ) yakni upaya

mendidikkan ajaran Islam dan nilai-nilainya, agar menjadi way of life

(pandangan dan sikap hidup) seseorang. Dalam pengertian yang kedua ini

dapat berwujud: (1) segenap kegiatan yang dilakukan seseorang untuk

membantu seseorang atau sekelompok peserta didik dalam menanamkan dan


atau menumbuh kembangkan ajaran Islam dan nilai-nilainya untuk dijadikan

sebagai pandangan hidupnya, yang diwujudkan dalam sikap hidup dan

dikembangkan dalam keterampilan hidupnya sehari-hari. (2) segenap

fenomena atau peristiwa perjumpaan antara dua orang atau lebih yang

dampaknya ialah tertanamnya dan atau tumbuh kembangnya ajaran Islam dan

nilai-nilainya pada salah satu atau beberapa pihak.

Pendidikan agama Islam mencakup perwujudan keserasian,

keselarasan dan keseimbangan hubungan manusia dengan Allah Swt. Diri

sendiri, sesama manusia, makhluk lainnya maupun lingkungannya (hablum

minallah wa hablun minannas).

1. Dasar-dasar Pendidikan Agama Islam

Dasar yang menjadi acuan pedidikan Islam merupakan sumber

nilai kebenaran dan kekuatan yang dapat mengahantarkan pada aktifitas

yang dicita-citakan. Nilai yang terkandung didalamnya menjadi penting

diperhatikan hal-hal yang dapat mencerminkan nilai universal yang dapat

dikonsumsikan oleh seluruh umat manusia. Dengan demikian yang

menjadi dasarnya terdiri dari dua aspek, yaitu dasar ideal dan dasar

operasional.

a. Al-Qur’an

Al-Qur’an merupkan wahyu Allah yang diwahyukan-Nya

kepada Nabi Muhammad SAW bagi seluruh umat manusia. Al-Qur’an


merupakan petunjuk yang lengkap, pedoman bagi manusia yang

meliputi seluruh aspek kehidupan manusia yang bersifat universal.

Berpegang pada nilai-nilai yang terkandung dalam Al-Qur’an,

terutama dalam pelaksanaan pendidikan Islam, akan mampu

mengarahkan dan mengantarkan manusia bersifat dinamis, kreatif,

serta mampu menciptakan dan menghantarkan, outputnya mencapai

esensi nilai-nilai ubudiyah pada khaliknya, serta mampu hidup secara

serasi dan seimbang, baik dalam kehidupan di dunia maupun di

akhirat.

b. Hadits (As-Sunnah)

Secara sederhana, hadits atau As-Sunnah merupakan jalan atau

cara yang pernah dicontohkan Nabi Muhammad SAW dalam

perjalanan kehidupannya melaksanakan dakwah Islam. Dalam

pendidikan Islam,sunnah (hadit) Nabi SAW mempunyai dua fungsi

yaitu: (1) Menjelaskan sistem pendidikan Islam yang tepat dalam Al-

Qur’an dan menjelaskan hal-hal yang tidak dapat di dalamnya. (2)

Menyimpulkan metode pendidikan dari kehidupan Rasulullah bersama

sahabat, perlakuannya terhadap anak-anak dan pendidikan keimanan

yang pernah dilakukannya.

2. Tujuan Pendidikan Islam

Menurut ( Imam Syafe`i,2015 ) tujuan pendidikan merupakan

usaha membimbing dan mengembangkan potensi peserta didik secara


optimal agar nantinya mereka mampu berperan aktif dimasyarakat

sesuai dengan tuntutan dan kebutuhan masyarakatnya. Pengetahuan

yang diperoleh melalui proses pendidikan akan memposisikan peserta

didik sadar diri di masyarakat. Pemenuhan kewajiban dan

tanggungjawab terhadap hak-hak asasi yang dimiliki, diharapkan

nantinya peserta didik mampu turut serta dala menciptakan suasana

masyarakat yang aman dan damai serta keterlibatannya dalam

menciptakan keharmonisan masyarakat, bangsa dan sesama umat

manusia secara global. Dengan demikian, maka tujuan pendidikan

diarahkan kepada pembentukan manusia social yang memiliki sifat

taqwa sebagai dasar sikap dan perilaku sehingga peserta didik

memiliki kesadaran akan hak dan kewajiban, tanggungjawab sosial,

serta toleran,agar keharmonisan hubungan antar sesama manusia dapat

berjalan dengan harmonis.

Hal ini dapat dipahami diantaranya dari Firman Allah SWT

dalam Q.S. Al-Baqarah: 30

Artinya: “Dan ingatlah, ketika Tuhnmu berkata kepada

malaikat: Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seseorang khalifah

dimuka bumi...”
3. Ruang Lingkup Materi Pendidikan Agama Islam

Menurut ( Ramayulis,2012 ) bahwa inti pokok ajaran Islam

meliputi masalah keimanan (aqidah), masalah keislaman (syariat),

dan masalah ihsan (akhlak). Tiga inti pokok ajaran ini kemudian di

jabarkan dalam bentuk rukun iman, rukun Islam dan akhlak. Dari

ketiganya lahirlah beberapa keilmuan agama yaitu ilmu tauhid, ilmu

fiqih, dan ilmu akhlak. Penyusunan materi tentang pendidikan agama

Islam harus mencakup materi pendidikan ketauhidan, fikih, ibadah

dan lain sebagainya, yang mengantarkan peserta didik menjadi

manusia yang insan kamil beragama yang memahami ajaran

agamanya dengan baik dan mampu mengaplikasikannya dalam

kehidupan sehari-hari dengan terampil dan benar. Penyususnan

materi pendidikan umum dalam pendidikan agama Islam hendaknya

dimasukan nilai-nilai ajaran Islam dalam materi tersebut, sehingga

peserta didik selalu berada dala ruang lingkup agamanya dimana pun

ia berada.

C. Pengertian Akhlak Siswa

1. Pengertian Akhlak

Menurut bahasa (etimologi) perkataan akhlak adalah bentuk jamak

dari khuluk (khulukun) yang berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku,

atau tabiat. Akhlak ini disamakan dengan kesusilaan, sopan santun.


(M.Yatimin,2007)

Pada hakikatnya khuluk (budi pekerti) atau akhlak adalah suatu

kondisi atau sifat yang telah meresap di dalam jiwa dan menjadi

kepribadian. Dari sini timbullah berbagai macam perbuatan dengan cara

spontan tanpa dibuat-buat dan tanpa memerlukan pikiran.

( M.Yatimin,2007 )

Akhlak merupakan kebiasaan yang telah diperbuat oleh seseorang.

Kehendak ini apabila dibiasakan akan melakukan sesuatu, maka

kebiasaan tersebut disebut dengan akhlak. Contoh kecilnya seperti:

apabila seseorang sudah terbiasa membaca do’a dalam melakukan segala

hal, ketika ia mendapatkan kegagalan maka ia akan menerimanya dengan

lapang dada dan bersyukur atas apa yang ia peroleh. Kebiasaan orang

tersebut adalah ia mempunyai akhlak yang baik / sabar dalam

menghadapi segala hal..( sudirman,2012 ).

Dari defenisi di atas dapat dipahami bahwa akhlak bersumber dari

dalam diri anak dan dapat juga berasal dari lingkungannya. Secara umum

akhlak bersumber dari dua hal tersebut dapat berbentuk akhlak baik dan

akhlak buruk, tergantung pembiasaannya, kalau anak membiasakan

perilaku buruk, maka akan menjadi akhlak buruk bagi dirinya, sebaliknya

anak membiasakan perbuatan baik, maka akan menjadi akhlak baik bagi

dirinya.

Penjelasan tersebut mengindikasikan bahwa akhlak dapat


dipelajari dan diinternalisasikan dalam diri seseorang melalui pendidikan,

di antaranya dengan metode pembiasaan. Dengan adanya kemungkinan

diinternalisasikan nilai-nilai akhlak ke diri anak, memungkinkan pendidik

melakukan pembinaan akhlak.

Pada kenyataannya dilapangan, usaha-uasaha pembinaan akhlak

melalui berbagai lembaga pendidikan dan berbagai macam metode terus

dikembangkan. Ini menunjukkan bahwa akhlak memang perlu dibina dan

pembinaan ini ternyata membawa hasil berupa terbentuknya pribadi

muslim yang berakhlak mulia, taat kepada Allah dan Rosul-Nya, hormat

kepada orang tua dan sayang kepada sesama.

Dengan demikian pendidikan akhlak dapat diartikan sebagai usaha

sungguh-sungguh dalam rangka membentuk anak dengan menggunakan

sarana pendidikan dan pembinaan yang terprogram dengan baik

dilaksanakan dengan sungguh-sungguh dan konsisten

2. Ruang Lingkup Akhlak.

Akhlak dalam Islam cakupannya sangat luas, karena akhlak

bukanlah sekedar perilaku manusia yang bersifat bawaan lahir, tetapi

merupakan salah satu dari kehidupan manusia yang m,encakup aqidah,

akhlak dan syari’ah, karena itu akhalk dalam Islam meliputi Ethos, Ethis,

Moral, Estetika.( Abdul Salim,1999 )

a. Ethos yaitu pandangan hidup yang mengatrur hubungan seseorang

dengan khaliknya serta kelengkapan uluhiyah dan ubudiyah seperti


pada para rosul Allah dan kitab Allah.

b. Ethis, sesuatu yang sesuai dengan perilaku yang disepakati secara

umum yang mengatur hubungan sesseorang dengan sesamanya dalam

kehidupan sehari-hari.

c. Moral, yaitu baik buruknya perbuatan dan kelakuan yang mengatur

hubungan seseorang dengan sesamanya yang menyangkut kehormatan

pribadi.

d. Estetika, yaitu keindahan yang mendorong seseorang untuk

meningkatkan keadaan dirinya serta lingkungannya agar lebih indah

menuju kesempurnaan

Jadi secara garis besar ruang lingkup akhlak meliputi cara

berhubungan manusia dengan khaliknya, hubungan manusia dengan

manusia dan hubungan manusia dengan lingkungannya.

3. Tujuan pendidikan Akhlak

Tujuan pendidikan akhlak ialah seperti yang diuraikan para ahli

berikut ini:

a. Tujuan pendidikan akhlak adalah menciptakan kebahagiaan dunia

dan akhirat, kesempurnaan bagi individu-individu dan menciptakan

kebahagiaan, kemajuan, kekuatan dan keteguhan bagi masyarakat.

( Barmawi Umar,1993).

b. Menurut ( Barmawi Umar,1993) berkata bahwa tujuan pendidikan

akhlak itu ialah supaya hubungan kita dan sesama makhluik selalu
terpelihara dengan baik dan harmonis.42

c. Menurut ( Abudin nata ,2010 ), tujuan pendidikan akhlak adalah

terwujudnya sikap batin yang mampu mendorong secara spontan

untuk melahirkan semua perbuatan yang bernilai baik sehingga

mencapai kesempurnaan dan mencapai kebahagiaan sejati dan

sempurna. 43

d. Menurut ( M. Ali Hasan,2000 ) tujuan pendidikan akhlak ialah:

1. Supaya dapat terbiasa melakukan yang baik, indah dan terpuji

dan terhindar dari yang buruk, jelek, hina dan tercela.

2. Supaya hubungan kita dengan Allah dan hubungan kita dengan

sesama manusia terpelihara dengan baik.

3. Dapat memperoleh irsyad, taufik, hidayah yang dengan demikian

kita akan dapat kebagahaiaan di dunia dan akhirat.

D. Pengaruh Hasil Belajar Pendidikan Agama Islam terhadap Akhlak Siswa

Sebagaimana yang telah peneliti paparkan, bahwa untuk

mendapatkan hasil belajar yang baik maka faktor-faktor penentu tercapainya

hasil belajar haruslah terpenuhi termasuk faktor internal dan eksternal.

( Ramayulis,2005 )

Pendidikan agama Islam adalah upaya sadar dan terencana dalam

menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami,

menghayati,mengimani, bertakwa mulia, mengamalkan ajaran agama Islam

dari sumber utamanya kitab suci al-Qur’an dan al-Hadits, melalui kegiatan
bimbingan pengajaran latihan serta penggunaan pengalaman.

( Ramayulis,2005 )

Menurut ( Zakiah Darajat,1987 ) mengartikan PAI adalah pendidikan

dengan melalui ajaran Islam, yang berupa bimbingan dan asuhan terhadap

anak didik agar nantinya setelah selesai dari pendidikan ia dapat memahami,

menghayati, dan mengamalkan, ajaran-ajaran Islam secara menyeluruh serta

menjadikan ajaran Agama Islam sebagai pandangan hidup demi keselamatan

dan kesejahteraan di dunia dan akhirat

Secara etimologi akhlak berarti budi pekerti, watak, perangai, tingkah

laku atau tabiat.Sedangkan secara terminologi akhlak adalah ilmu yang

menentukan batas antara baik dan buruk, antara yang terpuji dan tercela,

tentang perkataan atau perbuatan manusia lahir dan batin.( Drs.M.ramli,2004

Dari hal tersebut, maka dapat diambil kesimpulan bahwasannya

semakin tinggi hasil belajar siswa maka semakin baik pula akhlaknya,

karena semakin tinggi pengetahuan yang dimilikinya akan mempengaruhi

terhadap pola pikir untuk melakukan akhlak yang baik. Akhlak merupakan

budi pekerti seseorang yang mendorong untuk melakukan suatu hal dengan

selalu berpikir positif

terhadap segala problematika, mendorong sifat sabar dan tawakkal

terhadap apa yang telah kita dapatkan sehingga akhlak yang tinggi mampu

menciptakan semangat dalam mencapai hasil belajar yang baik.


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini dimaksudkan untuk memperoleh gambaran secara

mendalam tentang Pengaruh hasil belajar Pendidikan Agama Islam Terhadap

Akhlak Siswa Kelas IV dan V SD Negeri 02 Doplang Karangpandan Tahun

Pelajaran 2021/2022, dengan cara penelitian studi khusus yang menggunakan

pendekatan kuantitatif.

Pendekatan kuantitatif sangat sesuai untuk mengkaji permasalahan

dalam penelitian ini karena hal-hal yang diamati terkait langsung dengan

keadaan aktual yang sedang dihadapi saat ini.

penelitian kuantitatif adalah penelitian yang bekerja dengan angka,

yang datanya berujud bilangan (skor atau nilai, peringkat, atau frekuensi),

yang dianalisis dengan menggunakan statistik untuk menjawab pertanyaan

atau hipotesis penelitian yang sifatnya spesifik, dan untuk melakukan prediksi

bahwa suatu variabel tertentu mempengaruhi variabel yang lain.Oleh karena

itu penelitian kuantitatif dalam menarik kesimpulan berdasar angka dan

melakukan abstraksi berdasar generalisasi.(Asmadi Alsa,2003 ).

Sesuai dengan hasil pengamatan studi pendahuluan yang dilakukan

oleh peneliti, maka diperoleh gambaran yang menyeluruh tentang keberadaan


SD Negeri 02 Doplang Karangpandan, sehingga lokasi penelitian dalam karya

ini dilakukan di SD Negeri 02 Doplang Karangpandan. Dipilihnya sekolah ini

sebagai tempat penelitian karena dipandang menarik untuk diteliti, berkaitan

dengan tingginya hasil belajar yang diraih mulai kegiatan intrakurikuler

maupun ekstrakurikuler, dan beberapa kegiatan keagamaan yang dilakukan

seperti sholat dzuhur berjamaah, istighosah, dan beberapa kegiatan yang

lainnya lagi serta lokasi penelitian yang begitu dekat dengan rumah penulis,

sehingga sangat terjangkau untuk dijadikan lokasi penelitian. Kondisi SD

Negeri 02 Doplang Karangpandan yang seperti ini merupakan tempat yang

sangat ideal bagi proses belajar yang secara teori dapat mendukung proses

belajar mengajar dan bagi pencapaian prestasi yang baik bagi peserta didik.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Tempat : SD Negeri 02 Doplang Karangpandan

Waktu : Bulan Agustus - September 2022.

C. Subjek, Populasi dan Sampel Penelitian

1. Subjek
Subjek merupakan sasaran penelitian. Sebelum seorang peneliti

melakukan penelitian, maka harus menentukan batasan dari yang akan

ditelitinya, dapat berupa benda atau orang sebagai sasaran dari

penelitiannya. Sedangkan subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas

IV dan V di SD Negeri 02 Doplang Karangpandan Tahun Pelajaran


2021/2022.

2. Populasi

Populasi adalah keseluruhan subjek/objek penelitian yang

ditetapkan oleh peneliti. Populasi merupakan kumpulan dari individu

dengan kualitas serta ciri-ciri yang telah ditetapkan.(Muhammad

Nasir,2014 ) Sedangkan populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas

IVdan V di SD Negeri 02 Doplang Karangpandan Tahun Pelajaran

2021/2022 yang berjumlah 40 siswa.

3. Sampel

Sampel merupakan bagian dari populasi, artinya jika tidak ada

populasi maka tidak ada sampel. Secara umum, Sedangkan dalam

pengambilan sampel berdasar pada keadaan sampel homogen, penulis

menggunakan sampel purposive yaitu sampel yang ditarik dengan

sengaja.( Suharsimi Arikunto,2016)

Menurut ( Suharsimi Arikunto,2016 ), berpendapat bahwa apabila

subyeknya kurang dari 100, maka lebih baik diambil semua sehingga

penelitiannya merupakan penelitian populasi. Tetapi jika jumlah

subyeknya lebih besar, dapat diambil 10% - 15% atau 20% - 25% atau

lebih. Semakin banyak responden yang diambil, maka semakin baik pula

data yang diperoleh.

Karena jumlah subyek yang akan diteliti berjumlah kurang dari

100. Maka peniliti akan mengambil semua subyek yang ada, yaitu
sejumlah 40 siswa.

D. Teknik Pengumpulan Data


1. Variabel Penelitian

Dalam penelitian ini terdapat dua variabel, adapun variabel yang

digunakan yaitu:

a) Variabel bebas (Independent variable)

Biasanya lebih dikenal dengan variabel penyebab karena

memberikan sesuatu pengaruh terhadap peristiwa lain. Dalam

peristiwa ini variabel bebasnya adalah basil belajar mata pelajaran

pendidikan agama islam siswa kelas IV dan V di SD Negeri 02

Doplang Karangpandan Tahun Pelajaran 2021/2022.(Sutrisno, 2003).

Menurut ( Aunurrahman 2009) indikator yang mempengaruhi

hasil belajar adalah:

1) Daya serap yaitu tingkat penguasaan bahan pelajaran yang

disampaikan oleh guru dan dikuasai oleh siswa baik secara

individu maupun kelompok.

2) Perubahan dan pencapaian tingkah laku sesuai yang digariskan

dalam kompetensi dasar atau indikator belajar mengajar dari

tidak bisa menjadi bisa, dari yang tidak kompeten menjadi

kompeten.

Menurut Moore (dalam Ricardo & Meilani, 2017) indikator

hasil belajar ada tiga ranah, yaitu:


1) Kognitif diantaranya pengetahuan, pemahaman, pengaplikasian,

pengkajian, pembuatan, serta evaluasi.

2) Afektif meliputi penerimaan, emnjawab dan menentukan nilai.

3) Psikomotorik meliputi fundamental movement, generic

movement, ordinative movement, creative movement.

Adapaun indikator hasli belajar menurut Straus, Tetroe &

Graham (dalam Ricardo & Meilani, 2017) adalah:

1) Ranah kogmotif memfokuskan terhadap bagaimana siswa

mendapat pengetahuan akademik melalui metode pelajaran

maupun penyampaian informasi.

2) Ranah afektif berkaitan dengan sikap, nilai, keyakinan yang

berperan penting dalam perubahan tingkah laku.

3) Ranah psikomotorik, keterampilan dan pengembangan diri yang

digunakan pada kinerja keterampilan maupun praktek

pengembangan Selanjutnya dalam penelitian ini variabel hasil

belajar pendidikan agama islam siswa kelas IV dan V SD Negri

02 Doplang Karangpandan Tahun Pelajaran 2021/2022 akan

diukur dengan:

1) Pengetahuan tentang pendidikan agama islam yang dimiliki

siswa siswa kelas IV dan V SD Negri 02 Doplang

Karangpandan Tahun Pelajaran 2021/2022

2) Perubahan atau pencapaian tingkah laku yang terjadi pada


siswa kelas kelas IV dan V SD Negri 02 Doplang

Karangpandan Tahun Pelajaran 2021/2022

3) Keterampilan yang dimiliki oleh siswa kelas kelas IV dan V

SD Negri 02 Doplang Karangpandan Tahun Pelajaran

2021/2022

a) Variabel terikat (Dependent variable)

Variabel terikat yang dimaksud dalam penelitian ini adalah

etika sesama pada siswa kelas IV dan V SD Negri 02 Doplang

Karangpandan Tahun Pelajaran 2021/2022. Yang peneliti ambil

dari hasil angket. (Sutrisno, 2003)

Indikator etika terhadap sesama menurut ( Nurihsan 2003)

adalah:

1) Etika pergaulan.

2) Etika bertutur kata.

Indikator etika sesama menurut (Tsalikis, Fritzsche,1989)

adalah:

1) Standar perilaku individu

2) Standar perilaku dalam keluarga

3) Standar perilaku dalam komunitas

Indikator etika sesama menurut (Furqon 2010) adalah:

1) Sikap peduli
2) Toleransi

3) Saling Tolong- menolong

Selanjutnya dalam penelitian ini variabel etika sesama pada

siswa kelas IV dan V SD Negri 02 Doplang Karangpandan

Tahun Pelajaran 2021/2022 akan diukur dengan:

1) Etika pergaualan terhadap sesama.

2) Etika bertutur kata kepada sesama.

3) Etika pergaulan terhadap orang yang lebih tua.

2. Metode Pengumpulan Data

Dalam pengumpulan data penelitian ini menggunakan metode

dokumentasi, angket, wawancara, dan analisis data. Adapun sedikit

penjelasannya yaitu:

a) Metode dokumentasi

Metode dokumentasi ialah salah satu metode pengumpulan dengan

melihat atau menganalisis dokumen-dokumen yang dibuat oleh subjek

sendiri atau oleh orang lain oleh subjek. Dokumentasi merupakan salah

satu cara yang dapat dilakukan untuk mendapatkan gambaran dari sudut

pandang subjek melalui suatu media tertulis dan dokumen lainnya yang

ditulis atau dibuat langsung oleh subjek yang bersangkutan (Herdiansyah,

2010).

Pada penelitian ini, metode dokumentasi digunakan peneliti untuk

memperoleh data tentang nilai raport mata pelajaran pendidikan agama


islam pada Kelas IV dan V di SD Negeri 02 Doplang Karangpandan

Tahun Pelajaran 2021/2022 dan data tentang sekolah sebagai lokasi

penelitian.

b) Metode angket

Metode ini berkaitan dengan “suatu daftar yang berisi pertanyaan-

pertanyaan yang harus dijawab atau dikerjakan oleh siswa/anak didik

yang diselidiki atau direspon” (Walgito, 1989).

Dalam penelitian ini peneliti akan memberikan angket kepada

Siswa Kelas IV dan V di SD Negeri 02 Doplang Karangpandan Tahun

Pelajaran 2021/2022 dan data tentang sekolah sebagai lokasi penelitian.

3. Definisi Konseptual

Menurut Singarimbun dan Effendi (2001:2121) definisi konseptual

ialah penafsiran dari konsep yang digunakan, sehingga memudahkan

peneliti dalam megoperasikan konsep tersebut dilapangan.

Adapun definisi konseptual dalam penelitian ini adalah:

a. Hasil Belajar Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam

b. Akhlak Siswa

Dalam penelitian ini hal yang akan diteliti adalah Akhlak sesama

yang dimiliki siswa, dimana sekarang banyak sekali siswa yang

beretika kurang baik, banyak faktor yang mempengaruhinya salah

satunya adalah faktor lingkungan.


4. Definisi Operasional

Menurut( Nasir 1998) definisi operasional adalah suatu definisi yang

diberikan kepada suatu variabel dengan cara memberikan arti atau

menspesifikasikan suatu kegiatan ataupun memberikan suatu operasional

yang diperlukan untuk mengukur variabel tersebut.

Adapun definisi operasional dalam penelitian ini adalah:

a) Pengetahuan tentang pendidikan agama islam yang dimiliki siswa.

b) Perubahan atau pencapaian tingkah laku siswa seperti kebiasaan siswa

saat pembelajaran dimulai dan interaksi antar siswa.

c) Keterampilan yang dimiliki siswa yang berkaitan dengan mata

pelajaran pendidikan agama islam.

d) Akhlak pergaulan siswa: pergaulan terhadap sesama seperti rasa

peduli, tidak membeda-bedakan dan toleransi sedangkan pergaulan

terhadap orang yang lebih tua seperti menghormati, patuh dan sopan

santun.

e) Akhlak siswa dalam bertutur kata seperti jujur, tidak menghina, tidak

berkata kasar dan tidak membentak.


5. Kisi-Kisi Instrumen

Menurt Siregar (2014:119) instrumen penelitian merupakan suatu alat

yang digunakan peneliti untuk mempermudah pengumpulan data sehingga

data lebih mudah diolah

Tabel 3.1

Instrumen Penelitian
Alternatif Jawaban
Pernyataan
No A B C D
1 Saya melakukan sholat wajib 5x sehari
2 Selesai sholat, saya berdzikir dan berdoa
3 Saya sholat tepat waktu
4 Saya meninggalkan sholat 5 waktu
Saya melaksanakan puasa ramadhan karena
5
Paksaan
6 Saya mengaji al-qur’an setelah sholat
Saya melaksanakan sholat sunnah
7
tahajud/dhuha
8 Saya melaksanakan puasa sunnah
Saya memberi salam ketika bertemu dengan
9
Guru
10 Saya mengerjakan PR yang diberikan oleh guru
11 Saya membantu orang yang terkena musibah
Saya meminta maaf ketika melakukan
12
Kesalahan
13 Saya melerai teman yang bertengkar
14 Saya ramai ketika guru menjelaskan
15 Saya mengejek teman yang terkena musibah
Saya berkata halus dan lembut kepada orang
16
yang lebih tua
17 Saya pandai berterima kasih kepada orang lain
Saya menyingkirkan batu yang berada di tengah
18
Jalan
19 Saya membuang sampah pada tempatnya
Saya berhemat dalam menggunakan air, dan
20
Listrik
21 Saya membuat apotik hidup
Saya mengolah sampah menjadi bahan
22
Kerajinan
23 Saya membiarkan sampah yang berserakan
24 Saya menolong hewan yang sedang terluka.
.

Sumber : kisi – kisi instrumen oleh peneliti

Sumber : kisi –kisi instrument Oleh Peneliti

6. Uji Validitas dan Reliabilitas

a) Uji Validitas

Validitas adalah kegiatan untuk mengukur tingkat kevalidan

suatu instrumen. Suatu tes hasil belajar dapat dinyatakan valid apabila

tes hasil belajar tersebut sebagai alat pengukur keberhasilan peserta

didik dengan secara tepat, benar, sahih atau absah telah dapat

mengukur atau mengungkap hasil-hasil belajar yang telah dicapai oleh

peserta didik, setelah mereka menempuh proses belajar mengajar

dalam jangka waktu tertentu (Arikunto, 2006 ). Adapun rumus yang

digunakan untuk mencari validitas adalah rumus formula aiken

(Subando, 2020 ) dengan rumus :

v=
∑s
n(c−1)
keterangan :

S = r-Lo

c = skor tertinggi

r = skor tiap butir soal

Lo = skor terendah

V = validitas aiken’s

b) Uji Reliabilitas

Menurut Sugiyono (2012) Suatu tes dikatakan reliabel apabila tes

tersebut mampu memberikan hasil yang relatif tertutup apabila

dilakukan secara berulang pada kelompok individu yang sama.. Rumus

yang digunakan untuk menguji reliabilitas instrumen dalam penelitian

ini adalah dengan menggunakan Spearman Brown, yaitu:

n ∑ xy− (∑ x ) ( ∑ y )
r xy =
√(n ∑ x ¿−( ∑ x ) )(n ∑ y −(∑ y )²) ¿
2 2 2

Keterangan :

r xy = angka indeks korelasi “r” product moment

n = number of cases

∑ xy = jumlah hasil perkalian antara skor x dan y

∑x = jumlah seluruh skor x

∑y = jumlah seluruh skor y


Kemudian dari hasil perhitungan akan diperoleh penafsiran untuk

indeks reliabilitasnya.

E.Teknik Analisis Data

1) Uji Prasyarat

Adapun pengertian dan uji prasyarat analisis yang digunakan dalam

penelitian ini dengan uji normalitas yang dilakukan untuk mengetahui

apakah sebaran data yang diambil dalam penelitian berdistribusi normal

atau tidak. Uji kenormalan yang digunakan peneliti adalah uji

Kolomogorov-Semirnov dengan taraf signifikasi (α) = 0,05. Uji

Kolomogorov-Semirnov: jika Sig > 0,05 maka data berdistribusi normal,

jika Sig < 0,05 maka data tidak berdistribusi normal.

2) Uji Hipotesis

Kemudian analisis uji hipotesis berguna sebagai menentukan suatu

besaran yang menyatakan bagaimana kuat pengaruh suatu variabel

dengan variabel lain. Untuk menganalisis adanya pengaruh hasil belajar

Pendidikan Agama Islam terhadap Akhlak Siswa SD negeri 02 Doplang


Karangpandan. peneliti akan menggunakan tehnik analisis korelasi

Product Moment dengan rumus sebagai berikut (Anas, 2012).

n ∑ xy− (∑ x ) ( ∑ y )
r xy=
√(n ∑ x ¿−( ∑ x ) )(n ∑ y −(∑ y )²) ¿
2 2 2

Keterangan:

r xy = Koefisien korelasi antara X dan Y

ΣXY = Nilai hasil variabel (perkalian X dan Y)

ΣX = Nilai variabel pengaruh

ΣY = Nilai variabel terpengaruh

n = Jumlah siswa yang dijadikan sampel

Setelah dihitung dengan menggunakan rumus Product Moment

Korelation. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh tersebut

terhadap rxy di interpretasikan.

Anda mungkin juga menyukai