Anda di halaman 1dari 26

1

UPAYA GURU AGAMA ISLAM DALAM MEMBENTUK


PERILAKU KEAGAMAAN PESERTA DIDIK SMP N 1
KEJAJAR

PROPOSAL SKRIPSI

Disusun oleh :
Ana Fauziyatus Shofiyah
NIM. 2020010163

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS SAINS AL-QUR’AN (UNSIQ)
JAWA TENGAH DI WONOSOBO
2022
2

A. Latar Belakang Masalah


Guru adalah suatu profesi yang sangat mulia yang bertugas mendidik,
mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi
peserta didik.1 Guru sebagai penganti orang tua di sekolah yang mempunyai
peran sangat penting dalam upaya pembinaan perilaku keagamaan peserta
didik. Guru adalah figure sentral dalam menyelenggarakan pendidikan, karena
guru sosok yang diperlukan agar memacu keberhasilan peserta didiknya.
Orang yang berperan penting terhadap pserta didik ketika berada di
lingkungan sekolah ialah guru.Selain mengajar dan mendidik guru juga
berperan dalam mengembangkan kepribadian anak didiknya disamping itu
juga guru merupakan penganti tugas kedua orang tuanya dalam mendidik di
lingkungan sekolah.Terkadang guru dipandang serba tahu dan serba mampu
dalam menangani peserta didik disekolahnya.apabila ada sesuatu
permasalahan menimpa peserta didiknya mau tidak mau seorang guru harus
ikut terlibat dalam masalah yang ditimbulkan oleh peserta didiknya tersebut.
Apapun yang dikatakan oleh seorang guru pasti dianggap banar oleh peserta
didiknya, kepercayaan demikian besar ini maka akan mempengaruhi
pembentukan kepribadian dan perkembangan kepribadian peserta didik secara
keseluruhan.
Guru pendidikan agama islam adalah seseorang yang bertugas
mengajar dan mendidik agama islam dengan cara membimbing, menuntun,
memberi tauladan dan mengantarkan anak didiknya kearah kedewasaan
jasmani dan rohani. Tujuan dari pendidikan agama islam tersebut yang hendak
dicapai yaitu membimbing anak agar menjadi seorang yang beriman, teguh,
beramal sholeh sholihah dan berakhlak mulia, serta berguna bagi masyarakat
agama dan Negara.

1
Jamil Suprihatiningrum, Guru Profesional, Pedoman kinerja, Kualifikasi, & Kompetensi
Guru, (Cet III; Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2016), hal. 24.
3

Dalam proses pendidikan, guru ditunt untuk dapat membentuk


kompetensi dan kualitas pribadi anak didiknya. Karenanya, dalam UU
Sisdiknas di sebautkan bahwa pendidikan nasional diarahkan untuk
menjadikan peserta ddik agar menjadi manusia-manusia yang sempurna,
bertaqwa, dan beriman kepada Tuhan Yang Maha Esa, serta bertanggung
jawab.2
Khususnya seorang guru pendidikan agama islam harus bisa membawa
atau mendidik peserta didiknya kearah pembinaan yang sehat dan baik, setiap
guru harus dapat menyadari bahwa segala sesuatau pada dirinya akan menjadi
unsur-unsur pembinaan bagi para peserta didiknya. Disamping mendidik dan
mengajar yang dilakukan oleh guru dengan sengaja kepada peserta didiknya,
kepribadian guru, sikap, cara bergaul, dan berbicara guru pun juga dapat
mempengaruhui keadaan para peserta didiknya dalam bersikap dan belajar.
Peran guru dapat di katakan demikian yaitu terciptanya serangkaian
tingkah laku yang saling berkaitan yang telah dilakukan dalam suatu situasi
tertentu serta berhubungan dengan kemajuan zaman atau kemajuan dalam
perubahan.Tingkah laku dan perkembangan peserta didik itu yang menjadikan
tujuannya.3 Di dalam proses pembelajaran, seorang guru tidak hanya berperan
sebgai seseorang pendidik atau pengajar, tetapi juga sebagai pemberi
bimbingan dan penyuluhan terhadap peserta didiknya.
Pendidikan agama islam yang dilaksanakan di sekolah merupakan
bagian integral dalam program pengajaran pada setiap jenjang lembaga
pendidikan merupakan usaha bimbingan dan pembinaan guru terhadap peserta
didik dan memahami, menghayati, dan mengamalkan ajaran islam sehingga
menjadi manusia yang bertaqwa dan juga menjadi warga Negara yang baik.
Pendidikan juga dilakukan oleh lingkungan keluarga atau pun di
lingkungan masyarakat melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan latihan
yang berlangsung di luar sekolah yang disebut juga dengan pendidikan Non

2
Imam Nur Suharno, Membentuk Karakter Peserta Didik, (Cet. 1; Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2021), hal.44.
3
Moh. Uzer usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
2009), hal.4
4

formal. Dalam mewujudkan pendidikan tersebut dilakukan di dalam


lingkungan sekolah atau pun di luar lingkungan sekolah seperti halnya
pendidikan non formal yaitu dilakukan di luar sekolah terutama di lingkungan
keluarga atau masyarakat. Karena lingkungan tersebut sangat berpengaruh
sebelum memasuki pendidikan formal yaitu dilakukan di lingkungan sekolah.
Tujuan dari pendidikan agama islam maupun pendidikan nasional
memiliki tujuan yang sama yaitu pembentukan sikap, akhlak terpuji dan budi
pekerti yang luhur mampu dan sanggup menghasilkan manusia-manusia yang
berkarakter, bermoral baik, sopan dalam berbicara, dan berbuat mulia dalam
tingkah laku, jujur dan menghindari suatu perbuatan yang tercela dan selalu
mengingat Allah SWT. dalam setiap aktivias yang dilakukan. Dengan
demikian membentuk kepribadian peserta didk yang islami.4 Sikap tersebut
yang akan nantinya akan menjadikan seseorang tersebut dapat menjadi
dewasa.
Berbicara mengenai kepribadian peserta didik pastilah setiap individu
berbeda beda sikap maupun karakternya dikarenakan mereka memiliki
keluarga yang berbeda, lingkungan yang berbeda juga serta cara mendidik
yang berbeda pula.

B. Identifikasi Masalah
Identifikasi masalah yang muncul dan berkaitan dengan judul
penelitian atau permasalahan yang diteliti, maka identifikasi masalah dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Kurangnya perhatian dari guru terhadapa peserta didik dalam hal
berperilaku yang baik di sekolah.
2. Kurangnya penanaman peserta didik dalam hal keagamaan di sekolah
seperti halnya beribadah, tadarusan Qur’an.
3. Kurangnya motivasi terhadap peserta didik dalam hal keagamaan.

4
5

4. Kurangnya penanaman keagamaan didalam keluarga terhadap peserta


didik.
5. Kurangnya perhatian dari orang tua peserta didik terhadap anaknya dalam
hal agama.

C. Penegasan Istilah
Untuk menghindari kesalah pahaman dalam memahami maksud judul
yang tertera diatas, maka disini perlu penjelasan yang lebih jelas :
1. Guru Pendidikan Agama Islam
Guru Pendidikan Agama Islam adalah seorang yang telah
mengkhususkan dirinya atau menspesialisasikan diri untuk melakukan
kegitan menyampaikan ajaran-ajaran agama islam kepada peserta didik
sebagai pelaksana dari sistem pendidikan untuk mencapai tujuan yang
telah ditetapkan.
2. Perilaku Keagamaan
Perilaku keagamaan yaitu segala tindakan, perbuatan, atau ucapan
yang dilakukan seseorang yang berkaitan dengan agama, yang
diwujudkan dalam bentuk ibadah keseharian seperti shalat, puasa, sabar,
tawakal, dan bergaul dengan sebaya atau yang lebih dewasa dengan
berkegitan yang positif.
3. Peserta didik
Dalam persepektif pedagogis peserta didik diartikan sebagai
sejenis makhluk “homo educantum”, makhluk yang mengedepankan
pendidikan. Dalam pengertian ini, peserta didik di pandang sebagai
manusia yang memiliki potensi yang bersifat laten, sehingga dibutuhkan
binaan dan bimbingan untuk mengatualisasikannya agar dapat menjadi
manusia yang baik.

D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang sudah diuraikan maka rumusan
masalahnya adalah :
6

1. Bagaimana perilaku keagamaan peserta didik SMP Negri 1 kejajar ?


2. Bagaimana upaya guru pendidikan agama islam dalam membetuk perilaku
keagamaan pada peserta didik SMP Negri 1 Kejajar?
3. Bagaimana faktor pendukung dan faktor penghambat guru pendidikan
agama islam dalam membentuk perilaku keagamaan peserta didik SMP
Negri 1 Kejajar ?
E. Tujuan Penelitian
Dari rumusan masalah di atas dapat di ketahui tujuan penelitian
sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui perilaku keagamaan peserta didik SMP Negri 1
Kejajar.
2. Untuk mengethui upaya guru pendidikan agama islam dalam membentuk
perilaku keagamaan pada peserta didik di SMP Negeri 1 Kejajar.
3. Untuk mengetahui faktor pendukung dan faktor penghambat guru
pendidikan agama islam dalam membentuk perilaku keagamaan peserta
didik SMP Negeri 1 Kejajar.

F. Manfaat Penelitian
1. Manfaat teoritis
Manfaat teoritis ini yang diharapkan dari penelitian ini adalah
dapat memberikan wawasan dan tolak ukur terhadap rasa keagamaan yang
dimiliki oleh peserta didik yang di sebabkan oleh upya guru dalam
membentuk perilaku keagamaan terhadap peserta didik di SMP Negeri 1
Kejajar, penelitia ini juga diharapkan bisa memberikan pengetahuandan
meningkatkan rasa tentang keagamaan terhadap peserta didik di era
sekarang ini.

G. Landasan Teori
1. Kajian Pustaka
Kajian pustaka merupakan bagian dimana calon peneliti harus
mendemontrasikan hasil bacaannya yang eksentensif terhadap literature-
7

literature yang berkaitan dengan pokok masalah yang akan diteliti. Ini
dimaksudkan agar peneliti benar-benar mampu mengidentifikasi
kemungkinan signifikasi dan kontribusi akademik dari penelitiannya pada
konteks waktu dan tempat tertentu.5
a. Skripsi Muhaiminah Darajat, mahasiswa Proram Studi Kependidikan
Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan KeguruanUniversitas Islam Negeri
Sunan Kalijaga Yogyakarta pada tahun 2009. Dengan judul “Upaya
Guru Pendidikan Agama Islam dalam Pembinaan Akhlal Siswa-Siswi
di SD Negeri Ungaran 1 Yogyakarta”.
Kesimpulan dari penelitinya menyebutkan bahwa:
1) SDN Ungaran 1 Yogyakarta merupakan sekolahan favorit yang ada
di Yogyakarta, berbagai sarana lengkap untuk menunjang
pelaksanaan pembelajaran, akan tetapi dilihat dari sisi akhlak
siswa-siswi masih banyak yang perlu diperbaiki.
2) Hasil penelitian menunjukkan bahwa upaya guru PAI dalam
pembinaan akhlak siswa siswi SDN Ungaran 1 Yogyakarta yaitu
pembinaan disiplin meliputi disiplin waktu, disiplin menegakkan
aturan, disiplin sikap, dan disiolin dalam beribadah, tatakrama,
kepedulian sosial, kisah para nabi/ tokoh.6
Keterkaitan skripsi yang telah diteliti dengan penelitiaan yang akan
dilakukan oleh peneliti adalah membahas tentang upaya guru
pendidikan agama islam dalam pembinaan akhlak. Sedangkan
perbedaan dengan skripsi yang akan peneliti lakukan ialah SDN
Ungaran 1 Yogyakarta menggunakan beberapa metode, salah satunya
menggunakan metode pembiasaan untuk meningkatkan akhlak siswa
siswi seperti dalam penerapan mengunakan metode pembiasaan
terhadap siswa siswinya untuk mengajarkan bagaimana mengikuti

Unsiq Press, Panduan Penulisan Skripsi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK)
5

Jawa Tengah di Wonosobo,(Wonosobo: Unsiq Press, 2019), hal. 38.


6
Muhaiminah Darajat, “Upaya Guru Pendidikan Agama Islam dalam Pembinaan Akhlak
Siswa-Siswi SDN Ungaran 1 Yogyakarta” (Skripsi Sarjana, Fakultas Tarbiyah UIN Sunan
Kalijaga Yogyakarta,2009), hal. 98-102.
8

aturan dalam mengembangkan pola-pola disiplin yang efektif pada


siswa dapat tercapai dengan baik.
Persamaan peneliti antara penelitian diatas yaitu penelitian yang
akan dilakukan terletak pada jenis penelitiananya yaitu penelitian
kualitatif yang meneliti tentang aspek yang bisa meningkatkan akhlak
peserta didik dan beberapa strategi yang dilakukan.
Perbedaanya dengan penelitian yang akan dilakukan adalah strategi
yang digunakan dalam meningkatkan akhlak peserta didik. Dalam
penelitian ini menggunakan beberapa metode khususnya dalam hal
ibadah yaitu memberikan pengaruh dan teladan kepada peserta didik
seperti melaksanakan shalat berjamaah dan memberikan pencerahan
kalbu secara rutin, adapun yang terkait dengan akhlak peserta didik
yang masih bermasalah maka diperlukan pembinaan akhlak untuk
mengarahan peserta didik menjadi lebih baik yaitu menggunakan
metode pendekataan terhadap peserta didik dan menggunakan metode
motivasi.
b. Skripsi Sigit Yudianto, mahasiswa Program Studi Pendidikan Agama
Islam Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadaiyah Surakarta,
tahun 2015 dengan judul “Upaya Guru PAI dalam Meningkatkan
Akhlak Mulia Peserta Didik kelas VII di SMP Negeri 3 Tawangsari
Sukoharjo Jawa Tengah Tahun Ajaran 2015”.
Kesimpulan dari penelitiannya menyebutkan :
1) Dalam uapya meningkatkan akhlak mulia peseta didik seorang
guru Pendidikan Agama Islam memiliki peranan yang sangat
penting, adapun tugas guru agama islam antara lain: mengajarkan
ilmu pengetahuan agama islam, menanamkan keimanan dalam jiwa
anak, mendidik anak agar taat kepada agma, mendidik anak agar
berbudi pekerti yang mulia. Inilah yang sedang dilakukan oleh
guru Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 3 Tawangsari.
Selain memberikan materi guru juga memiliki peranan dalam
meningkatkan akhlak mulia peserta didik.
9

2) Hasil penelitian menunjukka bahwa penelitian ini membahas


tentang bagaimana upaya guru PAI dalam meningkatkan akhlak
mulia peserta didik menggunakan metode pembiasaan dan metode
keteladanan.7
Keterkaitan skripsi dengan penelitian yang akan dilakukan
peneliti adalah membahas tentang meningkatkan akhlak mulia
terhadap peserta didik dengan metode pembiasaan dan metode
keteladanan.
Sedangkan perbedaannya adalah dalam penelitian tersebut
terfokus terhadap meningkatkan akhlak mulai peserta didik,
sedangkan penelitian yang akan diteliti yaitu terhadap sikap
perilaku peserta didik dalam membentuk perilaku keagamaan.
Keterkaitan skripsi dengan penelitian yang dilakukan oleh
peneliti adalah menanamakan perilaku islami terhadap peserta
didik, jika dalam skripsi variabel yang diteliti adalah peran guru
pendidikan agama islam dalam menanamkan perilaku islami siswa
di SMKN 5 Palangkaraya, dalam penelitian yang akan dilakukan
adalah bagaimana upaya guru pendidkan agama islam dalam
membentuk perilaku keagamaan peserta didik SMP Negeri 1
Kejajar.
2. Kajian teori
Dalam penelitian kualitatif tidak digunakan landasan teori, tetapi
menggunakan kajian teori karena teori yang digunakan tidak digunakan
sebagai landasan untuk merumuskan hipotesis, tetapi digunakan untuk
memperkuat peneliti sebagai human instrument, sehingga peneliti mampu
membuat pertanyaan penelitian, mengumpulkan data dan analisis data
kualitatif secara alamiah atau natural berdasarkan peristiwa-peristiwa yang

7
Sigit Yudianto, “Upaya Guru PAI dalam Meningkatkan Akhlak Mulia Peserta Didik
Kelas VII di SMP Negeri 3 Tawangsari Sukiharjo Jawa Tengah Tahun Ajaran 2015”, (Skripsi
Sarjana, Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Sukoharjo, 2015), hal. 1.
10

terjadi paa situasi sosial tertentu. Situasi sosial menurut Spradley adalah
Place, Aktor, dan Activity (orang, tempat, dan aktivitas).8
a. Upaya
1) Pengertian upaya
Upaya adalah segala usaha yang dilakukan oleh guru untuk
mencapai tujuan pendidikan yaitu untuk mengembangkan potensi
keagamaan peserta didik agar menjadi manusia yang baik, budi
pekerti.Juga untuk mencapai suatu maksud, memecahkan
persoalan, mencari jalan keluar.Upaya ini adalah bagaian yang
dimainkan oleh guru atau bagian dari tugas utama yang
dilaksanakan.
b. Guru Pendidikan Agama Islam
1) Pengertian Guru Agama Islam
Pengertian dari guru pendidikan agama islam adalah
seseorang yang mengajarkan atau membimbing peserta didiknya
yang menyangkut semua ajaran-ajaran agama islam sebagai
pelasana dari sistem pendidikan untuk mencapai tujuan yang telah
di tetapkan.
2) Kompetensi Guru Pendidikan Agama Islam
Kompetensi adalah kewenangan atau kecakapan untuk
menentukan atau memutuskan sesuatu hal. Maka kompetensi guru
agama adalah kewenangan untuk menentukan pendidikan agama
yang akan dijadikan pada jenjang tertentu di sekolah tempat guru
mengajar tersebut.9
Kompetensi merupakan pengetahuan, keterampilan, dan
nilai-nilai dasar yang direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan
bertindak. Guru memegang peranan utama dalam pendidikan, oleh
kerena itu peran guru merupakan memiliki peranan yang sangat

8
.
Zakiyah Darajat, Pendidikan Islam Dalam Keluarga dan Sekolah (Cet. 1; Jakarta: CV.
9

Ruhama, 1994), hal. 95.


11

penting yaitu guru dituntut untuk mengembangkan kompetensinya


agar mampu mengemban amanah sebagai pendidik secara
professional sehingga guru mampu mengarahkan, memfasilitasi,
dan mengembangkan potensi yang dimiliki oleh peserta didik.
Karena itu diperlukan upaya untuk meningkatkan dan
mengembangkan kualitas guru. Pada era globalisasi seperti
sekarang ini, peraturan pemerintah No. 16 Tahun 2007 tentang
Standar Kompetensi Guru menjelaskan bahwa kompetensi yang
diperlukan oleh guru terbagi atas empat katagori yaitu : “ Guru
mata pelajaran agama islam harus memilik kompetensi pedagogik,
kepribadian, sosial, professional”.10
Sehububgan dengan macam kompetensi sebagaimana yang
diuraikan, maka kompetensi guru mata pelajaran agama islam
dapat dijabarkan sebagai berikut:
a) Kompetensi Pedagogik
Kompetensi pedagogik merupakan kemampuan yang
berkaitan dengan pemahaman peserta didik, kemampuan guru
dalam pengelolaan pembelajaran peserta didik yang sekurang-
kurangnya meliputi sebgai berikut :
(1) Pemahaman wawasan atau landasan kependidikan.
(2) Pemahaman terhadap peserta didik.
(3) Perancangan pembelajaran
(4) Pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis.
(5) Pemanfaatan teknologi pembelajaran.
(6) Evaluasi hasil belajar.
(7) Pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan
berbagai potensi yang dimilikinya.11
b) Kompetensi Kepribadian

Imam Nur Suharno, Membentuk Karakter Peserta Didik, (Cet. 1; Bandung: PT Remaja
10

Rosdakarya, 2021), hal. 60.


Jamil Suprihatiningrum, Guru Profesional Pedoman Kinerja, Kualifikasi,& Kompetensi
11

Guru,(Cet. III; Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2016), hal. 101-103.


12

Kompetensi kepribadian yang dimiliki seorang guru


merupakan kemampuan personal yang mencerminkan
kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif dan berwibawa,
menjadi teladan bagi peserta didik dan berakhlak mulia.12
c) Kompetensi Sosial
Kompetensi sosial merupakan kemampuan yang
dimiliki oleh guru sebgai bagian dari masyarakat yang
sekurang-kurangnya meliputi kompetensi untuk :
(1) Berkomunikasi dan bergaul secara efektif
(2) Manajemen hubungan antara sekolah dan masyarakat.
(3) Ikut berperan aktif di masyarakat.
(4) Menjadi agen perubahan sosial.13
d) Kompetensi professional
Kompetensi professional merupakan kemampuan yang
berkaitan dengan penguasaan materi pembelajran bidang studi
secara luas dan mendalam yang mencakup penguasaan
substansi keilmuan yang menangui materi kurikulum tersebut,
serta menambah wawasan keilmuan sebagai guru.14
(1) Guru harus menguasai materi, struktur, konsep, dan pola
piker keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang
diampu.
(2) Menguasai standar kompetensi dan kompetensi dasar mata
pelajaran/bidang pengembangan yang diampu.
(3) Mengembangkan keprofesional secara berkelanjutan
dengan melakukan tindakan refleksi, dan
(4) Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk
berkomunikasi dan mengembangkan diri.15

12
Ibid.,hal. 106.
13
Ibid.,hal. 110-111.
14
Ibid.,hal. 115.
15
Imam Nur Suharno, op. cit., hal.61.
13

3) Fungsi Guru Agama


Fungsi guru ialah mendidik, fungsi ini berjalan sejajar
dalam melakukan kegiatan mengajar (fungsi instruksional) dan
kegiatan bimbingan, bahkan dalam setiap tingkah laku guru dalam
berhadapan dengan peserta didiknya (interksi edukasi) senantiasa
terkandung fungsi mendidik.
Mengingat lingkup pekerjaan guru sebagai pengajar, maka
fugsi itu meliputi :

a) Guru sebagai pengajar


Dalam pendidikan di lingkungan sekolah, maka tugas
guru sebagian besar yaitu mendidik dengan cara mengajar.
Sering orang salah duga dalam mengartikan bahwa tugas guru
hanyalah semata-mata mengajar bahkan masih banyak diantara
para guru sendiri yang beranggapan demikian atau tampak
masih dominan dalam karir sebgaian besar guru, sehingga dua
tugas lainnya menjadi tersisihkan atau terabaikan sebgai
pengajar, guru bertugas membina perkembangan pengetahuan,
sikap, dan keterampilan.
b) Sebagai pembimbing dan pemberi bimbingan
Pembimbing dan pemberi bimbingan tersebut sering
dilakukan oleh guru yang ingin mendidik dan yang bersikap
mengasihi dan mencintai peserta didiknya. Bagi guru agama
bimbingan belajar dan bimbingan perkembangan sikap
keagamaan demikian bermaksud agar setiap peserta didik
diinsyafkan mengenai kemampuan dan potensi dari peserta
didik yag sebenarnya dalam kapasitas belajar dan bersikap.
c) Sebagai pemimin atau manager kelas
Guru bertugas juga sebgai tenaga adminitrasi, bukan
berarti sebgai pegawai kantor, melainkan sebgai pengelola
14

kelas atau pengelola kelas (manager) interaksi belajar


mengajar.
Dalam ketiga hal tersebut merupakan salaing
berhubungan dan tidak terpisahkan dari mengajar itu sendiri,
ketiga tugas tersebut dilaksanakan sejalan secara seimbang dan
serasi.Tidak boleh satu pun yang bertabrakan, karena semuanya
fungsional dan saling berkaitan dalam menuju keberhasilan
pendidikan sebagai suatu keseluruhan yang tidak
terpisahkan.16Dengan demikian dapat diharapkan dari padanya
untuk mengerahkan segala kemampuan dan keterampilannya
dalam mengajar secara professional dan efektif.
c. Perilaku keagamaan
1) Pengertian Perilaku Keagamaan
Perilaku merupakan suatu perbuatan atau tindakan yang
dilakukan oleh seseorang dalam melakukan respon terhadap
sesuatu kemudian dijadikan kebiasaan karena adanya nilai yang
telah diyakini, perilaku tersebut tidak timbul dengan sendirinya
tetapi kerena adanya stimulasi atau rangsangan yang mengenainya
yaitu berupa dorongan untuk bertindak dalam memenuhi
kebutuhan untuk mencapai tujuan.
Sedangkan keagamaan yaitu segala tindakan yang
berhubugan terhadap kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Jadi, perilku keagamaan dapat disimpulkan dari uraian di
atas yaitu segala tindakan, perbuatan, atau ucapan yang dilakukan
seseorang yang berkaitan dengan agama.Semua dilakukan karena
adanya kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.dengan
ajaran-ajaran yang harus dilakukan bagi pemeluknya, bagi pemeluk
agama islam ada ajaran yang harus dilakukan da nada pula yang
berupa perintah yang harus dilakukan antara lain yaitu shalat,

16
Zakiyah Darajat, dkk, Metodik Khusus Pengajaran Agama islam, (Cet. II; Jakarta: Bumi
Aksara, 2009), hal. 264.
15

zakat, puasa, haji, menolong orang lain yang membutuhkan


bantuan dan masih banyak lagi. Sedangkan yang berkaitan ajaran
yang dilarang itu seperti minum-minuman keras, judi, korupsi,
zina, dan lain sebgainya.
Jadi dapat di simpulkan bahwa perilaku keagamaan ialah
tanggapan atau reaksinya seseorang sebagai akibat dari akumulasi
pengalaman sebagai respon yang diterimanya, yang diwujudkan
dalam bentuk ibadah keseharian seperti shalat, puasa, sabar,
tawakal, dan bergaul dengan sebaya atau yang lebih dewasa.
2) Perkembangan agama terhadap anak remja
Pada umumnya perkembangan agama seseorang secara
konkrit ditentukan oleh pengalaman, pendidikan, dan pergaulannya
semenjak masih kecil dalam kehidupan sehari-hari, pengalam
dalam lingkungan rumah tangga merupakan dasar dalam
pertumbuhan dan perkembangan agama pada setiap anak. Hal ini
kelak akan berlanjut dalam pendidikannya di sekolah, sehingga
pendidikan agama dilingkungan keluarga mempunyai peranan
penting dan sangat menentukan (Nurwanita Z, 2007:39).17
Pengaruh pendidikan agama di lingkungan keluarga begitu
besar pengaruhnya dalam pusat kehidupan rohani bagi anak, anak-
anak dapat menerima agama dalam lingkungan keluarga dari orang
tuanya.Maka peran orang tua dalam mendidik agama kepada anak-
anaknya begitu berpengaruh sangat besar.
Pembinaan dan motivasi agama diharapkan akan dapat
membentuk kebiasaan hidup beragama, yang akan memberi corak
dan warna tingkah laku dalam kehidupan sehari-hari. Dan bertitik
tolak dalam kebiasaan ini akan menjadi norma dan aturan hidup
sehingga dapat diharapkan akan menjadi normal dan aturan hidup
sehingga dapat diharapkan akan membudaya di kalangan remaja.
17
Al-Liqo “Upaya Guru Pendidikan Agama Islam dalam Menigkatkan Pemahaman
Keagamaan Siswa,” (Jurnal Pendidikan Islam), Vol.6, No. 1 (2021), hal.25.
http://doi.org/10.46963/alliqo.v6i1.331. (11 November 2021)
16

Untuk membentuk perilaku peserta didik diperlukan suatu


pembinaan dan motivasi serta pengarahan dan pendidikan untuk
membentuk kebiasaan dalam hidup beragama.
Adapun bentuk-bentu perilaku keagamaan di kalangan
remaja, yaitu :
a) Pembentukan kebiasaan bersikap dan perilaku sesuai dengan
tuntutan akhlaqul karimah yang di contohkan rasulullah saw.,
seperti mengucapkan atau menjawab salam kepada sesame
teman di sekolah, berdoa bersama sebelum memulai dan
sesudah selaesai kegiatan belajar mengajar, mendoakan teman
atau anggota keluarganya yang sakit atau yang sedang tertimpa
musibah, bersikap santun dam rendah hati, saling menghormati
dan menolong antar sesame dan semacamnya. Selain itu, unsur
keteladanan dan suasana lingkungan memegang peranan utama
dalam pembentukan kebiasaan dengan demikian melalui
pemahaman, keteldanan dam lingkungan yang selaras dengan
petunjuk agama, siswa akan terdorong untuk membentuk
dirinya menjadi seorang muslim.
Adapun dalam pembentukan kebiasaan meliputi :
(1) Kebiasaan berbuat ihsan terhadap Allah SWT.
(2) Kebiasaan berbuat ihsan terhadap sesama manusia.
(3) Kebiasaan berbuat ihsan terhadap makhluk Allah SWT.
lainnya.18
b) Melaksanakan kegiatan-kegiatan yang bersifat religious
(1) Shalat dhuha dan shalat dhuhur berjamaah untuk
meningkatkan disiplin ibadah dan memperdalam rasa
kebersamaan dan persaudaraan antar sesama muslim.
Sesudah shalat dhuhur diupayakan diadakan kultum (kuliah
tujuh menit) untuk melatih siswa mengemukakan pokok-

18
Zakiyah Darajat, dkk, Ilmu Pendidikan Islam, (Cet. VII; Jakarta: Bumi Aksara, 2009),
hal. 264.
17

pokok pikiran tentang nilai dan norma agama islam yang


menjadi panutan dan bimbingan perilaku setiap hari.
(2) Mengumpulkn zakat, infaq, dan sedekah, mengumpulkan
pakaian bekas seragam sekolah atau pakaian bekas lainnya
yang masih layak dipakai, mengumpulkan buku-buku bekas
yang masih layak dipakai untuk diberikan kepada yang
lebih membutuhkan, anak yatim piatu, dan fakir miskin.
Kegiatan ini bermanfaat untuk membina perilaku dan
peduli antara sesama yang secara ekonomi kurang
beruntung.
(3) Melaksanakan pesantren ramadhan dan pesantren kilat
untuk memberikan tambahan pengetahuan pengetahuan dan
pemahaman tentang nilai dan norma islam yang
dilaksanakan pada bulan ramadhan dan liburan panjang.
Program ini akan mencapai keberhasilan apabila
disiapkan secara matang dengan mendayungkan semua
sumber daya yang tersedia di sekolah dan lingkungan
sekitarnya.
(4) Melaksanakan peringatan hari-hari besar islam untuk
meningkatkan dakwah dan wawasan peserta didik tentang
sejarah, nilai dan norma agama islam yang berkembang di
masa kini dan masa yang akan datang. Kegiatan ini
sebaiknya dilakasankan dengan mengadakan kerja sama
dengan lembaga-lembaga islam yang berada di sekitar
sekolah, seperti masjid, pondok pesantren, pusat-pusat studi
islam dan semacamnya.
(5) Melatih peserta didik untuk memiliki kebiasaan tolong
menolong dalam kehidupan sehari-hari seperti
meminjamkan pensil, penghapus kepada teman yang
sedang membutuhkan.19

19
18

Jadi dapat disimpulkan bahwa perilaku keagamaan itu


sangat diperlukan untuk melatih peserta didik agar selalu
mengingatkan dan melaksanakan segala perintah Allah SAW.,
dan menjauhi segala larangan-Nya.
H. Hipotesis
1. Hipotesis Alternatif (Ha)
Hipotesis Ha adalah hipotesis yang menyatakan adanya pengaruh antara
variabel dengan variabel lain. Oleh karena itu hipotesis Ha pada penelitian
ini yaitu : ada pengaruh yang signifikan dalam pembentukan perilaku
keagamaan. Jika Ha diterima artinya ada pengaruh antara variabel
intensitas upaya guru Agama Islam terhadap variabel pembentukan
perilaku kegamaan peserta didik SMP N1 Kejajar , kemudian Ho ditolak.
2. Hipotesis Nol (Ho)
Hipotesis nol atau nihil adalah hipotesis yang menyatakan tidak ada
pengaruh antara variabel dengan variabel lain. Oleh karena itu hipotesis
Ho pada penelitian ini yaitu: tidak ada pengaruh yang signifikan upaya
guru Agama Islam terhadap regulasi pembentukan perilaku kegamaan
peserta didik SMP N1 Kejajar
I. Metode Penelitian
3. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini merupakan kualitatif, penelitian ini hanya
berusaha mengungkapkan atau mendeskripsikan fakta di lapangan dengan
apa adanya. Secara istilah penelitian kualitatif sebagaimana pendapat yang
diungkapkan Lexy J. Moleong dalam Bogdan dan Taylor adalah
merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan sata deskriptif berupa
kata-kata tertulis atau lisan dari orang lain atau perilaku yang diamati. 20
Jadi penelitian kualitatif hanya berusaha mendeskripsikan atau
mengunggkapkan fakta dengan apa adanya sesuai kondisi dan keadaan
yang sebenarnya sebagaimana kenyataan yang terjadi di lapangan.

Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Cet. 39; Bandung : PT Remaja Rosdakarya,
20

2019), hal. 4.
19

4. Sumber Data
a. Data Primer
Sumber data primer yang meliputi dimaksud adalah keseluruhan yang
menjadi obyek penelitian yakni meliputi : tempat (SMP Negeri 1
Kejajar), pelaku (guru dan peserta didik), dan aktivitas pembelajaran,
kegiatan pembinaan lainnya.
b. Data Sekunder
Sumber data sekunder yang dimaksud yakni referensi dari buku-buku
yang relevan dengan masalah yang menjadi focus penelitian yang
berkaitan dengan pengembangan kecerdasan emosional peserta didik.
5. Tempat dan Waktu Penelitian
Tempat penelitian adalah tempat dimana proses studi yang
digunakan untuk memperoleh pemecahan masalah penelitian berlangsung.
Adapun tempat penelitian akan dilaksanakan oleh peneliti yaitu SMP
Negeri 1 Kejajar, yang merupakan sekolah dibawah naungan Negara.
Adapun mengenai waktu penelitian yaitu setelah mendapat
persetujuan dan izin penelitian, peneliti akan memulai penelitian sesuai
program yang telah diajukan.
6. Variabel Penelitian
Variabel penelitian pada dasarnya adalah segala sesuatu yang
membentuk apa saja yang diterapkan oleh peneliti untuk di pelajari
sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut kemudian ditarik
kesimpulannya. Secara umum variabel penelitian dapat dibedakan menjadi
dua yaitu variabel independen (variabel bebas), variabel dependen
(variabel terikat), variabel moderator, variabel intervering dan variabel
control.
7. Subjek Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 1 Kejajar, untuk
mendapatkan sumber data dalam penelitian ini ada beberapa hal yang
menjadi sumber penelitian :
a. Kepala Sekolah SMP Negeri 1 Kejajar
20

b. Wakil Kepala Kurikulum SMP Negeri 1 Kejajar


c. Guru SMP Negeri 1 Kejajar
d. Peserta didik SMP Negeri 1 Kejajar
8. Teknik Pengumpulan Data
a. Observasi
Observasi adalah proses yang dilakukan peneliti dengan cara
mengamati secara langsung objek penelitian dari jarak dekat. Sugiyono
dam Nasution, menyatakan bahwa observasi adalah dasar semua ilmu
pengetahuan. Para ilmuan hanya bisa bekrja berdasarkan data yaitu
fakta mengenai dunia kenyataan yang diproses melalui observasi.21
Peneliti akan mengambil data bagiamana keadaan karakter
peserta didik di sekolahan tersebut. Observasi ini digunakan penulis
untuk memperoleh data yang relevan terhadap penelitian tentang upaya
guru pendidikan agama islam dalam membentuk perilaku keagamaan
peserta didik SMP Negeri 1 Kejajar.
Metode observasi ini sangat penting untuk mengamati yang
menjadi focus penelitian untuk mendapatkan data yang akurat.
Penelitan meninjau langsung kelapangan untuk meneliti fenomena
yang terjadi di SMP Negeri 1 Kejajar.
b. Wawancara
Wawancara adalah merupakan pertemuan dua orang untuk
bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab sehingga dapat
dikontruksikan makna dalam suatu topic (Esterbeng (2002)).22
Wawancara ini digunakan sebagai teknik pengumpulan data
apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan
permasalahan yang harus diteliti oleh peneliti.pengumpulan data ini
mendasarkan pada laporan tentang diri sendiri.

21
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Kuantitatif, Kualitatif, Kombinasi, R&D, dan
Penelitian Pendidikan. (Cet. I; Bandung: Alfabeta, 2019), hal. 211.
22
Ibid.,hal. 418.
21

Wawancara yang akan dilaksanakan dalam penelitian ini ialah


kepada kepala sekolah, waka kurikulum, guru, dan peserta didik kelas
VII A SMP Negeri 1 Kejajar.
Metode wawancara dalam hal ini sangat penting untuk
mengetahui masalah lebih jauh karena peneliti berkesempatan bertemu
langsung dengan sumber data (responden) yang valid.
c. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu.
Dokumentasi bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya
monumental dari seseorang. Dokumen yang berbentuk tulisan
misalnya catatan harian, sejarah kehidupan (life histories), ceritera,
biografi, peraturan, kebijakan. Dokumen yang berbentuk gambar
misalnya foto, gambar hidup, sketsa, dan lain-lain.Studi dokumen
merupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi dan
wawancara dalam penelitian kualitatif.23
Dokumen ini digunakan untuk mendapatkan data tentang
keadaan peserta didik, guru, dan sarana prasarana yang ada di SMP
Negeri 1 Kejajar. Jadi dapat disimpulkan bahwa dokumentasi adalah
cara pengumpulan data melalui peninggalan yang tertulis seperti arsip-
arsip, buku, dan lain-lainnya.
9. Instrument Penelitian
Instrument penelitian merupakan alat untuk mmemperoleh data
atau informasi dari informan atau responden.Karena itu, instrument (alat)
peneliti harus betul-betul dirancang dan disusun sedemikian rupa sehingga
dapat menghasilkan data informasi sebgaimana yang diharapkan oleh
peneliti tersebut.
Instrument penelitian sebagai alat pengumpulan data atau
informasi dari objek penelitian yang digunakan, yaitu sebagai berikut:
a. Pedoman Observasi

23
Ibid.,hal. 430.
22

Pedoman observasi (lembar pengamatan) adalah alat yang


dibuat sebagai panduan untuk mengamati objek penelitian di lapangan
yakni untuk memperoleh data tentang upaya guru pendidikan agama
islam dalam membentuk perilaku keagamaan peserta didik SMP Negri
Kejajar.
b. Pedoman wawancara
Pedoman wawancara yaitu alat yang dibuat untuk melakukan
wawancara pada responden yang berisi daftar pertanyaan sebagai
panduan yang dibuat sebelum turun di lapangan, untuk mendapatakan
data yang dibutuhkan peneliti akan melakukan wawancara terhadap
guru pendidikan agama islam yang peneliti anggap mengetahui
permasalahan yang dibutuhkan dalam penelitian upaya guru
pendidikan agama islam dalam membentuk perilaku keagamaan
peserta didik SMP Negeri 1 Kejajar.
c. Pedoman dokumentasi
Pedoman dokumentasi yaitu alat untuk mendapatkan data yang
berupa tulisan-tulisan atau yang lainnya yang berhubungan dengan
objek penelitian upaya guru pendidikan agama islam dalam
membentuk perilaku keagamaan peserta didik di kelas SMP Negeri 1
Kejajar yang akan dibahas dalam penelitian serta digunakan sebagai
teknik penguat dari hasil teknik wawancara dan observasi.
10. Uji Keabsahan Data
Uji keabsahan data merupakan standar kebenaran suatu data hasil
penelitian yang lebih menekankan pada data atau informasi dari pada sikap
dan jumalah orang.Pada dasarnya uji keabsahan data dalam sebuah
penelitian hanya menekankan uji validasi dan uji reliabilitasi.24

24
Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, Penelitian Memberikan
Deskripsi, Ekspansi, Prediksi, Inovasi, dan juga dasar-dasar teoritis pengembangan, (Bandung:
PT Remaja Rosdakarya, 2012), hal. 245-248
23

Uji keabsahan data dalam penelitian sering hanya ditekankan pada


uji validitas dan realibilitas.Dalam penelitian kuantitatif kriteria utama
terdapat data hasil penelitian adalah valid, reliable dan objektif.25
11. Teknik Analisis Data
Bogdan menyatakan bahwa analisis data adalah proses mencari dan
menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara,
catatan lapangan, dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data
kedalam katagori menjabarkan, menjabarkan ke dalam unit-unit,
melakukan sintesia, menyusun kedalam pola, memilih mana yang penting
dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah
dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain.26
Miles and Huberman (1984), mengemukakan bahwa aktivitas
dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung
secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh.
Tahapan dalam analisis data kualitatif yaitu: reduksi data (data reduction),
paparan data (data display), dan penarikan kesimpulan dan verifikasi
(conclusion drawing/verification.27

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, Agus. 2014. Psikologi Sosial Integgrasi Pengetahuan Wahyu dan


Pengetahuan Empirik, Cet II; Jakarta: Rajawali Press.

25
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan., hal. 485.
26
Ibid.,hal. 236.
27
Ibid.,hal. 238.
24

Al-Liqo “Upaya Guru Pendidikan Agama Islam dalam Menigkatkan Pemahaman


Keagamaan Siswa,” Jurnal Pendidikan Islam., Vol.6, No. 1 2021.,
hal.25. http://doi.org/10.46963/alliqo.v6i1.331. 11 November 2021.

Darajat, Muhaiminah. 2009 . “Upaya Guru Pendidikan Agama Islam dalam


Pembinaan Akhlak Siswa-Siswi SDN Ungaran 1 Yogyakarta”
Skripsi Sarjana, Fakultas Tarbiyah UIN Sunan Kalijaga
Yogyakarta.

Darajat, Zakiyah, dkk. 2009. Ilmu Pendidikan Islam, Cet. VII; Jakarta: Bumi
Aksara.

Darajat, Zakiyah, dkk. 2009. Metodik Khusus Pengajaran Agama islam, Cet. II;
Jakarta: Bumi Aksara.

Darajat, Zakiyah. 1994. Pendidikan Islam Dalam Keluarga dan Sekolah Cet. 1;
Jakarta: CV. Ruhama.

Moleong, Lexy J. 2019. Metodologi Penelitian Kualitatif, Cet. 39; Bandung : PT


Remaja Rosdakarya.

Ramayulis. 2001. Metodologi Pengajaran Agama Islam, Jakarta: Kalam Mulia.

Sary, Noorita Ardian. 2019 . “Peran Guru pendidikan Agama Islam dalam
Menanamkan Perilaku Islami Siswa di SMKN-5
Palangkaraya”,Skripsi Sarjana, Fakultas Tarbiyah dan Ilmu
Keguruan, Institut Agama Islam Negeri Palangkaraya.

Sugiyono. 2019. Metode Penelitian Pendidikan Kuantitatif, Kualitatif, Kombinasi,


R&D, dan Penelitian Pendidikan. Cet. 1;Bandung: Alfabeta.

Suharno, Imam Nur. 2021. Membentuk Karakter Peserta Didik, Cet. 1; Bandung:
PT Remaja Rosdakarya.
25

Sukmadinata, Nana Syaodih. 2012. Metode Penelitian Pendidikan, Penelitian


Memberikan Deskripsi, Ekspansi, Prediksi, Inovasi, dan juga
dasar-dasar teoritis pengembangan, Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.

Suprihatiningrum, Jamil. 2016. Guru Profesional Pedoman Kinerja, Kualifikasi,&


Kompetensi Guru,Cet. III; Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.

Tohirin. 2006. Psikologi Pembelajaran Pendidikan Agama islam, Jakarta: PT.


Raja Gravindo Persada.

Unsiq Press. 2019. Panduan Penulisan Skripsi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan FITK. Jawa Tengah di Wonosobo,Wonosobo: Unsiq
Press.

Usman, Moh. Uzer. 2009. Menjadi Guru Profesional, Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.

Yudianto, Sigit. 2015 . “Upaya Guru PAI dalam Meningkatkan Akhlak Mulia
Peserta Didik Kelas VII di SMP Negeri 3 Tawangsari Sukiharjo
Jawa Tengah Tahun Ajaran 2015”, Skripsi Sarjana, Fakultas
Agama Islam Universitas Muhammadiyah Sukoharjo.
26

Anda mungkin juga menyukai