Anda di halaman 1dari 13

PENGARUH PERAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM

MEMBENTUK RESILIENSI SISWA DI SEKOLAH MENENGAH

PERTAMA JUARA PEKANBARU

A. Latar belakang

Guru Pendidikan Agama Islam merupakan salah satu komponen

terpenting dalam pendidikan. Dalam sebuah pendidikan siswa merupakan

komponen terpenting,

Dengan adanya pendidikan setiap siswa diharapkan dapat

menegnali serta mengembangkan kemampuan yang dimilikinya,selain itu

didalam lembaga pendidikan pendidik juga sangat besar pengaruhnya bagi

perkembangan psertadidik.

Seperti yang disebutkan dalam Undang-Undang RI No 20 Tahun

2003 Tentang Sisdiknas Bab 1 Pasal Ayat 6:

‘’pendidikan adalah tenaga kependidikan yang berkualifikasi

sebagai guru, dosen, konselor, pamong belajar, widyaisara, tutor,

instruktur, fasilitator dan sebutan lain yang sesuai dengan kekhususannya

serta berpartisipasi dalam penyelengaraan pendidikan’’.1

Peran guru Pendidikan Agama Islam sangat penting dan diperlukan

untuk membantu siswa dalam memecahkan masalah dan membentuk

kepribadian siswa.

1
Undang-Undang No.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas),
yogyakarta: Media Wacana Pers, 2003, HLM.5-6
Tujuan guru Pendidikan Agama Islamtidak terlepas dari tujuan

pendidikan pada umumnya, tujuan dari pendidikan di Indonesia tercantum

dalam UU SISDIKNAS No. 20 tahun 2003 bab II Pasal 3 yang berbunyi:

‘’pendidikan Nasional bertujuan untuk berkembangnya potendi

peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada

Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,

mandiri dan menjadi warga yang demokratis serata bertanggung jawab.’’2

Pendidikan Agama Islam memiliki tuntutan yang sangat besar dari

berbagai pihak untuk mengembangakan religiusitas siswa. Religiusitas

dipercaya oleh sebagian masyarakat indonesia untuk menciptakan pribadi

yang ideal. Sebagaimana yang diungkapkan oleh, bahwa saat dimensi

keberagamaan Islam hadir dalam kehidupan remaja, maka mereka akan

cendrung berfikir sebelum bersikap dan bertindak baik terhadap dirinya

maupun terhadap orang di sekitarnya, dan menjunjung tinggi norma dan

nilai agama serta moral. Hal ini yang mencegah remaja melakukan

tindakan-tindakan amoral.3

Pendidikan Agama Islam memiliki beberapa komponen dalam

prosesnya yaitu: guru, peserta didik, materi ajar dan lain sebagainya. Guru

sebagai pemeran utama dalam berlangsungnya proses pendidikan,

memiliki peran yang signifikan dalam berhasil atau tidaknya pendidikan

tersebut. oleh karena itu, pengakajian terkait peranan guru pendidikan

Agama Islam perlu dilakukan secara mendalam untuk menunjang

2
Ibid.
3
Iredho Fani Reza, Hubungan antara Reliusitas Dengan Moralitas Pada remaja di
Madrasah Aliyah humanitas UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Vol,X no.2 Agustus 2013, hal. 56
peningkatan dan kemajuan dair praktis pendidikan Agama Islam di

sekolah.4

SMP Juara Pekanbaru sebagai tempat penelitian, karena peneliti

menemukan di lapangan terdapat beberapa siswa yang mengalami

gangguan sosial karena berbagai masalah traumatis yang dihadapinya,

seperti keluarga yang berantakan, anak yatim dan piatu, seta keluarga

mempihatinkan ataupuan kurang mampu. Akibat dari bebrapa masalah

yang terjadi tersebut, beberapa siswa menunjukkan emosi murung,

menolak untuk bersosialisasi, tidak mengikuti pelajara dengan baik hingga

tidak mengikuti disiplin sekolah.

Guru secara keseluruhan maupun guru Pendidikan Agama Islam

perlu memperhatikan sikap psikologis setiap siswanya demi berjalannya

pembelajaran secara efektif dan juga psikologis siswa itu sendiri. Untuk

mencegah deprsi atas masalah yang bisadatang kapan saja, perlu dilakukan

tindakan kuratif yang optimal, salah satunya adalah membentuk resiliensi

siswa.

Pendidikan Agama Islam memuat banyak materi-materi yang

mendukung dan memotivasi siswa untuk selalu bersikap positif, bersabar

dalam setiap cobaan yang datang dan juga menjadi pribadi yang teguh

karena Allah tidak mungkin memberikn cobaan diluar kemampuan hamba-

Nya. Sudah menjadi tugas guru PAI utuk menyampaikan materi-materi

4
Budi Gautama, Solusi dalam Menghadapi Permasalahn Remaja, Jurnal Hikmah, Vol
VII 102 No. 01 Januari 2013, hal 102.
tersebut dengan baik dalam bentuk pemahaman maupun pemberian contoh

nyata sebagai suri tauladan bagi para murid.

Agama islam memberikan berbagai jawaban solutif bagi setiap

permasalahan yang terjadi dalam kehidupan, hal ini tentu dapat dipahami

setelah seseorang mempelajari hal tersebut, dan dalam kasus remaja ini

tentu mereka memahami berbagai aturan agama tersebut setelah mengikuti

pembelajaran yang disampaikan oleh gurunya.

Melihat pentingnya resiliensi siswa pada siswa, materi Pendidikan

Agama Islam yang menuntut nilai-nilai untuk bersikap tegar dalam

mengahapi cobaan dan guru Pendidikan Agama Islam yang menjadi

jembatan siswa untuk memahami agama, maka peneliti tertarik untuk

menjadikan Peranan Guru Pendidikan Agama Islam dalam

Membentuk Resiliensi Siswa SMP Juara pekanbaru sebagai judul

penelitian ini.

B. Penegasan istilah

Agar tidak terjadi kesalahpahaman dan kekeliruan dalam

memahami istilah yang dipakai dalam judul, maka penelitian perlu

menjelaskan istilah-istilah yang berhungan dengan penelitian:

1. Guru pendidikan Agama Islam

Usaha sadar dan rencana yang matang dalam implementasinya,

karena Pendidikan merupakan suatu proses panjang yang memerlukan

segenap pendidikan diyakini mampu membangun peradaban dan

mengoptimalkan potensi anak bangsa hingga tercipta generasi yang


mempuni untuk memajukan negara. Hal ini tertuang dalam Undang-

Undang Dasar nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

Bab 1 Pasal 1 bahwa pendidikan adalah’’usaha sadar dan terencana

untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta

didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki

kekuatan, spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,

kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,

masyarakat, bangsa dan negara.’’5

Sebagaimana telah tertuang dalam UUD nomor 14 tahun 2005

tentang guru, maka guru memiliki peran yang kompleks terhadap para

peserta didiknya selama proses pendidikan yaitu:

1. Pendidik profesional, seorang guru adalah seorang pendidik

profesional yang memiliki kopetensi dalam merancang perangkat

pendukung pembelajaran peserta didik. Terlebih untuk guru

pendidikan Agama Islam , ia harus mampu menginternalisasikan

materi-materi yang diajrkannya dalam kepribadian dan ucapan

kesehariannya, sehingga peserta didik mampu belajar dengan melihat

suri tauladan dalam diri guru. Untuk mendukung kopetensi ini, maka

diperlukan latar pendidikan yang relevan dengan keguruan atau

pedagogis.

2. Pengajar, kegiatan belajar pembelajaran adalah kegiatan inti dalam

proses pendidikan, dan guru memiliki kontrol dalam menguasai

5
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan
Nasional hal.1
kegiatan pembelajaran. Seorang guru harus mampu menguasai suasana

kelas untuk menjaga proses pembelajaran tetap kondusif dari awal

waktu Kegiatan Belajar Mengajar (KMB) hingga akhir sehingga

tercapainya tujuan pembelajaran.

3. Pembimbing, pendidikan merupakan proses bimbingan yang kontiniu

dan komprehensif. Guru menjadi pembimbing peserta didik agar

peserta didik mampu memahami apa yang harus dilakukan dan apa

yang tidak bisa dilakukan. Peserta didik memiliki kemanpuan dan

pengetahuan yang terbatas, oleh karena itu, guru perlu membimbing

peserta didik agar mereka mampu mengoptimalkan segenap potensi

dan pengetahuan yang dimilikinya sehingga mampu menjadi insan

yang bermanfaat bagi diri sendiri dan orang lain.

4. Pelatih, seorang guru perlu menemukan potensi yang dimiliki setiap

muridnya agar ia mampu melatih dan mendukung siswa untuk

mengemangkan kemampuan dan bakat siswa. Pendidikan nasional

Indonesia tidak hanya terpaku pada pencapaian kognitif siswa, namun

juga pada segi afektif dan psikomotorik siswa. Oleh karena itu, peran

guru sebagai pembimbing peserta didik adalah mencakup kegiatan

pengarahan dan bimbingan intruksional, afektif dan psikomotorik

siswa.6

Peran guru bisa diperhatikan dalam konteks hubungannya

dengan peserta didik. Kegiatan utama pendidikan di sekolah adalah

6
Abd. Rachman Assegaf, Filsafat Pendidikan Islam Paradigma Baru Pendidikan
Hadhar Berbasis Integral- Interkonektif, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2011) hal. 12
belajar dan pembelajaran di dalam kelas. Guru perlu memiliki kontrol,

kekuatan dan keterampilan untuk menguasai kondisi dan siruasi

kelasnnya bukan berarti membat murid menjadi pasif selama proses

pembelajaran. Dalam hal ini, gurulah yang memegang kendali atas apa

yang perlu dlakukan selama pembelajaran demi tercapainya tujuan

pembelajaran dengan menerapkan berbagai pendekatan, strategi dan

metode pembelajaran yang sesuai dengan tujuan dan kemampuan

siswa7

Guru adalah orang tua kedua di sekolah bagi para peserta didik.

Setiap gerak gerik dan ucapannya mampu mempengaruhi cara peserta

didik dalam bersikap. Guru PAI memiliki beban yang lebih berat pada

pengemangan kepribadian siswa sesuai dengan nilai-nilai Islam. Guru

PAI memiliki pengetahuan yang lebih mendalam tentang Islam dan

kemampuan untuk mengembangkan kepribadian siswa, meskipun pada

dasarnya setiap guru juga memiliki tanggung jawab untuk memnentuk

pribadi siswa yang budiman.

Setiap siswa memiliki beban dan masalah yang beragam. Kedua

hal inilah yang dapat memicu pergejolakan batin siswa sehingga

membuat siswa tidak bersikap sebagaimana biasannya.

Siswa merespon atas masalah dan tuntutan beban yang harus di

embannya dengan berbagai sikap, jika ia tidak mampu mengatsinya

7
Sulaiman Saat, Guru: Status dan Kedudukan di Sekolah dan Dalam Masyarakat,
Auladuna Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Alauddin Makassar, Vol. 1 no. 1 Juni 2014,
hal.107
maka ia akan mengalami setres negatif atau yang disebut dengan

distress.8

Stres dapat terlihat dari respon psikis dan fisik yang tampak

dalam diri siswa sesuai dengan tahapan stres yang dimilinya. Untuk

mencegah siswa mengalami stres, perlu dibentuknya pribadi yang kuat,

tegar dan kebal dalam menghadapi segala sesuatu. Pembentukan

kepribadian dan karakter tersebut tidak hanya dilakukan oleh siswa itu

sendiri, tapi juga dipengaruhi oleh communites of character yang ada

disekelilingnya, yakni keluarga, sekolah, teman, instiusi keagamaan,

media, pemerintah, dan pihak lainnya.9

Guru sebagai bagian dari communites of Character secara

konseptual memiliki peran yang signifikan dalam setiap proses

pembentukan karakter siswa, begitu pula dalam pembentukan resiliensi

dalam pribadi siswa yang kuat dan mampu menghadapi msalah dan

coban tersebut sekalipun. Oleh karena itu, guru tidak hanya berperan

dalam membuat peserta didik paham mengani suatu materi ( knowinf),

namun juga paham bagaimana harus bertindak (doing) dan bersikap

(being).10

2. Resiliensi

8
Rafy Saputri, Psikologi Islam: Tuntutan Jiwa Manusia Modern, (Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada, 2009) hal. 418
9
Zahrotul Uyun, Resiliensi dalam Pendidikan Karakter, Prosiding seminar Nasional
Psikologi Islam 2012, Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta 21 April 2012,
hal.207
10
M. Saekan Muchith, Guru PAI yang profesional, Quality Vol 4, hal.220
Adalah kemampuam atau kapsitas insani yang dimiliki seseorang,

kelompok atau masyarakat yang memungkinkannya untuk menghadapi,

mencegah, meminimalkan dan bahkan menghilangkan dampak-dampak

yang erugikan dari kondisi yang tidak menyenangkan atau bahkan

mengubah kondisi kehidupan yang menyengsarakan menjadi suatu hal

yang wajar untuk diatasi. Resiliensi dapat membuat hidup lebih kuat .

artinya, resiliensi akan membuat seseorang berhasil menyesuaikan diri

dalam berhadapan dengan kondisi-kondisi yang tidak menyenagkan,

perkembangan sosial.11

Konsep resiliensi didasari oleh kemampuan seseorang untuk

menerima, menghadapi dan mentranformasikan masalah-masalah

ataupun kejadian negatif yang sudah, sedang dan akan dihadapi

sepanjang hidupnya.

Resiliensi akan membantu individu menjadi pribadi yang kuat,

tegar dan mampu bertahan dalam situasi apapun.12

Dalam islam konsep resiliensi sejalan denga sikap sabar, hijrah, ikhtiar,

iklas dan tawakkal. Sabar adalah suatu kondisi seseorang mampu

mengendalikan emosinya, tidak terbawa amarah dan berfikir positif.13

11
Desmita, psikologi perkembangan (Bandung: PT. Remaja Rosada Karya,2013), hlm.
228
12
Erlina Lisyanti Widuri, Regulasi Emosi dan Resiliensi pada Mahasiswa Tahun
Pertama, Humanitas Vol.IX no.2 Agustus 2012 hal.149
13
Subandi, sabar: sebuah konsep psikologi, jurnal psikologi, Volume 38 No. 2,2011, hal.
C. PERMASALAHAN

1. IDENTIFIKASI MASALAH

A. Depresi menjadi salah satu ancaman terbesar bagi remaja untuk

melakukan bunuh diri maupun penyebab penyakit-penyakit kronis

B. Resiliensi dapat membantu remaja untuk menjdi pribadi yang tegar

dan tidak megalami depresi

C. Religiusitas adalah salah satu faktor pembentuk resiliensi siswa

D. Pendidikan Agama Islam memiliki materi yang memuat aspek-aspek

resiliensi

E. Masalah traumatis yang dialami siswa membuat siswa depresi

F. Peranan guru PAI dalam membentuk resiliensi melalui pembelajaran

perhatian dan suri tauladan

G. Nilai –nilai dalam materi Pendidikan Agama Islam dapat mendukung

pembentukan resiliensi pada diri siswa

2. PEMBATASAN MASALAH

Peneliti membatasi masalah dalam penelitian ini agar lebih terarah dan

fokus pada beberapa poin sebagai berikut:

1. Tingkat resiliensi siswa SMP Juara. Pengertian resiliensi ini

merupakan perwujudan khusus kualitas dan kemampuan seseorang

yang membuatnya mampu untuk menghadapi kesulitan. Bentuk

penanaman nilai resiliensi dalam PAI termuat dalam materi (1) Ikhtiar

(2) Tawakkal (3) Ikhlas (4) sabar dan (5) shalat.


2. Peranan guru Pendidikan Agama Islam dalam membentuk resiliensi

siswa SMP Juara. Peneliti akan mengamati dan menganlisa aktivitas

guru Pendidikan Agama Islam dalam kegiatan Belajar Mengajar

(KMB) yang berkaitan dengan penanaman nilai resiliensi siswa,

perilaku serta kegiatan yang di adakan oleh guru Pendidikan Agama

Islam di luar KMB dalam rangka menciptakan siswa yang resilien.

3. PERUMUSAN MASALAH

Untuk menjawab permasalah dalam peneliatian ini, peneliti

merumuskan masalah dalam beberapa pertanyaan di bawah ini:

1. Apa saja problematika traumatis yang dihadapi siswa SMP Juara

Pekanbaru?

2. Bagaiman resiliensi siswa SMP Juara Pekanbaru?

3. Apa saja faktor-faktor yang membentuk resiliensi siswa SMP Juara

Pekanbaru?

4. Bagaimana pera guru Pendidikan Agama Islam dalam membentuk

resiliensi siswa SMP Juara Pekanbaru?

D. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN

1. TUJUAN PENELITIAN

sesuai dengan rumusan masalah yang telah dikemukakan, maka tujuan

penelitian ini adalah untuk mengetahui adanya pengaruh yang signifikan

antara peran guru Pendidikan Agama Islam dengan Resiliensi siswa di

sekolah menengah pertama Negeri Juara Pekanbaru


1. Untuk mengetahui problematika traumatis yag dihadapi oleh siswa

SMP Juara Pekanbaru

2. Untuk mengtahui resiliensi siswa SMP J uara Pekanbaru

3. Untuk mengetahui faktor-faktor yang membentuk resiliensi siswa SMP

Juara Pekanbaru

4. Untuk mengetahui peran guru Pendidikan Agama Islam dalam

membentuk resiliensi siswa SMP Juara Pekanbaru

2. Manfaat penelitian

Peneliti membagi kegunaan dalam penelitian ini menjadi 2 garis besar,

yaitu kegunaan teoritis dan kegunaan praktis,

1. Kegunaan teoritis

Penelitian ini diharapkan mampu menjadi kontribusi ilmiah dalam

pengembangan kajian terkait resiliensi dan Pendidikan Agama Islam.

Banyak peneliti yang mengkaji tentang resiliensi dan religiusitas

Agama Islam, adapun penelitian ini terfokus kepada Pendidikan

Agama Islam dan resiliensi siswa, oleh karena itu peneliatian ini juga

bisa menjadi referensi bagi peneliti lainnya untuk pengkajian lebih

dalam dan pengembangan yang lebih luas lagi.

2. Kegunaan praktis

a. Bagi kepala sekolah

Penelitian ini diharapkan mampu menjadi bahan bagi kepala

sekolah sebagai sarana evaluasi dan pengembangan dan

peningkatan sistem pendidikan yang ada disekolah yang tidak


hanya berfokus pada sisi kognitif siswa, namun juga afektif dan

psikomotorik siswa.

b. Bagi guru

Menjadi solusi ilmiah dari permasalahan yang akan kita hadapi

siswa kemudian hari agar pembelajaran dapat berlangsung secara

optimal dan mengalami peningkatan yang signifikan.

c. Bagi orangtua

Memberikan gambaran dan penjelasan ilmiah bagi para orangtua

bahwa bertanggung jawab atas berlangsungnya kependidikan anak

bukanlah guru semata, melainkan juga keturutsertaan para orang

tua untuk mendukung pendidikan anak yang optimal.

d. Bagi pembaca

Menjadi khazanah yang menambah wawasan pembaca terkait

resiliensi dan Pendidikan Agama Islam

Anda mungkin juga menyukai