Anda di halaman 1dari 7

PERAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

DISEKOLAH TERHADAP KARAKTER SISWA

MAKALAH INI DI SUSUN

UNTUK MEMENUHI TUGAS KULIAH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

DI SUSUN OLEH :

1. NOVI ARISANDI

2. ROISATUL HASANAH

3. ESIH SUSANTI

4. MIFTAH

5. NAIMIN SUSANTI

6. SITI ALFIA

7. HERIYANTO

8. CUCU
BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

• Pendidikan Agama (disekolah) merupakan salah satu faktor pembentuk religiusitas


seseorang. Pendidikan disekolah terutama pendidikan agama mempunyai peranan yang
sangat besar dalam membentuk religiusitas seseorang.

• Peran sekolah sangat penting dalam usaha pembentukan karakter. Dalam konteks
tersebut, pendidikan karakter adalah usaha sekolah yang dilakukan secara bersama oleh
guru, pimpinan sekolah dan warga sekolah, melalui kegiatan sekolah untuk membentuk
akhlak, watak atau kepribadian peserta didik melalui berbagai kebaikan yang terdapat
dalam ajaran agama. Bagi yang beragama Islam, mereka senantiasa menjadikan Al
Qur’an sebagai landasan untuk cara pandang, berfikir, bersikap dan bertindak.c;v

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan peran, guru, Pendidiksn Agama Islam, karakter, dan siswa
dalam peran pendidikan agma islam disekoalah?
2. Bagaimana peran guru pendidikan agama Islam dalam pembentukan karakter siswa?
3. Apakah faktor pendukung dan penghambat yang dihadapi guru pendidikan agama Islam
dalam pembentukan karakter siswa?
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Peran, Guru, Pendidikan Agama Islam, Karakter dan siswa


1. PERAN

Peran adalah seperangkat tingkat yang diharapkan, dimiliki oleh orang yang
berkedudukan di masyarakat (bagian dari tugas utama yang harus dilaksanakan). Peran
adalah bentuk dari perilaku yang diharapkan dari seseorang pada situasi sosial tertentu.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa peran ialah tingkah laku yang diharapkan
seseorang pada situasi sosial serta kedudukan dalam suatu sistem tertentu.

2. GURU
Guru merupakan jabatan atau profesi yang memerlukan keahlian khusus sebagai
guru. Pekerjaan ini tidak bisa dilakukan oleh orang yang tidak memiliki keahlian untuk
melakukan kegiatan sebagai guru. Guru disebut juga sebagai pendidik yaitu tenaga
professional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai
hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan, serta melakukan penelitian
dan pengabdian kepada masyarakat. Guru memiliki peran pokok sebagai pendidik dan
pengajar, namun disamping itu juga memiliki peran sebagai pembimbing, konselor,
perencana, motivator, pemimpin kelas.

3. Pendidikan Agama Islam

Pendidikan Agama Islam adalah upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan
peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati sehingga mengimani, bertaqwa dan
berakhlak mulia dalam mengamalkan ajaran agama Islam dari sumber utamannya kitab
suci Al Qur’an dan Hadits. Melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, latihan serta
penggunaan pengalaman. Dibarengi tuntunan untuk menghormati penganut agama lain
dalam hubungannya dengan kerukunan antar ummat beragama dalam masyarakat hingga
terwujud kesatuan dan persatuan bangsa. Mata pelajaran Pendidikan Agama Islam itu
keseluruhannya terliput dalam lingkup : Al Qur’an dan Hadits, keimanan, akhlak dan
fiqh/ibadah. Sekaligus menggambarkan bahwa ruang lingkup pendidikan agama Islam
mencakup perwujudan keserasian, keselarasan dan keseimbangan hubungan manusia
dengan Allah SWT, diri sendiri, sesama manusia,

4. KARAKTER

Karakter artinya kualitas moral, kekuatan moral, nama atau reputasi. Juga bisa
dikatakan karakter adalah sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti. Sehingga muncul
ungkapan seorang yang berkarakter artinya seseorang yang mempunyai watak dan
kepribadian Nilai-nilai karakter yang terdapat dalam pendidikan berkarater berjumlah 18
butir Adapaun kesemuanya adalah religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif,
mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai
prestasi, bersahabat atau komunikatif, cinta damai, gemar membaca, peduli, lingkungan,
peduli sosial, dan tanggung jawab. Nilai-nilai karakter tersebut dua di antaranya adalah
tanggung jawab dan disiplin. Bertanggung jawab merupakan sikap dan perilaku seseorang
untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya. Sedangkan disiplin merupakan suatu
tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan norma, dan
peraturan.

5. SISWA

Siswa merupakan seseorang yang dididik, dibina, ditumbuhkembangkan baik dari


segi fisik, cara berfikir, maupun mental oleh pendidik. Tugas utama seorang siswa adalah
belajar menuntut ilmu, baik ilmu untuk bekal di dunia maupun di akherat. Perintah
mencari ilmu diwajibkan dalam Islam. Sabda Rasulullah saw. yang artinya mencari ilmu
itu adalah wajib bagi muslim laki-laki maupun perempuan. Dari hal tersebut peran aktif
seorang siswa dalam mencari ilmu sangat diutamakan dalam rangka membentuk siswa
yang memiliki akhlak, kecakapan hidup, dan mengembangkan semua potensi yang
dimiliki.

B. Peran Guru Pendidikan Agama Islam dalam Pembentukan Karakter Siswa .

Beberapa kaitanya dengan siswa adalah pendidik, ustadz atau guru. Pendidik
berusaha untuk membina, mendidik, menta’dib para siswa sesuai tujuan pendidikan. Hal
yang terpenting akhlak juga mensejajarkan pendidikan akademik. Kalau akhir-akhir ini
banyak sekolah yang mewujudkan sekolah ramah anak. Ada beberapa sekolah dengan misi
mendidik siswa dengan hati. Bahkan ada juga sekolah berbasis Al-quran. Kesemua hal
tersebut merupakan bentuk sekolah dengan berbagai tipenya dalam rangka mewujudkan
siswa atau peserta didik yang berkarakter, menggapai kesuksesan di dunia dan akhirat.
Pendidikan Agama Islam sangat berperan dalam usaha membentuk manusia yang beriman
dan bertaqwa pada Allah SWT, menghargai dan mengamalkan ajaran agama dalam
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Maka dari itu Pendidikan Agama harus diajarkan
pada anak sejak dini. Semenjak bangsa Indonesia memproklamirkan kemerdekaannya dan
mempunyai pemerintahan sendiri, pendidikan Agama telah mulai diberikan di Sekolah-
sekolah Negeri. Pelaksanaan Pendidikan Agama tersebut diserahkan kepada Kementerian
Agama untuk merealisir hal tersebut. Menteri Agama dan Menteri P.P dan K
mengeluarkan keputusan bersama menentukan adanya pengajaran Agama di Sekolah-
sekolah dengan dua jam per minggu. Dengan adanya peraturan tersebut secara
resmi,pendidikan agama telah dimasukkan di Sekolah-sekolah negeri maupun swasta
mulai dari Sekolah Dasar sampai Sekolah Menengah Atas dan juga sekolah kejuruan.
Seiring dengan perkembangan waktu, maka Pendidikaan Agama semakin menjadi
perhatian dengan pengertian bahwa pendidikan agama semakin diburuhkan oleh setiap
manusia terutama yang masih duduk dibangku sekolah Dalam upaya mencapai pendidikan
agama Islam berkualitas, harus dimulai dengan guru pendidikan agama Islam yang
berkualitas. Upaya meningkatkan kualitas pendidikan agama Islam tanpa
memperhitungkan guru agama Islam secara nyata, hanya akan menghasilkan satu
fatamorgana atau sesuatu yang semu dan tipuan belaka.

C. Faktor pendukung dan penghambat yang dihadapi guru pendidikan agama Islam
dalam pembentukan karakter siswa.

Guru pendidikan agama Islam merupakan unsur utama dalam keseluruhan proses
pendidikan agama Islam. Tanpa guru, pendidikan hanya akan menjadi slogan muluk
karena segala bentuk kebijakan dan program pada akhirnya akan ditentukan oleh kinerja
pihak yang berada di garis terdepan yaitu guru. Guru pendidikan agama Islam bertugas
mengajarkan pendidikan agama Islam pada sekolah baik swasta maupun negeri, baik guru
tetap maupun tidak tetap. Mereka mempunyai peran sebagai pengajar maupun yang
sekaligus merupakan pendidik dalam bidang agama Islam. Guru harus memiliki
komitmen yang kuat dalam melaksanakan pendidikan secara holistik yang berpusat pada
potensi dan kebutuhan peserta didik. Pendidik juga harus mampu menyiapkan peserta
didik untuk bias menangkap peluang dan kemajuan dunia dengan perkembangan ilmu dan
teknologi. Akan tetapi, di sisi lain, pendidikan juga harus mampu membukakan mata hati
peserta didik untuk mampu melihat masalah-masalah bangsa dan dunia, seperti
kemiskinan, kelaparan, kesenjangan, ketidakadilan dan persoalan lingkungan hidup.
Peserta didik harus mampu di arahkan untuk mampu mengembangkan dirinya, tetapi ia
juga harus di ajarkan untuk memiliki beban atau panggilan hidup untuk menjadi bagian
dari pemecahan persoalan-persoalan yang dihadapi bangsa dan dunia. Agar guru mampu
menyelenggarakan pendidikan dan pembelajaran tersebut, maka diperlukan sosok guru
yang berkarakter kuat dan cerdas. Guru berkarakter kuat, ia bukan hanya mampu mengajar
tetapi ia jugamampu mendidik. Ia bukan hanya mentransfer pengetahuan (transfer of
knowledge), tatapi ia juga mampu menanamkan nilai-nilai yang diperlukan untuk
mengarungi hidupnya. Guru cerdas bukan hanya memiliki kemampuan yang bersifat
intelektual tetapi memiliki kemampuan secara emosi dan spiritual sehingga guru mampu
membuka mata hati peserta didik untuk belajar, yang selanjutnya ia mampu hidup dengan
baik di tengah-tengah masyarakat. Sosok guru yang berkarakter kuat dan cerdas
diharapkan mampu mengemban amanah dalam mendidik peserta didiknya. Untuk menjadi
guru atau tenaga pendidik yang handal harus memiliki seperangkat kompetensi.
Kompetensi utama yang harus melekat pada tenaga pendidik adalah nilai-nilai
keamanahan, keteladanan dan mampu melakukan pendekatan pedagogis serta mampu
berfikir dan bertindak tegas. Peran serta guru pendidikan agama Islam dalam kaitan
dengan mutu pendidikan agama Islam, sekurang-kurangnya dapat dilihat dari empat
dimensi yaitu guru pendidikan agama Islam sebagai pribadi, guru pendidikan agama Islam
sebagai unsur keluarga, guru pendidikan agama Islam sebagai unsur pendidikan, dan guru
pendidikan agama Islam sebagai unsur masyarakat. Problem kemerosotan moral akhir-
akhir ini menjangkit sebagian generasi muda. Gejala kemerosotan moral antara lain
diindikasikan dengan merebaknya kasus penyalahgunaan narkoba, pergaulan bebas,
kriminalitas kekerasan dan aneka perilaku kurang terpuji lainnya. Dilain pihak, tidak
sedikit dari generasi muda yang gagal menampilkan akhlak terpuji (akhlak mahmudah)
sesuai harapan orang tua. Kesopanan, sifat-sifat ramah, tenggang rasa, rendah hati, suka
menolong, solidaritas sosial dan sebagainya yang merupakan jati diri bangsa berabad-abad
seolah-olah kurang begitu melekat secara kuat dalam diri mereka. Pengelolaan pendidikan
yang tidak serius akan memberikan dampak negatif terhadap keberhasilan pendidikan.
Dewasa ini pendidikan di Indonesia belum dapat membawa kepada penyelesaian masalah-
masalah yang berkaitan akhlak maupun moralitas bangsa Pesatnya perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi, terutama teknologi informasi terdapat sisi positif maupun sisi
negatif yang ditimbulkan oleh kemajuan IPTEK pada anak-anak. Era digital tersebut
cukup mengikis apa yang seharusnya tercermin pada karakter anak sewajarnya. Dampak
yang sudah terlihat antara lain: berkurangnya komunikasi secara verbal (berbicara); anak
cenderung egois dan egosentris; anak-anak cenderung menginginkan hasil serba instan
tanpa memahami prosesnya; dan ancaman pornografi dan seks bebas. Melihat hal tersebut
merupakan tanggung jawab para orang tua, pendidik, masyarakat bahkan bangsa dan
negara dalam menjaga anakanaknya yang menjadi generasi penerus bangsa, karena
mereka sebagai pendidik utama( transfer of culture) sehingga jati diri bangsa akan tetap
terjaga. Ditengah-tengah perkembangan dunia yang begitu cepat dan semakin canggih,
prinsip-prinsip untuk membangun etika, nilai dan karakter peserta didik tetap harus
dipegang. Akan tetapi perlu dilakukan dengan cara yang berbeda atau kreatif sehingga
mampu mengimbangi perubahan kehidupan. Guru harus memiliki kemitmen yang kuat
dalam melaksanakan pendidikan secara holistik yang berpusat pada potensi dan kebutuhan
peserta didik. Pendidik juga harus mampu menyiapkan peserta didik untuk bisa
menangkap peluang dan kemajuan dunia dengan perkembangan ilmu dan teknologi. Guna
mengatasi degradasi moral anak bangsa, saat ini pemerintah dan rakyat Indonesia tengah
gencar mengimplementasikan pendidikan karakter di institusi pendidikan; mulai dari
tingkat dini (PAUD), sekolah dasar (SD/MI), sekolah menengah (SMA/MA), hingga
perguruan tinggi. Melalui pendidikan karakter yang diimplementasikan dalam institusi
pendidikan, diharapkan krisis degradasi karakter atau moralitas anak bangsa ini bias
segera diatasi. Lebih dari itu, diharapkan dimasa yang akan datang terlahir generasi bangsa
dengan ketinggian budi pekerti atau karakter.
BAB III PENUTUP

D. KESIMPULAN

Kesimpulan dari pembahasan tersebut adalah :

a) Pembelajaran Pendidikan Agama Islam yang bermutu dibutuhkan kompetensi guru


yang memadai baik kompetensi kepribadian, kompetensi pedagogik, kompetensi
professional dan kompetensi sosial.
b) Dalam upaya peningkatan mutu pembelajaran Pendidikan Agama Islam disekolah telah
menempuh beberapa cara baik dalam proses belajar mengajar di kelas dengan
perencanaan pembelajaran, pemanfaatan media belajar, metode mengajar dan evaluasi.
Di luar jam pelajaran juga diadakan bimbingan belajar Al Qur’an dan pengajian rutin.
c) Hambatan yang paling utama dalam pembelajaran PAI adalah minimnya jumlah jam
pelajaran yang hanya 2 jam seminggu dan terbatasnya dana untuk peningkatan saran
dan prasarana belajar mengajar.

Anda mungkin juga menyukai