Anda di halaman 1dari 23

TUGAS MATA KULIAH

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


ISLAM DAN PENDIDIKAN KARAKTER

Nama

: IFTITAH INDRIANI

NPM

: 1114500081

Kelas

:C

Semester

:1

PRODI BIMBINGAN DAN KONSELING


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS PANCASAKTI TEGAL


2014
1

BAB I
PENDAHULUAN

Latar Belakang
Pendidikan adalah usaha sadar yang harus terus menerus untuk mewujudkan
manusia yang unggul dalam ilmu pengetahuan anggun sikap moralnya adalah
harapan kita bersama. Meyakini pendidikan sebagai usaha paling mendasar dan
strategis sebagai wahana penyiapan sumber daya manusia dalam pembangunan
tentunya umat Islam yang merupakan mayoritas penduduk Indonesia harus bangkit
dan memberikan kontribusi bagi bangsa ini. Bagi Islam, semua usaha seseorang
didunia ini memiliki efek kumulatif, artinya apabila suatu usaha untuk menuntaskan
kepentingan duniawi ia juga memiliki akses pada kehidupan sesudah mati.
Pendidikan karakter selain menjadi bagian dari proses pembentukan akhlak
anak bangsa, diharapkan mampu menjadi pondasi utama dalam meningkatkan
derajat dan martabat bangsa Indonesia. Pendidikan karakter menjadi fokus
pendidikan di seluruh jenjang pendidikan yang dibinannya. Pembentukan karakter
itu dimulai dari fitrah yang diberikan Tuhan, yang kemudian membentuk jati diri dan
prilaku. Dalam prosesnya sangat dipengaruhi oleh keadaan lingkungan, sehingga
lingkungan memiliki peranan yang cukup besar dalam membentuk jati diri dan
prilaku. Sekolah dan masyarakat sebagai bagian dari lingkungan memiliki peranan
yang sangat penting, oleh karena itu setiap sekolah dan masyarakat harus memiliki
pendisiplinan dan kebiasaan mengenai karakter yang akan dibentuk.

Fokus Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan pendidikan karakter dalam pendidikan Islam?
2. Bagaimana pendidikan Islam?
3. Apa saja yang menjadi tantangan pendidikan Islam?
4. Bagaimana humanisme dalam pendidikan Islam?
5. Bagaimana etika pendidikan Islam?

Tujuan Penulisan
1. Menjelaskan tentang Islam dan pendidikan karakter
2. Menjelaskan pendidikan Islam
3. Mengetahui tantangan pendidikan Islam
4. Memahami humanisme dalam pendidikan Islam
5. Memahami etika pendidikan Islam

Manfaat penulisan
Hasil penulisan makalah ini diharapkan dapat berguna sebagai:
1. Penambah pengetahuan dan wawasan tentang Islam dan pendidikan karakter.
2. Bahan masukan bagi pembaca tentang bagaimana pendidikan Islam, tantangan
pendidikan dalam Islam, humanisme dalam pendidikan Islam, dan etika dalam
pendidikan Islam.

Metode Penulisan
Penulis menggunakan berbagai referensi dari berbagai macam sumber buku-buku
dan internet.

BAB II
PEMBAHASAN

Pengertian Pendidikan Karakter


Pendidikan karakter tersusun dari dua suku kata yaitu, pendidikan dan
karakter. pendidikan berasal dari kata didik dengan imbuhan pe-an yang
mengandung arti perbuatan. Istilah pendidikan pada mulanya berasal dari bahasa
Yunani, yaitu paedagogie yang berarti bimbingan kepada anak. Kemudian
diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris dengan education yang berarti
pengembangan atau bimbingan. Dalam bahasa Arab, istilah pendidikan disebut
dengan at-tarbiyah, at-tadib, dan at-talim.
Karakter selanjutnya disebut dengan Akhlak, akhlak berasal dari bahasa Arab
jamak dari kata khuluqun yang berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku, atau
tabiat. Menurut Mubarok, akhlak adalah keadaan batin seseorang yang menjadi
sumber lahirnya perbuatan, dimana perbuatan itu lahir dengan mudah tanpa
memikirkan untung rugi.

Menurut Saadudin, akhlak mengandung tiga arti, yaitu:


1. Tabiat, adalah sifat dalam diri yang terbentuk oleh manusia tanpa
dikehendaki dan tanpa diupayakan.
2. Adat, adalah sifat dalam diri yang diupayakan menusia melalui latihan.
3. Watak, adalah yang tercakup kedalam hal yang menjadi tabiat, dan hal
yang diupayakan hingga menjadi adat.

Menurut al-Farabi seorang filsuf Islam, akhlak adalah upaya penumbuhkembangan akhlak potensial baik yang ada di dalam diri setia manusia dengan jalan
membiasakan lahirnya perilaku-perilaku terpuji dan membangun situasi kondisi
yang kondusif untuk tumbuh dan berkembangnya perilaku yan terpuji di dalam diri
seseorang.
Pendidikan karakter menurut winton, segala hal positif yang dilakukan oleh
guru yang berpengaruh kepada karakter siswanya. Pendidikan karakter sebagai
pendidikan yang mengembangkan karakter yang mulia dari peserta didik dengan
mempraktikan dan mengajarkan nilai-nilai moral dan pengambilan keputusan yang
beradab dalam hubungan sesama manusia maupun dengan Tuhan.
Pendidikan adalah segala upaya yang dilakukan guru yang mampu
mempengaruhi karakter peserta didik. Guru membantu membentuk watak peserta
didik. Dalam hal ini mencakup keteladanan bagaimana perilaku guru, cara guru
berbicara atau menyampaikan materi, bagaimana guru bertoleransi, dan berbagai hal
terkait lainnya.
Pendidikan karakter dalam perspektif islam yang disebut dengan pendidikan
akhlak, sebagaimana yang telah dirumuskan oleh tokoh filosof serta pendidikan
seperti Ibnu Miskawih, al-Qabisi, Ibnu Sina, al-Ghazali, dan al-Zarnuji menunjukkan
bahwa tujuan puncak pendidikan akhlak adalah terbentuknya karakter positif dalam
perilaku anak didik. Karakter positif ini adalah jelmaan sifat-sifat mulia Tuhan dalam
kehidupan manusia.
Jadi dapat disimpulkan, pendidikan karakter diharapkan menjadi sebuah jalan
untuk melakukan tindakan prefentif terhadap rusaknya moral bangsa dengan
melaksanakan proses atau langkah-langkah dari pembinaan akhlak atau karakter

secara menyeluruh, baik dari murid terlebih dahulu, kemudian keluarga, pendidik,
lembaga pendidikan, kurikulum, serta segala sesuatu yang terlibat dalam pendidikan.

Pendidikan Karakter dalam Pendidikan Islam

Pendidikan karakter merupakan langkah penting dan strategis dalam


membangun kembali jati diri individu maupun bangsa. Tetapi penting untuk segera
dikemukakan bahwa pendidikan karakter haruslah melibatkan semua pihak yaitu:
rumah tangga dan keluarga, sekolah dan lingkungan sekolah lebih luas (masyarakat).
Berdasarkan sebuah hadits yang diriwayatkan Anas r.a, keluarga yang baik
memiliki empat ciri. Pertama, keluarga yang memiliki semangat (ghirah) dan
kecintaan untuk mempelajari dan menghayati ajaran-ajaran agama dengan sebaikbaiknya untuk kemudian mengamalkan dan mengaktualitaskannya dalam kehidupan
sehari-hari. Kedua, keluarga dimana setiap anggotanya saling menghormati dan
menyayangi;saling asah dan asuh. Ketiga, keluarga yang dari segi nafkah (konsumsi)
tidak berlebih-lebihan; tidak ngoyo atau tidak serakah dalam usaha mendapatkan
nafkah sederhana atau tidak konsumtif dalam pembelanjaan. Keempat, keluarga
yang sadar akan kelemahan dan kekurangannya.
Pembentukan watak dan pendidikan karakter melalui sekolah, dengan
demikian, tidak bisa dilakukan semata-mata melalui membelajaran pengetahuan,
tetapi melalui penanaman atau pendidikan nilai-nilai.
Lingkungan masyarakat luas juga memiliki pengaruh besar terhadap
keberhasilan penanaman nilai-nilai estetika dan etika untuk pembentukan karakter.
Dari perspektis Islam, menurut Quraish Shihab (1996:321), situasi kemasyarakatan
dengan sistem nilai yang dianutnya, mempengaruhi sikap dan cara pandang
6

masyarakat secara keseluruhan. Jika sistem nilai dan pandangan mereka terbatas
pada kini dan di sini, maka upaya dan ambisinya terbatas pada kini dan di sini
pula.
Dalam konteks itu, Al-Quran dalam banyak ayatnya menekankan tentang
kebersamaan anggota masyarakat menyangkut pengalaman sejarah yang sama,
tujuan bersama, gerak langkah yang sama, solidaritas yang sama.
Tujuan pendidikan karakter semestinya diletakkan dalam kerangka gerak
dinamis diakletis, berupa tanggapan individu atau impuls natural (fisik dan psikis),
sosial, kultural yang melingkupinya, untuk dapat menempa dirinya menjadi
sempurna sehingga potensi-potensi yang ada dalam dirinya berkembang secara
penuh yang membuatnya semakin menjadi manusiawi.
Jadi dapat disimpulkan bahwa, pendidikan karakter dalam pendidikan Islam
merupakan langkah penting dan strategis dalam membangun kembali jati diri
individu maupun bangsa. Pendidikan karakter dalam Islam telah dibuktikan dengan
adanya pondok-pondok pesantren yang mendidik karakter manusia agar sesuai
dengan syariat Islam.

Tujuan Pendidikan Karakter


Tujuan yang paling mendasar dari pendidikan adalah untuk membuat
seseorang menjadi baik dan cerdas. Dalam sejarah Islam, Rasulullah SAW juga
menegaskan bahwa misi utamanya dalam mendidik manusia adalah untuk
mengupayakan pembentukan karakter yang baik.
Tokoh pendidikan barat yang mendunia seperti Socrates, Klipatrick, Lickona,
Brooks dan Goble seakan menggemakan kembali gaung yang disuarakan nabi

Muhammad SAW, bahwa moral, akhlak atau karakter adaah tujuan yang tidak
terhindarkan dari dunia pendidikan.
Begitu juga dengan Marthin Luther King menyetujui pemikiran nabi
Muhammad tesebut dengan menyatakan Intelligence plus character, that is the true
aim of education. Kecerdasan dan karakter, itulah tujuan yang benar dari pendidikan.
Selain itu, pendidikan karakter mempunyai tujuan sebagai berikut:
1.

Mengembangkan potensi dasar peserta didik agar ia tumbuh menjadi sosok


yang berhati baik, berpikiran baik, dan berperilaku baik.

2. Memperkuat dan membangun perilaku masyarakat yang multikultur.


3. Meningkatkan peradaban bangsa yang kompetitif dalam pergaulan dunia.
Terlepas dari pandangan di atas, maka tujuan sebenarnya dari pendidikan
karakter atau akhlak adalah agar manusia menjadi baik dan terbiasa kepada yang
baik tersebut. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa tujuan pendidikan dan
latihan yang dapat melahirkan tingkah laku sebagai sesuatu tabiat ialah agar
perbuatan yang timbul dari akhlak baik tadi dirasakan sebagai suatu kenikmatan bagi
yang melakukannya. Menurut Said Agil tujuan pendidikan adalah membentuk
manusia yang beriman, berakhlak mulia, maju dan mandiri sehingga memiliki
ketahanan rohaniah yang tinggi serta mampu beradaptasi dengan dinamika
perkembangan masyarakat.
Jadi dapat disimpulkan bahwa, tujuan dari pendidikan karakter dalam perspektif
pendidikan agama Islam di Indonesia itu adalah: pertama, supaya seseorang terbiasa
melakukan perbuatan baik. Kedua, supaya interaksi manusia dengan Allah SWT dan
sesama makhluk lainnya senantiasa terpelihara dengan baik dan harmonis. Esensinya
sudah tentu untuk memperoleh yang baik, seseorang harus membandingkannya
dengan yang buruk atau membedakan keduanya. Kemudian setelah itu, dapat

mengambil kesimpulan dan memilih yang baik tersebut dengan meninggalkan yang
buruk. Dengan karakter yang baik maka kita akan disegani orang. Sebaliknya,
seseorang dianggap tidak ada, meskipun masih hidup, kalau akhlak atau karakternya
rusak.

Pendidikan Islam
Apa yang kita artikan pendidikan Islam itu? Bilamana pendidikan Islam kita
artikan sebagai latihan mental, moral dan fisik (jasmaniah) yang menghasilkan
manusia berbudaya tinggi untuk melaksanakan tugas kewajiban dan tanggung jawab
dalam masyarakat selaku hamba Allah, maka pendidikan berarti menumbuhkan
personalitas (kepribadian) serta menanamkan rasa tanggung jawab. Usaha
kependidikan bagi manusia menyerupai makanan yang berfungsi memberikan
vitamin bagi pertumbuhan manusia.
Tujuan dan sasaran pendidikan berbeda-beda menurut pandangan hidup
masing-masing pendidik atau lembaga pendidikan. Oleh karenanya maka perlu
dirumuskan pandangan hidup Islam yang mengarahkan tujuan dan sasaran
pendidikan Islam.
Berdasarkan pandangan diatas, maka Pendidikan Islam adalah sistem
pendidikan yang dapat memberikan kemampuan seseorang untuk memimpin
kehidupannya sesuai dengan cita-cita Islam, karena nilai-nilai Islam telah menjiwai
dan mewarnai corak kepribadiannya.
Dengan istilah lain, manusia Muslim telah mendapatkan Pendidikan Islam itu
harus mampu hidup di dalam kedamaian dan kesejahteraan sebagai yabg diharapkan
oleh cita-cita Islam. Pengertian pendidikan Islam dengan sendirimya adalah suatu
sistem kependidikan yang mencakup seluruh aspek kehidupan yang dibutuhkan oleh
9

hamba Allah. Oleh karena Islam mempedomani seluruh aspek kehidupan manusia
Muslim baik duniawi maupun ukhrawi.
Oleh karena itu, ditinjau dari aspek pengalamannya. Pendidikan Islam
berwatak akomodatif kepada tuntutan kemajuan zaman yang ruang lingkupnya
berada di dalam kerangka acuan norma-norma kehidupan Islam. Hal demikian akan
nampak jelas dalam teorisasi Pendidikan Islam yang dikembangkan. Ilmu
Pendidikan Islam adalah untuk mencapai produk atau tujuannya, baik studi secara
teoritis maupun praktis.
Jadi dapat disimpulkan bahwa, manusia yang berpredikat Muslim, benarbenar menjadi penganut agama yang baik ia harus mentaati ajaran Islam dan
menjaga agar rahmat Allah tetap berada pada dirinya. Ia harus mampu memahami,
menghayati dan mengamalkan ajarannya yang di dorong oleh iman sesuai akidah
Islamiah. Untuk tujuan itulah manusia dididik melalui proses pendidikan Islam.

Teorisasi Pendidikan Islam


Dalam masyarakat yang dinamis, pendidikan memegang peranan yang
menentukan eksistensi dan perkembangan masyarakat tersebut, oleh karena
pendidikan

merupakan

usaha

melestarikan,

dan

mengalihkan

serta

mentransformasikan nilai-nilai kebudayaan dalam segala aspeknya dan jenisnya


kepada generasi penerus. Demikian pula halnya dengan peranan pendidikan Islam di
kalangan umat Islam merupakan salah satu bentuk manifestasi dari cita-cita hidup
Islam untuk melestarikan, mengalihkan, dan menanamkan (internalisasi) dan
mentransformasikan nilai-nilai Islam tersebut kepada pribadi generasi penerusnya
sehingga nilai-nilai kultural-religius yang di cita-citakan dapat tetap berfungsi dan
berkembang dalam masyarakat dari waktu-kewaktu.

10

Pendidikan Islam, bila dilihat dari segi kehidupan kultural umat manusia
tidak lain adalah merupakan salah satu alat pembudayaan (enkulturasi) masyarakat
manusia itu sendiri. Sebagai suatu alat, pendidikan dapat difungsikan untuk
mengarahkan pertumbuhan dan perkembangan hidup manusia, (sebagai makhluk
pribadi dan sosial), kepada titik optimal kemampuannya untuk memperoleh
kesejahteraan hidup di dunia dan kebahagiaan hidupnya di akhirat. Dalam hal ini
maka kedayagunaan pendidikan sebagai alat pembudayaan sangat bergantung pada
pemegang alat tersebut yaitu para pendidik memegang posisi kunci yang banyak
menentukan keberhasilan proses pendidikan, sehingga mereka dituntut persyaratan
tertentu, baik teoritis maupun praktis, dalam pelaksanaan tugasnya. Sedangkan
faktor-faktor yang bersifat internal seperti lingkungan dalam segala dimensinya
menjadi sasaran pokok dari proses ikhtiariah para pendidik.
Tentang perlunya ilmu Pendidikan Islam Teoritis tersebut adalahjelas sekali,
mengingat beberapa alasan yaitu:
1. Pendidikan sebagai usaha membentuk pribadi manusia harus melalui proses
yang panjang, dengan resultat (hasil) yang tidak dapat diketahui dengan segera,
berbeda dengan membentuk benda mati yang dapat dilakukan sesuai dengan
keinginan pembuatnya. Dalam proses pembentukan tersebut diperlukan suatu
perhitungan yang matang dan hati-hati berdasarkan pandangan dan pikiranpikiran atau teori yang tepat, sehingga kegagalan atau kesalahan-kesalahan
langkah pembentukan terhadap anak didik dapat dihindarkan. Oleh karena
lapangan tugas dan sasaran pendidikan adalah makhluk yang sedang hidup
berkembang dan bertumbuh yang mengandung berbagai kemungkinan. Bila kita
salah bentuk, maka kita akan sulit memperbaikinya.

11

2. Pendidikan Islam pada khususnya yang bersumberkan nilai-nilai agama Islam di


samping menanamkan atau membentuk sikap hidup yang dijiwai nilai-nilai
tersebut, juga mengembangkan kemampuan berilmu pengetahuan sejalan
dengan nilai-nilai Islam yang melandasinya adalah merupakan proses ikhtiariah
yang secara pedagogis mampu mengembangkan hidup anak didik ke arah
kedewasaan/kematangan yang menguntungkan dirinya.
3. Islam sebagai agama wahyu yang diturunkan oleh Allah dengan tujuan untuk
mensejahterakan dan membahagiakan hidup dan kehidupan umat manusia di
dunia dan akhirat, baru dpat mempunyai arti fungsional dan aktual dalam diri
manusia bilamana dikembangkan melalui proses kependidikan yang sistematis.
4. Ruang lingkup kependidikan Islam adalah mencakup segala bidang kehidupan
manusia di dunia di mana manusia mampu memanfaatkan sebagai tempat
menanam benih-benih amaliah yang buahnya akan dipetik di akhirat nanti, maka
pembentukan sikap dan nilai-nilai alamiah Islamiah dalam pribadi manusia baru
dapat efektif bilamana dilakukan melalui proses kependidikan yang berjalan
diatas kaidah-kaidah ilmu pengetahuan kependidikan.
5. Teori-teori, hipotesa dan asumsi-asumsi kependidikan yang bersumberkan
ajaran Islam sampai kini masih belum tersusun secara ilmiah meskipun bahanbahan bakunya telah tersedia, baik dalam kitab suci Al-Quran dan Al Hadist
maupun qaul ulama.
Jadi dapat disimpulkan bahwa, pendidikan Islam baik teoritis maupun praktis
mengalami kecenderungan untuk berkembang dari waktu ke waktu sesuai tempat
dan momen-momen dilaluinya.
Tingkat perkembangan kebudayaan/peradaban itulah yang banyak mewarnai corak
dan isi pendidikan Islam untuk memperoleh kemajuan hidupnya di mana nilai-nilai

12

kebudayaan yang dimiliki merupakan faktor yang mempegaruhi perkembangan


pendidikan Islam pada saat atau tingkat tertentu.

Pemahaman Tentang Pendidikan Islam


Islam

sebagai

petunjuk

Ilahi

mengandung

implikasi

kependidikan

(pedagogis) yang mampu membimbing dan mengarahkan manusia menjadi seorang


mukmin, muslim, muhsin dan muttaqin melalui proses tahap demi tahap.
Pola dasar pendidikan Islam yang mengandung tata nilai Islam merupakan
pondasi struktural pendidikan Islam. Ia melahirkan asas, strategi dasar, dan sistem
pendidikan yang mendukung, menjiwai, memberi corak dan bentuk proses
pendidikan Islam yang berlangsung dalam berbagai model kelembagaan pendidikan
yang berkembang sejak 14 abad yang lampau sampai sekarang.
Model kelembagaan pendidikan Islam yang tetap berkembang dalam
masyarakat Islam di berbagai tempat itu, merupakan wadah yang akomodatif
terhadap aspirasi umat Islam yang berorientasi kepada pelaksanaan misi Islam dalam
tiga dimensi pengembangan kehidupan manusia, yaitu:
1. Dimensi kehidupan duniawi yang mendorong manusia sebagai hamba Allah
untuk mengembangkan dirinya dalam ilmu pengetahuan, ketrampilan, nilai-nilai
yang mendasari kehidupan yaitu nilai-nilai Islam.
2. Dimensi kehidupan ukhrawi mendorong manusia untuk mengembangkan
dirinya dalam pola hubungan yang serasi dan seimbang dengan Tuhannya.
Dimensi inilah yang melahirkan berbagai usaha agar kegiatan ubudiahnya
senantiasa berada di dalam nilai-nilai agamanya.
3. Dimensi hubungan antara kehidupan duniawi dan ukhrawi mendorong manusia
untuk berusaha menjadikan dirinya sebagai hamba Allah yang utuh dan

13

peripurna dalam ilmu pengetahuan dan ketrampilan, sekaligus menjadi


pendukung serta pelaksana (pengamal) nilai-nilai agamanya.

Ketiga dimensi tersebut di atas kemudian dituangkan dan dijabarkan dalam


program oprasional kependidikan yang makin meningkat, ke arah tujuan yang tealh
ditetapkan. Dalam program itulah tergambar adanya materi kependidikan Islam yang
secara difusif (menyebar) dan integratif (menyatu) dioperasionalisasikan ke dalam
rangkaian program pendidikan atau kurikulum, sehingga (internalized) terserap ke
dalam pribadi manusia sebagai objek pendidikan Islam.
Jadi dapat disimpulkan bahwa, berkat terjadinya internalisasi nilai-nilai Islam
itu, anak didik menjadi wujud dari kehendak Allah, karena secara aktual dan
fungsional mampu mengamalkan perintah dan menjauhi larangan-Nya, yaitu
menjadi manusia yang beriman dan bertakwa melalui ilmu pengetahuannya,
keterampilan, serta perilakunya, sesuai dengan nilai-nilai agamanya.

Fungsi Pendidikan Islam


Adapun fungsi pendidikan Islam secara mikro adalah memelihara dan
mengembangkan fitrah dan sumberdaya insani yang ada pada subyek didik menuju
manusia seutuhnya (insan kamil) sesuai dengan norma Islam, atau dengan kata lain
menuju terbentuknya kepribadian muslim. Sedangkan secara makro dapat ditinjau
dari fenomena yang muncul dalam perkembangan peradaban manusia, dengan
asumsi bahwa peradaban manusia senantiasa tumbuh dan berkembang melalui
pendidikan.

14

Dapat diketahui adanya tiga fungsi pendidikan :


1. Mengembangkan wawasan subyek didik mengenai dirinya dan alam
sekitarnya, sehingga akan tumbuh kreativitas.
2. Melestarikan nilai-nilai insani yang akan menuntun jalan kehidupannya
sehingga keberadaannya lebih bermakna.
3. Membuka pintu ilmu pengetahuan dan ketrampilan yang sangat
bermanfaat bagi peradaban manusia.

Jadi dapat disimpulkan bahwa, peradaban manusia dari waktu ke waktu


semakin berkembang maju, dan kemajuan itu diperoleh melalui interaksi komunikasi
sosialnya.

Semakin

intens

komunikasi

sosialnya

semakin

cepat

pula

perkembangannya.

Tantangan pendidikan Islam


Dunia Islam mengalami berbagai tantangan :
1. Globalisasi tidak dapat dihindari. Tetapi globalisasi harus disikapi dengan
dewasa dan wajar. Al-Quran sebagai sumber ajaran Islam yang utama dan
pertama sudah semestinya menjadi rujukan bagi umat Islam nutuk menelaah
lebih lanjut isi kandungan Al-Quran guna kemajuan peradaban Islam itu
sendiri.
2. Anggapan tertutupnya pintu ijtihad. Ijtihad sebagai usaha sungguh-sungguh
menyelesaikan problematika hukum Islam, digunakan untuk mencari kepastian
hukum karena dinamika masyarakat yang semakin pesat. Anggapan tertutupnya
pintu ijtihad adalah opini yang keliru, karena Al-Quran menyuruh manusia
untuk senantiasa berpikir dengan mengoptimalkan akal pikiran.

15

Jadi dapat disimpulkan bahwa, dunia Islam mengalami berbagai tantangan


pendidikan Islam melalui globalisasi yang dapat menjadi berkembangnya
pendidikan Islam guna kemajuan peradaban Islam.

Pembaharuan Pendidikan Islam


Agama Islam telah memberikan hikmah tentang proses pembelajaran,
bagaimana untuk mendapatkan ilmu pengetahuan. Waktulah yang akan menjadi
saksi apakah manusia itu berhasil dalam memperoleh ilmu yang diinginkan. Karena
dibutuhkan ketrampilan memanage (mengelola) waktu.
Disadari bahwa Rosulullah Muhammad SAW membutuhkan waktu 23 tahun
untuk mengubah wajah bangsa Arab dari peradaban yang terbelakang (jahiliya)
menuju peradaban yang lebih beradab (civil-society). Proses panjang itu dilakukan
oleh Rosul dengan penuh kesadaran dan kesabaran. Rosul sadar bahwa apa yang
dilakukan adalah demi panggilan suci dari Allah dan kecintaanya pada umat
manusia. Dan beliau sabar dengan berbagai ancaman, gangguan, teror yang
senantiasa dirasakan, tetapi hal itu menjadi motivasi tersendiri untuk menyelesaikan
tugas suci ini.
Untuk mengikuti jejak Rosul dalam menyampaikan kebenaran risalah
kebenaran, setiap individu diharapkan melakukan pembaruan dalam hidupnya. Ini
berarti menjalankan aktivitas yang terbaik bagi dirinya pada khususnya dan
masyarakat pada umumnya. Dengan mengelola waktu yang baik, manusia dapat
berfungsi sebagai khalifatullah fil ardhi.

16

Jadi dapat disimpulkan bahwa, setiap manusia seharusnya dapat mengelola


waktu dengan baik agar dapat melakukan pembaruan dalam hidupnya dengan
menjalankan aktivitas yang terbaik.

Humanisme dalam Pendidikan Islam


HAM versi Islam. Cukup banyak prinsip-prinsip Islam yang mempunyai
kerterkaitan dengan HAM, bahkan jumlahnya lebih banyak daripada prinsip-prinsip
Islam tentang demokrasi. Problem HAM muncul karena manusia adalah makhluk
sosial, tidak bisa hidup semdiri, tetapi saling berinteraksi dengan manusia lain. Saat
berinteraksi itulah isu HAM selalu menyertai. Bisa dimengerti betapa isu HAM
menjadi sebegitu penting bila dikaitkan dengan interaksi manusia sebagai kelompok
menurut bangsa, bahasa, suku, adat, seks, ras dan agama. Interaksi antar sesama
manusia secara harmonis akan menentramkan kehidupan antar kelompok.
Sebaliknya, jika terjadi konflik akibat pelanggaran HAM oleh salah satu kelompok,
bisa

memecah

belah

kerukunan

dan

persatuan

mereka.

Padahal

untuk

mengembalikan ke situasi semula tidaklah mudah dan memerlukan waktu lama,


disamping membutuhkan semangat toleransi dan sikap arif antar kelompok.
Pendidikan Agama Islam (PAI) memiliki peran penting, PAI berwawasan
HAM merupakan upaya preventif dalam menangani konflik dan kekerasan, seperti
terjadinya kerusuhan massal, ketegangan sosial dan pelanggaran HAM.
Bagaimana konsep HAM dalam PAI? Aebagaimana kita ketahui, pada Desember
1948, PBB telah menyusun deklarasi HAM. Namun karena tidak semua statment
dalam deklarasi tersebut sesui dengan ajaran Islam, maka para tokoh Islam sedunia
menyusun Deklarasi HAM versi Islam. Deklarasi HAM yang diadopsi dari ajaran
Islam ini ditetapkan di Kairo pada 19 September 1981, yang kemudian dikenal

17

sebagai Deklarasi Kairo. Namun, demikian, kehadiran deklarasi ini tidak


menyurutkan jumlah kasus pelanggaran HAM di dunia Islam. Salah satu sebabnya,
deklarasi tersebut tidak segera diikuti oleh imperative action untuk penegakan HAM.

Disini diuraikan secara ringkas berbagai deklarasi HAM di dunia, antara lain Deklarasi Universal HAM oleh
PBB (1948); Piagam Afrika mengenai Hak Asasi Manusia dan Bangsa-Bangsa; Deklarasi HAM dalam Islam
(Banjul Charte), 1987) (Kairo, 1981); Deklarasi Bangkok tentang HAM (1993); Deklarasi Wina, dan Deklarasi
Indonesia sebagaimana termuat dalam UUD 1945. HAM menurut UUD 1945 dapat diringkas sebagai berikut:
hak atas kebebasan mengeluarkan pendapat (pasal 28); hak atas kedudukan yang sama di dalam hukum (pasal 27
ayat 1); hak atas kebebasan berkumpul (pasal 28); hak atas kebebasan beragama (pasal 29); hak atas pengidupan
yang layat (pasal 27 ayat 2); hak atas kebebasan berserikat (pasal 28); dan hak atas pengajaran (pasal 31)

Lihat Marcel A. Boisard. LHumanisme De LIslam dalam M. Rasyidi (terj.), Humanisme dalam Islam,
(Jakarta: Bulan Bintang, 1980), h. 16.

QS. Al-Baqarah (2:217), ... Mereka tidak henti-hentinya memerangi kamu sampai mereka (dapat)
mengembalikan kamu dan agamamu (kepada kekafiran), seandainya mereka sanggup. Barangsiapa yang murtad
di antara kamu dan agamanya, lalu dia mati dalam kekafiran, maka mereka itulah yang sia-sia amalnya di dunia
dan akhirat, dan mereka itulah penguni neraka, mereka kekal di dalamnya.

Wawasan HAM sangat mungkin diterapkan di sekolah secara sistematik dan


simultan baik pada materi, metode, tujuan, kebijakan, proses maupun lainnya. Materi
PAI berwawasan HAM bisa dimasukan pada materi akidah sebab materi tersebut
dimaksudkan untuk mengatur hak dan kewajiban manusia kepada Tuhannya, hukum
Islam (syariat). Kajiannya membahas hubungan antar sesama manusia (hablun min
an-nas) dalam wujud interaksi dan transaksi sosial (muamalat), serta memuat
peribadatan kepada Allah (ibadah, hablun min Allah). Disamping itu bisa pula

18

dimasukkan ke dalam masalah moralitas Islam (akhlak) sebab problema akhlak ini
terkait dengan perilaku manusia.

QS. An-Nisa (4:36): Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu pun. Dan
berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapak, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tentangga
yang dekat dan tetangga yang jauh, teman sejawat, ibnu sabil dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak
menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri.

QS. Al-Maidah (5:8):

hai orang-orang yang beriman, hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu

mengakkan (kebenaran karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu
terhadap kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada
takwa. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.

Jadi dapat disimpulkan bahwa, internalisasi pendidikan berwawasan HAM


perlu dilakukan atau ditanamkan sejak dini agar tertanam kesadaran menghargai hak
manusia lain juga untuk membentuk pendidikan yang berkarakter pada anak bangsa.

Etika Pendidikan Islam


Ajaran Islam sarat dengan nilai kasih sayang. Tiap kali seseorang muslim
hendak membaca Al-Quran, ia dianjurkan untuk mengawali bacaannya dengan
ucapan bismillahi al-Rahman al-Rahim, dengan nama Allah Yang Maha Pengasih
lagi Maha Penyayang. Nahkan setiap amalan yang dilakukan oleh seorang muslim,
dianjurkan untuk mengawalinya dengan ucapan tersebut. Nabi SAW pernah
mengatakan bahwa barang siapa yang tidak mengawali amalan atau perbuatannya
dengan ucapan bismillah al-Rahman al-Rahim maka amalannya tersebut ditolak.
Apa sebenarnya makna ucapan ini?

19

Akar kata rahim yang berarti penyayang dalam Al-Quran sebanyak 339 kali.
Sebagian besar akar kata rahim berada di akhir kalimat dengan iringan kata-kata lain,
semisal al-rahman (pengasih), al-rauf (penyantun), tawwab (pengampun), ghafur
(pemaaf, pengampun), dan wadud (kasih sayang). Bentuk lain dari akar kata rahim
diatas adalah rahman (pengasih), arham (tali rahim, keluarga) dan rahmah (rahmat,
berkat). Yang akhir ini sering diiringi dengan kata hudan atau petunjuk. Artinya
adalah bahwa Islam mendidik umatnya agar memiliki karakter sebagai manusia yang
penuh kasih sayang, penyantun, pengampun atau pemaaf, membawa berkah bagi
yang lain dan menjalin tali rahim sehingga tercapai perdamaian antara sesama
manusia. Allah berfirman: ... dan perbaikilah perhubungan di antara sesamamu,
dan taatilah kepada Allah dan Rosul-Nya jika kamu adalah orang-orang yang
beriman. Juga firman-Nya, sesungguhnya orang-orang Mukmin adalah
bersaudara karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu dan bertaqwalah
kepada Allah dupaya kamu mendapat rahmat.

QS. Al-Anfal (8:1)

Beberapa ayat Al-Quran mengidentifikasi orang-orang yang beriman dan


beramal saleh di atas dengan perilaku kasih sayang dan perdamaian. Ini mislanya
bisa disimak dalam firman Allah, sesungguhnya orang-orang yang beriman dan
beramal saleh, kelak Allah Yang Maha Pemurah akan menanamkan dalam hati
mereka rasa kasih sayang. Tidak heran, bilamana Islam mengarahkan keluarga
muslim menjadi keluarga sakinah (tenang, tentram atau sejahtera), mawaddah (kasih
sayang) dan rahmah (membawa berkah). Allah berfirman, dan di antara tandatanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu

20

sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tentram kepadanya, dan dijadikan-Nya
di antaramu rasa kasih sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar
terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpikir.
Bilamana dalam satu keluarga terdapat perselisihan antara suami dan istri,
maka Islam mengajarkan perlunya perdamaian melalui juru damai dan bukan
perceraian. Allah berfirman, dan jika kamu kuatirkan ada persengketaan antara
keduanya, maka kirimlah seorang hakam dari keluarga perempuan. Jika
keduanorang hakam itu bermaksud mangadakan perbaikan, niscaya Allah memberi
taufik kepada suami isteri itu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha
Mengenal. Seseorang bahkan diperkenankan untuk berdusta demi mendamaikan
pihak-pihak yang bertikai. Diriwayatkan dari Ummu Kalsum binti Uqbah r.a
katanya, sungguhnya ia mendengar Rasulullah SAW bersabda, Bukanlah
dianggapnya sebagai pendusta jika seseorang mendamaikan perselisihan di antara
manusia. Beliau berkata yang baik dan menyampaikan yang baik pula.

QS. Al-Hujurat (49:10)


QS. Al-Rum (30:21)
QS. Al-Nisaa (4:35)

Jadi dapat disimpulkan bahwa, setiap amalan atau perbuatan yang kita
lakukan terlebih dahulu membaca bismillah dan diakhiri dengan alhamdulilah,
dengan begitu semua amalan atau perbuatan kita dapat diterima oleh Allah dan
mendidik kita agar memiliki karakter sebagai manusia yang penuh kasih sayang,
penyantun, pengampun atau pemaaf, membawa berkah bagi yang lain dan menjalin
tali rahim sehingga tercapai perdamaian antara sesama manusia

21

BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Pendidikan karakter dalam perspektif Islam adalah bagaimana peserta didik,
pendidik mampu menjadi taladan akhlak mulia, untuk diamalkan pada diri sendiri,
keluarga, masyarakat, dan terutama kepada Allah SWT. Pendidikan karakter menjadi
pewarna dalam setiap mata pelajaran agar lebih efektif dan efisien.
Upaya pelaksanaan pendidikan karakter ini harus dilakukan secara serius dan
komprehensif, melibatkan seluruh komponen yang bertanggung jawab terhadap
kemajuan generasi penerus bangsa. Sehingga besar kemungkinan bisa suksesnya
pendidikan karakter ini, dan menghasilkan generasi muda Indonesia yang bermoral,
dan berakhlak mulia.

Saran
Berdasarkan kesimpulan yang telah didapatkan dari penjelasan materi,
penulis merekomendasikan kepada seluruh insan yang peduli dengan pendidikan,
agar mengutamakan pentingnya membangun karakter yang baik bagi peserta didik,
demi kemajuan kehidupan generasi dimasa yang akan datang.
Demikian yang dapat saya paparkan mengenai materi yang menjadi pokok
bahasan dalam makalah ini, Saya selaku penulis banyak berharap para pembaca sudi
memberikan kritik dan saran yang tentunya membangun kepada saya, demi
mencapainya kesempurnaan dalam makalah ini. Semoga makalah ini dapat berguna
bagi saya dan pada khususnya seluruh pembaca makalah ini.

22

DAFTAR PUSTAKA

Ajat Sudrajat, Din Al Islam Pendidikan Agama Islam Diperguruan Tinggi Umum.
Yogyakarta: UNY, 2008.
Boisard, Marcel A. LHumanisme De LIslam. Dalam M. Rasyidi (Penerjemah),
Humanisme dalam Islam. Jakarta: Bulan Bintang, 1980.
Drs. Abd. Rahman Assegaf,M.A. Pendidikan Tanpa Kekerasan. Yogyakarta:
Tiara Wacana, 2004.

Prof.H.M.Arifin, M.Ed. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara, 2000.

Mansur Muslich. Pendidikan Karakter. Jakarta: Bumi Aksara, 2011.

23

Anda mungkin juga menyukai