Nama
: IFTITAH INDRIANI
NPM
: 1114500081
Kelas
:C
Semester
:1
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pendidikan adalah usaha sadar yang harus terus menerus untuk mewujudkan
manusia yang unggul dalam ilmu pengetahuan anggun sikap moralnya adalah
harapan kita bersama. Meyakini pendidikan sebagai usaha paling mendasar dan
strategis sebagai wahana penyiapan sumber daya manusia dalam pembangunan
tentunya umat Islam yang merupakan mayoritas penduduk Indonesia harus bangkit
dan memberikan kontribusi bagi bangsa ini. Bagi Islam, semua usaha seseorang
didunia ini memiliki efek kumulatif, artinya apabila suatu usaha untuk menuntaskan
kepentingan duniawi ia juga memiliki akses pada kehidupan sesudah mati.
Pendidikan karakter selain menjadi bagian dari proses pembentukan akhlak
anak bangsa, diharapkan mampu menjadi pondasi utama dalam meningkatkan
derajat dan martabat bangsa Indonesia. Pendidikan karakter menjadi fokus
pendidikan di seluruh jenjang pendidikan yang dibinannya. Pembentukan karakter
itu dimulai dari fitrah yang diberikan Tuhan, yang kemudian membentuk jati diri dan
prilaku. Dalam prosesnya sangat dipengaruhi oleh keadaan lingkungan, sehingga
lingkungan memiliki peranan yang cukup besar dalam membentuk jati diri dan
prilaku. Sekolah dan masyarakat sebagai bagian dari lingkungan memiliki peranan
yang sangat penting, oleh karena itu setiap sekolah dan masyarakat harus memiliki
pendisiplinan dan kebiasaan mengenai karakter yang akan dibentuk.
Fokus Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan pendidikan karakter dalam pendidikan Islam?
2. Bagaimana pendidikan Islam?
3. Apa saja yang menjadi tantangan pendidikan Islam?
4. Bagaimana humanisme dalam pendidikan Islam?
5. Bagaimana etika pendidikan Islam?
Tujuan Penulisan
1. Menjelaskan tentang Islam dan pendidikan karakter
2. Menjelaskan pendidikan Islam
3. Mengetahui tantangan pendidikan Islam
4. Memahami humanisme dalam pendidikan Islam
5. Memahami etika pendidikan Islam
Manfaat penulisan
Hasil penulisan makalah ini diharapkan dapat berguna sebagai:
1. Penambah pengetahuan dan wawasan tentang Islam dan pendidikan karakter.
2. Bahan masukan bagi pembaca tentang bagaimana pendidikan Islam, tantangan
pendidikan dalam Islam, humanisme dalam pendidikan Islam, dan etika dalam
pendidikan Islam.
Metode Penulisan
Penulis menggunakan berbagai referensi dari berbagai macam sumber buku-buku
dan internet.
BAB II
PEMBAHASAN
Menurut al-Farabi seorang filsuf Islam, akhlak adalah upaya penumbuhkembangan akhlak potensial baik yang ada di dalam diri setia manusia dengan jalan
membiasakan lahirnya perilaku-perilaku terpuji dan membangun situasi kondisi
yang kondusif untuk tumbuh dan berkembangnya perilaku yan terpuji di dalam diri
seseorang.
Pendidikan karakter menurut winton, segala hal positif yang dilakukan oleh
guru yang berpengaruh kepada karakter siswanya. Pendidikan karakter sebagai
pendidikan yang mengembangkan karakter yang mulia dari peserta didik dengan
mempraktikan dan mengajarkan nilai-nilai moral dan pengambilan keputusan yang
beradab dalam hubungan sesama manusia maupun dengan Tuhan.
Pendidikan adalah segala upaya yang dilakukan guru yang mampu
mempengaruhi karakter peserta didik. Guru membantu membentuk watak peserta
didik. Dalam hal ini mencakup keteladanan bagaimana perilaku guru, cara guru
berbicara atau menyampaikan materi, bagaimana guru bertoleransi, dan berbagai hal
terkait lainnya.
Pendidikan karakter dalam perspektif islam yang disebut dengan pendidikan
akhlak, sebagaimana yang telah dirumuskan oleh tokoh filosof serta pendidikan
seperti Ibnu Miskawih, al-Qabisi, Ibnu Sina, al-Ghazali, dan al-Zarnuji menunjukkan
bahwa tujuan puncak pendidikan akhlak adalah terbentuknya karakter positif dalam
perilaku anak didik. Karakter positif ini adalah jelmaan sifat-sifat mulia Tuhan dalam
kehidupan manusia.
Jadi dapat disimpulkan, pendidikan karakter diharapkan menjadi sebuah jalan
untuk melakukan tindakan prefentif terhadap rusaknya moral bangsa dengan
melaksanakan proses atau langkah-langkah dari pembinaan akhlak atau karakter
secara menyeluruh, baik dari murid terlebih dahulu, kemudian keluarga, pendidik,
lembaga pendidikan, kurikulum, serta segala sesuatu yang terlibat dalam pendidikan.
masyarakat secara keseluruhan. Jika sistem nilai dan pandangan mereka terbatas
pada kini dan di sini, maka upaya dan ambisinya terbatas pada kini dan di sini
pula.
Dalam konteks itu, Al-Quran dalam banyak ayatnya menekankan tentang
kebersamaan anggota masyarakat menyangkut pengalaman sejarah yang sama,
tujuan bersama, gerak langkah yang sama, solidaritas yang sama.
Tujuan pendidikan karakter semestinya diletakkan dalam kerangka gerak
dinamis diakletis, berupa tanggapan individu atau impuls natural (fisik dan psikis),
sosial, kultural yang melingkupinya, untuk dapat menempa dirinya menjadi
sempurna sehingga potensi-potensi yang ada dalam dirinya berkembang secara
penuh yang membuatnya semakin menjadi manusiawi.
Jadi dapat disimpulkan bahwa, pendidikan karakter dalam pendidikan Islam
merupakan langkah penting dan strategis dalam membangun kembali jati diri
individu maupun bangsa. Pendidikan karakter dalam Islam telah dibuktikan dengan
adanya pondok-pondok pesantren yang mendidik karakter manusia agar sesuai
dengan syariat Islam.
Muhammad SAW, bahwa moral, akhlak atau karakter adaah tujuan yang tidak
terhindarkan dari dunia pendidikan.
Begitu juga dengan Marthin Luther King menyetujui pemikiran nabi
Muhammad tesebut dengan menyatakan Intelligence plus character, that is the true
aim of education. Kecerdasan dan karakter, itulah tujuan yang benar dari pendidikan.
Selain itu, pendidikan karakter mempunyai tujuan sebagai berikut:
1.
mengambil kesimpulan dan memilih yang baik tersebut dengan meninggalkan yang
buruk. Dengan karakter yang baik maka kita akan disegani orang. Sebaliknya,
seseorang dianggap tidak ada, meskipun masih hidup, kalau akhlak atau karakternya
rusak.
Pendidikan Islam
Apa yang kita artikan pendidikan Islam itu? Bilamana pendidikan Islam kita
artikan sebagai latihan mental, moral dan fisik (jasmaniah) yang menghasilkan
manusia berbudaya tinggi untuk melaksanakan tugas kewajiban dan tanggung jawab
dalam masyarakat selaku hamba Allah, maka pendidikan berarti menumbuhkan
personalitas (kepribadian) serta menanamkan rasa tanggung jawab. Usaha
kependidikan bagi manusia menyerupai makanan yang berfungsi memberikan
vitamin bagi pertumbuhan manusia.
Tujuan dan sasaran pendidikan berbeda-beda menurut pandangan hidup
masing-masing pendidik atau lembaga pendidikan. Oleh karenanya maka perlu
dirumuskan pandangan hidup Islam yang mengarahkan tujuan dan sasaran
pendidikan Islam.
Berdasarkan pandangan diatas, maka Pendidikan Islam adalah sistem
pendidikan yang dapat memberikan kemampuan seseorang untuk memimpin
kehidupannya sesuai dengan cita-cita Islam, karena nilai-nilai Islam telah menjiwai
dan mewarnai corak kepribadiannya.
Dengan istilah lain, manusia Muslim telah mendapatkan Pendidikan Islam itu
harus mampu hidup di dalam kedamaian dan kesejahteraan sebagai yabg diharapkan
oleh cita-cita Islam. Pengertian pendidikan Islam dengan sendirimya adalah suatu
sistem kependidikan yang mencakup seluruh aspek kehidupan yang dibutuhkan oleh
9
hamba Allah. Oleh karena Islam mempedomani seluruh aspek kehidupan manusia
Muslim baik duniawi maupun ukhrawi.
Oleh karena itu, ditinjau dari aspek pengalamannya. Pendidikan Islam
berwatak akomodatif kepada tuntutan kemajuan zaman yang ruang lingkupnya
berada di dalam kerangka acuan norma-norma kehidupan Islam. Hal demikian akan
nampak jelas dalam teorisasi Pendidikan Islam yang dikembangkan. Ilmu
Pendidikan Islam adalah untuk mencapai produk atau tujuannya, baik studi secara
teoritis maupun praktis.
Jadi dapat disimpulkan bahwa, manusia yang berpredikat Muslim, benarbenar menjadi penganut agama yang baik ia harus mentaati ajaran Islam dan
menjaga agar rahmat Allah tetap berada pada dirinya. Ia harus mampu memahami,
menghayati dan mengamalkan ajarannya yang di dorong oleh iman sesuai akidah
Islamiah. Untuk tujuan itulah manusia dididik melalui proses pendidikan Islam.
merupakan
usaha
melestarikan,
dan
mengalihkan
serta
10
Pendidikan Islam, bila dilihat dari segi kehidupan kultural umat manusia
tidak lain adalah merupakan salah satu alat pembudayaan (enkulturasi) masyarakat
manusia itu sendiri. Sebagai suatu alat, pendidikan dapat difungsikan untuk
mengarahkan pertumbuhan dan perkembangan hidup manusia, (sebagai makhluk
pribadi dan sosial), kepada titik optimal kemampuannya untuk memperoleh
kesejahteraan hidup di dunia dan kebahagiaan hidupnya di akhirat. Dalam hal ini
maka kedayagunaan pendidikan sebagai alat pembudayaan sangat bergantung pada
pemegang alat tersebut yaitu para pendidik memegang posisi kunci yang banyak
menentukan keberhasilan proses pendidikan, sehingga mereka dituntut persyaratan
tertentu, baik teoritis maupun praktis, dalam pelaksanaan tugasnya. Sedangkan
faktor-faktor yang bersifat internal seperti lingkungan dalam segala dimensinya
menjadi sasaran pokok dari proses ikhtiariah para pendidik.
Tentang perlunya ilmu Pendidikan Islam Teoritis tersebut adalahjelas sekali,
mengingat beberapa alasan yaitu:
1. Pendidikan sebagai usaha membentuk pribadi manusia harus melalui proses
yang panjang, dengan resultat (hasil) yang tidak dapat diketahui dengan segera,
berbeda dengan membentuk benda mati yang dapat dilakukan sesuai dengan
keinginan pembuatnya. Dalam proses pembentukan tersebut diperlukan suatu
perhitungan yang matang dan hati-hati berdasarkan pandangan dan pikiranpikiran atau teori yang tepat, sehingga kegagalan atau kesalahan-kesalahan
langkah pembentukan terhadap anak didik dapat dihindarkan. Oleh karena
lapangan tugas dan sasaran pendidikan adalah makhluk yang sedang hidup
berkembang dan bertumbuh yang mengandung berbagai kemungkinan. Bila kita
salah bentuk, maka kita akan sulit memperbaikinya.
11
12
sebagai
petunjuk
Ilahi
mengandung
implikasi
kependidikan
13
14
Semakin
intens
komunikasi
sosialnya
semakin
cepat
pula
perkembangannya.
15
16
memecah
belah
kerukunan
dan
persatuan
mereka.
Padahal
untuk
17
Disini diuraikan secara ringkas berbagai deklarasi HAM di dunia, antara lain Deklarasi Universal HAM oleh
PBB (1948); Piagam Afrika mengenai Hak Asasi Manusia dan Bangsa-Bangsa; Deklarasi HAM dalam Islam
(Banjul Charte), 1987) (Kairo, 1981); Deklarasi Bangkok tentang HAM (1993); Deklarasi Wina, dan Deklarasi
Indonesia sebagaimana termuat dalam UUD 1945. HAM menurut UUD 1945 dapat diringkas sebagai berikut:
hak atas kebebasan mengeluarkan pendapat (pasal 28); hak atas kedudukan yang sama di dalam hukum (pasal 27
ayat 1); hak atas kebebasan berkumpul (pasal 28); hak atas kebebasan beragama (pasal 29); hak atas pengidupan
yang layat (pasal 27 ayat 2); hak atas kebebasan berserikat (pasal 28); dan hak atas pengajaran (pasal 31)
Lihat Marcel A. Boisard. LHumanisme De LIslam dalam M. Rasyidi (terj.), Humanisme dalam Islam,
(Jakarta: Bulan Bintang, 1980), h. 16.
QS. Al-Baqarah (2:217), ... Mereka tidak henti-hentinya memerangi kamu sampai mereka (dapat)
mengembalikan kamu dan agamamu (kepada kekafiran), seandainya mereka sanggup. Barangsiapa yang murtad
di antara kamu dan agamanya, lalu dia mati dalam kekafiran, maka mereka itulah yang sia-sia amalnya di dunia
dan akhirat, dan mereka itulah penguni neraka, mereka kekal di dalamnya.
18
dimasukkan ke dalam masalah moralitas Islam (akhlak) sebab problema akhlak ini
terkait dengan perilaku manusia.
QS. An-Nisa (4:36): Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu pun. Dan
berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapak, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tentangga
yang dekat dan tetangga yang jauh, teman sejawat, ibnu sabil dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak
menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri.
hai orang-orang yang beriman, hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu
mengakkan (kebenaran karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu
terhadap kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada
takwa. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.
19
Akar kata rahim yang berarti penyayang dalam Al-Quran sebanyak 339 kali.
Sebagian besar akar kata rahim berada di akhir kalimat dengan iringan kata-kata lain,
semisal al-rahman (pengasih), al-rauf (penyantun), tawwab (pengampun), ghafur
(pemaaf, pengampun), dan wadud (kasih sayang). Bentuk lain dari akar kata rahim
diatas adalah rahman (pengasih), arham (tali rahim, keluarga) dan rahmah (rahmat,
berkat). Yang akhir ini sering diiringi dengan kata hudan atau petunjuk. Artinya
adalah bahwa Islam mendidik umatnya agar memiliki karakter sebagai manusia yang
penuh kasih sayang, penyantun, pengampun atau pemaaf, membawa berkah bagi
yang lain dan menjalin tali rahim sehingga tercapai perdamaian antara sesama
manusia. Allah berfirman: ... dan perbaikilah perhubungan di antara sesamamu,
dan taatilah kepada Allah dan Rosul-Nya jika kamu adalah orang-orang yang
beriman. Juga firman-Nya, sesungguhnya orang-orang Mukmin adalah
bersaudara karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu dan bertaqwalah
kepada Allah dupaya kamu mendapat rahmat.
20
sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tentram kepadanya, dan dijadikan-Nya
di antaramu rasa kasih sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar
terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpikir.
Bilamana dalam satu keluarga terdapat perselisihan antara suami dan istri,
maka Islam mengajarkan perlunya perdamaian melalui juru damai dan bukan
perceraian. Allah berfirman, dan jika kamu kuatirkan ada persengketaan antara
keduanya, maka kirimlah seorang hakam dari keluarga perempuan. Jika
keduanorang hakam itu bermaksud mangadakan perbaikan, niscaya Allah memberi
taufik kepada suami isteri itu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha
Mengenal. Seseorang bahkan diperkenankan untuk berdusta demi mendamaikan
pihak-pihak yang bertikai. Diriwayatkan dari Ummu Kalsum binti Uqbah r.a
katanya, sungguhnya ia mendengar Rasulullah SAW bersabda, Bukanlah
dianggapnya sebagai pendusta jika seseorang mendamaikan perselisihan di antara
manusia. Beliau berkata yang baik dan menyampaikan yang baik pula.
Jadi dapat disimpulkan bahwa, setiap amalan atau perbuatan yang kita
lakukan terlebih dahulu membaca bismillah dan diakhiri dengan alhamdulilah,
dengan begitu semua amalan atau perbuatan kita dapat diterima oleh Allah dan
mendidik kita agar memiliki karakter sebagai manusia yang penuh kasih sayang,
penyantun, pengampun atau pemaaf, membawa berkah bagi yang lain dan menjalin
tali rahim sehingga tercapai perdamaian antara sesama manusia
21
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Pendidikan karakter dalam perspektif Islam adalah bagaimana peserta didik,
pendidik mampu menjadi taladan akhlak mulia, untuk diamalkan pada diri sendiri,
keluarga, masyarakat, dan terutama kepada Allah SWT. Pendidikan karakter menjadi
pewarna dalam setiap mata pelajaran agar lebih efektif dan efisien.
Upaya pelaksanaan pendidikan karakter ini harus dilakukan secara serius dan
komprehensif, melibatkan seluruh komponen yang bertanggung jawab terhadap
kemajuan generasi penerus bangsa. Sehingga besar kemungkinan bisa suksesnya
pendidikan karakter ini, dan menghasilkan generasi muda Indonesia yang bermoral,
dan berakhlak mulia.
Saran
Berdasarkan kesimpulan yang telah didapatkan dari penjelasan materi,
penulis merekomendasikan kepada seluruh insan yang peduli dengan pendidikan,
agar mengutamakan pentingnya membangun karakter yang baik bagi peserta didik,
demi kemajuan kehidupan generasi dimasa yang akan datang.
Demikian yang dapat saya paparkan mengenai materi yang menjadi pokok
bahasan dalam makalah ini, Saya selaku penulis banyak berharap para pembaca sudi
memberikan kritik dan saran yang tentunya membangun kepada saya, demi
mencapainya kesempurnaan dalam makalah ini. Semoga makalah ini dapat berguna
bagi saya dan pada khususnya seluruh pembaca makalah ini.
22
DAFTAR PUSTAKA
Ajat Sudrajat, Din Al Islam Pendidikan Agama Islam Diperguruan Tinggi Umum.
Yogyakarta: UNY, 2008.
Boisard, Marcel A. LHumanisme De LIslam. Dalam M. Rasyidi (Penerjemah),
Humanisme dalam Islam. Jakarta: Bulan Bintang, 1980.
Drs. Abd. Rahman Assegaf,M.A. Pendidikan Tanpa Kekerasan. Yogyakarta:
Tiara Wacana, 2004.
23