Anda di halaman 1dari 140

TUGAS MATA KULIAH KESEHATAN MENTAL

MAKALAH STRES, DISTRESS DAN DEPRESI

DISUSUN OLEH

1.
2.
3.
4.
5.
6.

IFTITAH INDRIANI
VIRGIAWAN FERIZ. M
NELIK RAHMA OKTAFIANA
MUSLIHAH
SITI KHODIJAH
ANGGA KUSUMA

SEMESTER/KELAS

(1114500081)
(1114500021)
(1114500027)
(1114500049)
(1114500030)
(1114500110)

:3/CD

YAYASAN PENDIDIKAN PANCASAKTI TEGAL


UNIVERSITAS PANCASAKTI TEGAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING
Jalan Halmahera KM. 1 (0283) 357122
2015

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena kami
dapat menyelesaikan makalah ini yang bertujuan untuk memenuhi tugas mata
kuliah Kesehatan Mental.
Kami ucapkan terima kasih kepada Yth. Ibu Sri Adi N, S.Psi, S.Pd, MM
selaku dosen mata kuliah Kesehatan Mental yang telah membimbing kami agar
dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini.
Akhirnya kami menyadari bahwa makalah ini masih ada kekurangan. Oleh
karena itu, dengan segala kerendahan hati, kami menerima kritik dan saran agar
penyusunan makalah selanjutnya menjadi lebih baik. Untuk itu kami
mengucapkan terima kasih dan semoga karya tulis ini bermanfaat untuk kami dan
untuk pembaca.

Tegal, 30 Oktober 2015

Penulis

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................................ i
KATA PENGANTAR..............................................................................................ii
DAFTAR ISI.............................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ...............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah ..........................................................................................2
1.3 Tujuan ............................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Stres.............................................................................................3
2.2. Stres Bisa Terjadi ..........................................................................................5
2.3 .Stres Psikologis .............................................................................................6
2.4 .Sumber stres psikologis ................................................................................11
2.5 .Ciri-Ciri Stres ................................................................................................13
2.6. Gejala stres ....................................................................................................14
2.7. Faktor-faktor yang mempengaruhi Stres.......................................................15
2.8. Penyebab stres...............................................................................................18
2.9. Daya Tahan Stres ..........................................................................................19
3.0. Gangguan Terkait Stres.................................................................................21
3.1. Respon Terhadap Stres..................................................................................22
3.2.Gangguan Stres Akut................................................................................. ....23
3.3. Gangguan Stres Pasca Trauma......................................................................24
3.4. Gangguan Penyesuaian Stres ........................................................................27
3.5. Menghadapi Stres..........................................................................................28
3.6. Koping/Cara Mengatasi Stres .......................................................................29
3.7 Pengertian distres...................................................................................... .....33
3.8 penyebab distress.................................................................................... .......34
3.9. Gejala distress ...............................................................................................35
3

4.0. Cara menanggulangi distress.........................................................................36


4.1. Pengertian Depresi ........................................................................................36
4.2. Gejala depresi................................................................................................38
4.3.Penyebab Depresi...........................................................................................40
4.4. Resiko yang ditimbulkan Depresi .................................................................42
4.5. Cara menanggulangi Depresi ........................................................................44
4.6. Pengobatan depresi........................................................................................46
4.7. Tempat-tempat untuk mengilangkan stres, distres, depresi ..........................51

BAGIAN III PENUTUP

4.8 Kesimpulan ...................................................................................................52


4.9 Saran .............................................................................................................52

DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................................54


LAMPIRAN..............................................................................................................56
ARTIKEL .................................................................................................................56

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sesuatu hal dapat terjadi pada setiap orang, baik hal yang buruk ataupun baik,
seperti kondisi stress atau peningkatan kesehatan. Pemahamantentang stress dan
akibatnya sangatlah penting bagi upaya pengobatan dan pencegahan stress itu sendiri.
Setiap orang mengalami sesuatu yang disebutstress sepanjang kehidupannya.
Masalah stress sering dihubungkan dengankehidupanmoderndan sepertinya kehidupan
modern merupakan sumber bermacam gangguan stress. Stres dapat memberikan
stimulus terhadap perkembangan dan pertumbuhan, dalam hal ini stress adalah hal
positif dan diperlukan. Namun demikian, terlalu banyak stress dapat menimbulkan
gangguan-gangguan

seperti

penyesuaian

yang

buruk,

penyakit

fisik

danketidakmampuan untuk mengatasi atau koping terhadap masalahyang datang.


Dari buku Managing Stress oleh David Fontana. Distress berasal dari
bahasa Prancis Lama, destresse, yang berarti ditempatkan dibawah kesempitan
atau penindasan. Setelah melewati berabad-abad, kata destresse mengalami
perubahan di dalam bahasa Inggris Middle (Middle English), terkadang
penyebutan di hilang sehingga meninggalkan dua buah kata stress dan
distress yang juga memiliki arti yang berbeda. Stress memiliki arti perasaan
yang

kacau,

sedangkan

distress

mengindikasikan

sesuatu

yang

tidak

menyenangkan. Distress, yaitu hasil dari respon terhadap stres yang bersifat tidak
sehat, negatif, dan destruktif (bersifat merusak). Hal tersebut termasuk
konsekuensi individu dan juga organisasi seperti penyakit kardiovaskular dan
tingkat ketidakhadiran (absenteeism) yang tinggi,yang diasosiasikan dengan
keadaan sakit, penurunan, dan kematian.
Stres dan depresi yang dibiarkan berlarut membebani pikiran dan dapat
mengganggu system kekebalan tubuh. Apabila kita berada dalam emosi yang
negatif seperti rasa sedih, benci, iri, putus asa, kecemasan, dan kurang bersyukur
dengan nikmat yang ada, maka system kekebalan kita menjadi lemah.Depresi
5

merupakan salah satu masalah kesehatan mental utama saat ini, yang mendapat
perhatian serius. Di negara-negara berkembang, WHO memprediksikan bahwa
pada tahun 2020 nanti depresi akan menjadi salah satu penyakit mental yang
banyak dialami dan depresi berat akan menjadi penyebab kedua terbesar kematian
setelah serangan jantung. Berdasarkan data WHO tahun 1980, hampir 20%-30%
dari pasien rumah sakit di Negara berkembang mengalami gangguan mental
emosional seperti depresi.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Stres,Distress dan Depresi?
2. Siapa yang bisa terkena Stres, Distress dan Depresi?
3. Kapan Stres, Distress dan Depresi bisa terjadi?
4. Dimana tempat yang sesuai untuk menghilangkan Stres, Distress dan
Depresi?
5. Mengapa Stres, Distress dan Depresi bisa terjadi?
6. Bagaimana cara mengatasi Stres, Distress dan Depresi?

1.3 Tujuan
1. Dapat memahami tentang Stress, Distress dan Depresi.
2. Dapat mengerti siapa yang dapat terkena Stres, Distress dan Depresi.
3. Dapat mengetahui kapan Stres, Distress dan Depresi bisa menyerang.
4. Dapat mengetahui tempat yang sesuai untuk menghilangkan Stres,
Distress dan Depresi.
5. Dapat mengetahui mengapa Stres,Distres dan Depresi dapat terjadi.
6. Dapat mengetahui cara mengatasi Stres,Distress dan Depresi.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Stress

Kata stres telah digunakan sejak awal tahun 1900-an untuk menggambarkan
situasi yang menimbulkan perubahan secara fisik dan psikis dalam diri kita. Sulit
untuk mengartikannya karena stres muncul dalam begitu banyak bentuk. Tiap
orang memandang stres secara berbeda-beda. Stres dapat menjadi berbahaya atau
malahan membantu, tergantung keadaan. Beberapa stres menguntungkan karena
memotivasi kita untuk meningkatkan kinerja dan membuat perubahan-perubahan
dalam hidup kita. Jika kita tidak memiliki stres, kita tidak akan melakukan fungsi
apapun.

(Menurut buku Losyk, Bob. 2005. Kendalikan Stres Anda!. Jakarta: PT Gramedia
Pustaka Utama).

Stress menurut Hans Selye merupakan respon tubuh yang bersifat tidak
spesifik terhadap setiap tuntutan atau beban atasnya. Berdasarkan pengertian
tersebut dapat dikatakan stress apabila seseorang mengalami beban atau tugas
yang berat tetapi orang tersebut tidak dapat mengatasi tugas yang dibebankan itu,
maka tubuh akan merespon dengan tidak mampu terhadap tugas tersebut,
sehingga orang tersebut dapat mengalami stress. Respons atau tindakan ini
termasuk respons fisiologis dan psikologis. Stres dapat menyebabkan perasaan
negatif atau yang berlawanan dengan apa yang diinginkan atau mengancam
kesejahteraan emosional. Stres dapat menggangu cara seseorang dalam menyerap
realitas, menyelesaikan masalah, berfikir secara umum dan hubungan seseorang dan rasa
memiliki. Terjadinya stres dapat disebabkan oleh sesuatu yang dinamakan stressor,
stressor

ialah

stimulus

yang mengawali

atau

mencetuskan

perubahan.

Stressor secara umum dapat diklasifikasikan sebagai stressor internal atau


eksternal. Stressor internal berasal dari dalam diri seseorang, misalnya kondisi sakit atau,

menopause, sedangkan stressor eksternal berasal dari luar diri seseorang atau
lingkungan misalnya kematian anggota keluarga, masalah di tempat kerja dan lain-lain.

Pengertian stres akan berbeda satu dengan lainnya, hal ini bergantung dengan
cara pandang seseorang dalam mendefinisikannya. Ada beberapa pengertian yang
perlu diketahuiyaitu:

a) Hans Selye, Stress adalah respon tubuh yang sifatnya non-spesifik terhadap
setiap tuntutan beban atasnya.

b) Emanuelsen & Rosenlicht, Stress didefinisikan sebagai respon fisik dan


emosionalterhadap

tuntutan

yang

dialami

individu

yang

diinterpretasikansebagai sesuatu yang mengancamkeseimbangan.

c) Soeharto

Heerdjan,Stres

adalah

suatu

kekuatan

yang

mendesak

ataumencekam, yang menimbulkan suatu ketegangan dalam diri


seseorang.

d) Maramis, Stres adalah reaksi tubuhterhadap situasi yang menimbulkan


tekanan, perubahan ketegangan emosi, dan lain-lain. Stres adalah segala
masalah atau tuntutan penyesuaian diri, dan karena itu sesuatu yang
mengganggu keseimbangan kita.

e) Vincent Cornelli, dikutip oleh Grant Brecht, Stres adalah gangguan pada
tubuh dan pikiran yang disebabkan oleh perubahan dan tuntutan
kehidupan, yang dipengaruhi baik oleh lingkungan maupun penampilan
individu di dalam lingkungan tersebut.

f) Keliat, B.A., Stress adalah realitas kehidupan setiap hari yang tidak dapat
dihindari.Stres disebabkan oleh perubahan yang memerlukan penyesuaian.

g) Lazarus

&

Folkman,Stres

merupakan

hubungan

antara

individu

denganlingkungan yang oleh individu dinilai membebani atau melebihi


kekuatannya dan mengancam kesehatannya.

h) Spilberger (Handoyo)Stress adalah tuntutan eksternal yang mengenai


seseorang, misalnya objek-objek dalam lingkungan atau suatu stimulus
yang secara objektif adalah berbahaya.
2.2. Stress Bisa Terjadi
Penyakit stress bisa terjadi kapanpun, dimanapun dan oleh siapapun. Penyakit ini
juga timbul dari berbagai sumber permasalahan, baik yang kecil maupun yang
besar. Misalnya, orang yang selalu pegang handphone bisa menjadi stress ketika
perangkat tersebut tidak terbawa karena tertinggal. Contoh kedua adalah
seseorang bisa mendadak stres karena memiliki uang banyak yang belum pernah
dimiliki sebelumnya.
Yang diperlukan disini adalah bagaimana kita mengendalikan diri kita dan
memberikan kemampuan untuk mengurangi dampak stres. Untuk permasalahan
baru, mau tidak mau harus mempergunakan tips yang biasa digunakan untuk
mengedalikan stres, misalnya:
1. Lebih baik diam dan menghela nafas ketika menghadapi situasi sulit.
2. Jalan-jalan keluar ruangan untuk menyegarkan pikiran yang sedang jenuh.
3. Menikmati makanan ringan untuk mengaburkan permasalahan yang
sedang dihadapi.
4. Keluar ruangan untuk cuci muka atau wudhlu untuk beribadah.
5. Mendegarkan musik untuk meringankan pikiran.
6. Mencari suasana gembira, misalnya ngobrol dengan teman-teman.
7. Menonton film-film lucu atau yang dapat menghibur.

8. Melatih diri sendiri untuk menguasai emosi dan nafsu melalui meditasi.
Selanjutnya suasana meditasi dibawa dalam rutinias harian sehingga
pikiran dan emosi akan terkontrol dan tenang.
9. Menghadapi situasi dengan santai, karena semua ini sudah diatur oleh
Tuhan.
10. Membawa obat-obatan yang memang direkomendasikan dokter supaya
stres tidak berujung pada hal-hal yang fatal. Untuk beberapa orang, stres
bisa memicu penyakit dan dampak yang fatal. Misalnya, jika sudah
terdektesi menderita penyakit jantung, jangan lupa selalu membawa obat
yang direkomendasikan oleh dokter.
(http://www.uneg-uneg.com/index.php/2015/05/27/penyakit-stress-bisaterjadi-kapanpun/. Diunduh pada tanggal 23 Oktober 2015. Pukul 12.16
WIB).

2.3. Stres Psikologis


Kebutuhan

dan

dorongan

merupakan

dua

faktor

penting

yang

memengaruhi perilaku manusia. Berbagai teori kepribadian yang telah


dikemukakan sebelum ini telah berusaha menjelaskan semua faktor ini dalam
hubungannya dengan perilaku yang dapat dilihat. Di bawah ini akan dibicarakan
kebutuhan dan dorongan psikososial secara deskriptif dan kaitannya dengan stres.
Kebutuhan
Untuk dapat hidup layak sebagai manusia ada beberapa syarat, yaitu
supaya secara minimal kebutuhan (needs) badani, psikologis, sosial, kultural dan
spiritual harus terpenuhi. Kebutuhan rohani atau somatis adalah: makanan,
minuman, hawa, istirahat, tidur dan sex (yang harus ditinjau secara seutuhnya,
karena sex itu juga somato-psiko-sosial-kultural-spiritual). Kebutuhan kultural
adalah perilaku yang "dituntut" oleh kebudayaan dan kebutuhan spiritual adalah
perilaku yang sesuai dengan keyakinan agama atau kepercayaan. Akan

10

dibicarakan berikut ini empat kebutuhan psikologis-sosial dasar. Biarpun


kebutuhan badani juga sangat penting, namun pemenuhannya ada pada tingkat
lain. Begitu pun dengan kebutuhan kultural dan kebutuhan spiritual. Kita akan
menyinggung sedikit kebutuhan psikologis dan sosial. Kebutuhan psikologis
meliputi: kebutuhan akan kasih-sayang (need to be loved) dan kebutuhan akan
harga diri (need for self esteem). Kebutuhan sosial adalah: kebutuhan akan
keterlibatan dan kebutuhan akan kebebasan, kemandirian atau autonomi (need for
autonomy). Karena tidak terdapat batas yang jelas antara kedua kebutuhan itu,
maka sebaiknya digabung saja dan disebut kebutuhan psikososial. Kita sendiri
tidak dapat memenuhi kebutuhan- kebutuhan psikologis kita, tetapi kita
bertanggung jawab agar kebutuhan kita terpenuhi supaya kita dapat berfungsi
dengan baik sebagai manusia. Pada umumnya kebutuhan-kebutuhan psikologis
kita itu dipenuhi oleh orang lain dalam suatu hubungan antar manusia yang baik.
Nah, bila kita bertanggung jawab atas terpenuhinya kebutuhan kita dan bila harus
ada orang lain yang mau memenuhinya, dan bila hal ini akan lebih mudah terjadi
bila relasi kita dengan orang itu baik, maka adalah tanggung jawab kita untuk
menjaga agar relasi kita dengan orang lain itu baik (dengan pasangan hidup, orang
tua, saudara, anggota keluarga lain, teman, sejawat, dan sebagainya). Bila kita
mencela, menuntut hierarki kebutuhan itu menunjukkan bahwa pada umumnya
sukarlah mencapai kebutuhan pada tingkat lebih tinggi apabila kebutuhan tingkat
lebih rendah belum terpenuhi. Aktualisasi diri pada umumnya akan sukar tercapai
(namun mungkin saja) untuk menjadi pembangkit motivasi pada seorang yang
perutnya kosong, yang tidak mempunyai atap di atas kepalanya atau yang terusmenerus merasa tidak aman. Suatu kebutuhan yang telah terpenuhi tidak akan
menimbulkan motivasi lagi. Tanggapan kita tentang apa yang menjadi kebutuhan
manusia akan memengaruhi asumsi kita mengenai perilakunya dan asumsi ini
memengaruhi perilaku kita sendiri terhadap manusia.

11

Dorongan dan Perasaan


Untuk menjamin supaya manusia berusaha agar kebutuhan (needs)
terpenuhi, maka terdapat dorongan (drive) berupa sensasi fisik bagi kebutuhan
fisik dan perasaan emosional bagi kebutuhan psikologis. Ada dorongan yang tidak
menyenangkan (yang negatif) yang timbul bila kebutuhan tidak terpenuhi, dan ada
dorongan yang menyenangkan (yang positif) yang timbul bila kebutuhan
terpenuhi.
Satu dorongan badani adalah untuk mencapai satu kebutuhan badani,
misalnya rasa lapar-kenyang untuk makanan, haus-lega untuk minuman, lelahkuat untuk istirahat, mengantuk-segar untuk tidur. Tidak ada dorongan psikologis
khas untuk satu kebutuhan psiko-sosial, tetapi semua perasaan emosional, negatif
dan positif, dapat menjadi dorongan, tergantung dari situasi dan mental manusia
pada waktu itu.
Terdapat banyak sekali kata dan ekspresi yang menggambarkan perasaanperasaan atau emosi. Semua itu dapat dibagi menjadi 4 kelompok besar, yaitu:
kelompok gembira (bahagia, senang, gembira, bangga, rasa dicintai, rasa
diperhatikan, muka berseri-seri, dan sebagainya), kelompok marah (tegang, tidak
tenang, rasa kepala seperti mau pecah, rasa kuduk kaku, rasa dada penuh, dan
sebagainya), kelompok takut (cemas, takut, was-was, jantung berdebar, lutut
gemetar, keringat dingin, napas sesak, bingung, dan sebagainya), dan kelompok
sedih (susah, depresi, murung, putus asa, masa depan suram, tidak ada harapan,
rasa bersalah, dan sebagainya). Rupanya di dalam otak keempat kelompok
perasaan ini mempunyai jalur dan neurotransmiter yang berbeda.
Perasaan timbul secara spontan di dalam diri kita, kita tidak dapat memilih
perasaan apa yang tanggung jawab kita adalah misalnya: memfitnah orang yang
kita iri atau kita dapat bekerja lebih keras untuk mencapai prestasi seperti orang
itu. Seperti daya air yang mengalir di sungai adalah netral, tetapi daya air itu dapat
mengakibatkan banjir atau dapat diarahkan untuk irigasi.

12

Kita harus tahu perasaan apa yang sedang kita alami, yang positif dan yang
negatif, dan dalam situasi yang bagaimana. Dan melalui refleksi lebih lanjut kita
akan menemukan kebutuhan apa yang belum atau sudah terpenuhi. Terutama
perasaan negatif yang merupakan lampu merah atau tanda bahaya perlu diketahui,
karena menunjukkan bahwa ada kebutuhan yang belum terpenuhi, supaya kita
dapat mengambil tindakan agar lain kali dapat terpenuhi dengan mengubah
perilaku kita sendiri, tidak menuntut dari orang lain. Kita menyusun suatu rencana
agar kita bertumbuh dan berkembang dalam hal ini. Bila perasaan negatif
dibiarkan terus, berarti ada kebutuhan yang terus-menerus tidak terpenuhi, maka
kita akan mencari kompensasi agar terpenuhi dengan perilaku yang tidak sehat
(Narkoba, judi, perilaku berbahaya lain, dan sebagainya) atau kita stres terus dan
mengalami gangguan jiwa.
Pasien perlu disadarkan bahwa kita bertanggung jawab agar kebutuhan
kita terpenuhi. Kita tidak dapat memenuhi sendiri kebutuhan-kebutuhan
psikologis kita, kebutuhan akan dicintai dan akan keterlibatan, serta kebutuhan
akan harga diri dan akan autonomi/kebebasan. Orang lain yang harus
memenuhinya, tetapi dalam suatu relasi antar manusia yang baik. Kalau kita
menuntut, maka relasi akan menjadi tegang sehingga kebutuhan lebih sukar atau
mungkin tidak dipenuhi oleh orang lain. Bila kita bertanggung jawab agar
kebutuhan kita terpenuhi, maka kita harus bertanggung jawab untuk menunjukkan
perilaku yang baik sehingga kita lebih layak dicintai dan dihargai.
Makin besar keterlibatan kita secara pribadi dalam suatu usaha untuk
mencapai kebutuhan atau tujuan kita, makin besar pula dorongan yang kita
rasakan. Misalnya, makin besar keterlibatan secara pribadi seorang mahasiswa
untuk mencapai tujuan studinya, makin besar pula motivasi dan kesediaannya
untuk belajar dibandingkan dengan kalau ia belajar hanya karena kemauan orang
tuanya. Atau karena keterlibatan pribadi biasanya besar sekali pada seorang yang
sakit, maka ia pun akan berusaha sungguh-sungguh mencari pertolongan atau
pengobatan supaya sembuh.

13

Kelompok sosial pun mempunyai kebutuhan, misalnya mempertahankan


keadilan, ketertiban dan keamanan untuk kelangsungan hidup kelompok. Bila
keseimbangan kelompok terganggu, maka segera akan timbul dorongan untuk
memulihkannya. Bila misalnya seorang kepala sekolah meninggal dunia, maka
akan ada orang lain yang mengambil tempatnya. Bila seorang pencari nafkah
dalam keluarga meninggal, maka biasanya ada orang lain yang mengambil
tanggung jawab itu dalam keluarga sambil semua anggota berusaha mencapai
keseimbangan baru. Kebutuhan masyarakat merupakan faktor yang penting sekali
dalam menentukan perilaku manusia.
Kalau dorongan badani dan psikologis lebih banyak bekerja melalui
perasaan puas, senang, cemas dan rasa salah (kontrol diri atau self control), maka
dorongan kelompok sosial lebih banyak bekerja melalui perasaan bangga atau
malu, dengan pahala atau hukuman melalui sistem norma dan adat-istiadat
(kontrol sosial atau social control).
Kebutuhan Ganda
Mungkin hanya ada satu kebutuhan yang menonjol, akan tetapi pada
umumnya perilaku manusia dipengaruhi oleh lebih dari satu kebutuhan. Berbagai
kebutuhan itu sedikit banyak saling tergantung dan pemuasan atau hambatan
terhadap yang satu mungkin menguatkan atau melemahkan yang lain. Misalnya
saja, bila seorang anak tidak mendapatkan kasih sayang yang dibutuhkannya,
maka mungkin sekali ia akan mencari pemuasan dirinya dalam makanan (jajan)
atau overkompensasi lain. Atau bila seorang ayah sering gagal dalam
pekerjaannya, maka besar kemungkinan ia menjadi giat dalam hobinya atau
mungkin juga ia akan menjadi seorang peminum.
Stresor dan Stres
Alangkah mudah hidup kita bila semua kebutuhan kita dapat terpenuhi
dengan gampang dan segera, tetapi kiranya juga alangkah membosankan. Bila
suatu masyarakat sudah mengatur dan mengurus segala-galanya untuk para
anggotanya, maka tantangan untuk hidup sehari-hari hampir tidak ada lagi.
14

Mungkinkah hal ini merupakan salah satu faktor yang penting dalam timbulnya
dahulu fenomena hippics (AS), provost (Belanda), Lederjacken (Jerman) dan
blonson noir (Prancis)?
(Menurut buku F. Willy dan Albert A. Maramis. 2009. Catatan Ilmu Kedokteran
Jiwa Edisi 2. Surabaya: Airlangga University Press).

2.4. Sumber Stres Psikologis


Stresor dapat menimbulkan beberapa keadaan yang dapat menjadi sumber stres,
yaitu frustasi, konflik, tekanan atau kritis .
Frustasi timbul bila ada aral melintang (stressors) antara kita dan tujuan kita,
misalnya bila kita mau berpiknik lantas mendadak hujan deras atau mobil
mogok,atau mangga di pohon kelihatan enak sekali bagi anak, tetapi tiba tiba
keluar anjing yang galak.
Ada frustasi yang timbul karena stresor dari luar, seperti bencana alam,
kecelakaan, kematian orang tercinta, norma norma, adat istiadat, peperangan,
keguncangan ekonomi, diskrimisasi rasial atau agama, persaingan yang
berlebihan, perubahan yang terlalu cepat, pengangguran dan ketidakpastian sosial.
Kecelakaan dan penyakit dapat menimbulkan frustasi dan dapat melemahkan daya
tahan stres.
Ada frustasi yang timbul dari stresor dari dalam misalnya cacat badaniah atau
kegagalan dalam usaha atu moral sehingga penilaian diri sendiri menjadi tidak
enak merupakan frustasi yang berhubungan dengan kebutuhan akan harga diri.
Konflik terjadi bila kita tidak dapat memilih antara dua atau lebih macam
kebutuhan atau tujuan, memilih yang satu berarti tidak tercapainya yang lain.
Ibarat kita berada di persimpangan jalan dan tidak dapat memilih ke kiri atau ke
kanan, misalnya seorang pemuda ingin menjadi dokter tapi sekaligus takut akan
tanggung jawab kelak bila sudah jadi (konflik mau tak mau atau pendekatan
pengelakan). Atau jika kita harus memilih antara sekolah terus atau
15

menikah,mengurus rumah tangga atau terus aktif dalam sebuah organisasi, antara
tugas dan ambisi, istri atau ibu, kesenangan sekarang atau ideologi, orang atau
panggilan (konflik pendekatan ganda).
Contoh lain lagi adalah konflik yang terjadi bila kita harus memilih antara
beberapa hal yang semuanya tidak kita inginkan, misalnya pekerjaan yang tidak
menarik atau menganggur, menikah dengan orang yang tidak simpatik atau
kemungkinan tidak menikah sama sekali, berbuat sesuatu yang berbahaya atau
dicap sebagai pengecut (konflik pengelakan ganda).
Tekanan juga dapat menimbulkan masalah penyesuaian, tekanan sehari hari
biarpun kecil, tetapi bila bertumpuk tupuk dan berlangsung lama (stresor jangka
panjang), dapat menimbulkan stres yang hebat. Tekanan seperti juga frustasi dan
dapat berasal dari dalam ataupun dari luar individu.
Tekanan dari dalam datang dari cita cita atau norma kita yang kita gantungkan
terlalu tinggi dan kita mengejarnya tanpa ampun, sehingga kita terus menerus
berada di bawah tekanan sebagai contoh : kita mau rajin, berani, bertanggung
jawab, tetapi semua itu kita lakukan secara berlebihan.
Contoh tekanan dari luar, misalnya orang tua menuntut dari anak prestasi sekolah
yang terlalu tinggi, istri tiap hari mengeluh kepada suaminya bahwa uang belanja
tidak cukup, di sekolah, dikantor, di organisasi atau di rumah tidak habis
habisnya masalah yang perlu dipecahkan dan keputusan yang perlu diambil,
sedangkan waktu sudah mendesak .
Tidak jarang suatu keadaan stres karena frustasi konflik dan tekanan sekaligus ,
misalnya kematian si pencari nafkah mengakibatkan seorang pemuda harus
bekerja untuk mendapatkan biaya sekolahnya, sehingga ia tidak lulus dalam
ujianya dan dianggap kurang pandai .
Krisis adalah keadaan karena stressors mendadak dan besar yang menimbulkan
stres pada seorang individu atau pun suatu kelompok, misalnya

kematian,

kecelakaan, penyakit yang memerlukan operasi, masuk sekolah untuk pertama

16

kali. Terdapat tempat tempat dengan banyak krisis (konsentrasi krisis), misalnya
ruang gawat darurat di rumah sakit, kamar bersalin, kamar bedah, taman kanak
kanak dan di tingkat pertama suatu fakultas pada minggu minggu pertama tahun
kuliah baru, desa yang terkena bencana alam dan kekurangan makanan
sesudahnya, atau bila kemudian bantuan makanan datang (krisis karena tidak ada
makanan, kemudian krisi karena tiba tiba ada makanan).
Dahulu dikira bahwa krisis selalu tidak baik bagi kesehatan jiwa, sekarang ini
ternyata tidak demikian setelah mengalami krisis, maka mungkin individu atau
kelompok menjadi :
1. Terganggu atau lebih mudah terganggu apabila stres lagi
2. Lebih matang atau lebih kuat dalam mengahadapi stres di hari kemudian.

Yang terakhir ini adalah penting, karena mengandung unsur pencegahan. Kita
dapat mempraktikan hal ini, misalnya orang tua atau guru sengaja menimbulkan
krisis pada anaknya, misalnya tergesagesa mau pergi, lalu mendapati ban sepeda
kempes.
2.5.Ciri-ciri Stres
Ciri-ciri stres yang baik:

1) Mengahadapi sesuatu dengan penuh harapan untuk melawan rasa takut dalam
diri.
2) Memiliki jadwal yang sangat padat, tetapi didalam sela-sela jadwal yang
padat itu adaaktivitas yang sangat diharapkandan sangat dinikmati.
3) Memiliki komitmen yang lebih terhadap apa yang Anda sayangi. Misalnya:
pernikahan, menjadi seorang ayah atau ibu, menjadi pekerja, atau menjadi
pegawai negeri.
4) Bekerja dengan tujuan tertentu dan Anda tahu kecepatan Anda saat bergerak
akan berkurang saat tujuan itu tercapai atau bahkan saat baru akan tercapai.

17

5) Merasa tertantang, siap dan bersemangat untuk menerima dan menyelesaikan


tugas yang akan Anda hadapi.
6) Merasakan kondisi badan yang cukup lelah namun akhirnya akan menikmati
tidur yang lelap dan nyaman.

Ciri-ciri stres yang buruk:

1) Menghadapi segala sesuatu dengan perasan takut, resah, gelisah dan khawatir.
2) Memiliki jadwal yang sangat padat, tetapi tak ada satupun yang dapat Anda
nikmati dan mau tidak mau, harus Anda penuhi kewajiban itu.
3) Merasa bahwa semua yang Anda lakukan tidaklah penting, tidak memenuhi
seluruh kebutuhan Anda, dan tak sebanding dengan tenaga, pikiran dan waktu
yang Anda curahkan.
4) Merasa tidak memegang kendali dan selalu merasa panik seakan-akan tidak
ada jalan keluar untuk menyelesaikan tugas, merasa tidak ada selesainya, dan
merasa tidak ada yang membantu menyelesaikannya.
5) Merasa lebih baik bekerja daripada berhenti atau istirahat sejenak saat jam
kerja.
6) Memiliki tidur yang tidak lelap, tidur yang resah, sering sakit maag, sakit
punggung dan mempunyai sakit yang sifatnya menahun.

2.6. Gejala Stres


Stres sifatnya universiality, yaitu umum semua orang sama dapat
merasakannya, tetapi cara pengungkapannya yang berbeda atau diversity. Sesuai
dengan karakteristik individu, maka responnya berbeda- beda untuk setiap orang.
Seseorang yang mengalami stres dapat mengalami perubahan-perubahan yang
terjadi.
Cary Cooper dan Alison Straw mengemukakan gejala stres dapat berupa
tanda-tanda berikut ini :

18

1) Fisik, yaitu nafas memburu, mulut dan tenggorokan kering, tangan


lembab, merasa panas, otot-otot tegang, pencernaanterganggu, sembelit,
letih yang tidak beralasan, sakit kepala, salah urat dan gelisah.
2) Perilaku, yaitu perasaan bingung, cemas, sedih, jengkel, salah paham,
tidak berdaya, gelisah, gagal, tidak menarik, kehilangan semangat, susah
konsentrasi, dan sebagainya.
3) Watak dan kepribadian, yaitu sikap hati-hati yang berlebihan, menjadi
lekas panik, kurang percaya diri, pemarah.
Menurut Braham, gejala stres dapat berupa tanda-tanda,sebagai berikut :

1) Fisik, yaitu sulit tidur atau tidak dapat tidur teratur, sakit kepala,
sulitbuang air besar, adanya gangguan pencernaan, radang usus, kulit
gatal-gatal.
2) Emosional,

yaitu

marah-marah,

mudah

tersinggung,

terlalu

sensitif,gelisah dan cemas, suasana hati mudah berubah-ubah, sedih,


mudah menangis.
3) Intelektual, yaitu mudah lupa, kacau pikirannya, daya ingat menurun, sulit
berkonsentrasi, suka melamun, pikiran hanya dipenuhi satu pikiran saja.
4) Interpersonal, yaitu acuh, kurang percaya kepada orang lain, sering
mengingkari janji, suka mencari kesalahan orang lain, menutup diri,
mudah menyalahkan orang lain.

2.7. Faktor-faktor yang mempengaruhi stress


Kondisi-kondisi yang cenderung menyebabkan stress disebut stressors.
Meskipun stress dapat diakibatkan oleh hanya satu stressors, biasanya seseorang
mengalami stress karena kombinasi stressors. Menurut Robbins ada tiga sumber
utama yang dapat menyebabkan timbulnya stress yaitu :

19

1) Faktor Lingkungan
Keadaan lingkungan yang tidak menentu akan dapat menyebabkan pengaruh
pembentukan struktur organisasi yang tidak sehat terhadap individu tersebut.
Dalam faktor lingkungan terdapat tiga hal yang dapat menimbulkan stress
bagi seseorang yaitu ekonomi, politik dan teknologi. Perubahan yang sangat
cepat karena adanya penyesuaian terhadap ketiga hal tersebut membuat
seseorang mengalami ancaman terkena stress.Hal ini dapat terjadi, misalnya
perubahan teknologi yang begitu cepat. Perubahan yang baru terhadap
teknologi akan membuat keahlian seseorang dan pengalamannya tidak
terpakai karena hampir semua pekerjaan dapat terselesaikan dengan cepat dan
dalam waktu yang singkat dengan adanya teknologi yang digunakannya.

2) Faktor Organisasi
Didalam organisasi terdapat beberapa faktor yang dapat menimbulkan stress
yaitu role demands, interpersonal demands, organizational structure dan
organizational leadership.
Pengertian dari masing-masing faktor organisasi tersebut adalah sebagai
berikut :
a. Role Demands
Peraturan dan tuntutan dalam pekerjaan yang tidak jelas dalam suatu
organisasi akan mempengaruhi peranan seseorang untuk memberikan
hasil akhir yang ingin dicapai bersama dalam suatu organisasi tersebut.
b. Interpersonal Demands
Mendefinisikan tekanan yang diciptakan oleh individu lainnya dalam
organisasi. Hubungan komunikasi yang tidak jelas antara individu satu
dengan individu lainnya akan dapat menyebabkan komunikasi yang tidak
sehat. Sehingga pemenuhan kebutuhan dalam organisasi terutama yang
berkaitan dengan kehidupan sosial akan menghambat perkembangan
sikap dan pemikiran antara inividu yang satu dengan individu lainnya.
c. Organizational Structure

20

Mendefinisikan tingkat perbedaan dalam organisasi dimana keputusan


tersebut dibuat dan jika terjadi ketidakjelasan dalam struktur pembuat
keputusan atau peraturan maka akan dapat mempengaruhi kinerja
seorang karyawan dalam organisasi.
d. Organizational Leadership
Berkaitan dengan peran yang akan dilakukan oleh seorang pimpinan
dalam suatu organisasi. Karakteristik pemimpin menurut The Michigan
group menurut Robbins dibagi dua yaitu karakteristik pemimpin yang
lebih mengutamakan atau menekankan pada hubungan yang secara
langsung antara pemimpin dengan karyawannya serta karakteristik
pemimpin yang hanya mengutamakan atau menekankan pada hal
pekerjaan saja. Empat faktor organisasi di atas juga akan menjadi batasan
dalam mengukur tingginya tingkat stress. Pengertian dari tingkat stress
itu sendiri adalah muncul dari adanya kondisi-kondisi suatu pekerjaan
atau masalah yang timbul yang tidak diinginkan oleh individu dalam
mencapai

suatu

kesempatan,

batasan-batasan,

atau

permintaan-

permintaan dimana semuanya itu berhubungan dengan keinginannya dan


dimana hasilnya diterima sebagai sesuatu yang tidak pasti tapi penting.

3) Faktor Individu
Pada dasarnya, faktor yang terkait dalam hal ini muncul dari dalam keluarga,
masalah ekonomi pribadi dan karakteristik pribadi dari keturunan. Hubungan
pribadi antara keluarga yang kurang baik akan menimbulkan akibat pada
pekerjaan yang akan dilakukan karena akibat tersebut dapat terbawa dalam
pekerjaan seseorang. Sedangkan masalah ekonomi tergantung dari bagaimana
seseorang tersebut dapat menghasilkan penghasilan yang cukup bagi
kebutuhan keluarga serta dapat menjalankan keuangan tersebut dengan
seperlunya. Karakteristik pribadi dari keturunan bagi tiap individu yang dapat
menimbulkan stress terletak pada watak dasar alami yang dimiliki oleh
seseorang tersebut. Sehingga untuk itu, gejala stress yang timbul pada tiaptiap pekerjaan harus diatur dengan benar dalam kepribadian seseorang.

21

(www.slideshare.net/suherlambang/stresskesehatan-dan-coping.
Diunduh pada tanggal 19 Oktober 2015 pukul 15.26 WIB).

2.8. Penyebab stres


Isolasi dan stres
Sejak keterlibatan sosial tampaknya menjadi pertahanan terbaik terhadap stres,
isolasi atau kurangnya positif, interaksi manusia yang konsisten dapat menjadi
stressor dalam dirinya sendiri dan memperburuk penyebab lain dari stres.
Situasi dan tekanan yang menyebabkan stres yang dikenal sebagai stres. Kita
biasanya berpikir tentang stres sebagai negatif, seperti jadwal kerja yang
melelahkan atau hubungan berbatu. Namun, apapun yang menempatkan tuntutan
tinggi pada Anda atau memaksa Anda untuk menyesuaikan bisa stres. Ini
termasuk peristiwa positif seperti menikah, membeli rumah, akan kuliah, atau
menerima promosi.
Tentu saja, tidak semua stres disebabkan oleh faktor eksternal. Stres juga bisa
dihasilkan sendiri, misalnya, ketika Anda khawatir berlebihan tentang sesuatu
yang mungkin atau tidak mungkin terjadi, atau memiliki irasional, pikiran pesimis
tentang kehidupan.
Penyebab eksternal umum stres

Perubahan besar dalam hidup


Kerja atau sekolah
Kesulitan hubungan
Masalah keuangan
Menjadi terlalu sibuk
Anak-anak dan keluarga

Penyebab internal umum stres

Khawatir kronis
Pesimisme
Negatif self-talk
Harapan yang tidak realistis / Perfeksionisme
Pemikiran yang kaku, kurangnya fleksibilitas

22

(http://www.helpguide.org/articles/stress/stress-symptoms-causes-and-effects.htm.
Diunduh pada tanggal 9 November 2015. Pukul 20.22 WIB).

2.9. Daya Tahan Stres


Daya tahan stres atau nilai ambang stres (stress/frustrasion threshold/tolerance)
pada setiap orang berbeda-beda. Hal ini tergantung pada keadaan somato-psikososial orang itu. Ada orang yang peka terhadap stressors tertentu, yang dinamakan
stressors spesifik, karena pengalaman dahulu yang menyakitkan tidak dapat
diatasinya dengan baik. Misalnya seseorang istri setiap kali berselisih dengan
suaminya, lari pulang ke rumah ibunya; ia tidak dapat mengatasi keadaan itu,
karena sewaktu ia masih kanak-kanak, ia sering melihat ibu dipukuli ayah yang
menimbulkan stres padanya yang belum dapat diatasi dengan baik.
Setiap orang dapat saja terganggu jiwanya, asal saja stressors itu cukup besar,
cukup lama atau cukup spesifik, bagaimana stabil pun kepribadian dan emosinya.
Tiap orang mempunyai cara sendiri untuk penyesuaian diri terhadap stres, karena
penilian terhadap stressors dan stres berbeda (faktor internal), dan karena tuntutan
terhadap tiap individu berbeda (faktor eksternal) antara lain tergantung pada umur,
sex, kepribadian, intelegensi, emosi, status sosial dan pekerjaan individu.
Holmes dan Rahe menyusun suatu daftar peristiwa kehidupan yang kemudian
diberikan kepada 394 orang. Mereka diminta untuk memberi bobot 0-100 sesuai
dengan pengalaman merekai mengenai berat ringannya peristiwa-peristiwa itu
sebagai stressors, lalu diambil rata-ratanya untuk setiap peristiwa. Kemudian
tersusunlah Skala peristiwahidup dan stres menurut Holmes dan Rahe seperti
dibawah ini setelah diuji coba.
Bila ada orang yang mau dites, ia diminta untuk melingkari semua skor di
belakang peristiwa pada daftar itu yang ia alami dalam satu tahun terakhir, setelah
itu semua skor yang dilingkari itu dijumlahkan. Jumlah skor ini memberi petunjuk
mengenai keadaan stres psikologis orang itu. Ternyata mereka yang memperoleh
jumlah skor 300 atau lebih mempunyai 90% kemungkinan jatuh sakit berat atau
23

mengalami kecelakaan serius dalam waktu 6 bulan mendatang. Bila skor kurang
dari 300, maka kemungkinan mengalami ganggungan kesehatan yang serius
adalah 50% (menurut penelitian di Amerika Serikat).
Makin besar perubahan hidup dan beban stres, makin rendah daya tahan tubuh
terhadap penyakit dan makin berat penyakit yang timbul. Stres mungkin juga
timbul akibat stressors yang menyenangkan, seperti pernikahan, promosi, menarik
undian yang besar dan keberhasilan lain, sebagian besar karena perubahanperubahan yang terjadi akibat peristiwa itu.
Stres berhubngan erat dengan PJK (penyakit jantung koroner, pembuluh darah
jantung). Glazer menyusun sesuatu kuesioner untuk meramalkan besarnya resiko
terjadinya PJK
(Dinamakan: Self- Evaluation: The Glazer-Stresscontrol Life-Style Questionnair).
Dengan kuesioner ini dapat digali jenis kepribadian seseorang, A atau B.
Kepribadian jenis A ternyata mempunyai risiko lebih besar dari pada kepribadian
jenis B untuk mengalami PJK. Ciri-ciri pola perilaku kedua jenis kepribadian itu
adalah sebagai berikut.
Perilaku orang dengan kepribadian jenis A:
1. Berbicara cepat secara konstan.
2. Gerakan-gerakan dan cara makan yang cepat.
3. Menunjukkan ketidaksabaran secara terbuka bila sesuatu berjalan perlahan
menurut pendapatanya; terus-menurus merasa terburu-buru.
4. Berfikir tentang dan melekukan beberapa hal secara simultan.
5. Secara sengaja berusaha mengendalikan pembicaraan, menentukan bahan
pembicaraan dan sibuk dengan pikirannya sendiri sementara orang lain
berbicara.
6. Waktu istirahat atau waktu tidak melakukan apa-apa merasa bersalah
secara bersamar samar.
7. Kepribadian yang berlebihan untuk memperoleh sesuatu yang bernilai
tidak mempunyai waktu untuk menjadi orang yang bernilai.
24

8. Tidak mempunyai kasihan terhadap orang lain yang mempunyai juga


kepribadian jenis A.
9. Gerakan-gerakan gugup yang khas: tik (tarikan-tarikan otot) pada muka,
kepala atau lengan; menggenggam tinju dan rahang, memukul meja,
menggertakan gigi.
Perilaku orang dengan kepribadian jenis B:
1. Bebas dari semua ciri kepribadian jenis A.
2. Tidak merasa berburu-buru.
3. Tidak ada rasa bermusuhan yang mengambang.
4. Tidak mempunyai kebutuhan untuk memamerkan atau membicarakan
keberhasilan dan prestasinya, kecuali bila dituntut oleh keadan.
5. Percaya bahwa bermain adalah untuk santai dan bergembira, bukan untuk
memamerkan keunggulan.
6. Dapat bersantai tanpa perasaan bersalah dan dapat bekerja tanpa
bergejolak.
Makin tinggi skor pada kuesioner Glazer, makin dekat pada kepribadian jenis A,
makin mengalami PJK. (Suatu kuesioner lain khusus untuk melihat melihat resiko
mengalami PJK disusun oleh National Foundation for the Prevention of Disease,
Houston, Texas, USA, dinamakan Coronary Heart Disease Risk Profile. Makin
tinggi skor, makin besar resiko untuk mengalami PJK).
3.0. Gangguan Terkait Stres
Sesudah terjadinya suatu peristiwa yang menimbulkan stres, sebagian besar orang
akan menyesuaikan diri dan mengatasi keadaan tersebut, tetapi sebagian mungkin
akan mengalami: 1. Ganguan stres akut, apabila terjadi segera setelah peristiwa
yang menimbulkan stres, 2. Ganguan stres pascatrauma, apabila terjadi setelah
suatu stres yang sangat hebat, dan 3. Ganguan penyesuaian, apabila stresornya
adalah perubahan situasi kehidupan.
Semua dokter dan klinisi akan menemui pasien dengan ketiga macam gangguan
tersebut karena penyakit fisik akut dan pengobatan menimbulkan stres, penyakit

25

kronis dan disabilitas dapat berakibat perubahan substansi pada kehidupan


seseorang, dan klinisi dipanggil untuk mengobati orang yang terlibat dalam
pengalaman penuh stres. Namun perlu diingat bahwa reaksi terhadapap peristiwa
yang menimbulkan stres bukan hanya terdiri dari ketiga macam gangguan ini.
3.1. Respon Terhadap Stres
Biasanya terhadap stres, respons yang normal terdiri atas tiga komponen: 1.
Respon emosi dengan perubahan somatis yang menyertainya, 2. Respon
psikologis yang mengurangi dampak pengalamn itu, 3. Cara menghadapi situasi
(coping) dan respon emosi berkaitan dengan itu.
Respons emosi terhadap bahaya dan ancaman akan berupa perasaan takut dan
cemas, sedangkan terhadap perpisahan dan kehilangan akan berupa depresi.
Gejala somatik akibat adanya bahaya dan ancaman adalah keterjagaan autonomik,
dan akibat perpisahan dan kehilangan adalah kekurangan aktivitas fisik.
Respons psikologis berfungsi untuk mengurangi dampak pengalaman traumatik
dapat berupa kesulitan terhadap peristwa tersebut (mati rasa). Menurut teori
Freud, kedua hal ini diakibatkan oleh represi, yaitu proses mental aktif yang tidak
disadari.
Tidak semua strategi coping bersifat adaptif, ada yang bahkan bersifat maladaptif.
Strategi coping adaptif akan mengurangi distress jangka pendek dan panjang;
termasuk disini penghindaran situasi yang menimbulkan distress, memecahkan
masalah, dan berdamai dengan situasi. Namun, bila berlangsung terus,
penghindaran dapat merugikan dan mencegah terjadinya pemecahan masalah dan
berdamai dengan situasi. Strategi coping maladaptif efektif untuk jangka pendek
tetapi akan menimbulkan untuk jangka panjang. Strategi maladaptif ini dapat
berupa panggunaan alkohol dan zat berlebihan, melepas emosi melalui perilaku
histrionik atau agresif, dan mencederai diri sendiri dengan sengaja.

26

3.2. Gangguan Stres Akut


Istilah ini menunjukan reaksi abnormal terhadap stres yang mendadak dan
berlangsung maksimal satu bulan. Bila lebih lama, perlu dipertimbangkan
diagnosis lain, misalnya GSPT (Gangguan Stres Pasca Tramua) atau PTSD (Post
Traumatic Stress Disorder). Pada dasarnya mirip dengan reaksi norma namun
sangat hebat dan ada gejala tambahan. Banyak peristiwa yang menimbulkan stres
berat dapat menyebabkan gangguan stres akut, misalnya kecelakaan atau
kebakaran, penyerangan seksual atau perkosaan, bencana alam, peperangan atau
serangan massal. Adapun predisposisi personal yang belum diketahui yang
menyebabkan orang-orang tertentu mengalami gangguan ini. Gangguan stres akut
dapat juga terjadi pada orang yang menyaksikan dan juga pada orang yang
menolong atau memberikan perwatan bagi orang lain (perlu diperhatikan
kesehatan mental para sukarelawan-relawati, bila mungkin mereka dipersiapkan
mental, misalnya melalui gladi bersih kognitif, cognitive reheasal).
Respon emosi yang timbul berupa anxietas yang parah, kegelisahan, insomnia,
serangan panik, atau depersonalisasi dan derealisasi. Respon emosi ini disertai
disertai gejala-gejala somatik yang berupa palpitasi, berkeringat dan tremor.
Sebagai tambahan ada gejala disosiatif yang berupa mati rasa (numbness) dan
kesulitan mengingat kembali (recall). Pasien juga merasa bahwa peristiwa
tersebut tidak benar-benar terjadi, seperti mimpi (tidak awas terhadap sekitar) dan
ia tidak mampu mengingathal-hal yang penting dari peristiwa itu. Iajuga
mengalamikilas balik (flashback), yaitu gambaran visual tentang peristiwa itu
yang tiba-tiba muncul kembali (gambaran itu biasanya sulit dimunculkan dengan
sengaja), serta mimpi buruk yang berulang tentang peristiwa itu.
Sebagian kasus tentang gangguan stres akut dapat ditangani oleh dokter umum
atau dokter keluarga. Langkah-langkah penangananyang dapat dilakukan antara
lain mengurangi respons emosional, dorong pengingatkembali dan berdamai
dangan peristiwa itu, menolong memperbaiki coping yang efektif, serta membantu
masalah residual.

27

a) Mengurangi respons emosional dapat dilakukan dengan bercerita kepada


keluarga atau teman. Jika tidak ada keluarga, maka teman, dokter, perawat
atau pekerja sosial dapat membantu. Apabila dinilai terdapat anxietas yang
berat, dapat diberikan obat anxiolitik untuk beberapa hari dan jika ada
insomnia hebat obat hipnotik untuk beberapa hari dapat membantu.
b) Mendorong pengingatan kembali. Pengingatan kembali akan menuju pada
penerimaan akan peristiwa yang menimbulkan distress itu, namun mungkin
diperlukan bantuan untuk mengingat dan mengintegrasikan peristiwa itu ke
dalam memori. Proses ini harus dilalui dengan suka rela tidak boleh dipaksa.
c) Mengembangkan strategi copingyang lebih efektif. Sebagian orang
memerlukan bantuan konseling untuk mengubah reaksi maladiptif yang dapat
berupa misalnya minum berlebihan, perilaku agresif atau histrionik atau
minum obat overdosis, agar menjadi coping yang lebih baik.
d) Menolong masalah residual. Disamping masalah psikologis dapat juga terjadi
dampak pada aspek fisik atau psikososial lainnya dan sebagian orang perlu
bantuan untuk menyesuaikan diri dengan kondisi tersebut.
Catatan penting tentang debrifing. Setelah suatu peristiwa yang menimbulkan
stres, biasanya dilakukan debrifing (debriefing). Orang yang mengalami peristiwa
traumatik didorong untuk berbicara tentang peristiwa itu den mengekspresikan
pikiran dan perasaannya sewaktu mengalami dan setelah peristiwa itu, setelahnya
mereka diberi informasi tentang respon stres dan cara mengatasinya. Biasanya
debriefing ditawarkan kepada sebagian besarorang yang terlibat dan diberikan
segera setelah terjadinya peristiwa traumatik, meskipun bukti ilmiah tidak
mendukung pernyataan bahwa debriefing mencegah gangguan stres pasca-trauma,
bahkan ada beberapa bukti bahwa debriefing, terutama debriefing sesi tunggal
(singgle session debriefing) dapat memperburuk keadaan dalam jangka panjang.
3.3. Gangguan Stres Pascatrauma
Reaksi yang berkepanjangan biasanya terjadi menyusul peristiwa traumatik yang
ekstrim, yang bersifat katastrofik dan menakutkan, yang menimbulkan distress

28

pada hampir setiap orang. Termasuk disini adalah bencana alam misalnya bencana
bumi, bencana akibat ulah manusia seperti kebakaran, kecelakaan, dan
peperangan serta penyerangan fisik atau perkosaan.
Tidak semua yang terlibat dalam peristiwa itu mengalami reaksi yang
berkepanjangan, sebagian besar pulih dalam waktu satu bulan. Reaksi jangka
panjang yang paling sering terjadi adalah gangguan stres pasca trauma (GSPT)
atau post traumatic stress disorder (PTSD), gangguan fobik dan gangguan
depresif.
GSPT biasanya timbul dalam waktu enam bulan setelah terjadinya peristiwa
traumatik atau merupakan kelanjutan dari gangguann stres akut yang berlangsung
maksimal satu bulan. Alasan berubahnya diagnosis dari gangguan stres akut
menjadi gangguan stres pascatrauma setelah satu bulan adalah karena kasus yang
berlangsung lebih dari satu bulan biasanya menjadi kronis dan memerlukan
pendekatan dan pengobatan yang berbeda daripada gangguan stres akut.
Gejala utama GSPT adalah mengalami kembali secara involunter peristiwa
traumatik dalam bentuk mimpi atau banyangan yang intrusif, yang menerobos
masuk kedalam kesadaran secara tiba-tiba (kilas balik atau flashback). Hal ini
sering dipicu oleh hal-hal yang mengingatkan penderita akan peristiwa traumatik
yang pernah dialami.
Kelompok gejala yang lain adalah tanda-tanda meningkatnya keterjagaan
(arousal) berupa anxietas yang hebat, iritabilitas, insomnia. Dan konsentrasi yang
buruk. Anxietas akan bertambah parah pada saat terjadi kilas balik.
Gejala-gejala disosiatif merupakan kelompok gejala lainnya yang terdiri dari
peristiwa traumatik, perasaan bukan bagian dari peristiwa itu (dectachment)
ketidakmampuan untuk merasakan perasaan (emotional numbness). Kadangkadang terjadi depersonalisasi den derealisasi.

29

Perilaku menghindar merupakan bagian dari gejala GSPT. Pasien menghindari


hal-hal yang dapat mengingat dia akan peristiwa traumatik tersebut. Gejala-gejala
depresi kerap kali didapatkan dan penyintas (survivor) serring merasa bersalah.
Perilaku maladaptif sering terjadi berubah rasa marah yang persisten,penggunaan
alkohol atau obat-obatan berlebihan dan perbuatan mencederai diri yang sebagian
berakahir dengan bunuh diri.
Terapi utama untuk GSPT adalah terapi kognitif perilaku yang harus mencakup
unsur-unsur: pendidikan tentang GSPT, swa-pantau gejala-gejala, manajemen
anxietas, pemaparan terhadap rangsangan yang mengakibatkan anxietas dalam
suasana yang mendukung, penataan kembali kognisi (cognitive restructuring)
terutama untuk trauma komplex, dan manajemen kemarahan. Termasuk dalam
kelompok penanganan ini adalah teknik paparan berkepanjangan (prolonged
exposure).
Eye mevement desensitisation and reprocessing (EMDR) adalah terapi baru yang
menggunakan gerakan bola mata bolak-balik secara volunter untuk mengurangi
anxietas yang berhubungan dengan pikiran yang mengganggu.
Terapi psikodinamik bertujuan untuk memahami arti peristiwa traumatik bagi
individu dan menggarap dan menyelesaikan konflik tak sadar yang memprovokasi
GSPT.
Bukti efikasi obat tertentu untuk GSPT masih terbatas, meskipun kondisi
komorbiditas harus diobati dengan intervensi spesifikasi. Pengobatan harus
ditunjukan pada gejala utama:

Gejala depresi: SSRI (ada bukti yang cukup kuat untuk fluoksetin,
fluvoksamin dan sertralin); trisiklik (beberapa bukti untuk amitriptilin dan
imipramin).

Gejala anxietas: benzodiazepin (klonazepam, alprazolam), buspiron dan


antidepresan.

30

Gangguan tidur dapat diperbaiki dengan penggunaan yang sedatif


(misalnya, trazodon), siproheptadin atau hipnotika.

Pikiran intrusif: karbamazepin, lithium fluvoksamin

Keterjagaan berlebihan: SSRI, propanolol/klonidin, lithium, volproat.

Histilitas/impulsivitas: karbamazepin, volproat.

Gejala psikotik/agresi atau agitasi yang hebat: antipsikotik.

Sampai 50% kasus akan pulih dalam tahun pertama, namun sampai 30%
perjalanan penyakitnya akan kronis. Tampakya hasilnya bergantung pada
keparahan gejala awal. Pemulihan akan dibantu dengan: dukungan sosial yang
baik, tidak ada tanggapan negatif dari orang lain, tidak ada mekanisme coping
yang maladaptif, serta tidak adanya peristiwa traumatik berikutnya, termasuk
kesehatan fisik, disabilitas, kecacatan, relasi yang terputus, masalah keuangan dan
proses hukum.
3.4. Gangguan Penyesuaian Stres
Gangguan penyesuaian terjadi dalam satu bulan setelah stresor psikososial dan
berlangsung tidak lebih lama dari enam bulan setelah stresor tersebut (atau
akibatnya) menghilang, kecuali pada kasus reaksi depresif berkepanjangan.
Gejala-gejala menjadi klinis signifikan karena distress atau fungsi normal. Gejalagejala tersebut mungkin juga berupa manifestasi di bawah ambang (sub-threshold
manifestation) dari gangguan mood,gangguan anxietas, gangguan terkait stres,
gangguan somatoform atau gangguan tingkah laku.
Prevalensi gangguan penyesuaian pada pasien rawat inap atau rawat jalan
diperkirakan sekitar 5%. Pada rumah sakit umum prevalensinya bisa mencapai
20% dengan penyakit fisik merupakan stresor primer pada 70% kasus.
Presdisposisi individual sangat berpengaruh daripada kondisi lain, tetapi gejala
tidak akan muncul tanpa adanya stresor. Komorbiditas dengan penggunaan
alkohol berlebihan sering dijumpai dan menambah rumitnya gambaran kasus.

31

Penatalaksanaan utama pada dasarnya adalah psikoterapi suportif untuk


meninggalkan kemampuan coping terhadap stresor yang tidak dapat dikurangi
atau dihilangkan, dan untuk membentuk dukungan yang cukup, terutama
pertolongan praktis seperti bantuan pengasuh anak, dukungan keuangan,
pekerjaan, dan kontak dengan kelompok dukungan tertentu, agar adaptasi bisa
maksimal.
Ventilasi atau verbalisasi perasaan dapat berguna dalam mencegah perilaku
maladaptif seperti isolasi sosial, perilaku destruktif, atau bunuh diri. Pemahaman
akan arti stresor bagi individu akan membantu memperbaiki distorsi kognitif.
Penggunaan anxiolitika atau hipnotika dimungkinkan apabila gejala-gejala
menimbulkan distress dan persisten, misalnya pada depresi atau disforia yang
berkepanjangan, atau manakala interviensi psikologis tidak berhasil.
Setelah lima tahun angka pemulihan dapat mencapai 70%, namun pada remaja
hanya mencapai 40% dan sampai 20% berkembang menjadi masalah psikiatrik
utama. Pada orang dewasa, gangguan psikiatrik utama yang berkembang biasanya
depresi, anxietas atau masalah terkait alkohol.
3.5. Menghadapi Stres
Langkah pertama dalam menghadapi dan mangatasi stres adalah mengakui bahwa
sedang mengalami stres. Kita harus menyadari apa yang sedang terjadi dengan
diri kita sendiri, yaitu memperhatikan gejala-gejala dalam diri dan dengarkanlah
bahasa orang, karena orang yang terganggu menimbulkan gejala-gejala yang
dapat memberi petunjuk akan gangguan emosioanal.
Tanda-tanda stres yang perlu diperhatikan adalah:
1. Merasa gelisah dan tidak dapat bersantai.
2. Menjadi lekas marah dan seperti akan meledak bila ada sesuatu yang
berjalan tidak sesuai dengan kemauan.
3. Ada waktu-waktu dengan perasaan sangat lelah atau lelah yang
berkepanjangan.
32

4. Sukar berkosentrasi.
5. Kehilangan minat terhadap reakreasi yang sebelumnya dapat dinikmati
dan sudah biasa dilakukan.
6. Menjadi khawatir mengenai hal hal yang sebenarnya tidak dapat
diselesaikan dengan perasaan khawatir saja.
7. Bekerja berlebihan, biarpun tidak seluruhnya efektif.
8. Makin lama makin banyak pekerjaan yang dibawa pulang ke rumah.
9. Makin banyak merokok atau makin banyak memakai minuman keras
dibandingkan dengan sebelumnya.
10. Berulang kali merasa kehilangan perspektif atau merasa masa depan suram
mengenai apa yang sebenarnya penting dalam pekerjaan dan keluarga atau
mungkin juga dalam hidup.

Untuk mencegah stres, yang paling baik adalah mengubah sikap terhadap stresor.
Makin penting stresor itu dianggap, makin besar stres yang timbul sebagai
akibatnya. Makin santai dan rileks stresor itu dihadapi, makin banyak alternatif
penyelesain yang dilihat, makin ringan stres itu. Berusahalah melihat peran dan
usaha kita dalam keadaan itu secara realistik dan dalam proporsi yang
sebenaranya, belajar mendelegasikan sebagian pekerjaan kepada orang lain dan
percayalah pada orang itu. Melakukan relaksasi (relaksasi ringan, relaksasi
progresif, meditasi, atau cara-cara relaksasi lain) dapat membantu mengurangi
stres atau pun mencegah timbulnya stres patologis.
(Menurut buku F. Willy dan Albert A. Maramis. 2009. Catatan Ilmu Kedokteran
Jiwa Edisi 2. Surabaya: Airlangga University Press).
3.6. Koping / Cara Mengatasi stress
Koping merupakan cara-cara yang digunakan oleh individu untuk
menghadapi situasi yang menekan.Oleh karena itu meskipun koping menjadi
bagian dari penyesuaian diri,namun koping merupakan istilahyang khusus

33

digunakan untuk menunjukkan reaksi individu ketika menghadapi tekanan atau


stress.
Ada berbagai macam koping. Pendapat berbagai tokohpun beragam. Ada
yang menyebutkan istilah koping hanya untuk cara-cara mengatasi persoalan yang
sifatnya positif. Namun ada juga yang melihat koping sebagai istilah yang netral.
Koping yang negatif menimbulkan berbagai persoalan baru di kemudian
hari,bahkan sangat mungkin memunculkan berbagai gangguan pada diri individu
yang bersangkutan.Sebaliknya koping yang positif menjadikan individu semakin
matang,dewasa dan bahagia dalam menjalani kehidupannya.
Ada berbagai cara untuk mengatasi stress. Akibat apabila stres telah
mempengaruhi fisik, dan bahkan menimbulkan penyakit tertentu, peranan obat
atau medikasi biasanya diperlukannamun obat itu sendiri kurang efektif untuk
mengatasi stress dalam jangka panjang. Ada efek negatif bila menggunakan obat
terus menerus. Disamping obat-obat tertentu membutuhkan biaya yang mahal,obat
juga bisa mengakibatkan ketergantungan dan bahkan membuat orang tertentu
kebal terhadap obat tertentu.Untuk mencegah dan mengatasi stres agar tidak
sampai ke tahap yang paling berat, maka dapat dilakukan dengan cara :

1. Istirahat dan Tidur


Istirahat dan tidur merupakan obat yang baik dalam mengatasi stres karena
dengan istirahat dan tidur yang cukup akan memulihkan keadaan tubuh. Tidur
yang cukup akan memberikan kegairahan dalam hidup dan memperbaiki selsel yang rusak.

2. Olah Raga atau Latihan Teratur


Olah raga dan latihan teratur adalah salah satu cara untuk meningkatkan daya
tahan dan kekebalan fisik maupun mental. Olah raga dapat dilakukan dengan
cara jalan pagi, lari pagi minimal dua kali seminggu dan tidak perlu lamalama yang penting menghasilkan keringat setelah itu mandi dengan air hangat
untuk memulihkan kebugaran.

34

3. Berhenti Merokok
Berhenti merokok adalah bagian dari cara menanggulangi stres karena dapat
meningkatkan kesehatan dan mempertahankan ketahanan dan kekebalan
tubuh.

4. Tidak Mengkonsumsi Minuman Keras


Minuman keras merupakan faktor pencetus yang dapat mengakibatkan
terjadinya stres. Dengan tidak mengkonsumsi minuman keras, kekebalan dan
ketahanan tubuh akan semakin baik, segala penyakit dapat dihindari karena
minuman keras banyak mengandung alkohol.

5. Pengaturan Berat Badan


Peningkatan berat badan merupakan faktor yang dapat menyebabkan
timbulnya stres karena mudah menurunkan daya tahan tubuh terhadap stres.
Keadaan tubuh yang seimbang akan meningkatkan ketahanan dan kekebalan
tubuh terhadap stres.

6. Pengaturan Waktu
Pengaturan waktu merupakan cara yang tepat dalam mengurangi dan
menanggulangi stres. Dengan pengaturan waktu segala pekerjaaan yang dapat
menimbulkan kelelahan fisik dapat dihindari. Pengaturan waktu dapat
dilakukan dengan cara menggunakan waktu secara efektif dan efisien serta
melihat aspek prokdutivitas waktu. Seperti menggunakan waktu untuk
menghasilkan sesuatu dan jangan biarkan waktu berlalu tanpa menghasilkan
sesuatu yang bermanfaat.

7. Terapi Psikofarmaka
Terapi ini dengan menggunakan obat-obatan dalam mengalami stres yang
dialami dengan cara memutuskan jaringan antara psiko neuro dan imunologi
sehingga stresor psikososial yang dialami tidak mempengaruhi fungsi kognitif
afektif atau psikomotor yang dapat mengganggu organ tubuh yang lain. Obat-

35

obatan yang digunakan biasanya digunakan adalah anti cemas dan anti
depresi.

8. Terapi Somatik
Terapi ini hanya dilakukan pada gejala yang ditimbulkan akibat stres yang
dialami sehingga diharapkan tidak dapat mengganggu sistem tubuh yang lain.
9. Psikoterapi
Terapi ini dengan menggunakan teknik psikologis yang disesuaikan dengan
kebutuhan seseorang. Terapi ini dapat meliputi psikoterapi suportif dan
psikoterapi redukatif di mana psikoterapi suportif memberikan motivasi atau
dukungan agar pasien mengalami percaya diri, sedangkan psikoterapi
redukatif dilakukan dengan memberikan pendidikan secara berulang. Selain
itu ada psikoterapi rekonstruktif, psikoterapi kognitif dan lain-lain.

10. Terapi Psikoreligius


Terapi ini dengan menggunakan pendekatan agama dalam mengatasi
permasalahan

psikologis

mengingat

dalam

mengatasi

permasalahan

psikologis mengingat dalam mengatasi atau mempertahankan kehidupan


seseorang harus sehat secara fisik, psikis, sosial, dan sehat spiritual sehingga
stres yang dialami dapat diatasi.

11. Homeostatis
Merupakan suatu keadaan tubuh untuk mempertahankan keseimbangan dalam
menghadapi kondisi yang dialaminya. Proses homeostatis ini dapat terjadi
apabila tubuh mengalami stres yang ada sehingga tubuh secara alamiah akan
melakukan mekanisme pertahanan diri untuk menjaga kondisi yang
seimbang, atau juga dapat dikatakan bahwa homeostatis adalah suatu proses
perubahaan yang terus menerus untuk memelihara stabilitas dan beradaptasi
terhadap kondisi lingkungan sekitarnya.

36

Homeostatis yang terdapat dalam tubuh manusia dapat dikendalikan oleh


suatu sistemendokrin dan syaraf otonom. Secara alamiah proses homeostatis dapat
terjadi dalam tubuh manusia. Dalam mempelajari cara tubuh melakukan proses
homeostatis ini dapat melalui empat cara di antaranya:
a) Self regulation di mana sistem ini terjadi secara otomatis pada orang yang
sehat sepertidalam pengaturan proses sistem fisiologis tubuh manusia.
b) Berkompensasi

yaitu

tubuh

akan

cenderung

bereaksi

terhadap

ketidaknormalan dalam tubuh.


c) Dengan cara sistem umpan balik negatif, proses ini merupakan penyimpangan
dari keadaan normal segera dirasakan dan diperbaiki dalam tubuh dimana
apabila tubuh dalam keadaan tidak normal akan secara sendiri mengadakan
mekanisme umpan balik untuk menyeimbangkan dari keadaan yang ada.
d) Cara umpan balik untuk mengkoreksi suatu ketidakseimbangan fisiologis.
Pencegahan terhadap stres bisa dilakukan dengan mengubah sikap
hidup.Orang yang terlibat lebih aktif dengan pekerjaan dan kehidupan
masyarakat,lebih berorientasi pada tantangan dan perubahan,dan merasa
dapat menguasai kejadian-kejadian dalam hidupnya adalah orang yang tidak
akan mudah terkena efek negatif stress.
(www.slideshare.net/suherlambang/stresskesehatan-dan-coping.
Diunduh pada tanggal 19 Oktober 2015 pukul 15.26 WIB).
3.7. Pengertian Distress
Dari buku Managing Stress oleh David Fontana. Distress berasal dari
bahasa Prancis Lama, destresse, yang berarti ditempatkan dibawah kesempitan
atau penindasan. Setelah melewati berabad-abad, kata destresse mengalami
perubahan di dalam bahasa Inggris Middle (Middle English), terkadang
penyebutan di hilang sehingga meninggalkan dua buah kata stress dan
distress yang juga memiliki arti yang berbeda. Stress memiliki arti perasaan
yang

kacau,

sedangkan

distress

mengindikasikan

sesuatu

yang

tidak

menyenangkan.
Distress, yaitu hasil dari respon terhadap stres yang bersifat tidak

37

sehat, negatif, dan destruktif (bersifat merusak). Hal tersebut termasuk


konsekuensi individu dan juga organisasi seperti penyakit kardiovaskular dan
tingkat ketidakhadiran (absenteeism) yang tinggi,
yang diasosiasikan dengan keadaan sakit, penurunan, dan kematian.
Distress adalah jenis stres yang memiliki efek negatif pada kesehatan fisik
dan emosional. Distress sering menghasilkan emosi yang intens, seperti
kemarahan, rasa takut, dan kecemasan atau panik. Terkadang, tekanan juga dapat
terwujud dalam gejala fisik, seperti palpitasi, sesak napas, dan peningkatan
tekanan darah.
Distress dapat berpengaruh terhadap kondisi jasmaniah, psikologis, sosial,
dan spiritual seseorang. Secara jasmaniah, orang yang mengalami tekanan
berlebihan biasanya pupil matanya menjadi lebar, produksi air liurnya menurun,
paru-parunya mengembang karena membutuhkan suplai oksigen yang lebih
banyak, kadar gulanya meningkat, jantungnya bekerja lebih keras agar dapat
menyuplai darah secara cukup ke semua organ dan otot, dan pencernaan
makanannya terhenti agar energi dapat lebih banyak dipusatkan ke otot. Kondisi
yang dijabarkan ini dapat berakibat buruk dan memicu munculnya berbagai
penyakit jika terjadi secara berkelanjutan.
3.8. Penyebab Distress
Psychological Distress memiliki perasan takut, kegelisahan, kebosanan,
kesendirian, dan perpisahan.
Psychological Distress merupakan penderitaan emosional yang dialami oleh
individu yang disebabkan oleh; hubungan yang tidak memuaskan pada masa lalu
maupun masa sekarang; situasai yang berbahaya, mengganggu, dan membuat
frustasi; serta perasaan tidak bahagia, rasa gugup, dan rasa kesal, dimana hal ini
dinilai dapat membahayakan well-being individu tersebut serta mengganggu
kesehatannya, yang pada umumnya ditandai dengan gejala kecemasan dan
depresi.

38

3.9. Gejala Distress


1. Jantung sering berdebar tanpa sebab diketauhi
2. Berkeringat-dingi atau merasa menggigil
3. Ke toilet lebih sering dari biasanya
4. Mulut terasa kering
5. Sakit/ nyeri di perut bagian atas
6. Mudah lelah walaupun mengerjakan pekerjaan yang ringan
7. Merasa sakit seluruh otot badan yang tidak biasa
8. Sakit kepala tanpa sebab
9. Mudah tersinggung
10. Kurang rasa humor
11. Kurang selera terhadap makanan, kesenangan ataupun seks
12. Makan terlalu banyak atau terlalu sedikit tanpa disadari
13. Kurang punya waktu menjalankan hobi/ kebiasaan
14. Merasa tidak mampu mengatasi permasalahan apapun
15. Kurang tertarik berkomunikasi dengan orang lain dan selalu menghindar
16. Kurang percaya terhadap penampilan diri
17. Merasa segala sesuatu tidak berguna
18. Selalu merasa kehilangan dan sedih
19. Pelupa
20. Sulit tidur, tidur tidak nyaman dan mudah terbangun, bangun merasa tidak
segar

39

4.0. Cara menanggulangi Distress


Seseorang dikatakan mengalami distress apabila mengalami 7 dari 20 gejala
distress diatas. Orang-orang yang berada dibawah distress secara konstan
Kemungkinan besar dapat menderita sakit, secara fisik maupun mental.
Orang orang mempunyai caranya sendiri untuk menanggulangi distress, yaitu
melaluicara positif maupun cara negatif.

Cara positif:
a) Mendengarkan musik
b) Melakukan kegiatan yang menyenangkan
c) Berolahraga
d) Melakukan kegiatan yang menyehatan lainnya

Cara negatif:
a) Memakai obat obatan terlarang
b) Meminum minuman beralkohol
c) Melampiaskan kemarahan
Cara cara untuk menanggulangi distress dengan cara negatif umumya
dapat menyebabkan menjadi ketagihan dan akhirnya memperburuk keadaan.
(http://goenable.wordpress.com/2012/0106/konflik-dalam-organisasi/ di unduh
pada tanggal 24 Oktober 2015 pukul 16.33 WIB).
4.1. Pengertian Depresi
Depresi adalah salah satu tahap paling buruk dalam gangguan saraf,
karena ini merampas begitu banyak keinginan untuk sembuh. Bagaimanapun juga
masih ada yang dapat mengalahkan perasaan itu dan masih punya harapan untuk
sembuh kembali. Saya yakin bahwa orang-orang semacam itu dapat sembuh,
betapapun berat stres yang mereka alami, dan bahwa mereka dapat melakukan itu
tanpa bantuan perawatan shock. Namun demikian, bagi yang sudah tidak lagi
berminat untuk sembuh, serig dianjurkan untuk mendapat perawatan shock. Obat

40

anti depresan sangat menolong, tetapi obat ini, sama halnya dengan pbat
penenang, hanya boleh dibeli dengan resep dokter.
(Menurut buku Weekes, Dr. Claire. 1991. Mengatasi Stres. Yogyakarta:
Kanisius).

Istilah depresi sudah begitu popular dalam masyarakat dan semua orang
sudah mengetahuinya, termasuk orang yang awamdalam bidang kedokteran dan
psikologi. Akan tetapi, arti sebenarnya dari depresi itu sukar didefinisikan secara
tepat. Istilah dan kata yang identik maknanya dengan depresi dalam bahasa
Indonesia sehari-hari tidak ada. Sedih tidak identik dengan depresi demikian
juga dengan putus asa, meski keduanya merupakan gejala penting dari depresi.
Orang awam menggunakan istilah depresi dengan sangat bebas dan umum
sehingga mengaburkan makna dari istilah itu sendiri. Ada yang beranggapan
bahwa depresi itu berarti suatu keadaan kesedihan dan ketidakbahagiaan.
Depresi adalah gangguan kesehatan mental, kondisi kejiwaan. Secara
khusus, itu adalah gangguan mood yang ditandai dengan suasana hati yang masih
rendah dimana ada perasaan sedih dan kehilangan minat. Depresi berbeda dari
fluktuasi suasana hati kita semua, pengalaman sebagai bagian dari kehidupan
yang normal dan sehat. Respons emosional sementara terhadap tantangan hidup
sehari-hari tidak merupakan depresi. Demikian juga, bahkan perasaan kesedihan
akibat kematian seseorang yang dekat atau jenis kerugian lainnya jika depresi
tidak stabil. Depresi bisa, bagaimanapun terkait dengan kematian ketika depresi
tersebut menjadi kerugian, psikolog menyebutnya berkabung rumit.
(http://www.medicalnewstoday.com/articles/8933.php. Diunduh pada tanggal 2
November 2015. Pukul 08.51 WIB)
Ada beberapa definisi depresi menurut para ahli :
Menurut Rice PL, depresi adalah gangguan mood, kondisi emosional
berkepanjangan yang mewarnai seluruh proses mental (berpikir, berperasaan

41

dan berperilaku) seseorang. Pada umumnya mood yang secara dominan


muncul adalah perasaan tidak berdaya dan kehilangan harapan.
Menurut Kusumanto depresi adalah suatu perasaan kesedihan yang
psikopatologis, yang disertai perasaan sedih, kehilangan minat dan
kegembiraan, berkurangnya energi yang menuju kepada meningkatnya
keadaan mudah lelah yang sangat nyata sesudah bekerja sedikit saja, dan
berkurangnya aktivitas. Depresi dapat merupakan suatu gejala, atau kumpulan
gejala (sindroma).
Menurut Kartono depresi adalah kemuraman hati kepedihan, kesenduan,
keburaman perasaan yang patologis sifatnya. Biasanya timbul oleh; rasa
inferior/rendah diri, sakit hati yang dalam penyalahan diri sendiri dan trauma
psikis. Jika depresi itu psikotis sifatnya, maka ia disebut melankholi.

Berdasarkan beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa depresi


adalah gangguan mood, kondisi emosional berkepanjangan yang mewarnai
seluruh proses mental (berpikir, berperasaan dan berperilaku) seseorang,
muncul perasaan tidak berdaya dan kehilangan harapanyang disertai
perasaan sedih, kehilangan minat dan kegembiraan, berkurangnya energi
yang menuju kepada meningkatnya keadaan mudah lelah yang sangat nyata
dan berkurangnya aktivitas.
(http://chieraeray.blogspot.co.id/http://www.pengertianku.net/2015/01/pengertiandepresi-dan-cara-mengatasi-depresi-lengkap.html2012/08/depresi-pengertianpenyebab-dan.html. Diunduh pada tanggal 21 Oktober 2015. Pukul 12.33 WIB).
4.2. Gejala-gejala depresi
a) Gejala Fisik
Gejala fisik umum yang relatif mudah dideteksi sebagai berikut:
1. Gangguan pola tidur. Misalanya, sulit tidur, terlalu banyak atau terlalu sedikit
tidur.
2. Menurunnya tingkat aktivitas. Misalnya, menyukai kegiatan yang tidak
melibatkan orang lain seperti menonton tv, makan dan tidur.

42

3. Menurunnya efisiensi kerja. Penyebabnya jelas, orang yang terkena depresi


akan sulit memfokuskan perhatian atau pikiran pada suatu hal, atau pekerjaan.
Sehingga, mereka juga akan sulit memfokuskan energi pada hal-hal prioritas.
4. Menurunnya produktivitas kerja. Orang yang terkena depresi akan kehilangan
sebagian atau seluruh motivasi kerjanya. Sebabnya, ia tidak lagi bisa
menikmati dan merasakan kepuasan atas apa yang dilakukannya.
5. Mudah merasa letih dan sakit. Jelas saja, depresi itu sendiri adalah perasaan
negatif. Jika seorang menyimpan perasaan negatif, maka jelas akan membuat
letih karena membebani pikiran dan perasaan.

b) Gejala Psikis
Adapun tanda-tanda gejala psikis sebagai berikut:
1. Kehilangan rasa percaya diri. Penyebabnya, orang yang mengalami depresi
cenderung memandang segala sesuatu dari sisi negatif, termasuk menilai diri
sendiri.
2. Sensitif. Orang yang mengalami depresi senang sekali mengaitkan segala
sesuatu dengan dirinya. Perasaannya sensitif sekali, sehingga sering peristiwa
yang netral jadi dipandang dari sudut pandang yang berbeda oleh mereka,
bahkan disalahartikan.
3. Merasa diri tidak berguna. Perasaan tidak berguna ini muncul karena mereka
merasa menjadi orang yang gagal terutama dibidang atau lingkungan yang
seharusnya mereka kuasai.
4. Perasaan bersalah. Perasaan bersalah terkadang timbul dalam pemikiran
orang yang mengalami depresi. Mereka memandang suatu kejadian yang
menimpa dirinya sebagai suatu hukuman atau akibat dari kegagalan mereka
melaksanakan tanggung jawab yang seharusnya dikerjakan.
5. Perasaan terbebani. Banyak orang yang menyalahkan orang lain atas
kesusahan yang dialaminya.

c)Gejala sosial

43

Jangan heran jika masalah depresi yang berawal dari diri sendiri pada
akhirnya memengaruhi lingkungan dan pekerjaan (aktivitas rutin lainnya).
Bagaimana tidak, lingkungan tentu akan bereaksi terhadap perilaku orang
yang depresi tersebutyang pada umumnya negatif (mudah marah, mudah
tersinggung, suka menyendiri, sensitif, mudah letih, mudah sakit).

4.3. Penyebab Depresi


a. Faktor genetic
Seseorang yang dalam keluarganya diketahui menderita depresi berat
memiliki resiko lebih besar menderita gangguan depresi daripada masyarakat
pada umumnya. Gen berpengaruh dalam terjadinya depresi, tetapi ada banyak
gen di dalam tubuh kita dan tidak ada seorangpun peneliti yang mengetahui
secara pasti bagaimana gen bekerja. Dan tidak ada bukti langsung bahwa ada
penyakit depresi yang disebabkan oleh faktor keturunan.
b. Susunan kimia otak dan tubuh
Beberapa bahan kimia di dalam otak dan tubuh memegang peranan yang
besar dalam mengendalikan emosi kita. Pada orang yang depresi ditemukan
adanya perubahan dalam jumlah bahan kimia tersebut. Hormone noradenalin
yang memegang peranan utama dalam mengendalikan otak danaktivoitas
tubuh, tampaknya berkurang pada mereka yang mengalami depresi. Pada
wanita, perubahan hormone dihubungkan dengan kelahiran anak dan
menopause juga dapat meningkatkan risiko terjadinya depresi.
c. Faktor usia
Berbagai penelitian mengungkapkan bahwa golongan usia muda yaitu remaja
dan orang dewasa lebih banyak terkena depresi. Hal ini dapat terjadi karena
pada usia tersebut terdapat tahap-tahap serta tugas perkembangan yang
penting, yaitu peralihan dari masa anak-anak kemasa remaja, remaja ke
dewasa, masa sekolah ke masa kuliah atau bekerja, serta masa pubertas
hingga ke pernikahan. Namun sekarang ini usia rata-rata penderita depresi
semakin menurunyang menunjukkan bahwa remaja dan anak-anak semakin

44

banyak yang terkena depresi. Survey masyarakat terakhir melaporkan adanya


prevalensi yang tinggi dari gejala-gejala depresi pada golongan usia dewasa
muda yaitu 18-44 tahun.
d. Gender
Wanita dua kali lebih sering terdiagnosis menderita depresi daripada pria.
Bukan berarti wanita lebih mudah terserang depresi, bisa saja karena wanita
lebih sering mengakui adanya depresi daripada pria dan dokter lebih dapat
mengenali depresi pada wanita. Bagaimanapun, tekanan sosialpada wanita
yang mengarahkan pada depresi. Misalnya, seorang diri dirumah dengan
anak-anak kecil lebih jarang ditemui pada pria daripada wanita. Ada juga
perubahan hormonal dalam siklus menstruasi yang berhubungan dengan
kehamilan dan kelahiran dan juga menopause yang membuat wanita lebih
rentan menjadi depresi atau menjadi pemicu penyakit depresi.
e. Gaya hidup
Banyak kebiasaan dan gaya hidup tidak sehat berdampak pada penyakit
misalnya penyakit jantung juga dapat memicu kecemasan dan depresi.
Tingginya tingkat stres dan kecemasan digabung dengan makanan yang tidak
sehat dan kebiasaan tidur serta tidak olahraga untuk jangka waktu yang lama
dapat menjadi faktor beberapa orang yang mengalami depresi penelitian
menunjukkan bahwa kecemasan dan depresi berhubungan dengan gaya hidup
yang tidak sehat pada pasien beresiko penyakit jantung. Gaya hidup yang
tidak sehat misalnya tidur tidak teratur,makan tidak teratur, pengawet dan
pewarna buatan, kurang berolahraga, merokok, dan minum-minuman keras.
f. Penyakit fisik
Penyakit fisik dapat menyebabkan penyakit. Perasaan terkejut karena
mengetahui kita memiliki penyakit serius dapat mengarahkan pada hilangnya
kepercayaan diri dan penghargaan diri, juga depresi. Alasan terjadinya
depresi cukup kompleks. Misalnya, depresi sering terjadi setelah serangan
jantung, mungkin karena seseorang merasa mereka baru saja mengalami
kejadian yang dapat menyebabkan kematian atau karena mereka tiba-tiba

45

menjadi orang yang tidak berdaya. Pada individu lanjut usia penyakit fisik
adalah penyebab yang paling umum terjadinya depresi.
g. Obat-obatan
Beberapa obat-obatan untuk pengobatan dapat menyebabkan depresi. Namun
bukan berarti obat tersebut menyebabkan depresi, dan menghentikan
pengobatan dapat lebih berbahaya daripada depresi.
h. Obat-obatan terlarang
Marijuana/Ganja
Heroin/ Putauw
Kokaina
Ekstasi
Sabu-sabu
i. Sinar matahari
Kebanyakan dari kita merasa lebih baik dibawah sinar matahari daripada
mendung, tetapi hal ini sangat berpengaruh pada beberapa individu. Mereka
baik-baik saja ketika musim panas tetapi menjadi depresi ketika musim
dingin. Mereka disebut menderita seasonal affective disorder (SAD).
j. Kepribadian
Aspek-aspek kepribadian ikut pula mempengaruhi tinggi rendahnya depresi
yang dialami serta kerentanan terhadap depresi. Ada individu-individu yang
lebih rentan terhadap depresi, yaitu yang mempunyai konsep diri serta pola
pikir yang negatif, pesimis, juga tipe kepribadian.

4.4. Risiko yang ditimbulkan oleh depresi


a. Bunuh diri
Perasaan kesepian dan ketidakberdayaan adalah faktor yang sangat besar
seseorang melakukan bunuh diri. Orang yang lanjut usia merupakan populasi
yang paling merasa kesepian. Orang yang menderita depresi kadang-kadang
merasa begitu putus asa sehingga mereka benar-benarmempertimbangkan
membunuh dirinya sendiri.

46

b. Gangguan tidur: insomnia dan hypersomnia


Gangguan tidur dan depresi cenderung muncul bersamaan. Kesulitan tidur
dianggap sebagai gejala gangguan mood. Setidaknya 80% dari orang yang
menderita depresi mengalami insomnia, atau kesulitan untuk tidur, sering
kali, kesulitan untuk tetap tertidur. Depresi juga berpengaruh terhadap
kualitas tidur yang menyebabkan seseorang merasa lelah setelah bangun.
Sekitar 15% dari yang mengalami depresi tidur berlebihan.

c. Gangguan dalam hubungan


Sebagai akibat dari depresi, seseorang cenderung mudah tersinggung,
senantiasa sedih sehingga lebih banyak menjauhkan diri dari orang lain atau
dalam situasi lainmenyalahkan orang lain, hal ini menyebabakan hubungan
dengan orang lain menjadi tidak baik.

d. Gangguan dalam pekerjaan


Pengaruh depresi sangat terasa dalam kehidupan pekerjaanseseorang. Depresi
meningkatkan kemungkinan dipecat dan pendapatan yang lebih rendah.
Depresi mengakibatkan kerugian dalam produksi karena absenteisme ataupun
performa yang sangat buruk. Pekerja dengan depresi juga kehilangan lebih
banyak waktu karena kesehatan yang buruk daripada pekerja yang tidak
mengalami depresi.

e. Gangguan pola makan


Depresi dapat menyebabkan gangguan pola makan dan gangguan pola makan
dapat menyebabkan depresi. Pada orang yang menderita depresi terdapat dua
kecenderungan umum mengenai pola makan yang secara nyata memengaruhi
berat tubuh yaitu:
Tidak selera makan
Keinginan makan-makanan yang manis bertambah

47

f. Perilaku-perilaku merusak
Beberapa prilaku yang merusak disebabkan oleh depresi adalah:
Agresivitas dan kekerasan
Penggunaan alkohol dan obat-obatan terlarang
Perilaku merokok

4.5. Cara Menanggulangi Depresi


1. Obat Antidepresan
Ada beberapa obat antidepresan yaitu:
Lithium. Lithium adalah obat yang digunakan untuk mengobati gangguan
bipolar.
MAOIs
Tricyclics.
SSRIs
2. CBT(Cognitive Behavior Therapy)
Pendekatan CBT memusatkan perhatian pada proses berpikir klien yang
berhubungan dengan kesulitan emosional dan psikologi klien. Pendekatan ini
akan berupaya membantu klien mengubah pikiran-pikiran atau pernyataan
diri negatif dan keyakinan-keyakinan pasien yang tidak rasional. Jadi fokus
teori ini adalah mengganti cara-cara berfikir yang tidak logis menjadi logis.
3. Terapi Interpersonal
Terapi Interpersonal adalah bantuan psikoterapi jangka pendek yang berfokus
kepada hubungan antara orang-orang dengan perkembangan simtom penyakit
kejiwaan.
4. Konseling kelompok dan dukungan sosial
Konseling secara kelompok adalah pelaksanaan wawancara konseling yang
dilakukan antara seorang konselor professional dengan beberapa pasien
sekaligus dalam kelompok kecil

5. Berolahraga

48

Keadaan mood yang negatif seperti depresi, kecemasan, dan kebingungan


disebabkan oleh pikiran dan perasaan yang negatif pula. Salah satu cara yang
dapat dilakuakan untuk menghasilkan pikiran dan perasaan positifyang dapat
menghalangi munculnya mood negatif adalah dengan berolahraga.
6. Diet (mengatur pola makan)
Simtom depresi dapat diperparah oleh ketidakseimbangan nutrisi di dalam
tubuh. Ketidakseimbangan nutrisi yang dapat menyebabkan depresi semakin
parah yaitu:

Konsumsi kafein secara berkala

Konsumsi sukrosa (gula)

Kekurangan biotin, asam folat dan vitamin B, C, kalsium, tembaga,


magnesium

Kelebihan magnesium

Ketidakseimbangan asam amino

Alergi makanan

7. Terapi Humor
Sudah

lama

professional

medis

mengakui

bahwa

pasien

yang

mempertahankan sikap mental yang positif dan berbagai tawa merespons


lebih baik terhadap pengobatan. Respons psikologis dari tertawa termasuk
meningkatkan pernapasan, sirkulasi, sekresi hormone dan enzim pencernaan,
dan peningkatan tekanan darah.
8. Berdoa
Banyak orang mempunyai kecenderungan alami untuk berpaling pada agama
dalam memperoleh kekuatan dan hiburan. Bagi yang percaya,keyakinan yang
kuat dan menjadi anggota aliran agama tertentu serta tujuan yang sama dapat
menanggulangi penderitaan dan depresi.Berdoa merupakan salah satu cara
untuk mengatasi depresi. Mengambil waktu untuk berdoa memberi
kesempatan kepada kita menghentikan kegiatan kita dan jalan arus hidup kita.

49

9. Hidroterapi dan Hidrotermal


Hidroterapi adalah penggunaan air untuk pengobatanpenyakit. Terapi
hidrotermal adalah penggunaan efek temperature air misalnya mandi air
panas, sauna, dan lain-lain.Pengobatan dari hidroterapi berdasarkan efek
mekanis atautermal dari air. Tubuh bereaksi pada stimulus panas dan dingin.
Saraf mengantarkan rangsangan yang dirasakan kulit kedalam tubuh, dimana
merangsang system imun, memengaruhi hormone stres, meningkatkan aliran
tubuh dan mengurang rasa sakit.

(http://artikelkesmas.blogspot.co.id/2013/01/makalah-psikologi-kesehatandepresi.html. Diunduh pada tanggal 19 oktober 2015. Pukul 15.36 WIB).


4.6. Pengobatan Depresi
Sebelum menentukan langkah pengobatan, dokter akan menanyakan beberapa hal
tentang kondisi mental dan juga mengenai kondisi kesehatan Anda secara umum.
Dokter akan bertanya seputar gejala-gejala depresi yang Anda alami dan
menyelidiki apa saja pemicu-pemicunya. Selain konsultasi secara lisan, dokter
mungkin akan melakukan tes darah untuk memastikan bahwa gejala yang terjadi
adalah akibat depresi dan bukan masalah kesehatan seperti gangguan
keseimbangan hormon tiroid.Terkadang saat seseorang mengalami depresi,
mereka sulit membayangkan ada pengobatan yang bisa membantu. Pada
kenyataannya, depresi akan lebih mudah disembuhkan jika lebih cepat ditangani.
Bersikaplah terbuka kepada dokter Anda.Penanganan yang dilakukan oleh dokter
tergantung kepada jenis dan penyebab depresi yang sedang diderita.
Penanganan Sendiri
Jika depresi tergolong ringan yaitu depresi dengan gejala-gejala yang tidak terlalu
mengganggu rutinitas sehari-hari penderitanya, penanganan sendiri bisa cukup
efektif. Terdapat beberapa hal yang bisa dilakukan sendiri untuk menangani
depresi. Langkah-langkah yang bisa dijalankan adalah:

50

Belajar tentang depresi. Memahami lebih jauh tentang penyakit yang


dialami bisa membantu dan memotivasi Anda dalam menjalani
pengobatan yang dilakukan. Agar keluarga memberikan dukungan
sepenuhnya, mintalah mereka mempelajari tentang depresi.

Berolahraga. Kegiatan ini bisa membantu mengurangi gejala depresi.


Lakukan olahraga seperti berjalan, berenang, lari, berkebun atau aktivitas
fisik lainnya. Fungsi utama berolahraga adalah meningkatkan rasa
kepercayaan diri dan mengurangi perasaan cemas serta sedih. Selain itu,
olahraga juga mampu meningkatkan kualitas tidur seseorang.

Tidur secukupnya. Tidur yang cukup juga sangat penting bagi kesehatan
mental dan fisik.

Meditasi atau yoga. Kegiatan ini bisa membantu dalam hal relaksasi.
Dengan belajar cara mengendalikan dan menenangkan pikiran, gejala
depresi bisa menjadi lebih ringan.

Menghindari minuman keras dan narkoba. Rokok, minuman keras


maupun narkoba pada awalnya mungkin terlihat membantu, sebenarnya
ini hanya akan menambah masalah untuk jangka panjang.

Komunitas

pendukung.

Membicarakan

masalah

Anda

dengan

sekelompok orang dengan pengalaman yang sama bisa mengurangi beban


yang dirasakan. Anda bisa memulai dengan berbicara dengan teman atau
keluarga terdekat. Cari tahu tentang kelompok pendukung di daerah Anda.
Ketika Anda mengalami depresi, usahakan untuk membicarakan apa pun yang
Anda rasakan dengan orang dekat Anda. Setidaknya Anda bisa menjelaskan
kepada dokter yang menangani. Jangan pernah membuat keputusan apapun saat
Anda merasa sedih atau sedang mengalami gejala-gejala depresi.
Terapi Bicara
Selain perubahan gaya hidup dan relaksasi, berikut ini adalah beberapa pilihan
terapi yang umumnya digunakan untuk mengatasi depresi:

51

Cognitive Behavior Therapy (CBT).Diterapkan pada orang-orang yang


tersandera oleh pola pikir tertentu yang merugikan mereka. Sebagai contoh,
ada seorang wanita yang sangat tidak percaya diri dan tidak berani melakukan
apapun karena sejak kecil ibunya sering mengkritik. CBT akan membantunya
untuk melepaskan diri dari pikiran dan perasaan negatif akibat hal tersebut dan
menggantinya dengan respons positif seperti saya wanita mandiri yang dapat
mencapai apa pun yang saya inginkan.
Interpersonal Therapy (IPT). Prinsip dasar IPT adalah bahwa meningkatkan
pola komunikasi dan interaksi dengan orang lain dapat membantu meringankan
depresi. IPT membantu menganalisis penyebab konflik dengan orang lain
seperti pertengkaran dengan anggota keluarga atau konflik dengan rekan kerja.
Terapi Psikodinamis
Terapi ini membantu memahami bagaimana emosi memengaruhi perilaku
pengidap depresi. Pasien akan dibantu untuk memahami dan mencari jalan keluar
atas masalahnya.
Terapi-terapi tersebut umumnya dilakukan oleh psikiater, psikolog atau terapis
ahli.
Obat-obatan yang Dipakai Untuk Mengatasi Depresi
Selain penanganan sendiri, depresi juga bisa ditangani dengan obat-obatan.
Terutama untuk kasus depresi yang lebih parah, langkah-langkah di atas akan
perlu ditunjang dengan obat-obatan berikut:

Antidepresan. Obat ini digunakan untuk mengatasi gejala-gejala depresi.


Ada banyak pilihan obat antidepresan. Obat ini diberikan sesuai resep
dokter. Tingkat keberhasilan dan dampak dari obat antidepresan berbedabeda pada tiap orang. Contoh obat antidepresan adalah fluoxetin,
citalopram dan amitriptylin. Pemakaian obat antidepresan umumnya akan
52

memerlukan pemantauan dokter secara teratur terutama pada awal


pemakaian.

Lithium. Terdapat dua jenis dari obat ini, yaitu lithium karbonat dan
lithium sitrat. Obat ini digunakan jika antidepresan tidak cukup kuat untuk
meredakan gejala depresi yang dirasakan. Lithium bisa berubah menjadi
racun jika kadarnya terlalu tinggi di dalam darah. Oleh karena itu,
penderita yang mengonsumsi lithium perlu melakukan tes secara teratur
untuk mengawasi tingkat lithium dalam darah. Konsumsi garam juga perlu
dikurangi karena dapat memicu efek keracunan akibat lithium.

Penyakit depresi yang parah dan tidak ditangani dapat menyebabkan penderita
kehilangan motivasi untuk hidup dan akhirnya memutuskan untuk bunuh diri.
Usahakan untuk membicarakan masalah apapun dengan orang-orang terdekat
Anda atau dengan dokter. Kenali gejala-gejala depresi jika terjadi pada orangorang di sekitar Anda. Makin cepat penanganan dan pengobatan yang dilakukan,
maka peluang kesembuhan secara menyeluruh menjadi lebih tinggi.
Depresi dapat disebabkan oleh banyak hal, seperti trauma, sedih berkepanjangan,
masalah keuangan, hingga tak memiliki pekerjaan. Namun ternyata tanpa
mengalami hal-hal tersebut seseorang bisa juga mengalami depresi. Faktanya, ada
hal-hal yang mungkin tidak disadari yang ikut berkontribusi menyebabkan depresi
yaitu:
1.Merokok
Merokok telah lama dikaitkan dengan depresi, meski belum jelas sebenarnya apa
yang jadi penyebabnya, merokok menyebabkan depresi atau depresi menyebabkan
orang cenderung untuk merokok. Namun demikian, zat yang ada dalam rokok
nikotin diketahui dapat mempengaruhi aktivitas saraf dalam otak sehingga
meningkatkan kadar dopamin dan serotonin yang berperan sebagai obat
antidepresan. Risikonya jika tidak merokok, tubuh akan kekurangan dopamin dan
serotonin yang mengakibatkan depresi. Inilah yang menjadikan rokok bersifat
adiktif.

53

2.Penyakit tiroid
Saat tiroid, kelenjar berbentuk kupu-kupu di dalam leher, tidak menghasilkan
cukup hormon tiroid (hipotiroidisme), maka seseorang bisa mengalami depresi.
Hormon ini sejatinya memiliki banyak fungsi, namun salah satu fungsi utamanya
yaitu sebagai penghantar rangsangan saraf dan mengatur kadar serotonin.
3.Kebiasaan kurang tidur
Tidur merupakan kebutuhan penting bukan hanya untuk menjauhkan tubuh dari
peradangan, tapi juga dari depresi. Sebuah studi menemukan, orang sehat yang
kurang tidur memiliki aktivitas otak lebih besar saat melihat gambar yang
membuat kesal dibandingkan mereka yang tidak. Aktivitas otak yang besar saat
kesal merupakan ciri dari orang yang depresi. Direktur Center for Circadian
Medicine dr Matthew Edlund mengatakan, jika tidak cukup tidur, maka otak tidak
memiliki waktu untuk memperbaiki sel-sel otak yang rusak sehingga mengganggu
kinerja otak.Kinerja otak merupakan salah satu faktor penyebab depresi.
4. Terlalu banyak menggunakan media sosial
Sejumlah studi menunjukkan, terlalu banyak menggunakan media sosial
berhubungan dengan depresi, terutama pada remaja.Hal ini terjadi karena
kurangnya interaksi antarmanusia dalam kehidupan nyata dan cenderung untuk
berpikir

tidak

realistis

pada

dunia.

5. Selesainya tayangan televisi atau film


Saat sesuatu yang penting berakhir, seperti renovasi rumah besar-besaran, film,
bahkan

tayangan

televisi

berakhir,

orang

cenderung

untuk

merasa

depresi.Menurut asisten profesor komunikasi di Ohio University Emily MoyerGuse, orang bisa mengalami stres saat menonton tayangan karena merasakan
ikatan yang kuat dalam peran yang dimainkan. Sehingga saat berakhir, mereka
cenderung

untuk

merasa

depresi.

6. Tempat tinggal

54

Studi menemukan, orang yang tinggal di kota memiliki tingkat stres 39% lebih
tinggi daripada mereka yang tinggal di desa. Menurut sebuah studi, orang yang
tinggal di kota memiliki aktivitas otak lebih tinggi lantaran stres yang dialami.
Sehingga stres berkepanjangan akan menimbulkan depresi.
7. Terlalu banyak pilihan
Saat menghadapi banyak pilihan, orang mungkin saja mengalami depresi. Dari hal
sederhana seperti makanan, memilih yang terbaik dan sesuai dengan kebutuhan
dapat

menjadi

sangat

melelahkan.

8. Kurang makan ikan


Kurang asupan asam lemak omega-3 yang ditemukan dalam ikan salmon dan
minyak

sayur

diketahui

meningkatkan

risiko

depresi.

9. Obat-obatan
Depresi kadang merupakan efek samping dari penggunaan banyak obat-obatan,
seperti obat insomnia, penurun kolestrol, dan beberapa obat lainnya.
10. Pil KB
Seperti obat-obatan, pil KB juga memiliki efek samping, salah satunya depresi.
Meskipun efek ini tidak ada dalam setiap orang.
4.7.Tempat-tempat untuk menghilangkan Stres, Distress dan Depresi
Jika Anda menghabiskan waktu tiap menit dari hari Anda dengan bekerja Anda
akan keletihan atau bahkan capai mental. Pastikan bahwa Anda memanfaatkan
waktu istirahat yang disediakan. Berikut ini adalah tempat-tempat untuk
menghilangkan Stres, Distress dan Depresi:
1.

Menjelajahi alam, pergi ke taman, bertamasya, bersepeda, naik gunung.

2.

Menonton Konser, Pekan Raya, Festival.

3.

Mendatangi pusat-pusat perbelanjaan.

4.

Pergi ke Bioskop, Gedung Teater, Museum, Planetarium.

5.

Pergi ke salon untuk melakukan treatment.

55

(Menurut buku Losyk, Bob. 2005. Kendalikan Stres Anda!. Jakarta: PT


Gramedia Pustaka Utama).

56

BAB III
PENUTUP

5.1. Kesimpulan
Stress menurut Hans Selye merupakan respon tubuh yang bersifat tidak
spesifik terhadap setiap tuntutan atau beban atasnya.Faktor yang mempengaruhi
stress yaitu, faktor lingkungan, faktor organisasi, dan faktor individu. Koping
merupakan cara-cara yang digunakan oleh individu untuk menghadapi situasi
yang menekan. Meskipun koping menjadi bagian dari penyesuaian diri,namun
koping merupakan istilah yang khusus digunakan untuk menunjukkan reaksi
individu ketika menghadapi tekanan/stress.
Distress adalah jenis stres yang memiliki efek negatif pada kesehatan fisik
dan emosional. Distress sering menghasilkan emosi yang intens, seperti
kemarahan, rasa takut, dan kecemasan atau panik. Terkadang, tekanan juga dapat
terwujud dalam gejala fisik, seperti palpitasi, sesak napas, dan peningkatan
tekanan darah.
Depresi adalah gangguan kesehatan mental, kondisi kejiwaan. Secara
khusus, itu adalah gangguan mood yang ditandai dengan suasana hati yang masih
rendah dimana ada perasaan sedih dan kehilangan minat.

5.2. Saran
Demikian makalah yang kami buat, kami sebagai penulis sangat
menyadari banyak kekurangan dalam pembuatan makalah ini. Kami berharap
pembaca bisa memberikan kritik dan saran yang membangun kepada kami.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kami dan para pembaca.

57

DAFTAR PUSTAKA

Losyk, Bob. 2005. Kendalikan Stres Anda!. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
http://www.uneg-uneg.com/index.php/2015/05/27/penyakit-stress-bisa-terjadikapanpun/. Diunduh pada tanggal 23 Oktober 2015. Pukul 12.16 WIB.
F. Willy dan Albert A. Maramis. 2009. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa Edisi 2.
Surabaya: Airlangga University Press.
www.slideshare.net/suherlambang/stresskesehatan-dan-coping.
Diunduh pada tanggal 19 Oktober 2015 pukul 15.26 WIB.
http://www.helpguide.org/articles/stress/stress-symptoms-causes-and-effects.htm.
Diunduh pada tanggal 9 November 2015. Pukul 20.22 WIB).
www.slideshare.net/suherlambang/stresskesehatan-dan-coping.
Diunduh pada tanggal 19 Oktober 2015 pukul 15.26 WIB.
http://goenable.wordpress.com/2012/0106/konflik-dalam-organisasi/ di unduh
pada tanggal 24 Oktober 2015 pukul 16.33 WIB.
(http://www.medicalnewstoday.com/articles/8933.php. Diunduh pada tanggal 2
November 2015. Pukul 08.51 WIB)
http://chieraeray.blogspot.co.id/http://www.pengertianku.net/2015/01/pengertiandepresi-dan-cara-mengatasi-depresi-lengkap.html2012/08/depresi-pengertianpenyebab-dan.html. Diunduh pada tanggal 21 Oktober 2015. Pukul 12.33 WIB.
http://artikelkesmas.blogspot.co.id/2013/01/makalah-psikologi-kesehatandepresi.html. Diunduh pada tanggal 19 oktober 2015. Pukul 15.36 WIB.

58

LAMPIRAN

59

ARTIKEL
STRESS SYMPTOMS, SIGNS, AND CAUSES
Understanding Stress, its Harmful Effects, and the Best Ways to Cope

Modern life is full of frustrations, deadlines, and demands. For many people,
stress is so commonplace that it has become a way of life. Stress isnt always bad,
though. Stress within your comfort zone can help you perform under pressure,
motivate you to do your best, even keep you safe when danger looms. But when
stress becomes overwhelming, it can damage your health, mood, relationships,
and quality of life.
You can protect yourself by understanding how the bodys stress response works,
recognizing the signs and symptoms of stress overload, and taking steps to reduce
its harmful effects.
What is stress?
Stress is your bodys way of responding to any kind of demand or threat. When
you feel threatened, your nervous system responds by releasing a flood of stress
hormones, including adrenaline and cortisol, which rouse the body for emergency
action. Your heart pounds faster, muscles tighten, blood pressure rises, breath

60

quickens, and your senses become sharper. These physical changes increase your
strength and stamina, speed your reaction time, and enhance your focus.
This is known as the fight or flight stress response and is your bodys way of
protecting you. When working properly, stress helps you stay focused, energetic,
and alert. In emergency situations, stress can save your lifegiving you extra
strength to defend yourself, for example, or spurring you to slam on the brakes to
avoid an accident.
Stress can also help you rise to meet challenges. Stress is what keeps you on your
toes during a presentation at work, sharpens your concentration when youre
attempting the game-winning free throw, or drives you to study for an exam when
you'd rather be watching TV.
But beyond your comfort zone, stress stops being helpful and can start causing
major damage to your mind and body.
How do you respond to stress?
The latest research into the brain shows that we, as mammals, have three ways of
regulating our nervous systems and responding to stress:

Social engagement is our most evolved strategy for keeping ourselves


feeling calm and safe. Since the vagus nerve connects the brain to sensory
receptors in the ear, eye, face and heart, socially interacting with another
personmaking eye contact, listening in an attentive way, feeling
understoodcan calm you down and put the brakes on defensive
responses like fight-or-flight. When using social engagement, you can
think and feel clearly, and body functions such as blood pressure,
heartbeat, digestion, and the immune system continue to work
uninterrupted.

Mobilization, otherwise known as the fight-or-flight response. When


social engagement isnt an appropriate response and we need (or think we
61

need) to either defend ourselves or run away from danger, the body
prepares for mobilization. It releases chemicals to provide the energy you
need to protect yourself. At the same time, body functions not needed for
fight or flightsuch as the digestive and immune systemsstop working.
Once the danger has passed, your nervous system calms the body, slowing
heart rate, lowering blood pressure, and winding back down to its normal
balance.

Immobilization. This is the least evolved response to stress and used by


the body only when social engagement and mobilization have failed. You
may find yourself traumatized or stuck in an angry, panic-stricken or
otherwise dysfunctional state, unable to move on. In extreme, lifethreatening situations, you may even lose consciousness, enabling you to
survive high levels of physical pain. However, until youre able to arouse
your body to a mobilization response, your nervous system may be unable
to return to its pre-stress state of balance.

While its not always possible to respond to stress using social engagement, many
of us have become conditioned to responding to every minor stressor by
immediately resorting to fight or flight. Since this response interrupts other body
functions and clouds judgment and feeling, over time it can cause stress overload
and have a detrimental effect on both your physical and mental health.
Effects of stress overload
The bodys autonomic nervous system often does a poor job of distinguishing
between daily stressors and life-threatening events. If youre stressed over an
argument with a friend, a traffic jam on your commute to work, or a mountain of
bills, for example, your body can still react as if youre facing a life-or-death
situation.
When you repeatedly experience the fight or flight stress response in your daily
life, it can raise blood pressure, suppress the immune system, increase the risk of

62

heart attack and stroke, speed up the aging process and leave you vulnerable to a
host of mental and emotional problems.
Many health problems are caused or exacerbated by stress, including:

Pain of any kind

Depression

Heart disease

Weight problems

Digestive problems

Auto immune diseases

Sleep problems

Skin conditions, such as eczema

Signs and symptoms of stress overload


The following table lists some of the common warning signs and symptoms of
chronic stress. The more signs and symptoms you notice in yourself, the closer
you may be to stress overload.
Cognitive Symptoms

Memory problems

Inability to concentrate

Poor judgment

Seeing only the negative

Anxious or racing thoughts

Constant worrying

Emotional Symptoms

Moodiness

Irritability or short temper

Agitation, inability to relax

Feeling overwhelmed

Sense of loneliness and isolation

63

Depression or general unhappiness

Physical Symptoms

Aches and pains

Diarrhea or constipation

Nausea, dizziness

Chest pain, rapid heartbeat

Loss of sex drive

Frequent colds

Behavioral Symptoms

Eating more or less

Sleeping too much or too little

Isolating yourself from others

Procrastinating or neglecting responsibilities

Using alcohol, cigarettes, or drugs to relax

Nervous habits (e.g. nail biting, pacing)

Keep in mind that the signs and symptoms of stress overload can also be caused
by other psychological or medical problems. If youre experiencing any of the
warning signs of stress, its important to see a doctor to help determine if your
symptoms are stress-related.
The causes of stress
Isolation and stress
Since social engagement appears to be our best defense against stress, isolation or
a lack of positive, consistent human interaction can be both a stressor in itself and
exacerbate other causes of stress.

64

The situations and pressures that cause stress are known as stressors. We usually
think of stressors as being negative, such as an exhausting work schedule or a
rocky relationship. However, anything that puts high demands on you or forces
you to adjust can be stressful. This includes positive events such as getting
married, buying a house, going to college, or receiving a promotion.
Of course, not all stress is caused by external factors. Stress can also be selfgenerated, for example, when you worry excessively about something that may or
may not happen, or have irrational, pessimistic thoughts about life.
Common external causes of stress

Major life changes

Work or school

Relationship difficulties

Financial problems

Being too busy

Children and family

Common internal causes of stress

Chronic worry

Pessimism

Negative self-talk

Unrealistic expectations/Perfectionism

Rigid thinking, lack of flexibility

All-or-nothing attitude

What causes excessive stress depends, at least in part, on your perception of it.
Something that's stressful to you may not faze someone else; they may even enjoy
it. For example, your morning commute may make you anxious and tense because
you worry that traffic will make you late. Others, however, may find the trip

65

relaxing because they allow more than enough time and enjoy listening to music
while they drive.
Everyone experiences stress differently
Karen is terrified of getting up in front of people to perform or speak, while her
best friend, Nin, lives for the spotlight.
Phil thrives under pressure and performs best when he has a tight deadline, while
his co-worker, Matt, shuts down when work demands escalate.
Anita enjoys helping her elderly parents. Her sister, Constance, helps out as well
but finds the demands of caretaking very stressful.
Richard doesnt hesitate to send food back or complain about bad service when
eating out, while his wife, Miranda, finds it much too stressful to complain.
What determines your ability to manage stress?
We're all different. Some people seem to be able to roll with lifes punches, while
others tend to crumble in the face of far smaller obstacles or frustrations. Some
people even seem to thrive on the excitement and challenge of a high-stress
lifestyle.
Your ability to tolerate stress depends on many factors, including the quality of
your relationships and support network, your life experiences, your emotional
intelligence, and genetics.
Factors that influence your stress tolerance

Your support network Social engagement is the bodys most evolved


strategy for responding to stress so its no surprise that people with a
strong network of supportive friends and family members are better able to
cope with lifes stressors. On the flip side, the more lonely and isolated
you are, the less opportunity you have to utilize social engagement and the
greater your vulnerability to stress.

66

Your exercise levels. Your physical and mental health are intrinsically
linked, so the better you take care of your body, the greater resilience
youll have against the symptoms of stress. Exercising regularly (for 30
minutes or more on most days) can lift your mood and help relieve stress,
anxiety, anger, and frustration. It can also serve as a distraction to your
worries, allowing you to find some quiet time and break out of the cycle of
negative thoughts that feed stress and anxiety.

Your diet. The food you eat can also have a profound effect on your mood
and how well you cope with lifes stressors. Eating a diet full of processed
and convenience food, refined carbohydrates, and sugary snacks can
worsen symptoms of stress while eating a diet rich in fresh fruit and
vegetables, high-quality protein, and healthy fats, especially omega-3 fatty
acids, can help you better cope with lifes ups and downs.

Your sense of control It may be easier to take stress in your stride if you
have confidence in yourself and your ability to influence events and
persevere through challenges. If you feel like things are out of your
control, youre likely to have less tolerance for stress.

Your attitude and outlook Optimistic people are often more stresshardy. They tend to embrace challenges, have a strong sense of humor,
and accept that change is a part of life.

Your ability to deal with your emotions Youre extremely vulnerable


to stress if you dont know how to calm and soothe yourself when youre
feeling sad, angry, or overwhelmed by a situation. The ability to bring
your emotions into balance helps you bounce back from adversity and is a
skill that can be learned at any age.

Your knowledge and preparation The more you know about a


stressful situation, including how long it will last and what to expect, the
easier it is to cope. For example, if you go into surgery with a realistic
picture of what to expect post-op, a painful recovery will be less traumatic
than if you were expecting to bounce back immediately.

67

How well do you handle stress in your life?


1. I have people I confide in when Im feeling under pressure who make me
feel better.
2. I feel comfortable expressing how I feel when something is bothering me.
3. In general, I feel in control of my life and confident in my ability to handle
what comes my way.
4. I find reasons to laugh and feel grateful, even when going through
difficulties.
5. No matter how busy I am, I make it a priority to sleep, exercise, and eat
right.
6. Im able to calm myself down when I start to feel overwhelmed.
Each yes answer represents an important stress coping skill. Each no
represents an area to work on to become more resilient.
Dealing with stress and its symptoms
While unchecked stress is undeniably damaging, you have more control than you
might think. Unfortunately, many people cope with stress in ways that only
compound the problem. They drink too much to unwind at the end of a stressful
day, fill up on comfort food, zone out in front of the TV or computer for hours,
use pills to relax, or lash out at other people. However, there are many healthier
ways to cope with stress and its symptoms.
Learn how to manage stress
You may feel like the stress in your life is out of your control, but you can always
control the way you respond. Stress management can teach you healthier ways to
cope with stress, help you reduce its harmful effects, and prevent stress from
spiraling out of control again in the future.
68

Engage socially. The simple act of talking face to face with another
human being can release hormones that reduce stress even if youre still
unable to alter the stressful situation. Opening up to someone is not a sign
of weakness and it wont make you a burden to others. In fact, most
friends will be flattered that you trust them enough to confide in them, and
it will only strengthen your bond.

Get moving. Physical activity plays a key role in managing stress.


Activities that require moving both your arms and your legs are
particularly effective. Walking, running, swimming, dancing, and aerobic
classes are good choices, especially if you exercise mindfully (focusing
your attention on the physical sensations you experience as you move).
Focused movement helps to get your nervous system back into balance. If
youve been traumatized or experienced the immobilization stress
response, getting active can help you to become "unstuck."

Lifestyle changes to deal with the symptoms of stress

Quickly recognize and reduce stress in any setting or situation

Face and deal with anxiety, depression, and other uncomfortable feelings

Repair wounded feelings and damaged relationships

Learn more
You can also better cope with the symptoms of stress by strengthening your
physical health.

Set

aside

relaxation

time. Relaxation

techniques such

as

yoga,

meditation, and deep breathing activate the bodys relaxation response, a


state of restfulness that is the opposite of the fight or flight stress response.

69

Eat a healthy diet. Well-nourished bodies are better prepared to cope with
stress. Start your day with a healthy breakfast, reduce your caffeine and
sugar intake, add plenty of fresh fruit and vegetables, and cut back on
alcohol and nicotine.

Get plenty of sleep. Feeling tired can increase stress by causing you to
think irrationally. Keep your cool in stressful situations by getting a good
nights sleep.

More help for stress


Stress Help Center: Stress can affect all aspects of your health and well-being.
But there are healthy ways to find relief and regain balance in your life.

Stress Management: How to Reduce, Prevent, and Cope with Stress

Relaxation Techniques for Stress: Finding the Relaxation Exercises That


Work for You

Stress Relief in the Moment: Using Your Senses to Quickly Change Your
Response to Stress

How to Stop Worrying: Self-Help Strategies for Anxiety Relief

Stress at Work: Tips to Reduce and Manage Job and Work

Preventing Burnout: Signs, Symptoms, Causes, and Coping Strategies

Resources and references


General information about stress
Signs and Symptoms of Stress Learn about the physical, psychological,
behavioral, and work-related signs and symptoms of stress. (Stress Management
for Health Course)
Understanding and Dealing with Stress This course, prepared by a West
Virginia-based organization that works with disabled people, presents a wealth of

70

information on stress and its signs and symptoms. (Mountain State Centers for
Independent Living)
The Different Kinds of Stress Describes the different types of stress, including
each ones symptoms and how to treat them. (American Psychological
Association)
New perspective on stress
The Polyvagal Theory for Treating Trauma Teleseminar transcript of Dr.
Stephen Porges explaining how Polyvagal Theory changes our understanding of
the bodys response to stress and trauma. (StephenPorges.com)
Polyvagal Theory, Sensory Challenge and Gut Emotions An overview of
Polyvagal Theory and how the nervous system employs a hierarchy of strategies
to regulate itself and to keep us calm in the face of stress. (Sott.net)
A Beginner's Guide to Polyvagal Theory (PDF) A simple explanation of how
the autonomic nervous system responds to stress. (debdanalcsw.com)
Stress in kids and teens
Childhood Stress Clearly lays out what causes stress in children and what
parents can do about the problem. (KidsHealth)
Teen Stress Article geared for teenagers describes the causes, symptoms, and
effects of stress in young adults. Includes tips for keeping it under control.
(TeenHealth)
What other readers are saying
I've been suffering with chronic stress/anxiety for some time and did not realize
the impact and damage it has on my body (mentally, emotionally and physically)
until recently . . . The symptoms, such as muscle pain, negative thoughts,

71

irrational fear, insomnia, all became unbearable but thank God I found your site.
All of your articles are extremely helpful and informative. Your expert advice and
tips on dealing with stress are great help for me. ~ Canada
I just want to share with you how much comfort I felt from your article. I'm
currently trying to be as pharmaceutical free as possible for my stress and
anxiety, after a failed month-long attempt at meds that only made all my
symptoms worse. I feel hopeful that what I'm now doing is what's best for me.
Your site has some great information, and strategies that I greatly appreciate! ~
Washington
Authors: Jeanne Segal, Ph.D., Melinda Smith, M.A., Robert Segal, M.A., and
Lawrence Robinson. Last updated: September 2015.

Stress Management

Relaxation Techniques for Stress Relief

Stress Relief in the Moment

72

Follow Us:

Terms of Use | About Us | Contact Us


Helpguide.org. All rights reserved. This site is for information only and NOT a
substitute for professional diagnosis and treatment. More
(http://www.helpguide.org/articles/stress/stress-symptoms-causes-and-effects.htm.
Diunduh pada tanggal 9 November 2015. Pukul 20.22 WIB).

A trusted non-profit guide to mental health and well-being

73

Home
Topics A-Z

Depression

Exercise and Fitness

Abuse

ADD / ADHD

Addictions

Aging Well

Alzheimers & Dementia

Anxiety

Autism

Bipolar Disorder

Caregiving

Depression

Diet & Weight Loss

Eating Disorders

Emotional Health

Exercise & Fitness

Family & Divorce

74

Grandparenting

Grief & Loss

Healthy Eating

Learning Disabilities

Memory

Personality Disorders

PTSD & Trauma

Relationships

Schizophrenia

Secure Attachment

Senior Housing

Sleep

Stress

Suicide Prevention

Teen Issues

Work & Career

Relationships

Secure Attachment

More Help

75

Learn to quickly recognize and reduce stress, regain your


emotional balance, and repair your relationships with our
free Emotional Intelligence Toolkit.
Get Started

Explore trusted health advice from the experts at Harvard


Medical School courtesy of Helpguides collaboration with
Harvard Health Publications.
Learn More

Service Directory
Use this directory to find services, helplines, and assistance
in your area.
Find Help

About Us

We serve over 65 million people


a yearfree to all, and free of advertising or
corporate influences. Our goal is to help you and
your loved ones with information you can trust that
will strengthen your emotional heath, improve your
relationships, and help you take charge of your life.
Learn More

76

Helpguide is dedicated to Morgan Segal whose


tragic suicide could have been avoided if she had access to
better information.
Learn More

Newsletter
Subscribe to HelpGuides Monthly Newsletter

Get help for dealing with depression, anxiety, and stress


and resolving sleep, diet, exercise, and relationship issues.
Subscribe to HelpGuides free newsletter

Our New Book

Help Yourself While Helping HelpGuide


Jeanne Segals engaging and practical approach guides readers in
developing new ways of thinking, feeling, and acting that nurtures
meaningful connections and helps build lasting happiness.
Book available November 17, 2015. Preorder now.
HelpGuide receives 100% of author proceeds
Learn More

Donate

77

We constantly hear from our readers about how Helpguide has


made
a huge differenceeven saving lives.
"Thanks for your help. I don't know how I found your website,
but so glad I did. I'm almost to the point of ending my life.
You have given me hope."

Credit Card
Prefer PayPal?

Sources of stress

How you cope

Get moving

Engage socially

Unnecessary stress

Alter the situation

Adapt to the stressor

What you cant change

Make time for fun

Healthy lifestyle

Checklist

More help

Resources

STRESS MANAGEMENT

78

How to Reduce, Prevent, and Cope with Stress

In This Article
You may feel theres nothing you can do about stress. The bills wont stop
coming, there will never be more hours in the day, and your work and family
responsibilities will always be demanding. But you have more control over stress
than you might think. Stress management is all about taking charge: of your
lifestyle, thoughts, emotions, and the way you deal with problems. No matter how
stressful your life seems, there are steps you can take to relieve the pressure and
regain control.
What is stress management?
We all respond to stress differently so, theres no one size fits all solution to
managing stress. But if you feel like the stress in your life is out of control, its
time to take action. Stress management can teach you healthier ways to cope with
stress, help you reduce its harmful effects, and prevent stress from spiraling out of
control again in the future.
No matter how powerless you may feel in the face of stress, you still have control
over your lifestyle, thoughts, emotions, and the way you deal with problems.
Stress management involves changing the stressful situation when you can,
changing your reaction when you cant, taking care of yourself, and making time
for rest and relaxation. The first step is to recognize the true sources of stress in
your life.
What are the sources of stress in your life?
Start a stress journal

79

A stress journal can help you identify the regular stressors in your life and the way
you deal with them. Each time you feel stressed, keep track of it in your journal.
As you keep a daily log, you will begin to see patterns and common themes. Write
down:

What caused your stress (make a guess if youre unsure)

How you felt, both physically and emotionally

How you acted in response

What you did to make yourself feel better

Its easy to identify sources of stress following a major life event such as changing
jobs, moving home, or losing a loved one, but pinpointing the sources of everyday
stress can be more complicated. Its all too easy to overlook your own thoughts,
feelings, and behaviors that contribute to your stress levels. Sure, you may know
that youre constantly worried about work deadlines, but maybe its your
procrastination, rather than the actual job demands, that is causing the stress.
To identify your true sources of stress, look closely at your habits, attitude, and
excuses:

Do you explain away stress as temporary (I just have a million things


going on right now) even though you cant remember the last time you
took a breather?

Do you define stress as an integral part of your work or home life (Things
are always crazy around here) or as a part of your personality (I have a
lot of nervous energy, thats all)?

Do you blame your stress on other people or outside events, or view it as


entirely normal and unexceptional?

Until you accept responsibility for the role you play in creating or maintaining it,
your stress level will remain outside your control.
Start a Stress Journal
80

A stress journal can help you identify the regular stressors in your life and the way
you deal with them. Each time you feel stressed, keep track of it in your journal.
As you keep a daily log, you will begin to see patterns and common themes. Write
down:

What caused your stress (make a guess if youre unsure)

How you felt, both physically and emotionally

How you acted in response

What you did to make yourself feel better

How do you currently cope with stress?


Think about the ways you currently manage and cope with stress in your life.
Your stress journal can help you identify them. Are your coping strategies healthy
or unhealthy, helpful or unproductive? Unfortunately, many people cope with
stress in ways that compound the problem.
Unhealthy ways of coping with stress
These coping strategies may temporarily reduce stress, but they cause more
damage in the long run:

Smoking

Using pills or drugs to relax

Drinking too much

Sleeping too much

Bingeing on junk or comfort food

Procrastinating

Zoning out for hours in front of

Filling up every minute of the

the TV or computer

Withdrawing from friends,


family, and activities

day to avoid facing problems

Taking out your stress on others


(lashing out, angry outbursts,
physical violence)

Learning healthier ways to manage stress

81

If your methods of coping with stress arent contributing to your greater emotional
and physical health, its time to find healthier ones. No single method works for
everyone or in every situation, so experiment with different techniques and
strategies. Focus on what makes you feel calm and in control.
Stress management strategy #1: Get moving
Physical activity plays a key role in reducing and preventing the effects of stress,
but you dont have to be an athlete or spend hours in a gym to experience the
benefits. Just about any form of physical activity can help relieve stress and burn
away anger, tension, and frustration. Exercise releases endorphins that boost your
mood and make you feel good, and it can also serve as a valuable distraction to
your daily worries.
While the maximum benefit comes from exercising for 30 minutes or more, you
can start small and build up your fitness level gradually. Short, 10-minute bursts
of activity that elevate your heart rate and make you break out into a sweat can
help to relieve stress and give you more energy and optimism. Even very small
activities can add up over the course of a day. The first step is to get yourself up
and moving. Here are a few easy ways:

Put on some music and dance around

Take your dog for a walk

Walk or cycle to the grocery store

Use the stairs at home or work rather than an elevator

Park your car in the farthest spot in the lot and walk the rest of the way

Pair up with an exercise partner and encourage each other as you workout

Play ping-pong or an activity-based video game with your kids

Managing stress with regular exercise


Once youre in the habit of being physically active, try to incorporate regular
exercise into your daily schedule. Activities that are continuous and rhythmic
82

and require moving both your arms and your legsare especially effective at
relieving stress. Walking, running, swimming, dancing, cycling, tai chi, and
aerobic classes are good choices.
Pick an activity you enjoy, so youre more likely to stick with it. Instead of
continuing to focus on your thoughts while you exercise, make a conscious effort
to focus on your body and the physical (and sometimes emotional) sensations you
experience as youre moving. Adding this mindfulness element to your exercise
routine will help you break out of the cycle of negative thoughts that often
accompanies overwhelming stress. Focus on coordinating your breathing with
your movements, for example, or notice how the air or sunlight feels on your skin.
Getting out of your head and paying attention to how your body feels is also the
surest way to avoid picking up an injury.
When youve exercised, youll likely find it easier to put other stress management
techniques to use, including reaching out to others and engaging socially.
Stress management strategy #2: Engage socially
Reach out and build relationships

Reach out to a colleague at work

Help someone else by volunteering

Have lunch or coffee with a friend

Ask a loved one to check in with you regularly

Accompany someone to the movies or a concert

Call or email an old friend

Go for a walk with a workout buddy

Schedule a weekly dinner date

Meet new people by taking a class or joining a club

Confide in a clergy member, teacher, or sports coach

83

Social engagement is the quickest, most efficient way to rein in stress and avoid
overreacting to internal or external events that you perceive as threatening. There
is nothing more calming to your nervous system than communicating with another
human being who makes you feel safe and understood. This experience of
safetyas perceived by your nervous systemresults from nonverbal cues that
you hear, see and feel.
The inner ear, face, heart, and stomach are wired together in the brain, so socially
interacting with another person face-to-facemaking eye contact, listening in an
attentive way, talkingcan quickly calm you down and put the brakes on
defensive stress responses like fight-or-flight. It can also release hormones that
reduce stress, even if youre unable to alter the stressful situation itself. Of course,
its not always realistic to have a pal close by to lean on when you feel
overwhelmed by stress, but by building and maintaining a network of close
friends you can improve your resiliency to lifes stressors. On the flip side, the
more lonely and isolated you are, the greater your vulnerability to stress.
Reach out to family and friends and connect regularly in person. The people you
talk to dont have to be able to fix your stress; they just need to be good listeners.
Opening up is not a sign of weakness and it wont make you a burden to others. In
fact, most friends will be flattered that you trust them enough to confide in them,
and it will only strengthen your bond. And remember, its never too late to build
new friendships and improve your support network.
Reach out and build relationships

Reach out to a colleague at work

Help someone else by volunteering

Have lunch or coffee with a friend

Ask a loved one to check in with you regularly

Accompany someone to the movies or a concert

Call or email an old friend

84

Go for a walk with a workout buddy

Schedule a weekly dinner date

Meet new people by taking a class or joining a club

Confide in a clergy member, teacher, or sports coach

Stress management strategy #3: Avoid unnecessary stress


While stress is an automatic response from your nervous system, some stressors
arise at predictable timesyour commute to work, a meeting with your boss, or
family gatherings, for example. When handling such predictable stressors, you
can either change the situation or change your reaction. When deciding which
option to choose in any given scenario, its helpful to think of the four A's: avoid,
alter, adapt, or accept.
Avoid the stressor
Its not healthy to avoid a stressful situation that needs to be addressed, but you
may be surprised by the number of stressors in your life that you can eliminate.

Learn how to say no Know your limits and stick to them. Whether in
your personal or professional life, taking on more than you can handle is a
surefire recipe for stress. Distinguish between the shoulds and the
musts and, when possible, say no to taking on too much.

Avoid people who stress you out If someone consistently causes stress
in your life, limit the amount of time you spend with that person, or end
the relationship.

Take control of your environment If the evening news makes you


anxious, turn off the TV. If traffic makes you tense, take a longer but lesstraveled route. If going to the market is an unpleasant chore, do your
grocery shopping online.

Stress management strategy #4: Alter the situation

85

If you cant avoid a stressful situation, try to alter it. Often, this involves changing
the way you communicate and operate in your daily life.

Express your feelings instead of bottling them up. If something or


someone is bothering you, be more assertive and communicate your
concerns in an open and respectful way. If youve got an exam to study for
and your chatty roommate just got home, say up front that you only have
five minutes to talk. If you dont voice your feelings, resentment will build
and the stress will increase.

Be willing to compromise. When you ask someone to change their


behavior, be willing to do the same. If you both are willing to bend at least
a little, youll have a good chance of finding a happy middle ground.

Manage your time better. Poor time management can cause a lot of
stress. But if you plan ahead and make sure you dont overextend yourself,
youll find it easier to stay calm and focused.

Stress management strategy #5: Adapt to the stressor


How you think can have a profound effect on your stress levels. Each time you
think a negative thought about yourself, your body reacts as if it were in the throes
of a tension-filled situation. Regain your sense of control by changing your
expectations and attitude to stressful situations.

Reframe problems. Try to view stressful situations from a more positive


perspective. Rather than fuming about a traffic jam, look at it as an
opportunity to pause and regroup, listen to your favorite radio station, or
enjoy some alone time.

Look at the big picture. Take perspective of the stressful situation. Ask
yourself how important it will be in the long run. Will it matter in a
month? A year? Is it really worth getting upset over? If the answer is no,
focus your time and energy elsewhere.

86

Adjust your standards. Perfectionism is a major source of avoidable


stress. Stop setting yourself up for failure by demanding perfection. Set
reasonable standards for yourself and others, and learn to be okay with
good enough.

Stress management strategy #6: Accept the things you cant change
Many sources of stress are unavoidable. You cant prevent or change stressors,
such as the death of a loved one, a serious illness, or a national recession. In such
cases, the best way to cope with stress is to accept things as they are. Acceptance
may be difficult, but in the long run, its easier than railing against a situation you
cant change.

Dont try to control the uncontrollable. Many things in life are beyond
our controlparticularly the behavior of other people. Rather than
stressing out over them, focus on the things you can control such as the
way you choose to react to problems.

Look for the upside. When facing major challenges, try to look at them as
opportunities for personal growth. If your own poor choices contributed to
a stressful situation, reflect on them and learn from your mistakes.

Learn to forgive. Accept the fact that we live in an imperfect world and
that people make mistakes. Let go of anger and resentments. Free yourself
from negative energy by forgiving and moving on.

Stress management strategy #7: Make time for fun and relaxation
Beyond a take-charge approach and a positive attitude, you can reduce stress in
your life by nurturing yourself. If you regularly make time for fun and relaxation,
youll be in a better place to handle lifes stressors.
Develop a "stress relief toolbox"

87

Come up with a list of healthy ways to relax and recharge. Try to implement one
or more of these ideas each day, even if you're feeling good.

Go for a walk

Spend time in nature

Call a good friend

Play with a pet

Play a competitive game of

Work in your garden

tennis or racquetball

Get a massage

Write in your journal

Curl up with a good book

Take a long bath

Listen to music

Light scented candles

Watch a comedy

Savor a warm cup of coffee or


tea

Dont get so caught up in the hustle and bustle of life that you forget to take care
of your own needs. Nurturing yourself is a necessity, not a luxury.

Set aside relaxation time. Include rest and relaxation in your daily
schedule. Dont allow other obligations to encroach. This is your time to
take a break from all responsibilities and recharge your batteries.

Do something you enjoy every day. Make time for leisure activities that
bring you joy, whether it be stargazing, playing the piano, or working on
your bike.

Keep your sense of humor. This includes the ability to laugh at yourself.
The act of laughing helps your body fight stress in a number of ways.

Stress management strategy #8: Adopt a healthy lifestyle


In addition to regular exercise, there are other healthy lifestyle choices that can
increase your resistance to stress.

Eat a healthy diet. Well-nourished bodies are better prepared to cope with
stress, so be mindful of what you eat. Start your day right with breakfast,

88

and keep your energy up and your mind clear with balanced, nutritious
meals throughout the day.

Reduce caffeine and sugar. The temporary "highs" caffeine and sugar
provide often end in with a crash in mood and energy. By reducing the
amount of coffee, soft drinks, chocolate, and sugar snacks in your diet,
youll feel more relaxed and youll sleep better.

Avoid alcohol, cigarettes, and drugs. Self-medicating with alcohol or


drugs may provide an easy escape from stress, but the relief is only
temporary. Dont avoid or mask the issue at hand; deal with problems
head on and with a clear mind.

Get enough sleep. Adequate sleep fuels your mind, as well as your body.
Feeling tired will increase your stress because it may cause you to think
irrationally.

Stress management self-help checklist


Use this checklist to track your progress using these strategies to manage stress.
Compare how you feel on days when you make lots of ticks on the checklist to
those when you make few or none.

89

Click here for a printer-friendly weekly checklist.


More help for stress management
Stress Help Center: Protect yourself by learning how to recognize the signs and
symptoms of stress overload and take steps to reduce its harmful effects.

Stress Symptoms, Signs, and Causes: Understanding Stress Responses and


Reducing the Harmful Effects

How to Stop Worrying: Self-Help Strategies for Anxiety Relief

Relaxation Techniques for Stress: Finding the Relaxation Exercises That


Work for You

Stress Relief in the Moment: Using Your Senses to Quickly Change Your
Response to Stress

Preventing Burnout: Signs, Symptoms, Causes, and Coping Strategies

Stress at Work: Tips to Reduce and Manage Job and Work

Job Loss and Unemployment Stress: Tips for Staying Positive During
Your Job Search

Caregiver Stress and Burnout: Tips for Recharging and Finding Balance

Resources and references


General information about managing and coping with stress
Managing Stress: A Guide for College Students Offers a total wellness lifestyle
plan for managing, reducing, and coping with stress. (University Health Center,
University of Georgia)
Stress Management: How Do You React During Stressful Situations? Evaluate
the way you react to stress and learn how to transform your negative responses.
(Mayo Clinic)

90

The Road to Resilience Learn how to increase your resilience, the trait that
allows you to bounce back from adversity and stress. (American Psychological
Association)
Managing Stress for a Healthy Family Tips for dealing with stress in the family
better and modeling healthy behavior to your kids. (American Psychological
Association)
Stress management strategies
Assert Yourself Self-help modules designed to help you reduce stress,
depression, and anxiety by improving your assertiveness. (Centre for Clinical
Interventions)
Put Off Procrastinating Work your way through a self-help series on how to stop
procrastination problems. (Centre for Clinical Interventions)
Stress Learn all about stress, including stress reduction suggestions, including
diet, exercise, herbal remedies, and cognitive-behavioral techniques. (University
of Maryland Medical Center)
Download Meditations Download or stream a dozen free meditation recordings
to help you cope with life's inevitable hurdles. Comes with handouts. (Sitting
Together)
Exercise Fuels the Brain's Stress Buffers Explains how regular exercise helps
reduce and manage stress levels. (American Psychological Association)
Authors: Lawrence Robinson, Melinda Smith, M.A., and Robert Segal, M.A. Last
updated: October 2015.
Share:

91

Stress Relief in the Moment

Relaxation Techniques for Stress Relief

Cultivating Happiness

92

Follow Us:

Share:
Terms of Use | About Us | Contact Us
Helpguide.org. All rights reserved. This site is for information only and NOT a
substitute for professional diagnosis and treatment. More
Newsletter SignupTop
Share

Follow

Terms of Use | About Us | Contact Us


Helpguide.org. All rights reserved. This site is for information only and NOT a
substitute for professional diagnosis and treatment.
Helpguide.org. All rights reserved. This reprint is for information only and NOT
a substitute for professional diagnosis and treatment. Helpguide.org is an ad-free
non-profit resource for supporting better mental health and lifestyle choices for
adults and children.
Topics A-Z
93

Abuse

ADD / ADHD

Addictions

Aging Well

Alzheimers & Dementia

Anxiety

Autism

Bipolar Disorder

Caregiving

Depression

Diets & Weight Loss

Eating Disorders

Emotional Health

Exercise & Fitness

Family & Divorce

Grandparenting

Grief & Loss

Healthy Eating

Learning Disabilities

Memory

Personality Disorders

PTSD & Trauma

Relationships

Schizophrenia

Secure Attachment

Senior Housing

Sleep

Stress

Suicide Prevention

Teen Issues

Work & Career

94

More Help
Emotional Intelligence Toolkit
Learn to quickly recognize and reduce stress, regain your emotional
balance, and repair your relationships with our free Emotional Intelligence
Toolkit.
Get Started
Harvard Collaboration
Explore trusted health advice from the experts at Harvard Medical School
courtesy of Helpguides collaboration with Harvard Health Publications.
Learn More
Service Directory
Use this directory to find services, helplines, and assistance in your area.
Learn More
About Us

We serve over 65 million people a yearfree to all, and free of


advertising or corporate influences. Our goal is to help you and your loved
ones with information you can trust that will strengthen your emotional
heath, improve your relationships, and help you take charge of your life.
Learn More

95

Helpguide is dedicated to Morgan Segal whose tragic suicide


could have been avoided if she had access to better information.
Learn More
Newsletter

Subscribe to HelpGuides Monthly Newsletter

Tips to you help improve your health, connect to others, and take
charge of your life.
Get help for dealing with depression, anxiety, and stress
and resolving sleep, diet, exercise, and relationship issues.
Subscribe to HelpGuides free newsletter
Our New Book

Help Yourself While Helping HelpGuide


Jeanne Segals engaging and practical approach guides readers in
developing new ways of thinking, feeling, and acting that nurtures
meaningful connections and helps build lasting happiness.
Book available November 17, 2015. Preorder now.
96

HelpGuide receives 100% of author proceeds


Learn More

Donate

Identify sources of stress

How you cope

Avoid unnecessary stress

Alter the situation

Adapt to the stressor

Accept what you can't change

Make time for relaxation

Adopt a healthy lifestyle

More help

Resources & references

Back to top

(http://www.helpguide.org/articles/stress/stress-management.htm. Diunduh pada


tanggal 24 Oktober 2015. Pukul 21.08 WIB).
Skip to Content
Search form

Search
Search

Student Life
|

97

Campus Jobs

Giving

U-M Counseling and Psychological Services


Toggle navigation Toggle search

Home

About

Meet Our Staff

CAPS Fall and Winter Hours

Annual Reports

Diversity Statement

CAPS Staff Publications

In the News

More On This Topic

Clinical Services
o

Counseling Options

Groups, Lunch Series, & Workshop Opportunities

Crisis Services

Information for Parents and Loved Ones

Your First Appointment with our Psychiatry Staff

More On This Topic

Wellness
o

Come in for R&R at our Wellness Zone

Importance of Play

Progressive Muscle Relaxation Meditation Video

Leaders At Their Best: Mindful Michigan Video

98

More On This Topic

Outreach & Community Engagement


o

Leaders at their Best

Workshop Request

Innovative FREE Stressbusters App

MiTalk

CAPS Facebook Page

Mental Health Student Groups

More On This Topic

A Complex World
o

Same-Sex Marriage is Legal Nationwide!

Another Senseless National Tragedy

#baltimoreuprising

More On This Topic

Faculty & Staff


o

Helping a Student in Distress

What to Do in an Urgent Situation With a Student

More Campus Mental Health Resources

More On This Topic

Training Programs
o

APA Accredited Doctoral Internship

Consortium Psychology Internship

Outreach & Education Social Work Internship

Post Doctoral Fellowship in Professional Psychology

Post Master of Social Work Fellowship (MSW)

Psychology Practicum

Social Work Internship

HELPING A STUDENT IN DISTRESS

99

Photo credit: Morguefiles/Open Source


Students dealing with personal concerns and in distress typically show some
outward signs that they are struggling in some way. All of us experience lifes
ups and down, but significant distress experienced over a period of time may
suggest a more serious problem. There are different levels of distress and these
can be represented through a continuum. How you go about helping a student
will depend on several actors: their level of distress, the nature of your
relationship, the type of setting you are in and your comfort level. The following
information includes what to look out for and suggestions on how to help.
Mild Distress
Students in mild distress may exhibit behaviors that do not disrupt others but may
indicate something is wrong and that assistance is needed.
Behaviors may include:

Serious grade problems or a change from consistently passing grades to


unaccountably poor performance.

Excessive absences, especially if the student has previously demonstrated


consistent attendance.

Unusual or markedly changed patterns of interaction, i.e., avoidance


of participation, excessive anxiety when called upon, domination
of discussions, etc.

Other characteristics that suggest the student is having trouble managing


stress successfully (e.g., a depressed, lethargic mood; very rapid speech;
swollen, red eyes; marked change in personal dress and hygiene; falling
asleep during class).

Moderate Distress
100

Students in moderate distress may exhibit behaviors that indicate significant


emotional distress. They may also be reluctant or unable to acknowledge a need
for personal help.
Behaviors include:

Repeated requests for special consideration, such as deadline extensions,


especially if the student appears uncomfortable or highly emotional while
disclosing the circumstances prompting the request.

New or repeated behavior which pushes the limits of decorum and which
interferes with effective management of the immediate environment.

Unusual or exaggerated emotional responses that is


obviously inappropriate to the situation.

How to provide assistance to a student experiencing mild/moderate distress


For these behaviors or problems you can choose to handle them in the following
ways:

Deal directly with the behavior/problem according to classroom protocol.

Allow the student to speak freely about their current situation and
the variables that may be affecting their distress.

Consult with a colleague, department head, Dean of Students


Office professional, or a campus counseling professional.

Refer the student to one of the University resources. See referral phone
numbers listed later in this article.

Severe Distress
Students in severe distress exhibit behaviors that signify an obvious crisis and that
necessitate emergency care. These problems are the easiest to identify. Examples
include:

101

Highly disruptive behavior (e.g. hostility, aggression, violence, etc.).

Inability to communicate clearly (garbled, slurred speech; unconnected,


disjointed, or rambling thoughts).

Loss of contact with reality (seeing or hearing things which others cannot
see or hear; beliefs or actions greatly at odds with reality or probability).

Stalking behaviors.

Inappropriate communications (including threatening letters, email messages, harassment).

Overtly suicidal thoughts (including referring to suicide as a current option


or in a written assignment).

Threats to harm others.

How to provide assistance to students in severe distress


For these behaviors or problems you can choose to handle them in the following
ways:

Remain calm and know whom to call for help, if necessary.

Find someone to stay with the student while calls to the


appropriate resources are made.

Remember that it is NOT your responsibility to provide the


professional help needed for a severely troubled/disruptive student. You
need only to make the necessary call and request assistance.

When a student expresses a direct threat to themselves or others, or acts in


a bizarre, highly irrational or disruptive way, call the Department of Public
Safety 734 763-1131.

Guidelines for talking with a student with any level of distress

Accept and respect what is said.

Try to focus on an aspect of the problem that is manageable.

Avoid easy answers such as, "Everything will be all right."

Help identify resources needed to improve things.


102

Help the person recall constructive methods used in the past to cope; get
the person to agree to do something constructive to change things.

Trust your insight and reactions

Let others know your concerns.

Attempt to address the person's needs and seek appropriate resources.

Do not swear secrecy or offer confidentiality to the person.

Encourage the person to seek help.

Respect the student's value system, even if you don't agree.

If you are worried about a student's safety:

When called for, let the person know you are worried about their safety
and describe the behavior or situation that is worrisome to you.

If you are concerned the student may be feeling hopeless and


thinking about ending their life, ask if she/he is contemplating suicide. It
is important to remember that talking about suicide is a cry for help and is
not to be ignored.

Offer yourself as a caring person until professional assistance has been


obtained.

After the student leaves your office, make some notes documenting your
interactions.

Consult with others on your experience.

Warning signs for when to refer a student for further assistance

Manifests a change in personality (goes from being actively involved


to quiet and withdrawn, or goes from being quiet to more agitated
or demanding).

Begins to display aggressive or abusive behavior to self or others; exhibits


excessive risk-taking.

Shows signs of memory loss.

103

Shows loose or incoherent thought patterns, has difficulty


focusing thoughts, or displays nonsensical conversation patterns.

Exhibits behaviors or emotions that is inappropriate to the situation.

Displays extreme suspiciousness or irrational fears of


persecution; withdraws, does not allow others to be close; believes she/he
is being watched, followed, etc.

Exhibits signs of hyperactivity (unable to sit still, difficulty


maintaining focus, gives the impression of going "too fast," appears
agitated).

Shows signs of depression (no visible emotions or feelings,


appears lethargic, weight loss, looks exhausted and complains of
sleeping poorly, displays feelings of worthlessness or self-hatred, or
is apathetic about previous interests).

Talks about unusual patterns of eating, not eating, or excessively eating.

Shows signs of injury to self, cuts, bruises, or sprains.

Experiences deteriorating academic performance (incapacitating


test anxiety, sporadic class attendance, or extended absences from class).

Begins or increases alcohol or other drug use.

Makes statements regarding suicide, homicide, feelings of hopelessness, or


helplessness.

CAPS as a resource
At Counseling and Psychological Services (CAPS), we have a diverse staff of
mental health professionals providing confidential, solution-focused individual,
couples and group therapy to currently enrolled U of M students at no charge.
CAPSs main focus is providing college student mental health services. CAPS
regularly provides immediate advice to concerned faculty and staff through the
Counselor on Duty service.
Making a referral

104

While many students seek help on their own, your exposure to students increases
the likelihood you will identify signs or behaviors of distress in a student, or that a
student will ask you for help. What can you do?
You can help by telling the student that they can go to CAPS on the 3rd floor of
the Michigan Union. They will need to fill out intake information and then make
an appointment for as soon as possible. If the student is in crisis and needs to see
someone on the same day, they can indicate their need to see the Counselor on
Duty.
Other tips:

Recommend campus services to the student.

Determine the student's willingness to go to a helping resource.

Reassure the student that it is an act of strength to ask for help.

Dispute the myth that only "weak or crazy" people go for counseling or
use others for help.

Remind them that campus counseling resources are free and confidential
services.

Offer to help make the initial contact with the helping resource.

Whom to call for assistance


Counseling and Psychological Services
734.764.8312
Dean of Students
734.764.7420
UM Psychiatric Emergency Services (24 hrs)
734.996.4747
Psychological Clinic
734.764.3471

105

Sexual Assault Prevention and Awareness Center (24-hrs)


734.936.9333
Department of Public Safety
734.763.1131 or 911

CAPS
Michigan Union
530 S. State Street
Room 3100
Ann Arbor, MI 48109
Fall/Winter:
Mon. - Thurs. 8 AM - 7 PM
Fri. 8 AM - 5 PM
Find us on the Map
24hr Phone (734) 764-8312
tdsevig@umich.edu
Facebook U OF M CAPS
Log in
Web Accessibility Statement | Non-Discrimination Policy | UM Gateway
2015 The Regents of the University of Michigan
(https://caps.umich.edu/article/helping-student-distress. Diunduh pada tanggal 2
November 2015. Pukul 08.35 WIB)

106

For full functionality, it is necessary to enable JavaScript. Here are instructions


how to enable JavaScript in your web browser.

Upgrade to one of these browsers now:

It's time you switched to a better browser


We've made the tough descision to no longer support early versions of Internet
Explorer (8 and below) and Firefox (3 and below), for secure browsing on MNT.
Unfortunately these old web browsers do not support many crucial developments
in online security, and therefore represent a threat to your online security, as well
as the security of MNT. For the safety and security of your online experience, we
strongly recommend that you switch to a more modern browser (we've provided
links to a few at the top right of the page).
While you will continue to be able to read MNT as normal, your actual experience
may not be exactly as we intended and you will not be permitted to log-in to, or
register for an MNT account.
Thank you,
The MNT Team

MNT - Hourly Medical News Since 2003

107

Sign in

News by email
Signing up is FREE, FAST and SIMPLE. Begin by entering your email
address below.
o

Join tens of thousands of doctors, health professionals and patients


who receive our newsletters.

Tailored for the health areas that matter to you.

Daily or weekly emails with only the content you want.

Sign me up
We value your privacy
Learn more about our commitment to protecting your privacy.

A-B
Sign up for our newsletter
Prefer your news delivered by email?

Abortion

Acid Reflux / GERD

108

Addiction

ADHD / ADD

Aid / Disasters

Alcohol / Illegal Drugs

Allergy

Alternative Medicine

Alzheimer's / Dementia

Anxiety / Stress

Arthritis / Rheumatology

Asbestos / Mesothelioma

Asthma

Autism

Back Pain

Bio-terrorism / Terrorism

Biology / Biochemistry

Bipolar

Bird Flu / Avian Flu

Blood / Hematology

Body Aches

Bones / Orthopedics

Breast Cancer

C-D
Sign up for our newsletter
Prefer your news delivered by email?

Cancer / Oncology

Cardiovascular / Cardiology

Caregivers / Homecare

109

Cervical Cancer / HPV Vaccine

Cholesterol

CJD / vCJD / Mad Cow Disease

Cleft Palate

Clinical Trials / Drug Trials

Colorectal Cancer

Complementary Medicine

Compliance

Conferences

COPD

Cosmetic Medicine

Crohn's

Cystic Fibrosis

Dentistry

Depression

Dermatology

Diabetes

Drug Approvals

Dyslexia

E-G
Sign up for our newsletter
Prefer your news delivered by email?

Ear, Nose and Throat

Eating Disorders

Ebola

Eczema / Psoriasis

Emergency Medicine

110

Endocrinology

Epilepsy

Erectile Dysfunction

Eye Health / Blindness

Fertility

Fibromyalgia

Flu / Cold / SARS

Food Intolerance

GastroIntestinal

Genetics

Gout

Gynecology

H-L
Sign up for our newsletter
Prefer your news delivered by email?

Headache / Migraine

Health Insurance

Hearing / Deafness

Heart Disease

HIV / AIDS

Huntingtons Disease

Hypertension

Immune System / Vaccines

Infectious Diseases

Inflammatory Bowel Disease

Irritable-Bowel Syndrome

IT / Internet / E-mail

111

Litigation

Liver Disease / Hepatitis

Lung Cancer

Lupus

Lymphology / Lymphedema

Lymphoma / Leukemia

M-O

Sign up for our newsletter


Prefer your news delivered by email?

Medical Devices / Diagnostics

Medical Innovation

Medical Malpractice

Medical Practice Management

Medical Students / Training

Medicare / Medicaid / SCHIP

Melanoma / Skin Cancer

Men's Health

Menopause

Mental Health

MRI / PET / Ultrasound

MRSA / Drug Resistance

Multiple Sclerosis

Muscular Dystrophy / ALS

Myeloma

Neurology / Neuroscience

Nursing / Midwifery
112

Nutrition / Diet

Obesity / Weight Loss / Fitness

Ovarian Cancer

P-R
Sign up for our newsletter
Prefer your news delivered by email?

Pain / Anesthetics

Palliative Care / Hospice Care

Pancreatic Cancer

Parkinson's Disease

Pediatrics / Children's Health

Personal Monitoring

Pharma / Biotech Industry

Pharmacy / Pharmacist

Plastic Surgery

Pregnancy / Obstetrics

Premature Ejaculation

Preventive Medicine

Primary Care / General Practice

Prostate / Prostate Cancer

Psychology / Psychiatry

Public Health

Pulmonary System

Radiology / Nuclear Medicine

Regulatory Affairs

Rehabilitation

Respiratory

113

Restless Legs Syndrome

S-Z
Sign up for our newsletter
Prefer your news delivered by email?

Schizophrenia

Seniors / Aging

Sexual Health / STDs

Sleep / Sleep Disorders

Smoking / Quit Smoking

Sports Medicine / Fitness

Statins

Stem Cell Research

Stroke

Surgery

Swine Flu

Transplants / Organ Donations

Tropical Diseases

Tuberculosis

Urology / Nephrology

Vascular

Veterans / Ex-Servicemen

Veterinary

Viruses / Bacteria

Water - Air Quality / Agriculture

Wearable Technology

Women's Health

Opinions
114

Search

Categories

MNT - Hourly medical news since 2003

Sign in

News by email

Opinions
Search
Categories
---

DEPRESSION: CAUSES, SYMPTOMS AND TREATMENTS


Last updated: Wednesday 7 October 2015
Last updated: Wed 7 Oct 2015
115 Like1.2k

Depression
Mental Health
Psychology / Psychiatry
Bipolar
add your opinion
email
Knowledge center

115

Sadness, feeling down, having a loss of interest or pleasure in daily activities these are symptoms of depression familiar to all of us.
Having these problems persistently, such that they affect life for a period of time,
could signal the treatable condition of depression, rather than a passing episode of
"feeling down" - which most of us feel at some point.
According to the US Centers for Disease Prevention and Control (CDC), 8% of
people over the age of 12 years has depression in any two-week period.1
The World Health Organization (WHO) puts depression at the top of the list - it is
the most common illness worldwide and the leading cause of disability. The
organization estimates that 350 million people around the world are affected by
depression.2
Depression is more common among women than men.2
Contents of this article:
1. What is depression?
2. Causes of depression
3. Symptoms of depression
4. Test and diagnosis
5. Treatments for depression
6. Are talking therapies or antidepressants most effective?
You will also see introductions at the end of some sections to any recent
developments that have been covered by MNT's news stories. Also look out for
links to information about related conditions.
Fast facts on depression

116

Here are some key points about depression. More detail and supporting
information is in the body of this article.

Depression is a mood disorder. The low mood involves sadness and loss of
interest that persists beyond the temporary feelings we all have
occasionally and is severe enough to interfere with daily life.

Worldwide, 350 million people are estimated to have depression and the
condition is more common among women than men.

Life events such as bereavement produce mood changes that can usually
be distinguished from the features of depression.

Separate diagnoses include bipolar disorder, psychotic depression,


postpartum depression and seasonal affective disorder.

The causes of depression are not fully understood but are likely to be a
complex combination of genetic, biological, environmental and
psychosocial factors.

In addition to the mental symptoms, such as inappropriate feelings of guilt,


physical ones may include problems with sleep and a loss of energy.

Diagnosis is usually made by a doctor conducting a structured interview to


ask specific questions to rate levels of depression, if present.

Treatments include psychological treatments, including cognitive


behavioral therapy and interpersonal psychotherapy, and drug therapies,
including a range of antidepressant classes.

Whether drug or talking therapies, or both, are the most appropriate


treatment depends on the individual, and they are similar in efficacy.

What is depression?
Depression is a mental health disorder, a psychiatric condition. Specifically, it is a
mood disorder characterized by persistently low mood in which there is a feeling
of sadness and loss of interest.3,4

117

Depression is known by different medical terms, some of which signify a


particular diagnosis:4-6

Depression can affect appetite.

Clinical depression

Major depression

Major depressive disorder

Persistent depressive disorder

Dysthymia

Dysphoric disorder.

Depression is a persistent problem, not a passing one - the average length of a


depressive episode is 6 to 8 months.3
Depression is different from the fluctuations in mood that we all experience
as a part of a normal and healthy life. Temporary emotional responses to the
challenges of everyday life do not constitute depression.3
Likewise, even the feeling of grief resulting from the death of someone close or
other kind of loss is not itself depression if it does not persist.5 Depression can,
however, be related to bereavement - when depression follows a loss,
psychologists call it a "complicated bereavement."7
Similarly, discouraged mood that results from the disappointment of a life event
such as a financial problem, a serious illness, or even involvement in a natural
disaster, does not necessarily mean depression.5
Unipolar versus bipolar depression

118

A separate condition may be diagnosed if it is characterized by both manic and


depressive episodes separated by periods of normal mood, in which case the mood
disorder is not depression but bipolar disorder, which used to be known as manic
depression or manic-depressive illness.2
Unipolar or major depressive disorder is estimated to be 3.5 times more prevalent
than bipolar spectrum disorders.8
Unipolar depression may be described as mild, moderate, or severe, and can
involve anxiety and other symptoms - but no manic episodes. However, nearly
40% of the time over a 13-year period, individuals with bipolar disorder are
depressed, making the two conditions difficult, and important, to distinguish.8
Psychotic depression

Depression brought on by the birth of a baby is a separate diagnosis.


This diagnosis is characterized by depression accompanied by psychosis.6
Psychosis can involve delusions - false beliefs and detachment from reality - or
hallucinations - sensing things that do not exist.
Postpartum depression
Women often experience the "baby blues" with a newborn, but postpartum
depression - also known as postnatal depression - is more severe and estimated to
affect about 1 in 10 women who have given birth.6
Seasonal affective disorder

119

Often abbreviated to SAD, seasonal affective disorder is related to the reduced


daylight of winter - the depression occurs during this season but lifts for the rest
of the year and in response to light therapy.6
Countries with long or severe winters seem to be affected more by SAD.5
Causes of depression
The causes of depression are not fully understood and may not be down to a
single source. Depression is likely to be caused by a complex combination of
factors:3,5,6,9

Genetic

Biological - with changes in noradrenergic, dopaminergic and serotonergic


neurotransmitter levels theorized

Environmental

Psychological and social/psychosocial.

Some people are at higher risk of depression than others - risk factors, which play
into the above causes, include:3,5,6,9

Life events - for example, unemployment, divorce, poverty, although these


events lead to lasting, severe depression usually only in people
predisposed to it

Personality. Failure of adaptive mechanisms/coping strategies to stressors

Genetic factors. First-degree relatives of depressed patients are themselves


at higher risk, and occurrence of depression between identical twins is
high. Genetic factors may influence individual responses to events that
trigger depression

Childhood trauma can cause long-term brain changes affecting responses


to fear and stress. Other history also raises the risk, including a suicide
attempt, or any form of abuse - sexual, physical or substance

120

Some prescription drugs - including corticosteroids, some beta-blockers,


interferon, and reserpine - can lead to depression.

Abuse of recreational drugs - including alcohol, amphetamines - can


accompany depression or result in it. There is a high level of comorbidity
between drug abuse and depression

A past head injury

Past diagnosis of depression - people who have had an episode of major


depression are at higher risk of a subsequent one

Chronic pain syndromes in particular, but also other chronic conditions,


such as diabetes, chronic obstructive pulmonary disease, cardiovascular
disease.

On the next page we look at the symptoms of depression and how it is diagnosed.
On the final page we discuss the treatments available to those suffering with
depression.

NEXT PAGE

Rate this article (click stars to rate)


Depression: Causes, Symptoms and Treatments
Public / Patient:

3.7 234 ratings


Health Professionals:

3.9 77 ratings
121

Ratings require JavaScript to be enabled.


email
add your opinion

115

1.2k

26

57

35
Recommended related news

Additional information

References

Citations
This article originally appeared on Medical News Today on Tuesday 7
April 2009, and was last updated on Wednesday 7 October 2015.

Visit our Depression category page for the latest news on this subject, or
sign up to our newsletter to receive the latest updates on Depression.

All references are available in the References tab.

122

There are 77 opinions.Read

Contact our news editors


For any corrections of factual information, or to contact our editorial team, please
see our contact page.
Note: Any medical information published on this website is not intended as a
substitute for informed medical advice and you should not take any action before
consulting with a health care professional. For more information, please read our
terms of use.
Close

1.4k
Health Professionals

Public / Patient

Spotlight on: Depression

What Is Depression?

123

Our guide to the mental illness of depression, discussing the causes,


symptoms and types. We also look at how it is diagnosed and how you can
get treatment for depression.

How do antidepressants work?

Learn all about antidepressants. We take a look at when they were first
introduced, how many people take them, why they take them and how
antidepressants work.

Is Exercise 'Useless' In Treating Depression?

The publication of a study in the BMJ on 6 June triggered a flurry of


headlines suggesting that "exercise doesn't help depression". However, all
is not as it may seem.

124

What Are The Symptoms Of Depression?

Taking a close look at the psychological, physical and social signs and
symptoms of depression. If you want to understand the signs of depression
better, read our article.

Serotonin: What is Serotonin?

Learn all about serotonin - a chemical created by the human body that
works as a neurotransmitter. Find out about its role in maintaining mood
balance.

Most popular in: Depression

Lack of face-to-face contact almost doubles depression risk for older


adults

Depression: not a normal part of aging

How music listening habits affect mental health

Smartphone distraction can ruin a relationship

New depression diagnosis and treatment

Could Alzheimer's drugs or antidepressants help stroke patients?


125

Depression too often reduced to a checklist of symptoms

Three-minute test detects common form of dementia that's hard to


diagnose

Knowledge Center
-- Select a subject --

Want to see our most detailed pages about specific areas of medicine,
including conditions, nutrition and forms of treatment?
Visit our Knowledge Center.

Suggested Reading

Bipolar Disorder: Psychiatrists Are Taking A New Approach That Aims To Treat
Not Just Symptoms But The Whole Person

Review looks at treatments for severe premenstrual syndrome

What is Prozac (fluoxetine)? What are the side effects of Prozac?

126

Premenstrual Syndrome (PMS): Causes and Treatment


Scroll to top
Navigate

Our most popular news

MNT editorial articles

Complete category list

MNT knowledge center


Your MNT

Personalize MNT

Login or sign-up

MNT newsletters

Share our content


About MNT

About us

Our editorial team

Contact us

Advertising with MNT

Submit news articles


More from MNT

Accessibility

Help & FAQ

Useful links from MNT

127

News feeds from MNT

Privacy policy | Terms of use | Advertising policy


MediLexicon International Ltd, Bexhill-on-Sea, UK
2004-2015 All rights reserved. MNT is the registered trade mark of
MediLexicon International Limited.

This site complies with the HONcode standard for trustworthy health
information: verify here.
This page was printed from:
http://www.medicalnewstoday.com/articles/8933.php
Visit www.medicalnewstoday.com for medical news and health news headlines
posted throughout the day, every day.

2004-2015 All rights reserved. MNT is the registered trade mark of


MediLexicon International Limited.
Depression: Symptoms and Diagnosis
Last updated: Wednesday 7 October 2015
Last updated: Wed 7 Oct 2015
115 Like1.2k

Depression
Mental Health
Psychology / Psychiatry
Bipolar
add your opinion
email
Knowledge center

128

(Continued from page 1...)


Symptoms of depression
The criteria used to make a diagnosis of depression are based on the symptoms
that are present, so the list of possible symptoms is similar:3,5,10

Depressed mood - feeling sad or low

Reduced interest or pleasure in activities previously enjoyed, loss of


sexual desire

Unintentional weight loss (without dieting) or low appetite

Insomnia (difficulty sleeping) or hypersomnia (excessive sleeping)

Psychomotor agitation (for example, restlessness, pacing up and down), or


psychomotor retardation (slowed movements and speech)

Fatigue or loss of energy

Feelings of worthlessness or guilt

Worsened ability to think, concentrate or make decisions

Recurrent thoughts of death or suicide, or attempt at suicide.

Signs are the features that may be noticed by the doctor and others - as opposed to
the symptoms that patients can describe themselves. Signs of a person with
depression include:5

Appearing miserable, tearful eyes, furrowed brows, down-turned corners


of the mouth

Slumped posture, lack of eye contact and facial expression

Little body movement, and speech changes (for example, soft voice, use of
monosyllabic words)

Gloomy, pessimistic, humorless, passive, lethargic, introverted,


hypercritical of self and others, complaining.

The YouTube video below is produced by the National Alliance on Mental Illness
- it gives a picture of the features of depression.
129

Tests and diagnosis of depression


Diagnosis of depression starts with a consultation with a general practitioner or
mental health specialist (psychologist or psychiatrist).3
It is important to seek the help of a health professional to rule out different causes
of depression, ensure an accurate differential diagnosis, and secure safe and
effective treatment.
As for most visits to the doctor, there may be a physical examination to check for
physical causes and coexisting conditions. Questions will also be asked - "taking a
history" - to establish the symptoms, their time course, and so on.
For depression, a number of structured interviews have been designed to ask
questions that are sensitive toward making the diagnosis. These range from one
questionnaire that involves just two questions to test for the two "core" symptoms
of depression:3

Over the past month, have you often been bothered by feeling down,
depressed or hopeless?

Do you have little interest or pleasure in doing things?

Doctors may also follow the criteria set out by the Diagnostic and Statistical
Manual of Mental Disorders (DSM-5).4
Here, depression is diagnosed if five or more criteria are met, from a list of nine,
and represent a change from normal and have been present for the past two
weeks.11
At least one of the symptoms must be one of the two above - that is, either
depressed mood or loss of interest or pleasure. The full list of criteria are:3,11

130

Low mood for most of the day every day is one of the flags for depression.

Depressed mood most of the day, nearly every day

Noticeably reduced interest or pleasure in all, or almost all, activities most


of the day, nearly every day

Significant unintentional weight loss or low appetite nearly every day

Insomnia or hypersomnia nearly every day

Psychomotor agitation (for example, restlessness, pacing up and down), or


psychomotor retardation (depressed body movements, speech, reaction
times) nearly every day

Fatigue or loss of energy nearly every day

Feelings of worthlessness or guilt nearly every day

Worsened ability to think or concentrate, or indecisiveness, nearly every


day

Recurrent thoughts of death or suicide, or attempt at suicide.

The five or more symptoms must be severe enough to affect daily activities or
social interactions, or cause significant distress. It must not be possible to explain
them by another medical condition, substance use or other causes.3,11
For example, dementia may present as depression, and vice versa. However,
memory testing can distinguish the two, so people being investigated for
depression may be asked to answer questions that test their cognitive abilities.3
Other underlying causes of depression that should be diagnosed and treated
include:3,5

Carbon monoxide poisoning

Substance misuse (alcohol, anabolic steroids, cannabis, cocaine, narcotics)

Prescription drug side-effects


131

Hypothyroidism

Brain tumor

Parkinson's disease

Vitamin deficiency.

Questionnaires help to diagnose depression and its severity.


Some questionnaires help doctors to assess the severity of depression. The
Hamilton depression rating scale, for example, has 21 questions, with resulting
scores picking up normal (a score of 7 or below) and mild or moderate depression,
to severe or very severe.8
The Hamilton scale is the most widely used assessment instrument in the
world for clinicians rating depression.8
A similar questionnaire is available online for patients to rate their own depression
and severity as an indication of whether they should see a doctor or therapist - it
does not provide a definitive diagnosis but can be used to "start a conversation"
with a doctor.12
The depression screening tool provided by Mental Health America is interactive
and returns an indication once all the questions are answered. Submitting other
demographic details is optional, purely for the non-profit's research purposes.
Depression or grief? Differential diagnosis
Major depression and grief over the death of a loved one share common
symptoms but it is possible to distinguish a grief reaction from depression.
For example, suicidal thoughts or profound and inappropriate guilt are rare with
normal bereavement, and self-esteem tends to be maintained.3,10
132

Other distinguishing features may be that grief comes in waves, whereas


depression is constant and unremitting. Or the person suffering a bereavement is
able to look forward to the future, whereas a depressed person has no positive
feelings for the future.3
Recent developments on treating depression from MNT news
Adhering to a healthy diet could reduce risk of depression
A new study suggests that those who follow healthy dietary patterns that
prominently feature fruit, vegetables, nuts and legumes may be at a reduced risk
of depression.
New drug combo could help older adults with clinical depression
A new clinical trial has demonstrated that combining an antidepressant with an
antipsychotic drug could improve clinical depression in older adults who do not
respond to regular treatment.
Depression: Getting Treatment
Last updated: Wednesday 7 October 2015
Last updated: Wed 7 Oct 2015
115 Like1.2k
Depression
Mental Health
Psychology / Psychiatry
Bipolar
add your opinion
email
Knowledge center
(Continued from page 2...)

133

Treatments for depression


Depression is a treatable mental illness that can usually be managed in primary
care by a general practitioner, but may be the subject of care by a specialist - a
psychiatrist for, example. There are three components to the management of
depression:3,5

Support - ranging from discussing practical solutions to contributing


stresses, to educating family members

Psychotherapy - also known as talking therapies, such as cognitive


behavioral therapy (CBT)

Drug treatment - antidepressants.

Psychotherapy
Psychological or talking therapies for depression include cognitive-behavioral
therapy (CBT), interpersonal psychotherapy and problem-solving treatment.2
In mild cases of depression psychotherapies are the first-line option for
treatment; in moderate and severe cases they may be an adjunctive therapy
with other treatment.2,5,6
CBT and interpersonal therapy are the two main types of psychotherapy used in
depression. Both talking therapies are present-focused and encourage the
regaining of control over mood and functioning:6,7

CBT helps to correct negative thought patterns

Interpersonal therapy looks at the effect of relationships.

CBT may be delivered in individual sessions with a therapist, face-to-face or over


the telephone, but it can also be completed via a computer or in groups.
Computerized cognitive behavioral therapy is promising in reducing depression
symptoms in young people.13 Sessions typically last one or two hours each week
for two to four months.3
134

We have a special page with more detailed information about cognitive behavioral
therapy. Also see below for information about how cognitive therapy compares
with antidepressant treatment.
Interpersonal therapy helps patients to identify emotional problems that affect
relationships and communication, and how these in turn affect mood and can be
changed.14
Interpersonal therapy sessions - conducted over a limited number of weeks - will
involve the therapist gaining trust before asking about symptoms and
relationships, both through asking questions and providing questionnaires. 15
Antidepressant medications
Antidepressants are drugs available on prescription from a doctor, whether one
providing primary care treatment, or a psychiatrist.
In mild cases of depression, antidepressants are not generally the first-line
option for treatment - in which case, psychological therapy may be
recommended first.2
Drugs come into use for moderate to severe depression, but are not recommended
for children, and will be prescribed only with caution for adolescents.2
A choice of antidepressant medications is available - the individual selection is a
matter of personal preference, previous success or failure, adverse side-effects,
whether overdose is likely and could be a danger, and interaction with any other
treatments being used.3,5
A number of classes of medication are available in the treatment of depression:16

Selective serotonin reuptake inhibitors (SSRIs) - citalopram (Celexa),


escitalopram (Lexapro), fluoxetine (Prozac), paroxetine (Paxil, Pexeva),
sertraline (Zoloft)
135

Monoamine oxidase inhibitors (MAOIs) - isocarboxzaid (Marplan),


phenelzine (Nardil), selegiline (Emsam skin patch), tranylcypromine
(Parnate), tranylcypromine (Phenelzine)

Tricyclic antidepressants - amitriptyline (Elavil), imipramine (Tofranil),


nortriptyline (Pamelor), protriptyline (Vivactil), trimipramine (Surmontil)

Atypical Antidepressants - bupropion (Wellbutrin), maprotiline,


mirtazapine (Remeron), nefazodone, trazodone

Selective serotonin and norepinephrine reuptake inhibitors (SNRI) desvenlafaxine (Pristiq), duloxetine (Cymbalta) venlafaxine (Effexor).

Each class of antidepressant acts on a different neurotransmitter - SSRIs, for


example, increase the production of serotonin in the brain, while MAOIs block an
enzyme that breaks down neurotransmitters. The exact way in which
antidepressant medications work is not fully understood.16
SSRIs are usually tried first, and one in the class can be switched for another that
has not proven helpful. Other classes can also be switched in to find effect.3,5
Antidepressant drugs need to be taken for some time before there is effect typically 2 to 3 weeks - and continued for 6 to 12 months.5,16 The drugs should be
continued as prescribed by the doctor, even after symptoms have improved, to
prevent relapse.6
A warning from the US Food and Drug Administration (FDA) says that
"antidepressant medications may increase suicidal thoughts or actions in some
children, teenagers, and young adults within the first few months of treatment."17
Any concerns should always be raised with a doctor - including any intention to
stop taking antidepressants.
Less severe adverse side-effects commonly experienced by people taking
antidepressant medication include:16

136

Headache

Night sweats

Nausea

Agitation

Sexual problems

Dry mouth

Constipation.

St. John's wort, exercise and other therapies


St. John's wort is a herbal treatment (Hypericum perforatum) that may be effective
for mild drepression although the evidence is mixed, and it should be noted that it
can interact with other drugs, including antidepressants.5,6
Aerobic exercise may help against mild depression since it raises endorphin levels
and stimulates the neurotransmitter norepinephrine, related to mood.9
Brain stimulation therapies - including electroconvulsive therapy detailed below are also used in depression. Repetitive transcranial magnetic stimulation - that
sends magnetic pulses to the brain - is one that may be effective in major
depressive disorder.5,6
Mind-body therapies recommended by complementary and alternative
practitioners include:4

Acupuncture

Relaxation techniques such as yoga or tai chi

Meditation

Guided imagery

Massage therapy

Music or art therapy

Spirituality.

137

Electroconvulsive therapy
Severe cases of depression that have not responded to drug treatment may benefit
from electroconvulsive therapy (ECT), which is particularly effective for
psychotic depression.5 MNT has produced detailed information about the
treatment on the page about electroconvulsive therapy.
Are talking therapies or antidepressants most effective for depression?
All medical treatments are prescribed against the individual suitability of the
treatment for the person, and the same is true in depression.
For some patients it may be a simple matter of choice - perhaps antidepressants
are more convenient for some than talking therapies. Another person, meanwhile,
may prefer to avoid drug treatment.
If there is a question of choosing one or other option based on effectiveness alone,
one study tested whether cognitive therapy had an enduring effect and compared
this against continued antidepressant medication.18
The conclusion of the 2005 report, published in the journal JAMA Psychiatry,
was:
"Cognitive therapy has an enduring effect that extends beyond the end of
treatment. It seems to be as effective as keeping patients on medication."
The study also cited evidence that CBT is associated with less relapse to
depression after treatment than medication.
Another comparison looked at mindfulness-based cognitive therapy and found
that it offered a level of protection similar to antidepressant drugs against relapses
of depression.19

138

The trial results were published in The Lancet in April 2015, as reported by MNT.
The conclusion was:
"Both treatments were associated with enduring positive outcomes in terms of
relapse or recurrence, residual depressive symptoms, and quality of life."
Recent developments on depression from MNT news
Major depression tied to smaller hippocampus
Brain scans of nearly 9,000 participants were taken for a June 2015 study,
comparing those of people with major depression with those of people without.
Low serotonin is mythical cause of depression, says psychiatry professor
The idea that depression is caused by low levels of serotonin and that certain
antidepressants raise the levels of this neurotransmitter, is a myth, according to the
opinion of a professor of psychiatry writing in The BMJ.
Study identifies symptoms of suicide risk for people with depression
A new study finds behavior patterns such as risky behavior, psychomotor
agitation and impulsivity occur before 50% of suicide attempts.
Sleep apnea 'could be misdiagnosed as depression'
More than 70% of people with sleep apnea experience symptoms of depression,
according to a new study published in the Journal of Clinical Sleep Medicine.
Researchers say their findings indicate a possibility that the sleep condition could
be misdiagnosed as depression.
Lack of face-to-face contact almost doubles depression risk for older adults

139

Older adults who have little face-to-face contact with family and friends are at
almost twice the risk of developing depression, according to a new study
published in the Journal of the American Geriatrics Society.
Written by Markus MacGill
(http://www.medicalnewstoday.com/articles/8933.php. Diunduh pada tanggal 2
November 2015. Pukul 08.51 WIB).

140

Anda mungkin juga menyukai