TEORI-TEORI KONSELING II
1. IFTITAH INDRIANI
(1114500081)
2. LILIH LUCKYTANINGSIH
(1114500004)
3. FEBI YANUANTO
(1114500120)
SEMESTER/KELAS
: 3/C
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena kami
dapat menyelesaikan makalah ini yang bertujuan untuk memenuhi tugas mata
kuliah Teori-Teori Konseling II.
Kami ucapkan terima kasih kepada Yth. Ibu Hastin Budisiwi, M.Pd selaku
dosen mata kuliah Teori-Teori Konseling II yang telah membimbing kami agar
dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini.
Akhirnya kami menyadari bahwa makalah ini masih ada kekurangan. Oleh
karena itu, dengan segala kerendahan hati, kami menerima kritik dan saran agar
penyusunan makalah selanjutnya menjadi lebih baik. Untuk itu kami
mengucapkan terima kasih dan semoga karya tulis ini bermanfaat untuk kami dan
untuk pembaca.
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................................i
KATA PENGANTAR..............................................................................................ii
DAFTAR ISI.............................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ...............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah ..........................................................................................2
1.3 Tujuan ............................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Pendekatan Realitas dan Tokoh ...................................................3
2.2 Konsep Dasar .................................................................................................5
2.3 Asumsi Perilaku Bermasalah .........................................................................7
2.4 Tujuan Konseling ...........................................................................................8
2.5 Peran dan Fungsi Konselor ............................................................................9
2.6 Deskripsi Proses Konseling ...........................................................................10
2.7 Teknik Konseling ...........................................................................................11
2.8 Kelebihan dan Kekurangan ............................................................................14
2.9. Contoh Penerapan Kasus...............................................................................14
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
sebagainya. Sistem Terapi Realitas difokuskan pada tingkah laku sekarang. Oleh
karena itu, seorang konselor maupun calon konselor wajib mempelajari Terapi
Realita.
BAB II
PEMBAHASAN
Terapi realitas menolak tentang penyakit mental. Ia berasumsi bahwa bentukbentuk gangguan tingkah laku yang spesifik adalah akibat dari ketidak
bertanggung jawaban.
Terapi realitas menekankan tanggng jawab, yang oleh Glasser (1965, hlm 13)
didefinisikan sebagai kemampuan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuha
sendiri dan melakukannya dengan cara tidak mengurangi kemampuan orang
lain dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan mereka. Belajar tanggung jawab
adalah proses seumur hidup.
bertolak
belakang dari apa yang dibutuhkan, maka orang tersebut akan frustasi, dan pada
akhirnya akan terus memunculkan perilaku baru sampai keinginannya terpuaskan
dan merasa benar-benar terpenuhi. Artinya, ketika timbul perbedaan antara apa
yang diinginkan dengan apa yang diperoleh, membuat individu terus
memunculkan perilaku-perilaku yang spesifik,
yang
membuatnya terlihat
Teori Kontrol
Penerimaan terhadap realita, menurut Glasser harus tercermin dalam
perilaku total yang mengandung empat komponen, yaitu: berbuat (doing), berfikir
(thinking), merasakan (feeling),
(physiology). Seperti halnya keempat roda mobil membawa arah mobil berjalan,
demikian halnya keempat komponen dari total behavior tersebut menetapkan arah
hidup individu.
Glasser menjelaskan bahwa hal ini secara langsung dapat mengubah cara
kita merasakan terpisah dari apa yang kita lakukan dan pikirkan, merupakan hal
yang sangat sulit dilakukan. Kunci untuk mengubah perilaku total terletak pada
pemilihan untuk mengubah apa yang kita lakukan dan pikirkan. Sementara itu,
reaksi dan respon fisiologis termasuk dalam proses tersebut. Ketika seseorang
berhasil memenuhi kebutuhannya, menurut Glasser orang tersebut mencapai
identitas sukses. Pencapaian identitas sukses itu terikat pada konsep 3R, yaitu
keadaan dimana individu dapat menerima kondisi yang dihadapinya, dicapai
dengan menunjukkan total behavior (perilaku total) yakni melakukan sesuatu,
berfikir,
merasakan,
dan
menunjukkan
respon-respon
fisiologis
secara
10
11
12
Tugas dasar konselor adalah melibatkan diri dengan konseli dan kemudian
membuatnya untuk menghadapi kenyataan. Yang antara lain sebagai berikut:
a) Bertindak sebagai pembimbing yang membantu konseli agar bisa menilai
tingkah lakunya sendiri secara realistis.
b) Berperan sebagai moralis.
c) Berperan sebagai motivator, menyampaikan dan meyakinkan kepada klien
bahwa seburuk apapun suatu kondisi masih ada harapan.
d) Berperan sebagai guru yang mengajarkan klien untuk mengevaluasi
perilakunya, misalnya dengan bertanya, Apakah perilaku Anda saat ini
membantu anda untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan Anda?
e) Mengembangkan kondisi fasilitatif dalam konseling dan hubungan baik
dengan klien.
13
2. Hubungan
Menggunakan hubungan sebagai bagian yang esensial dalam proses
terapiotik. Hubungan ini harus memperlihatkan upaya menuju perubahan,
menyenangkan, positif, tidak menilai, dan mendorong kesadaran konseli.
3. Pertanyaan
Konselor menekankan evaluasi dalam perilaku total, asesmen harus berasal
dari konseli sendiri. Konselor tidak mengatakan apa yang harus dilakukan
konseli, tetapi menggunakan pertanyaan yang terstruktur dengan baik untuk
membantu konseli menilai hidupnya dan kemudian merumuskan perilakuperilaku yang perlu dan tidak perlu di ubah.
4. WDEP & SAMI2C3
Merupakan akronim dari wants (keinginan), direction (arahan), evaluasi
(penilaian), dan planing (rencana). Teknik ini digunakan untuk membantu
konseli menilai keinginan-keinginannya. Perilaku-perilakunya, dan kemudian
merumuskan rencana-rencana.
Ada dua strategi konseling realitas, yaitu membangun relasi atau
lingkungan konseling dari prosedur WDEP , yaitu :
a. Want (keinginan) : langkah mengeksplorasi keinginan yang sebenarnya dari
klien ingat pada umumnya manusia membicarakan hal-hal yang tidak
diinginkan.
Konselor
memberikan
kesempatan
kepada
klien
untuk
14
15
5. Renegosiasi
Konseli tidak selalu dapat menjalankan rencana perilaku pilihanya. Jika ini
terjadi, maka konselor mengajak konseli untuk membuat rencana ulang dan
menemukan pilihan perilaku lain yang lebih mudah.
6. Intervebsi paradoks
Terinspirasi oleh Frankl (pendiri konseling Gestalt), Glasser menggunakan
paradoks untuk mendorong konseli menerima tanggung jawab bagi
perilakunya sendiri. Intetrvensi paradoksikal ini memiliki dua bentuk rerabel
atau reframe dan paradoxical pressciption.
7. Pengembangan ketrampilan
Konselor perlu membantu konseli mengembangkan ketrampilan untuk
memnuhi
kebutuhan
dan
keinginan-keinginannya
dalam
cara
yang
Adiksi positif
Menurut Glasser, merupakan teknik yang digunakan untuk menurunkan
berbagai bentuk perilaku negatif dengan cara memberikan kesiapan atau
kekuatan mental, kreatifitas, energi dan keyakinan. Contoh : mendorong
olahraga yang teratur, menulis jurnal, bermain musik, yoga, dan meditasi.
16
perilaku salah atau perilaku lain yang bisa membuat perbedaan sehingga
konseli tidak perlu mengalami kosekuensi negatif dari perilakunya yang tidak
bertanggung jawab.
2.8. Kelemahan Dan Kelebihan
Kelemahan:
1. Teori ini mengabaikan tentang intelegensi manusia, perbedaan individu dan
factor genetic lain.
2. Dalam konseling kurang menekankan hubungan baik antara konselor dan
konseli, hanya sekedarnya.
3. Pemberian reinforcement jika tidak tepat dapat mengakibatkan kecanduan
atau ketergantungan.
Kelebihan:
1. Asumsi mengenai tingkah laku merupakan hasil belajar.
2. Asumsi mengenai kepribadian dipengaruhi oleh lingkungan dan kematangan.
3. Konseling bertujuan untuk mempelajari tingkah laku baru sebagai upaya
untuk memperbaiki tingkah laku malasuai.
2.9. Contoh Penerapan Kasus
Ilustrasi Kasus
Amir siswa kelas 7 SMP, dia sangat tidak disiplin sehingga dia mengalami
hambatan dalam menjalankan kewajibannya sebagai siswa disekolah. Hal ini tentu
akan berakibat pada proses belajar mengajar dan prestasi belajar Amir disekolah.
Bimbingan bagi Amir ini sangat diperlukan untuk membantu menyelesaikan
permasalahan dan agar membuat Amir dapat mengikuti proses belajar mengajar
secara baik.
Dalam hal ini, Amir diberikan bantuan dengan konseling realita dengan
menggunakan prosedur WDEP. Amir diingatkan kembali pada keinginan17
18
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Terapi realitas adalah suatu sistem yang difokuskan pada tingkah laku
sekarang. Terapis berfungsi sebagai guru dan model serta mengonfrontasikan
klien dengan cara-cara yang bisa membantu klien menghadapi kenyataan dan
memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasar tanpa merugikan dirinya sendiri ataupun
orang lain. Tujuan terapi ini ialah membantu seseorang untuk mencapai otonomi.
Teori konseling yang rasional cenderung bersifat ekletif, artinya
cenderung untuk menerima berbagai macam tekhnik. Pilihan tekhnik tersebut
biasanya berdasarkan akal sehat atau pengalaman konselor atau psikoterapi.
3.2. Saran
Bertanggung jawab merupakan usaha belajar memenuhi kebutuhan kita
dalam realita hidup, yang menghadapkan kita pada norma-norma realitas,
adat istiadat sosial, nilai-nilai kehidupan, serta pembatasan gerak-gerik yang lain.
Oleh karena itu kita harus menunjukkan tingkah laku yang tepat dan menghindari
tingkah laku yang salah. Tugas kita sebagai seorang konselor membantu dalam
proses konseling untuk menilai tingkah laku klien dari sudut bertindak secara
bertanggung jawab. Dengan demikian, proses konseling akan menjadi
pengalaman belajar menilai diri sendiri dan menggantikan tingkah laku yang
keliru dengan tingkah laku yang tepat.
19
DAFTAR PUSTAKA
Diakses
pada
20
LAMPIRAN
21
22