Anda di halaman 1dari 14

Tugas kelompok V

Tentang:
Terapy Realitas
Oleh:
1.Marleni Banani
2.Christin Giri
3.Denis Maleng
Terapi Realitas
William Glasser sebagai tokoh yang
mengembangkan bentuk terapi ini.
A. Konsep Dasar
1. Terapi realitas menekankan pada masalah moral
antara benar dan salah yang harus diperhadapkan
kepada konseli sebagai kenyataan atau realitas.

2. Pengalaman masa lalu diabaikan karena terapi


realitas mengarahkan pandangan penilaiannya pada
bagaimana perilaku saat ini dapat memenuhi
kebutuhan konseli.
3. Terapi realitas menolong individu untuk
memenuhi, mendefinisikan, dan mengklarifikasi
tujuan hidupnya.
4. Terapi realitas menolak alasan tertentu atas
perbuatan yang dilakukan.
B. Ciri-Ciri Terapi Realitas
1. Menolak adanya konsep sakit mental pada setiap individu,
tetapi yang ada adalah perilaku tidak bertanggungjawab tetapi
masih dalam taraf mental yang sehat.

2. Berfokus pada perilaku nyata guna mencapai tujuan yang akan


datang penuh optimisme.

3. Berorientasi pada keadaan yang akan datang dengan fokus


pada perilaku yang sekarang yang mungkin diubah, diperbaiki,
dianalisis dan ditafsirkan. Perilaku masa lampau tidak bisa
diubah tetapi diterima apa adanya, sebagai pengalaman yang
berharga.
4. Terapi realitas menekankan pertimbangan-pertimbangan
nilai. Berfokus pada peran konseli dalam menilai kualitas
tingkah lakunya sendiri dalam menentukan apa yang
membantu masalah-masalah yang dialaminya.

5. Terapi realitas tidak menekankan transferensi. Ia


tidak memanadang konsep tradisional tentang
transferensi sebagai hal yang penting. Iya memandang
transferensi sebagai suatu cara bagi terapis untuk
tetap bersembunyi sebagai pribadi.
6. Terapi realitas menekankan asapek-aspek kesadaran, bukan
aspek-aspek ketaksadaran.

7. Menghapuskan adanya hukuman yang diberikan kepada


individu yang mengalami kegagalan., tetapi yang ada sebagai
ganti hukuman adalah menanamkan disiplin yang disadari
maknanya dan dapat diwujudkan dalam perilaku nyata.
C. Tujuan Terapi
1. Menolong individu agar mampu mengurus diri
sendiri, supaya dapat menentukan dan melaksanakan
perilaku dalam bentuk nyata.

2. Mendorong konseli agar berani bertanggung jawab


serta memikul segala resiko yang ada, sesuai dengan
kemampuan dan keinginannya dalam perkembangan
dan pertumbuhannya.
3.Mengembangkan rencana-rencana nyata dan
realistik dalam mencapai tujuan yang telah
ditetapkan.

4.Perilaku yang sukses dapat dihubungkan dengan


pencapaian kepribadian yang sukses, yang dicapai
dengan menanamkan nilai-nilai adanya keinginan
individu untuk mengubahnya sendiri.

5.Terapi ditekankan pada disiplin dan tanggung


jawab atas kesadaran sendiri
D. Proses Konseling (Terapi)

1. Konseli dapat mengeksplorasi keinginan, kebutuhan, dan apa


yang dipresepsikan tentang kondisi yang dihadapinya.

2. Konseli focus pada perilaku sekarang tanpa terpaku pada


permasalahan masa lalu
3. Konseli mau mengevaluasi perilakunya, merupakan kondisi
dimana konseli membuat penilaian tentang apa yang telah ia
lakukan terhadap dirinya berdasarkan sistem nilai yang
berlaku di masyarakat.
4. Konseli mulai menetapkan perubahan yang di
kehendakinya dan komitmen terhadap apa yang telah
direncanakan. Rencana-rencana yang ditetapkan
harus sesuai dengan kemampuan konseli, bersifat
konkrit atau jelas pada bagaimana dari perilakunya
yang akan diubah, realistis dan melibatkan perbuatan
positif. Rencana itu juga harus dilakukan dengan
segera dan berulang-ulang.
Teknik-Teknik dalam Konseling

1. Terlibat dalam permainan peran dengan klien Dalam bermain


peran dengan klien, dimana konselor berperan sebagai didaktor
dan sekaligus sebagai motivator untuk membantu siswa
mengentaskan segala permasalahan klien/konseli.
2. Menggunakan humor yang mendorong suasana yang segar dan
relaks

3. Mengonfrontasikan klien dan menolak dalih apapun Konfrontasi


merupakan salah satu respon konselor yang sangat membantu
konseli.
4. Membantu konseli dalam merumuskan rencana-rencana yang
spesifik bagi tindakan

5. Bertindak sebagai model dan guru Disini konselor bertindak


sebagai model guru yang bersifat mendidik.

6. Memasang batas-batas dan menyusun situasi terapi Disini


konselor membatasi perannya dalam membantu konseli.

7.Menggunakan terapi kejutan verbal atau ejekan yang pantas


untuk mengkonfrontasikan Konseli dengan perilakunya yang
tak pantas.

8.Ikut terlibat mencari hidup yang lebih efektif.

Anda mungkin juga menyukai