Anda di halaman 1dari 26

TERAPI MODALITAS DALAM KEPERAWATAN

Disusun guna memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan komunitas

Dosen Pembimbing : Herni Sri Rejeki, M.Kep.Ns Sp.Kom

DISUSUN OLEH KELOMPOK 3

KELAS 3A (S1 KEPERAWATAN)

1. Benny Surya Darma (17.1303.S) AKTIF

2. Diyan Novita (17.1312.S) AKTIF

3. Laili Hikmawati (17.1340.S) AKTIF

4. Regina Merdekari R A (17.1374.S) AKTIF

5. Risma Safitri (17.1382.S) AKTIF

6. Sapitri Wulandari (17.1385.S) AKTIF

7. Yogie P. Al Hakim (17.1407.S) AKTIF

FAKULTAS ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PEKAJANGAN

PEKALONGAN 2019
KONSEP PENATALAKSANAAN TERAPI MODALITAS

A. PENGERTIAN
Terapi modalitas adalah terapi yang utama dalam keperawatan jiwa. Terapi ini
diberikan dalam upaya mengubah perilaku pasien dan perilaku yang maladaptive menjadi
perilaku adaptif ( Kusumawati dan Hartono, 2010).
Terapi modalitas keperawatan jiwa dilakukan untuk memperbaiki dan mempertahankan
sikap klien agar mampu bertahan dan bersosialisasi dengan lingkungan masyarakat sekitar
dengan harapan klien dapat terus bekerja dan tetap berhubungan dengan keluarga, teman, dan
system pendukung yang ada ketika menjalani terapi. (Nasir dan Muhits, 2011).
Terapi modalitas bertujuan agar pola perilaku dan kepribadian seperti ketrampilan
coping gaya komunikasi dan tingkat harga diri secara bertahap dan berkembang. Mengingat
bahwa klien dengan gangguan jiwa membutuhkan pengawasan yang ketat dan lingkungan
suffortif yang aman. Beberapa terapi keperawatan didasarkan ilmu dan seni keperawatan jiwa.
Terapi keperawatan jiwa adalah berbagai alternative terapi yang dapat diberikan pada
klien dengan gangguan jiwa.

B. PERAN PERAWAT ( DALAM TERAPI MODALITAS)


Secara umum peran perawat jiwa dalam melaksanakan terapi modalitas bertindak
sebagai leader, fasilitator, evaluator, dan motivator. ( Nasir dan Muhits, 2011). Tindakan
tersebut meliputi :
1. Mendidik dan mengorientasi kembali seluruh anggota keluarga misalnya perawat
menjelaskan mengapa komunikasi itu penting, apa visi seluruh keluaga, kesamaan
harapan apa yang dimiliki semua anggota keluarga.
2. Memberikan dukungan kepada klien serta system yang mendukung klien untuk
mencapai tujuan dan usaha untuk berubah. Perawat meyakinkan bahwa keluarga klien
mampu memecahkan masalah yang dighadapi anggota keluarganya.
3. Mengkoordinasi dan mengintegrasi sumber pelayanan kesehatan. Perawat menunjukkan
institusi kesehatan mana yang harus bekerjasama dengan keluarga dan siapa yang bisa
diajak konsultasi.
4. Member pelayanan prevensi primer, sekunder, dan tersier melalui penyuluhan,
perawatan dirumah, pendidikan dan sebagainya. Bila ada anggota keluarga yang kurang
memahami perilaku sehat di diskusikan atau bila ada keluarga yang membutuhkan
perawatan

C. JENIS-JENIS TERAPI MODALITAS


1. Psikoterapi
Psikoterapi adalah suatu cara pengobatan terhadap masalah emosional seorang
pasien yang dilakukan oleh seorang yang terlatih dalam hubungan professional secara
sukarela. Psikoterapi dilaksankan agar klien memahami tingkah lakunya dan menganti
tingkah laku yang lebih konstruktif melalui pemahaman-pemahaman yang selama ini
kurang baik dan cendrung merugikan baik diri sendiri, orang lain maupun lingkungan
sekitar.
2. Psikoanalisis Psikoterapi
Terapi ini dikembangkan oleh Sigmud Freud, seorang dokter yang
mengembangkan “talking care” . Tetapi ini didasarkan pada keyakinan bahwa seseorang
terapis dapat menceritakan tentang masalah pribadinya. Perubahan perilaku dapat terjadi
jika klien menemukan kejadian-kejadian yang disimpan dalam bawah sadarnya.
1) Tujuan terapi psikoanalisis adalah sebagai berikut :
a.Menurunkan rasa takut klien
b. Mengembalikkan proses pikir yang luhur
c. Membantu klien menghadapi realitas
d. Menurunkan kecemasan
e.Memperbaiki komunikasi interpersonal

2) Implementasi psikoanalisis adalah sebagai berikut:


a. Melibatkan dua orang, interaksi yang terbentuk bersifat rahasia dan klien
mendiskusikan aspek kehidupannya yang paling pribadi bukan mendiskusikan
hubungan nya dengan orang lain
b. Klien menceritakan pikiran, perasaan, pengalaman, dan persepinya. Terapis
mendengar, mendorong, dan mengklarifikasi
c. Interaksi berlangsung lama , klien menemukan hal baru tentang diri dan
melakukan pendekatan pada dunia, berusaha untuk memadukan dengan
pemahamn baru
d. Hubungan antara terapis dan klien adalah hubungan berseri yang terencana
untuk mengubah perilaku klien.
3. Psikoterapi Individu
Psikoterapi individu merupakan bentuk terapi yang menekankan pada perubahan
individu dengan cara mengkaji perasaan, sikap, cara berfikir, dan perilakunya. Hal ini
bertujuan agar klien mampu memahamidiri dan perilaku dirinya sendiri, membuat
perubahan personal atau berusaha lepas dari rasa sakit hati dan ketidakbahagiaan.
(Videbeck Sheila L, 2008 dalam Nasir dan Muhits, 2011). Kunci dari terapi individu
adalah bagaimana klien dapat mengungkapkan perasaannya, dapat mengungkapkan
perilaku yang diperankannyadan menilainya sesuai dengan kondisi realitas. Esensi dari
psikoterapi individu mencakup seluruh aspek kehidupan yang menjadi beban psikisnya.
Hal ini memungkinkan dalam proses psikoterapi individu maslah yang terjadi pada klien
akan dieksploitasioleh terapis sampai pada titik permasalahan yang krusial dan
didiskusikan sesuai dengan situasi , kondisi, serta kekuatan yang dimiliki klien.
Hubungan antara klien dan terapis yang harmonis merupakan kunci keberhasilan
dalam psikoterapi individu sehingga membutuhkan ketrampilan terapis yang handal dan
memuasakn klien.
4. Terapi Modifikasi Prilaku
Terapi prilaku didasarkan pada keyakinan bahwa prilaku dipelajari,dengan demikian
perilaku yang tidak diinginkan atau maladaptive dapat diubah menjadi perilaku yang
diinginkan atau adaptif.
Proses mengubah perilaku terapi ini adalah dengan menggunakan teknik yang
disebut conditioning yaitu suatu proses dimana klien belajar mengubah perilaku.Cara
melakukan conditioning adalah sebagai berikut :
a. Reciprocal inhibition
Cara mengurangi ansietas yang dirasakan dengan mengendalikan situasi yang dapat
meredakan ansietas yang dirasakan.
b. Positive conditioning
Dengan memberikan hadiah(reward) pada setiap prilaku yang diinginkan dan tidak
memberikan reward atau menghukum pada perilaku yang tidak diinginkan.
c. Eksperimental extinction
Yaitu upaya menurunkan suatu perilaku dengan cara tidak memberikan reward
berulang-ulang.

Penerapan teori perilaku ini adalah sebagai berikut :

a. Pendekatan terapis kepada klien bersifat objektif,tidak menghakimi.


b. Klien diyakinkan bahwa reaksi meyakinkan akan pulih.
c. Informasi yang tidak akurat dikoreksi segera.
d. Klien dikuatkan untuk dapat mengendalikan perilakunya.
Kriteria evaluasi :
a. Menurunnya perilaku maladaptif.
b. Meningkatnya produktifitas kerja
c. Membaiknya hubungan interpersonal
d. Meningkatnya kemampuan penyelesaian masalah yang disebabkan oleh stressor
lingkungan dan situasi.
5. Terapi Okupasi
1) Pengertian
Terapi okupasi adalah suatu ilmu dan seni pengarahan partisipasi seseorang untuk
melaksanakan tugas tertentu yang telah ditetapkan.Terapi ini berfokus pada pengenalan
kemampuan yang masih ada pada seseorang,pemeliharaan dan peningkatan bertujuan
untuk membentuk seseorang agar mandiri,tidak tergantung pada pertolongan orang lain.
2) Tujuan terapi okupasi
a. Terapi khusus untuk mengembalikan fungsi mental
- Menciptakan kondisi tertentu sehingga klien dapat mengembangkan
kemampuannya untuk dapat berhubungan dengan orang lain dan
masyarakat sekitarnya.
- Membantu melepaskan dorongan emosi secara wajar.
- Membantu menemukan kegiatan sesuai bakat dan kondisinya.
- Membantu dalam pengumpulan data untuk menegakkan diagnose dan
terapi.
b. Terapi khusus untuk mengembalikan fungsi fisik,meningkatkan
gerak,sendi,otot,dan koordinasi gerakan.
c. Mengajarkan ADL seperti makan,berpakaian,BAB,BAK,dan lain sebagainya.
d. Membantu klien menyesuaikan diri dengan tugas rutin di rumah
e. Meningkatkan toleransi kerja,memelihara dan meningkatkan kemampuan yang
dimiliki.
f. Menyediakan berbagai macam kegiatan agar dicoba klien untuk mengetahui
kemampuan bersosialisasi,bakat,minat dan potensinya.
g. Mengarahkan minat da hobi untuk dapat digunakan setelah klien kembali di
lingkungan masyarakat.

3) Peranan Aktivitas dalam terapi


Aktivitas dalam okupasi terapi hanya media,tidak untuk menyembuhkan.Peranan terapi
tersebut sebagai penghubung antara batin klien dengan dunia luar,berhubungan dengan
tujuan pekerjaan dan dapat meningkatkan kemampuan klien bersosialisasi dalam
kelompok terapi.

4) Indikasi terapi Okupasi


- Klien dengan kelainan tingkah laku disertai dengan kesulitan berkomunikasi
- Ketidakmampuan menginterrpretasikan rangsangan sehingga reaksi terhadap
rangsangan tidak wajar
- Klien yang mengalami kemunduran
- Klien dengan cacat tubuh disertai dengan gangguan kepribadian

- Orang yang mudah mengekspresikan perasaan melalui aktifitas

- Orang yang mudah belajar sesuatu dengan praktik langsung daripada


membayangkan
5) Karakteristik Terapi Okupasi

- Mempunyai tujuan yang jelas

- Mempunyai arti tertentu bagi klien

- Harus mampu melibatkan klien walau minimal

- Dapat mencegah bertambah buruknya kondisi

- Dapat memberi dorongan hidup

- Dapat dimodifikasi

- Disesuaikan dengan minat

6) Jenis Kegiatan

Jenis kegiatan dalam terapi okupasi antara lain olahraga, permainan, kerajinan
tangan, seni, rekreasi, diskusi dan perawatan kebersihan diri

7) Proses terapi okupasi


- Pengumpulan data,
meliputi data tentang identitas klien, gejala, diagnosis, perilaku dan kepribadian
klien. Misalnya klien mudah sedih, putus asa, marah.
- Analisa data dan identifikasi masalah
Dari data yang telah dikaji ditegakkan diagnosa sementara tentang masalah klien
maupun keluarga.
- Penentuan tujuan dan sasaran
Dari diagnosa yang ditegakkan dapat dibuat sasaran dan tujuan yang ingin
dicapai.
- Penentuan aktivitas
Jenis kegiatan yang ditentukan harus disesuaikan dengan tujuan terapi.
- Evaluasi
Evaluasi kemampuan klien, inisiatif, tanggungjawab, kerjasama, emosi dan
tingkah laku selama aktivitas berlangsung. Dari hasil evaluasi rencanakan
kembali kegiatan yang sesuai dan akan dilakukan. Evaluasi dilakukan secara
periodik, misalnya 1 minggu sekali dan setiap selesai melaksanakan kegiatan.

8) Pelaksanaan Terapi Okupasi


Terapi okupasi dapat dilakukan secara individu maupun kelompok tergantung dari
kondisi klien dan tujuan terapi.
a. Metode
- Individual: dilakukan untuk klien baru masuk, klien yang belum mampu
berinteraksi dengan kelompok dan klien lain yang sedang menjalani
persiapan aktivitas.
- Kelompok: klien dengan masalah sama, klien yang lama dan yang
memiliki tujuan kegiatan yang sama.
b. Waktu
Terapi dilakukan 1-2 jam setiap sesi baik metode individual maupun kelompok
dengan frekuensi kegiatan per sesi 2-3 kali dalam seminggu. Setiap kegiatan
dibagi menjadi 2 bagian (pertama: ½-1 jam, kedua: 1-2 jam)

6. Terapi Lingkungan
1) Pendahuluan
Terapi lingkungan “Milieu terapi” adalah suatu manipulasi ilmiah pada
lingkungan yang bertujuan untuk menghasilkan perubahan pada perilaku pasien dan
untuk mengembangkan ketrampilan emosional dan sosial (Stuart-sundeen,1991)
sedangkan Sedangkan menurut Suliswati (2005) dalam Direja 2011, terapi lingkungan
merupakan keadaan lingkungan yang ditata untuk menunjang proses terapi, baik fisik,
mental maupun sosial agar dapat membantu penyembuhan dan pemulihan klien.

2) Tujuan Terapi Lingkungan


Terapi lingkungan merupakan salah satu bentuk terapi klien gangguan jiwa yang
dapat membantu efektifitas pemberian asuhan keperawatan jiwa. Schultz & Videbeck
(1998) menyebutkan bahwa pemindahan klien dan lingkungan yang terapeutik akan
memberikan kesempatan untuk istirahat memulihkan diri, sewaktu untuk berfokus pada
perkembangan dalam hal kekuatan dan kesepakatan belajar, agar klien mampu
mengidentifikasi alternative dan solusi masalah. Menurut Sabroms cit & Sudeen
(1995) menyebutkan 2 tujuan yaitu:
1. Mengatur batasi gangguan perilaku dan perilaku maladaptif.
2. Mengajarkan kememampuan psikososial.
Untuk melakukan pembatasan terhadap perilaku yang maladaptif, perlu ditekanan
penggunaan terapi lingkungan dengan mengembangkan empat keterampilan
psikososial. (Abroms, 1995). Empat keterampilan tersebut yaitu:
a. Orientation

Pencapaian orientasi dan kesadaran terhadap realita yg baik. Orientasi tersebut


berhubungan dengan pemahaman klien terhadap orang, waktu,tempat dan
situasi. Sedangkan terhadap realita dapat dikuatkan melalui interaksi dan
hubungan dengan orang lain.

b. Assetation

Kemampuan mengepresikan perasaan dengan tepat. Klien perlu dianjurkan


mengepresikan diri secara efektif dengan tingkah laku yang dapat diterima
masyarakat.

c. Accupation

Kemampuan klien untuk dapat memupuk percaya diri dan berprestasi melalui
ketrampilan. Hal ini dapat dilakukan dengan memberikan aktifitas dalam
bentuk yg positif dan disukai klien, misalnya melukis,main musik, merangkai
bunga dan lain sebagainya.

d. Recreation

Kemampuan menggunakan dan membuat aktifitas menyenangkan,contoh


menebak kata, senam dan jalan-jalan.
3) . Karakteristik Terapi Lingkungan
Jack Cit. Barry (1998) menyebutkan beberapa karakteristik dari terapi lingkungan
sebagai berikut :
a. Setiap interaksi merupakan suatu kesempatan untuk interfensi terapeutik.
b. Klien memikul tanggung jawab terhadap tingkah laku mereka sendiri.
c. Pemecahan masalah dicapai dengan diskus, neoisiasi dan consessus dari pada
hanya menggunakan beberapa gambaran dari para ahli.
d. Komunikasi terbuka dan langsung antar staf dan klien.
e. Klien didukung untuk berpartisifasi aktif dalam penanganan mereka sendiri dan
dalam membuat keputusan di unit tempat mereka dirawat.
f. Unit tetap sering melakukan komunikasi dan kontak dengan komunitas keluarga
serta jaringan sosial.
Dalam upaya menciptakan lingkungan yg terapeutik ada lima aspek yg perlu di
perhatikan yaitu :
a. Aspek Fisik

Menciptakan lingkungan fisik yg aman dan nyaman. Gedung


permanen, mudah di jangkau, lengakap dengan kamar tidur, ruang
tamu, ruang makan, kamar mandi dan wc. Struktur dan tatanan dalam gedung
di rancang sesuai dengan kondisi dan jenis penyakit serta tingkat
perkembangan klien. Misalnya: Ruang perawatan anak didesain dengan
gambar-gambar kartun atau idola anak-anak yg berbeda dengan ruang
dewasa.

b. Aspek Intelektual Klien

Tingkat intelektual klien dapat ditentukan melalui kejelasan stimulasi


dari lingkungan dan sikap perawat. Misalkan lingkungan dengan warna biru
dan hijau memberikan stimulasi ketenangan dan keteduhan. Perawat harus
memberikan stimulasi eksternal yang positif sehingga kesadaran diri klien
menjadi luas dan klien dapat menerima kondisinya.
c. Aspek Sosial

Dalam aspek ini perawat mengembangkan pola interaksi yang


positif, hubungan psikososial yang menyenangkan dan menguatkan ego
klien. Oleh karena itu perawat perlu penggunaan teknik komunikasi yang
tepat sehingga perawat dapat menciptakan aspek ini.

d. Aspek Emosional

Perawat harus menciptakan iklim emosional yang positif dengan


menunjukkan sikap yang tulus, jujur atau dapat dipercaya, bersikap spontan
dalam memenuhi kebutuhan klien, empati, peka terhadap perasaan dan
kebutuhan klien. Misal : saya tenang disini

e. Aspek Spiritual

Aspek ini ditunjukan untuk memaksimalkan manfaat dari


penggalaman, pengobatan dan perasaan damai bagi klien. Sehingga perlu
disedikan sarana ibadah seperti kitab suci dan ahli agama.

4) . Peran perawat dalam terapi


Perawat dalam memenuhi kebutuhan klien berdasarkan pada identitas masalah
baik kebutuhan fisik dan emosional. Perawat yang berperan sebagai mothering care tidak
hanya memenuhi kebutuhan klien tetapi juga memfasilitasi klien agar mengembangkan
kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Dengan demikian klien
dapat memahami dan menerima situasi yang sedang dialaminya dan termotivasi untuk
mengubah perilaku destruktif menjadi konstruktif. Perawat juga membantu klien
mengenal batasan dan menerima risiko akibat perilakunya.Sebagai perencana perawat
sebelumya memberikan asuhan keperawatan terlebih dahulu harus melakukan
pengkajian untuk memperoleh gambaran yang jelas tentang kondisi klien dan situasi
yang dibutuhkan. Sebagai coordinator perawat harus dapat menganut dan
mengorganisasi semua kegiatan supaya rencana yang ditetapkan dapat dilaksanakan
dengan baik. Perawat harus memberikan penjelasn kepada klien dan keluarga agar
mereka dapat berperan aktif dalam pelaksanaan asuhan keperawatan.
7. Terapi Somatik
Terapi somatik adalah terapi yg diberikan kepada klien dengan gangguan jiwa dengan
tujuan mengubah perilaku yang maladaptif menjadi perilaku adaptif dengan melakukan
tindakan dalam bentuk perlakuan fisik. Terapi somatik telah banyak dilakukan pada klien
dengan gangguan jiwa.

8. Terapi Aktivitas Kelompok


1. Pengertian Kelompok
Kelompok adalah kumpulan individu yang mempunyai hubungan antara satu
dengan yang lainnya, saling ketergantungan serta mempunyai norma yang sama (Stuart &
Sundeen, 1991:10).
Sedangkan kelompok terapeutik memberi kesempatan untuk saling bertukar
(sharing) tujuan, umpamanya membantu individu berperilaku destruktif dalam hubungan
dengan orang lain, mengidentifikasi dan memberikan alternative untuk membantu
mengubah perilaku destruktif menadi konstruktif.

Secara umum tuuan kelompok adalah sebagai berikut :


a. Setiap anggota kelompok dapat bertukar pengalaman
b. Berupaya memberikan pengalaman dan penelasan pada orang lain
c. Merupakan proses menerima umpan balik

2. Manfaat Terapi Aktivitas Kelompok


Terapi aktivitas kelompok mempunyai manfaat :
1) Terapeutik
a. Umum
- Meningkatkan kemampuan uji realitas (reality testing) melalui komukasi
dan umpan balik dengan atau dari orang lain
- Melakukan sosialisasi
- Membangkitkan motivasi untuk kemajuan fungsi kognitif dan afektif
b. Khusus
- Meningkatkan identitas diri
- Menyalurkan emosi secara konstruktif
- Meningkatkan keterampilan hubungan interpersonal atau sosial
c. Rehabilitasi
- Meningkatkan keterampilan ekspresi diri
- Meningkatkan keterampilan sosial
- Meningkatkan keterampilan empati
- Meningkatkan kemampuan/pengetahuan pemecahan masalah
d. Tujuan Terapi Aktifitas Kelompok
- Mengembangkan stimulasi kognitif
Tipe: Biblioterapy
Aktifitas: menggunakan artikel, sajak puisi, buku, surat kabar untuk
merangsang dan mengembangkan hubungan dengan orang lain.
- Mengembangkan stimulasi sensoris
Tipe: Musik, seni, menari
Aktifitas: menyediakan kegiatan, mengekspresikan perasaan.
Tipe: Relaksasi
Aktivitas: Belajar teknik relaksasi dengan cara nafas dalam.
- Mengembangkan orientasi realitas

Tipe: Kelompok orientasi realitas, kelompok validasi.

Aktivitas: Fokus pada orientasi waktu, tempat dan orang, benar, salah.

- Mengembangkan sosialisai
Tipe: Kelompok remotivasi
Aktivitas: Mengorientasikan klien yang menarik diri, regresi.
Tipe: Kelompok mengingatkan
Aktivitas: Fokus pada mengingatkan untuk menetapkan arti positif
e. Kerangka Teoritis Terapi Aktivitas Kelompok
 Model fokal konflik
Menurut Whiteaker dan Liebermen’s terapi kelompok berfokus pada
kelompok daripada individu.

Prinsipnya:

Terapi kelompok dikembangkan berdasarkan konflik yang tidak


disadari, tugas terapis membantu anggota kelompok memahami konflik dan
mencapai penyelesaian konflik. Menurut model ini pimpinan kelompok
(Leader) harus memfasilitasi dan memberikan kesempatan kepada anggota
untuk mengekpresikan perasaan dan mendiskusikan perasaan untuk
penyelesaian masalah.

 Model komunikasi
Model komunikasi menggunkan prinsip-prinsip teori komunikasi dan
komunikasi terapeutik. Diasumsikan bahwa disfungsi atau komunikasi tak
efektif dalam kelompok akan menyebabkan ketidakpuasan anggota
kelompok, umpan balik tidak sekuat dari kohesi atau keterpaduan kelompok
menurun.
Leader mengajarkan kepada kelompok bahwa :

- Perlu berkomunikasi
- Anggota harus bertanggung jawab pada semua level, misalnya
komunikasi verbal, nonverbal, terbuka dan tertutup.
- Pesan yang disampaikan dapat dipahami orang lain
- Anggota dapat menggunakan teori komunikasi dalam membantu satu
dan yang lain untuk melakukan komunikasi efektif.
Model ini bertujuan membantu meningkatkan keterampilan interpersonal
dan sosial anggota kelompok. Selain itu teori komunikasi membantu
anggota merealisasikan bagaimana mereka berkomunikasi lebih efektif.
Model interpersonal
Sullivan mengemukakan bahwa tingkah laku (pikiran, perasaan,
tindakan) digambarkan melalui hubungan interpersonal.
Contoh: Interaksi dalam kelompok dipandang sebagai proses sebab akibat
dari tingkah laku anggota lain.
Pada teori ini terapis bekerja dengan individu dan kelompok.
Anggota kelompok ini belajar dari interaksi antar anggota dan terapis.
Melalui ini kesalahan persepsi dapat dikoreksi dan perilaku social yang
efektif dipelajari.
Perasaan cemas dan kesepian merupakan sasaran untuk
mengidentifikasi dan merubah tingkah laku/perilaku.
Contoh: tujuan salah satu aktifitas kelompok untuk meningkatkan
hubungan interpersonal. Pada saat konflik interpersonal muncul, leader
menggunakan situasi tersebut untuk mendorong anggota mendiskusikan
perasaan mereka dan mempelajari konflik apa yang membuat anggota
merasa cemas dan menentukan perilaku apa yang digunakan untuk
menghindari atau menurunkan cemas pada saat terjadi konflik
 Model psikodrama
Dengan model ini memotivasi anggota kelompok untuk berakting
sesuai dengan peristiwa yang baru terjadi atau peristiwa yang pernah lalu.
Anggota memainkan peran sesuai dengan yang pernah dialami.
Contoh: Klien memerankan ayahnya yang dominan atau keras.
f. Jenis Terapi Aktivitas Kelompok
 Terapi Aktivitas kelompok Stimulasi Kognitif/Persepsi
Klien dilatih mempersepsikan stimulus yang disediakan atau stimulus
yang pernah dialami. Terapi aktivitas kelompok stimulus kognitif/persepsi
adalah terapi yang bertujuan untuk membantu klien yang mengalami
kemunduran orientasi, menstimuli persepsi dalam upaya memotivasi proses
berfikir dan afektif serta mengurangi perilaku maladaftif.

Tujuan:

- Meningkatkan kemampuan orientasi-orientasi realita


- Meningkatkan kemampuan memusatkan perhatian
- Meningkatkan kemampuan intelektual
- Mengemukakan pendapat dan menerima pendapat orang lain
- Mengemukakan perasaannya

Karakteristik:

- Penderita dengan gangguan persepsi yang berhubungan dengan nilai-nilai


- Menarik diri dari realitas
- Inisiasi atau ide-ide negative
- Kondisi fisik sehat,dapat berkomunikasi verbal, kooperatif dan mau
mengikuti kegiatan.

 Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi Sensori


Aktivitas digunakan untuk memberikan stimulasi pada sensasi klien,
kemudian diobservasi reaksi sensori klien berupa ekspresi emosi atau
perasaan melalui gerakan tubuh, ekspresi muka, ucapan. Terapi aktivitas
kelompok untuk menstimulasi sensori pada penderita yang mengalami
kemunduran fungsi sensoris. Teknik yang digunakan meliputi fasilitas
penggunaan panca indera dan kemampuan mengekspresikan stimulus baik
dari internal maupun eksternal.

Tujuan :

- Meningkatkan kemampuan sensori


- Meningkatkan upaya memusatkan perhatian
- Meningkatkan kesegaran jasmani
- Mengekspresikan perasaan

 Terapi Aktivitas Kelompok Orientasi Realitas


Klien diorientasikan pada kenyataan yang ada disekitar klien yaitu diri
sendiri, orang lain yang ada disekeliling klien atau orang yang dekat dengan
klien, lingkungan yang pernah mempunyai hubungan dengan klien dan waktu
saat ini dan yang lalu.
Terapi aktivitas kelompok orientasi realitas adalah pendekatan untuk
mengorientasikan klien terhadap situasi nyata (realitas). Umumnya
dilaksanakan pada kelompok yang mengalami gangguan orientasi terhadap
orang, waktu dan tempat, Teknik yang digunakan meliputi inspirasi represif,
interaksi bebas maupun secara didaktik.

Tujuan:

- Penderita mampu mengidentifikasi stimulus internal (pikiran, perasaan,


sensasi somatic) dan stimulus eksternal (iklim, bunyi, situasi alam sekitar).
- Penderita dapat membedakan antara lamunan dan kenyataan
- Pembicaraan penderita sesuai realitas
- Penderita mampu mengenal diri sendiri
- Penderita mampu mengenal orang lain, waktu dan tempat.

Karakteristik:

- Penderita dengan gangguan orientasi realita (GOR); seperti halusinasi,


ilusi, waham, dan depresionalisasi) yang sudah dapat berinteraksi dengan
orang lain.
- Penderita dengan GOR terhadap orang lain, waktu dan tempat yang sudah
dapat berinteraksi dengan orang lain

 Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi


Klien dibantu untuk melakukan sosialisasi dengan individu yang ada
disekitar klien. Kegiatan sosialisasi adalah terapi untuk meningkatkan
kemampuan klien dalam melakukan interaksi social maupun berperan dalam
lingkungan social. Sosialisasi dimaksudkan memfasilitasi psikoterapis

Untuk :

- Memantau dan meningkatkan hubungan interpersonal


- Memberi tanggapan terhadap orang lain.
- Mengekspresikan ide dan tukar persepsi.
- Menerima stimulus eksternal yang berasal dari lingkungan.
Tujuan umum:

Mampu meningkatkan hubungan interpersonal antar anggota kelompok,


berkomukasi saling memperhatikan, member tanggapan terhadap orang lain,
mengekspresikan ide serta menerima stimulus eksternal.

Tujuan khusus:

- Penderita mampu menyebutkan identitasnya


- Menyebutkan identitas penderita lain
- Berespon terhadap penderita lain
- Mengikuti aturan main
- Mengemukakan pendapat dan perasannya

Karakteristik:

- Penderita kurang berminat atau tidak ada inisiatif untuk mengikuti kegiatan
ruangan
- Penderita sering berada ditempat tidur
- Penderita menarik diri, kontak social kurang
- Penderita dengan harga diri rendah
- Penderita gelisah, curiga, takut, dan cemas.
- Tidak ada inisiatif memulai pembicaraan, menjawab seperlunya, jawaban
sesuai pertanyaan
- Sudah dapat menerima trust, mau berinteraksi, sehat fisik.

 Penyaluran Energi
Penyaluran energy merupakan teknik untuk menyalurkan energy secara
konstruktif dimana memungkinkan pengembangan pola-pola penyaluran energy
seperti katarsis, peluapan marah dan rasa batin secara konstruktif dengan tanpa
menimbulkan kerugian pada diri sendiri maupun lingkungan.

Tujuan:
- Menyalurkan energy, destruktif ke konstruktif.
- Mengekpresikan perasaan
- Meningkatkan hubungan interpersonal

g. Tahapan-tahapan dalam Terapi Aktifitas Kelompok


Menurut Yalom, yang dikutip Stuart & Sundeen, 1995. Menggambarkan fase-fase
dalam terapi aktivitas kelompok adalah sebagai berikut:

a) Pre kelompok
Dimulai dengan membuat tujuan, merencanakan siapa yang menjadi leader,
anggota tempat dan waktu kegiatan kelompok akan dilaksanakan serta membuat
proposal lengkap dengan media yang akan digunakan beserta dana yang dibutuhkan.

b) Fase Awal
Pada fase ini terdapat 3 tahapan yang terjadi,yaitu orientasi,konflik atau
kebersamaan
Orientasi :
Anggota mulai mencoba mengembangkan system social masing-masing,lender
mulai menunjukan rencana terapi dan mengambil kontrak dan anggota.
Konflik :
Merupakan masa sulit dalam proses kelompok,anggota mulai memikirkan siapa
yang berkuasa dalam kelompok,bagaimana peran anggota,tugasnya dan saling
ketergantungan yang akan terjadi.
Kebersamaan :
Anggota mulai bekerjasama untuk mengatasi masalah,anggota mulai
menemukan siapa dirinya.
c) Fase Kerja
Pada tahap ini kelompok sudah menjadi tim :

- Merupakan fase yang menyenangkan bagi pemimpin dan anggotanya


- Perasaa positif dan negative dapat di koreksi dengan hubungan saling percaya
yang telah terbina
- Semua anggota bekerja sama untuk mencapai tujuan yang telah di sepakati.
- Tanggung jawab merata,kecemasan menurun,kelompok lebih stabil dan
realistis
- Kelompok mulai mengksporasi lebih jauh sesuai dengan tujuan dan tugas
kelompok dalam menyelesaikan tugasnya
- Fase ini di tandai dengan penyelesaian masalah yang kreatif

Petunjuk untuk leader pada fase ini :


- Intervensi leader di dasari pada keragka kerja teoritis, pengalaman, personaliy
dan kebutuhan kelompok serta anggotanya
- Membantu perkembangan keutuhan kelompok dan mempertahankan batasanya,
mendorong kelompok bekerja pada tugasnya.
- Intervensi langsung dittunjukan untuk menolong kelompok mengatasi masalah
khusus

d) Fase Terminasi
Ada 2 jenis terminasi akhir dan terminasi sementara.Anggota kelompok
mungkin mengalami terminasi premature,tidak sukses atau sukses.Terminasi dapat
menyebabkan kecemasan,regresi, dan kecewa.Untuk menghindari hal ini terapis perlu
mengevaluasi kegiatan dan menunjukan sikap betapa bermaknanya kegiatan
tersebut,mengajurkan anggota untuk member umpan balik pada tiap
anggota.Terminasi tidak boleh disangkai,tetapi harus tuntas didiskusikan.Akhir terapi
aktivitas kelompok harus di evaluasi,bias melalui pre dan post test
h. Terapis
Terapis adalah orang yang dipercaya untuk memberikan terapi kepada klien yang
mengalami ganguan jiwa. Adapun terapis antara lain :

- Perawat
- Psikoater
- Psikolog
- Dokter
- Fisioterapis
- Speech terapis
- Occupationl terapis
- Social worker

Persyaratan dan kualitas terapis :


Menurut Globy, Kenneth Mark seperti yang dikutip Depkes RI menyatakan
bahwa persyaratan dan kualifikasi untuk terapi aktivitas kelompok adalah :
a) Pengetahuan pokok tentang pikiran-pikiran dan tingkah laku normal dan patologi
dalam budaya setempat
b) Memiliki konsep teoritis yang padat dan logis yang cukup sesuai untuk
dipergunakan dalam memahami pikiran-pikiran dan tingkah laku yang normal
maupun patologis
c) Memiliki teknis yang bersifat terapeutik yang menyatu dengan konsep-konsep yang
dimiliki melalui pengalaman klinis dengan pasien.
d) Memiliki kecakapan untuk menggunakan dan mengontrol institusi untuk membaca
yang tersirat dan menggunakannya secara empatis untuk memahami apa yang
dimaksud dan dirasakan pasien dibelakang kata-katanya.
e) Memiliki kesadaran atas harapan-harapan sendiri, kecemasan dan mekanisme
pertahanan yang dimiliki dan pengaruhnya terhadap teknik terapeutiknya
f) Harus mampu menerima pasien sebagai manusia utuh dengan segala kekurangan
dan kelebihannya.

i. Peran Perawat Dalam Terapi Aktifitas Kelompok


Peran perawat jiwa profesional dalam pelaksanaan terapi aktivitas kelompok pada
penderita skizofrenia adalah :
a) Mempersiapkan program terapi aktivitas kelompok
Sebelum melaksanakan terapi aktivitas kelompok, perawat harus terlebih
dahulu harus membuat proposal. Proposal tersebut akan dijadikan panduan dalam
pelaksanaan  terapi aktivitas kelompok, komponen yang dapat disusun meliputi :
deskripsi, karakteristik klien, masalah keperawatan, tujuan dan landasan teori,
persiapan alat, jumlah perawat, waktu pelaksanaan, kondisi ruangan  serta uraian
tugas terapis.
b) Tugas sebagai leader dan coleader
Meliputi tugas menganalisa dan mengobservasi pola-pola komunikasi yang
terjadi dalam kelompok, membantu anggota kelompok untuk menyadari dinamisnya
kelompok, menjadi motivator, membantu kelompok menetapkan tujuan dan
membuat peraturan serta mengarahkan dan memimpin jalannya terapi aktivitas
kelompok
c) Tugassebagaifasilitator
Sebagai  fasilitator, perawat ikut serta dalam kegiatan kelompok sebagai
anggota kelompok dengan tujuan  memberi stimulus pada anggota kelompok lain
agar dapat mengikuti jalannya kegiatan.
d) Tugas sebagai observer
Tugas seorang observer meliputi : mencatat serta mengamati respon penderita,
mengamati jalannya proses terapi aktivitas dan menangani peserta/ anggota
kelompok yang drop out.
e) Tugas dalam mengatasi masalah yang timbul saat pelaksanaan terapi
Masalah yang mungkin timbul adalah kemungkinan timbulnya sub kelompok,
kurangnya keterbukaan, resistensi baik individu atau kelompok dan adanya anggota
kelompok yang drop out.
Cara mengatasi masalah tersebut tergantung pada jenis kelompok terapis,
kontrak dan kerangka teori yang mendasari terapi aktivitas tersebut.
f) Program antisipasi masalah
Merupakan intervensi keperawatan yang dilakukan untuk mengantisipasi
keadaan yang bersifat darurat (emergensi dalam terapi) yang dapat mempengaruhi
proses pelaksanaan terapi aktivitas kelompok.
Dari rangkaian tugas diatas, peranan ahli terapi utamanya adalah sebagai
fasilitator. Idealnya anggota kelompok sendiri adalah sumber primer penyembuhan
dan perubahan.
D. TERAPI MODALITAS DI MASYARAKAT
Salah satu terapi modalitas yang biasanya diterapkan disuatu masyarakat yaitu
menggunakan terapi Senam Kaki Diabetes Melitus.
1. Senam Kaki Diabetes Melitus
Senam adalah serangkaian gerak nada yang teratur, terarah, serta terencana
yang dilakukan secara sendiri atau berkelompok dengan maksud meningkatkan
kemampuan fungsional raga (Adenia, 2010). Senam kaki diabetes melitus adalah
kegiatan atau latihan yang dilakukan oleh masyarakat yang menderita diabetes melitus
untuk mencegah terjadinya luka dan membantu memperlancar peredaran darah bagian
kaki. (Setyoadi & Kushariyadi, 2011).
2. Manfaat Senam Kaki Diabetes Melitus
Menurut Setyoadi & Kushariyadi, 2011. Senam kaki bermanfaat untuk:
1) Memperbaiki sirkulasi darah, memperkuat otot-otot kecil kaki, dan mencegah
terjadinya kelainan bentuk kaki,
2) Meningkatkan kekuatan otot betis, otot paha,
3) Mengatasi keterbatasan pergerakan sendi.
3. Indikasi Senam Kaki Diabetes Melitus
1) Diberikan pada semua penderita diabetes melitus (DM tipe I maupun tipe II)
2) Sebaiknya diberikan sejak seseorang didiagnosa menderita diabetes melitus
sebagai tindakanpencegahaan dini.
4. Kontraindikasi Senam Kaki Diabetes Melitus
1) Penderita yang mengalami perubahan fungsi fisiologis seperti dispnea dan
nyeri dada.
2) Penderita yang mengalami depresi, khawatir dan cemas.
5. Teknik Senam Kaki Diabetes Melitus
Persiapan Alat dan Lingkungan:
1) Kertas koran dua lembar.
2) Kursi (jika tindakan dilakukan dalam posisi duduk),
3)  Sarung tangan,
4) Lingkungan yang nyaman dan jaga privasi penderita.
6. Persiapan klien: lakukan kontrak topik, waktu, tempat dan tujuan dilaksanakan
senam kaki diabetes melitus.
Prosedur
1) Perawat mencuci tangan,
2) Jika dilakukan dalam posisi duduk maka posisikan klien duduk tegak di atas
bangku dengan kaki menyentuk lantai,
3)  Dengan meletakkan tumit dilantai, jari-jari kedua kaki diluruskan ke atas lalu
dibengkokkan kembali ke bawah seperti cakar ayam sebanyak 10 kali.
4)  Dengan meletakkan tumit salah satu kaki di lantai, angkat telapak kaki ke atas.
Pada kaki lainnya, jari-jari kaki diletakkan di lantai dengan tumit kaki
diangkatkan ke atas. Cara ini dilakukan bersaman pada kaki kiri dan kanan
secara bergantian dan diulangi sebanyak 10 kali,
5)  Tumit diletakkan di lantai. Bagian ujung kaki di angkat ke atas dan buat
gerakan memutas dengan pergerakan pada pergelangan kaki sebanyak 10 kaki,
6) Jari-jari kaki diletakkan dilantai. Tumit diangkat dan buat gerakan memutar
dengan pergerakan pada pergelangan kaki sebanyak 10 kali,
7) Angkat salah satu lutut kaki, dan luruskan. Gerakan jari-jari ke depan turunkan
kembali secara bergantian ke kiri dan ke kanan. Di ulangi sebanyak 10 kali,
8)  Luruskan salah satu kaki di atas lantai kemuadian angkat kaki tersebut dan
gerakkan ujung kaki ke arah wajah lalu turunkan kembali kelantai,
9) Angkat kedua kaki lalu luruskan. Ulangi langkah ke-8, namun gunakan kedua
kaki secara bersamaan. Ulangi sebanyak 10 kali,
10)  Angkat kedua kaki dan luruskan, pertahankan posisi tersebut. Gerakan
pergelangan kaki ke depan dan ke belakang,
11) Luruskan salah satu kaki dan angkat, putar kaki pada pergelangan kaki,
tuliskan pada udara dengan kaki dari angka 0 hingga 10 lakukan secara
bergantian
12) Letakkan sehelai koran dilantai. Bentuklah koran tersebut menjadi seperti bola
dengan kedua kaki. Kemudian, buka bola itu menjadi lembaran seperti semula
menggunaka keduakaki. Cara ini dilakukan hanya sekalai saja.
a. Lalu sobek koran menjadi dua bagian, pisahkan kedua bagian koran,
b. Sebagian koran disobek menjadi kecil dengan kedua kaki,
c. Pindahkan kumpulan sobekan tersebut dengan kedua kaku lalu letakkan
sobekan koran pada bagian kertas yang utuh,
d. Bungkus semuanya dengan kedua kaki menjadi bentuk bola.
DAFTAR PUSTAKA

Ah. Yusuf, Rizky Fitryasari PK, Hanik Endang Nihayati. 2015. Buku Ajar Keperawatan
Kesehatan Jiwa. Jakarta : Salemba Medika
Depkes RI. 2000. Keperawatan Jiwa: teori dan Tindakan Keperawatan Jiwa. Jakarta: Depkes
RI.
Direja, Ade Herman Surya. 2011. Buku Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Nuha Medika.
Kusumawati, Faridan dan Yudi Hartono. 2010. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: Salemba
Medika.
Nasir , Abdul dan Abdul Muhith. 2011. Dasar-dasar Keperawatan Jiwa: Pengantar Teori.
Jakarta: Salemba Medika.
Stuart, G.W. dan Sudden, S.J. 1995. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Terjemahan dari Pocket
Guide to Psyciatric Nursing, oleh Achir Yani S. Hamid. 3rd end. Jakarta: EGC.
Videbeck, S.L. 2008. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai