Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Gangguan jiwa atau penyakit jiwa merupakan penyakit dengan multi kausal, suatu
penyakit dengan berbagai penyebab yang sangat bervariasi. Kausa gangguan jiwa selama ini
dikenali meliputi kausa pada area organobiologis, area psikoedukatif, dan area sosiokultural.
Dalam konsep stress-adaptasi penyebab perilaku maladaptive dikostrukkan sebagai tahapan
mulai adanya factor predisposisi, factor presipitasi dalam bentuk stressor pencetus, kemampuan
penilaian terhadap stressor, sumber koping yang dimiliki, dan bagaimana mekanisme koping yang
dipilih oleh seorang individu. Dari sini kemudian baru menentukan apakah perilaku individu
tersebut adaptif atau maladaptive.
Banyak ahli dalam kesehatan jiwa memiliki persepsi yang berbeda-beda terhadap apa
yang dimaksud gangguan jiwa dan bagaimana gangguan perilaku terjadi. Perbedaan pandangan
tersebut tertuang dalam bentuk model konseptual kesehatan jiwa. Pandangan model psikoanalisa
berbeda dengan pandangan model social, model perilaku, model eksistensial, model medical,
berbeda pula dengan model stress adaptasi. Masing-masing model memiliki pendekatan unik
dalam terapi gangguan jiwa, antara lain dengan menggunakan pendekatan berdasarkan terapi
modalitas, Terapi Kerja dan terapi Rekreasi.
Perawat secara holistik harus bisa mengintegrasikan prinsip mind-body-spirit dan
modalitas (cara menyatakan sikap terhadap suatu situasi) dalam kehidupan sehari-hari dan
praktek keperawatannya. Terapi komplementer menjadi salah satu cara bagi perawat untuk
menciptakan lingkungan yang terapeutik dengan menggunakan diri sendiri sebagai alat atau
media penyembuh dalam rangka menolong orang lain dari masalah kesehatan. Terapi Rekreasi
digunakan bersama-sama dengan terapi medis conventional.
Sebenarnya terapi kerja dan rekreasi telah banyak ada di Indonesia, hanya saja peran
perawat belum begitu terlihat. Oleh karenanya makalah ini dibuat (disusun).

B. Ruang Lingkup Penulisan


Sehubungan dengan keterbatasan yang ada pada penulis yaitu waktu, pengalaman dan
pengetahuan serta keterbatasan sumber yang ada, maka dalam penulisan makalah ini, penulis
membatasi ruang lingkup masalahnya pada Modalitas Terapi kerja dan Rekreasi .

C. Tujuan Penulisan
1.

Tujuan Umum

Agar Mahasiswa mampu mengembangkan pola pikir ilmiah dalam melaksanakan


Modalitas Terapi Kerja dan Rekreasi.

2.

Tujuan Khusus

a.

Agar mahasiswa/i mampu memahami Pengertian terapi modalitas

b.

Agar mahasiwa/i mampu Memahami Jenis-jenis terapi modalitas

c.

Agar mahasiswa/i mampu memahami terapi kerja

d.

Agar mahasiswa/i mampu memahami terapi rekreasi.

D. Metode Penulisan

Dalam penyusunan studi kasus ini, penulis menggambarkan metode


deskriptif (mula-mula data/fakta dikumpulkan, dianalisa, kemudian disimpulkan).
Adapun teknik pengumpulan datanya dengan Studi kepustakaan, yaitu mempelajari
dan menganalisa bahan bacaan dari berbagai referensi sesuai dengan masalah yang
dibahas.

BAB II
TINJAUAN TEORI
A. KONSEP DASAR
Terapi modalitas adalah suatu kegiatan dalam memberikan askep baik di institusimaupun di masyarakat
yg bermanfaat dan berdampak terapeutik..

B. PENGERTIAN
Terapi modalitas yaitu suatu terapi yang dilakukan dengan cara melakukan berbagai
pendekatan penanganan pada klien dengan gangguan jiwa. Terapi modalitas adalah terapi dalam
keperawatan jiwa, dimana perawat mendasarkan potensi yang dimiliki klien (modal-modality)
sebagai titik tolak terapi atau penyembuhan. Dapat juga didefinisikan terapi modalitas adalah
suatu pendekatan penanganan klien dengan gangguan yang bervariasi yang bertujuan untuk
mengubah prilaku klien dengan gangguan jiwa dengan prilaku maladaptifnya menjadi prilaku
yang adaptif

C. Jenis jenis Terapi Modalitas


Ada beberapa jenis terapi modalitas, yaitu diantaranya :
1. Terapi individual
2. Terapi lingkungan (milleu terapi), diantaranya :
Terapi rekreasi
Terapi kreasi seni
Pettheraphy
Planttheraphy
Terapi biologis atau terapi somatic
Terapi kognitif
Terapi okupasi
Terapi keluarga
Terapi kelompok
Terapi prilaku
Terapi bermain

Dalam Kasus Kali Ini saya hanya akan membahan Tentang Terapi Kerja (Okupasi) dan Terapi
Rekreasi.

BAB III
PEMBAHASAN
A.

TERAPI KERJA (OKUPASI)

1. Definisi
Terapi kerja atau terapi okupasi adalah suatu ilmu dan seni pengarahan partisipasi
seseorang untuk melaksanakan tugas tertentu yang telah ditetapkan. Terapi ini berfokus pada
pengenalan kemampuan yang masih ada pada seseorang, pemeliharaan dan peningkatan
bertujuan untuk membentuk seseorang agar mandiri, tidak tergantung pada pertolongan orang
lain (Riyadi dan Purwanto, 2009).
Terapi okupasi adalah usaha penyembuhan melalui kesibukan atau pekerjaan tertentu.
Terapi okupasi adalah salah satu jenis terapi kesehatan yang merupakan bagian dari rehabilitas
medis. Penekanan terapi ini adalah sebagai pada sensomotorik dan proses neurologi dengan cara
memanipulasi, memfasilitasi dan mengnibisi lingkungan, sehingga tercapai peningkatan,
perbaikan dan pemeliharaan kamampuan anak. Dengan memperhatikan asset (kemampuan) dan
Emitasi (keterbatasan) yang dimiliki anak, terapi ini bertujuan untuk membantu pertumbuhan dan
perkembangan anak.
Terapi okupasi adalah prilaku atau kegiatan kegiatan individu yang akan dilakukan pada
area kerja, perawatan diri dan rekreasi.
Terapi okupasi adalah suatu aktifitas aktifitas yang secara disadari dapat dilihat,
direncanakan dan menyenangkan.
Terapi okupasi adalah ilmu dan seni untuk mengarahkan partisipasi seseorang dalam
melaksanakan suatu tugas terpilih yang telah ditentukan dengan maksud mempermudah belajar
fungsi dan keahlian yang dibutuhkan dalam proses penyesuaian diri dengan lingkungan.
Prinsip :
Pasien tidak merasa dipaksa, tetapi memahami kegiatan ini sebagai suatu kebutuhan dan
akhir suatu keahlian yang dapat dijadikan bekal hidup.

2. Tujuan terapi okupasi


Adapun tujuan terapi okupasi menurut Riyadi dan Purwanto (2009), adalah:
a. Terapi khusus untuk mengembalikan fungsi mental.
1) Menciptakan kondisi tertentu sehingga klien dapat mengembangkan kemampuannya untuk dapat
berhubungan dengan orang lain dan masyarakat sekitarnya.
2) Membantu melepaskan dorongan emosi secara wajar.
3) Membantu menemukan kegiatan sesuai bakat dan kondisinya.
4) Membantu dalam pengumpulan data untuk menegakkan diagnosa dan terapi.

b. Terapi khusus untuk mengembalikan fungsi fisik, meningkatkan gerak, sendi, otot dan koordinasi
gerakan.
c. Mengajarkan ADL seperti makan, berpakaian, BAK, BAB dan sebagainya.
d. Membantu klien menyesuaikan diri dengan tugas rutin di rumah.
e. Meningkatkan toleransi kerja, memelihara dan meningkatkan kemampuan yang dimiliki.
f. Menyediakan berbagai macam kegiatan agar dicoba klien untuk mengetahui kemampuan mental dan
fisik, kebiasaan, kemampuan bersosialisasi, bakat, minat dan potensinya.
g. Mengarahkan minat dan hobi untuk dapat digunakan setelah klien kembali di lingkungan masyarakat.

3. Aktivitas
Muhaj (2009), mengungkapkan aktivitas yang digunakan dalam terapi okupasi, sangat dipengaruhi
oleh konteks terapi secara keseluruhan, lingkungan, sumber yang tersedia, dan juga oleh kemampuan si
terapi sendiri (pengetahuan, keterampilan, minat dan kreativitasnya).
a. Jenis
Jenis kegiatan yang dapat dilakukan meliputi: latihan gerak badan, olahraga, permainan tangan,
kesehatan, kebersihan, dan kerapian pribadi, pekerjaan sehari-hari (aktivitas kehidupan sehari-hari, seperti
dengan mengajarkan merapikan tempat tidur, menyapu dan mengepel), praktik pre-vokasional, seni (tari,
musik, lukis, drama, dan lain-lain), rekreasi (tamasya, nonton bioskop atau drama), diskusi dengan topik
tertentu (berita surat kabar, majalah, televisi, radio atau keadaan lingkungan) (Muhaj, 2009).
b. Aktivitas
Aktivitas adalah segala macam aktivitas yang dapat menyibukan seseorang secara produktif yaitu
sebagai suatu media untuk belajar dan berkembang, sekaligus sebagai sumber kepuasan emosional maupun
fisik. Oleh karena itu setiap aktivitas yang digunakan harus mempunyai karakteristik sebagai berikut:
1) Setiap gerakan harus mempunyai alasan dan tujuan terapi yang jelas. Jadi, bukan hanya sekedar
menyibukkan klien.
2) Mempunyai arti tertentu bagi klien, artinya dikenal oleh atau ada hubungannya dengan klien.
3) Klien harus mengerti tujuan mengerjakan kegiatan tersebut, dan apa kegunaanya terhadap upaya
penyembuhan penyakitnya.
4) Harus dapat melibatkan klien secara aktif walaupun minimal.
5) Dapat mencegah lebih beratnya kecacatan atau kondisi klien, bahkan harus dapat meningkatkan atau
setidaknya memelihara kondisinya.
6) Harus dapat memberi dorongan agar klien mau berlatih lebih giat sehingga dapat mandiri.
7) Harus sesuai dengan minat, atau setidaknya tidak dibenci olehnya.
8) Harus dapat dimodifikasi untuk tujuan peningkatan atau penyesuaian dengan kemampuan klien.

4. Indikasi terapi okupasi


Riyadi dan Purwanto (2009), menyatakan bahwa indikasi dari terapi okupasi sebagai berikut:
a. Klien dengan kelainan tingkah laku, seperti klien harga diri rendah yang disertai dengan kesulitan
berkomunikasi.
b. Ketidakmampuan menginterpretasikan rangsangan sehingga reaksi terhadap rangsang tidak wajar.
c. Klien yang mengalami kemunduran.
d. Klien dengan cacat tubuh disertai gangguan kepribadian.
e. Orang yang mudah mengekspresikan perasaan melalui aktivitas.
f. Orang yang mudah belajar sesuatu dengan praktik langsung daripada membayangkan.
5. Karakteristik aktivitas terapi

Riyadi dan Purwanto, (2009), mengemukakan bahwa karateristik dari aktivitas terapi okupasi, yaitu:
mempunyai tujuan jelas, mempunyai arti tertentu bagi klien, harus mampu melibatkan klien walaupun
minimal, dapat mencegah bertambah buruknya kondisi, dapat memberi dorongan hidup, dapat dimodifikasi,
dan dapat disesuaikan dengan minat klien.
6. Analisa aktivitas
Riyadi dan Purwanto (2009), menyatakan bahwa analisa dari kegiatan terapi okupasi, meliputi: jenis
kegiatan yang dilakukan seperti latihan gerak badan atau pekerjaan sehari-hari, maksud dan tujuan dari
kegiatan dilakukan dan manfaatnya bagi klien, sarana atau alat atau aktivitas dilakukan disesuaikan dengan
jenis kegiatan yang dilakukan, persiapan terhadap sarana pendukung dan klien maupun perawat,
pelaksanaan dari kegiatan yang telah direncanakan, kontra indikasi dan disukai klien atau tidak disukai yang
disesuaikan dengan kemampuan yang dimiliki oleh klien.
7. Proses terapi okupasi
Adapun proses dari terapi okupasi, sebagai berikut:
a. Pengumpulan data, meliputi data tentang identitas klien, gejala, diagnosis, perilaku dan kepribadian
klien. Misalnya klien mudah sedih, putus asa, marah.
b. Analisa data dan identifikasi masalah dari data yang telah dikaji ditegakkan diagnosa sementara tentang
masalah klien maupun keluarga.
c. Penentuan tujuan dan sasaran dari diagnosa yang ditegakkan dapat dibuat sasaran dan tujuan yang
ingin dicapai.
d. Penentuan aktivitas jenis kegiatan yang ditentukan harus disesuaikan dengan tujuan terapi.
e. Evaluasi kemampuan klien, inisiatif, tanggungjawab, kerjasama, emosi dan tingkah laku selama aktivitas
berlangsung. Dari hasil evaluasi rencanakan kembali kegiatan yang sesuai dan akan dilakukan. Evaluasi
dilakukan secara periodik, misalnya 1 minggu sekali dan setiap selesai melaksanakan kegiatan.

8. Pelaksanaan Terapi
Terapi okupasi dapat dilakukan secara individu maupun kelompok tergantung dari kondisi klien dan
tujuan terapi.
a. Metode
1) Individual: dilakukan untuk klien baru masuk, klien yang belum mampu berinteraksi dengan kelompok
dan klien lain yang sedang menjalani persiapan aktivitas.
2) Kelompok: klien dengan masalah sama, klien yang lama dan yang memiliki tujuan kegiatan yang sama.
Jumlah anggota kelompok yang nyaman adalah kelompok kecil yang anggotanya berkisar antara 5-12 orang
(Keliat dan Akemat, 2005). Jumlah anggota kelompok kecil menurut Stuart dan Laraia (2001, dalam Keliat dan
Akemat, 2005) adalah 7-10 orang, Rawlins, Williams, dan Beck (1993, dalam Keliat dan Akemat, 2005)
menyatakan jumlah anggota kelompok adalah 5-10 orang. Jika anggota kelompok terlalu besar akibatnya
tidak semua anggota mendapat kesempatan mengungkapkan perasaan, pendapat, dan pengalamannya. Jika
terlalu kecil, tidak cukup variasi informasi dan interaksi yang terjadi. Johnson (dalam Yosep, 2009)
menyatakan terapi kelompok sebaiknya tidak lebih dari 8 anggota karena interaksi dan reaksi interpersonal
yang terbaik terjadi pada kelompok dengan jumlah sebanyak itu. Apabila keanggotaanya lebih dari 10, maka
akan terlalu banyak tekanan yang dirasakan oleh anggota sehingga anggota merasa lebih terekspos, lebih
cemas, dan seringkali bertingkah laku irrasional.
b. Waktu
Terapi dilakukan 1-2 jam setiap sesi baik metode individual maupun kelompok dengan frekuensi
kegiatan per sesi 2-3 kali dalam seminggu. Setiap kegiatan dibagi menjadi 2 bagian, pertama: -1 jam yang

terdiri dari tahap persiapan dan tahap orientasi, kedua: 1-1/2 jam yang terdiri dari tahap kerja dan tahap
terminasi (Riyadi dan Purwanto, 2009).

B.

TERAPI REKREASI

1.

Definisi
Terapi reakreasi ialah suatu bentuk terapi yang mempergunakan media reakresi

(bermain, berolahraga, berdarmawisata, menonton TV, dan sebagainnya) dengan tujuan


mengurangi ketergantungan emosional dan memperbaiki prilaku melalui diskusi tentang kegiatan
reakresi yang telah dilakukan, sehingg perilaku yang baik diulang dan yang buruk dihilangkan.
Yaitu terapi yang menggunakan kegiatan pada waktu luang, dengan tujuan pasien dapat
melakukan kegiatan secara konstruktif dan menyenangkan sertamengembangkan kemampuan
hubungan social.
Terapi rekreasi membantu untuk menyembuhkan orang dengan cara yang positif
dan juga sebagai per umpan balik dari pasien dan penelitian, orang-orang yang menggunakan
terapi ini jarang depresi atau stres karena penyakit mereka.
2.
a.

Tujuan
Tujuan Umum
Setelah mendapatkan terapi selama 1-2 jam klien mampu melakukan kegiatan secara

konstruktif dan menyenangkan serta mengembangkan kemampuan hubungan sosial


b.

Tujuan Khusus

1) Mampu mengikuti terapi rekreasi dengan baik


2) Mampu melakukan rekreasi secara independent.
3) Mampu meningkatkan fungsi sosial.
4) Mampu meningkatkan ekspresi kreatif.
3.

Manfaat Terapi Rekreasi

a. Meninggkatkan kesejahteraan fisik (berat menejemen, diabetes dan hipertensi).


b. Meningkatkan kekuatan dan daya tahan menggunakan berbagai modalitas pengobatan.
c. Positif manajemen strategi untuk mengatasi prilaku yang tidak di inginkan.
d. Penurunan kecemasan.
e. Meningkatkan pengetahuan sumber daya masyarakat.
f. Penurunan isolasi sosial.
g. Meningkatkan fungsi sosial.
h. Pengembangan ketrampilan rekreasi baru.
i. Meningkatkan kemandirian dalam fungsi rekreasi.
j. Perkaya rohani pembangunan.
k. Meningkatkan ekspresi kreatif.

l. Meningkatkan manajemen waktu luang.


m. Partisipasi rekreasi Independent.

4.

Metode
Terapi rekreasi dapat dilakuakn baik secara individual maupun dengan berkelompok

tergantung darikeadaan pasien itu sendiri, serta jumlah tenaga medis (theraphyst) yang ada.
Adapun tujuan darimetode ini yaitu :
a. Individu :
1) Klien dapat mengungkapkan perasaannya tanpa dalam keadaan tertekan dan dalam keadaanrileks.
2) Mendapatkan lebih banyak informasi sekaligus mempermudah dalam melakukan evaluasi.
3) Bagi klien yang cenderung tidak berani mengungkapkan perasaannya, dapat mengungkapkanpera
saaan lebih dalam tentang apa yang dirasakan.
4) Klien mampu meningkatkan menejement waktu luang.
5) Klien memiliki pengembangan ktrampilan rekreasi baru.
b. Kelompok :
1) Klien dapat bersosialisasi dengan rekan rekan lainnya dalam kelompok tersebut.
2) Klien dapat belajar terbuka terhadap orang lain mengenai perasaan serta masalah yangdihadapiny
a.
3) Klien dapat bertukar pikiran dan saling mengisi dengan rekan rekan satu kelompok yanglainnya
serta belajar untuk menemukan problem solving dari perasaan yang dirasakan oleh klien.
4) Klien tidak merasa mengalami penurunan isolasi sosial.
5) Klien dapat meningkatkan fungsi sosial dalam bermasyarakat
5. Waktu
Terapi rekreasi dilakukan antara 1 sampai 2 jam setiap session baik individu maupun
kelompoksetiap hari, 2 kali atau 3 kali seminggu tergantung kesiapan pasien, tujuan
terapi,tersedianya tenaga dan fasilitas dan sebagainya. Ini dibagi menjadi 2 bagian yaitu 1 jam
untukberdiskusi dan saling bertukar pendapat dengan therapist ataupun rekan pasien lainnya dan
1 jamuntuk melakukan evaluasi hasil diskusi. Dalam evaluasi ini dibicarakan
mengenai pelaksanaanpelaksanaan tersebut, antara lain kesulitan yang dihadapi oleh pasien ,
problem solving yangditemukan baik untuk rekan pasien maupun dari petugas medis (therapist),
perasaan yang dirasakanoleh klien setelah dilakukan tindakan tersebut.

6.

Media

Dalam pelaksanaan dari terapi rekreasi ini merupakan suatu hal yang
sangat diperhitungkan, karenakeberhasilan dari terapi ini sangat tergantung dari media yang
digunakan.

a.

Tempat
Beberapa orang mengemukakan ruang yang cukup tenang dengan udara yang sejuk,

taman, alambebas seperti: pegunungan dan danau merupakan tempat yang cukup baik untuk
digunakan sebagaisarana terapi rekreasi.
Dimana dalam tempat ini pasien dapat merasa nyaman serta relaks sehinggapasien
mampu mengungkapkan perasaannya tanpa harus merasa tertekan.
Pada keadaan tertentu pada terapi rekreasi yang dilakukan dalam ruangan, harus
ditambahkanpenggunaan media lain seperti suara music dapat meningkatkan rasa nyaman
pasien.
Bila terapi ini dilakukan didalam ruangan sifatnya berkelompok, akan lebih efektif jika
terdiri dari 4 sampai 6 orang pada pasien yang mengalami KIS.
Jumlah ini relative efektif bagi therapist sertapasien dalam pelaksanaan terapi.
b.

Music
Music merupakan salah satu media rekreasi juga dapat ditambahkan saat melakukan

terapi .keberadaan music juga dapat membuat pasien merasa lebih tenang dan nyaman.
Pada perkembangan terapannya , terapi music juga sempat disebut sebagai terafi
alternative karenadigunakan bila penanganan medis lain sudah dianggap sudah tidak memadai
lagi.
Misalnya dalamkasus autism dan katatonia(kekakuan sekujur badan disebabkan
gangguan psikologis), ketikakemampuan verbal menjadi hilang, terapi music diharapkan dapat
memberikan sumbangan yanglebih bemanfaat Music mampu menghadirkan rasa emosi tertentu,
bahkan respon fisik.
Untuk pasie-pasien jiwa,music dapat membantu mereka untuk berkumpul dan bersam
sebagai keluarga dan mengingatkanmereka pada saat membahagiakan yang pernah terjadi pada
diri mereka sehingga pasien lebihtenang menghadapi masalahnya.
Beberapa hasil penelitian menunjukan bahwa efek biologis dari suara dan music
dapatmengakibatkan:
a. Energy otot akan meningkat atau menurun terkait dengan stimulasi irama.
b. Tarikan nafas dapat menjadi cepat atau berubah secara teratur.
c. Membuat tubuh dan pikiran terasa rileks. Tubuh dan pikiran yang rileks akan meningkkatkanke
mpuan penyembuhan diri secara alami. Terapi music ini nsangat cocok untuk pasien
yang sedangdalam masa penyembuhan.
d. Timbulnya berbagai efek pada denyut jantung, tekanan darah, fungsi endokrin.

e. Berkurangnya stimulus sensori dalam berbagai tahapan.


f. Kelelahan berkurang atau tertunda, tetapi ketegangan otot meningkat.
g. Perubahan yang meningkatkan elektrisitas tubuh.
h. Perubahan pada metabolism dan biosintesis pada beberapa proses enzimc.

Komunikasi Terapeutik Komunikasi yang terapeutik juga akan mempengaruhi perasaan klien dan
keberhasilan dari terapirekreasi. Seorang teraphyst harus dapat menggunakan metode ini saat
berkomunikasi dengan baikuntuk menumbuhkan rasa percaya klien.Manfaat komunikasi
terapeutik pada klien adalah mendorong dan menganjurkan kerja sama antaraperawat dan klien
melalui hubungan perawat dan klien. Mengidentifikasi, mengungkap perasaandan mengkaji
masalah dan evaluasi tindakan yang dilakukan oleh perawat.Berbicara dengan tenang, sopan,
dan sambil menatap mata klien dapat menumbuhkan rasa percayaklien pada seorang theraphyst.
Apabila klien dan theraphyst dapat membina hubungan salingpercaya maka klien akan dapat
mengemukakan perasaannya dengan jujur tanpa harus takut dantidak memanipulasi keadaan
sehingga besar kemungkinan therapy ini akan berhasil.
7.

Terminasi
Keterlibatan seseorang klien dalam menjalani kegiatan terapi rekreasi ini dapat diakhiri

apabilakeadaan klien itu sendiri sudah menunjukkan perkembangan kearah yang lebih baik
dari sebelumnya seperti :
1) Klien mampu diajak berkomunikasi.
2) Klien mampu mencurahkan perasaan mampu menceritakan masalah yang dialaminya.
3) Klien mampu dalam bersosialisasi dengan orang lain.
4) Klien tidak mengalami penurunan isolasi sosial.
5) Klien mampu menemukan problem solving atas permasalahan, baik yang dirasakan maupunperma
salahan orang lain.
6) Klien tampak lebih tenang dan rilaks dari yang sebelumnya.
7) Klien mampu meningkatkan manajemen waktu luang.
8) Klien memiliki pengembangan ketrampilan rekreasi baru.

BAB IV
PENUTUP
Dalam Modalitas Terapi Kerja (Okupasi) dan Rekreasi yang penulis pelajari bahwa Manusia
mengalami resiko tinggi Gangguan kejiwaan yang tampak sesuai dengan keadaan pasien.adapun
kesimpulan dan saran yang penulis buat adalah sebagai berikut:

A. KESIMPULAN
1.

Dari pembahasan tentang materi terapi Kerja (Okupasi) diatas dapat kami simpulkan

beberapa hal sebagai berikut :


-

Pengertian : terapi okapasi adalah usaha penyembuhan melalui kesibukan atau pekerjaan

tertentu.
Sasaran : Pemulihan, pengembangan, pemeliharaan fisik, intelektual, social, dan emosi.
Fisik: Kecepatan bergerak dan kekuatan pemeliharaan daerah gerak sendi kontrol otot
Intelektual: Menyelesaikan masalah yang dihadapi meningkatkan daya kreativitas, integrasi
antara otot dan pengetahuan pasien, ekspresi perasaan klien.
Sosial dan Emosi : Peningkatan hubungan yang sehat di dalam kelompok. Menjalankan
aturan main dalam kelompok, memimpin dan mengikuti kepemimpinan orang lain.
Tujuan : terapi okupasi tidak hanya sebatas aktivitas fisik, tetapi mencakup pengembangan
intelektual, social, emosi, maupun kreatifitas.
Diversional : Terapi okupasi dapat di gunakan untuk mengalihkan perhatian agar tidak terjadi
neorosis ( kegagalan individu memecahkan masalah atau tuntutan dimasyarakat yang
membuatnya terganggu dalam pemeliharaan maupun penyesuaian diri )
Pemulihan Fungsional : Membuat persediaan otot, dan kondisi tubuh umumnya berfungsi
sebagaimana mestinya sehingga dapat memenuhi kebutuhan hidup.
Latihan dan Prefokasional. : Memberi peluang persiapan menghadapi tugas, pekerjaan atau
profesi yang sesuai dengan kondisinya.
Terapi modalitas adalah terapi dalam keperawatan jiwa, dimana perawat mendasarkanpotensi
yang dimiliki klien (modal-modality) sebagai titik tolak terapi atau penyembuhan. Teerapirekreasi
merupkan salah satu jenis dari terapi modalitas dimana terapi ini menggunakan kegiatanpada
waktu luang, dengan tujuan klien dapat melakuakan kegiatan secara konstruktif
danmenyenangkan serta mmengembangkan kemampuan hubungan sosial. Terapi ini memiliki
beberapatuujuan yaitu: Mampu mengikuti terapi rekreasi dengan baik;
Mampu melakukan rekreasi secaraindependent; Mampu meningkatkan fungsi sosial,dan
mampu meningkatkan ekspresi kreatif.

B. SARAN
1.

Bagi keluarga klien Terapi Kerja (Okupasi)

Berikan dukungan dan support dalam terapi okupasi kepada klien

Dapatkan tim yang jelas tentang tujuan dan tindakan terapi dari tim medis.

Kenali gejala-gejala yang timbul dan segera memerlukan perawatan medis

Bagi perawat atau tim medis

Tetapkan intervensi terapi okupasi sesuai dengan hasil pengkajian

Berikan informasi yang jelas kepada keluarga maupun klien tentang tujuan dan tindakan yang

akan di lakukan.
-

Berikan penyuluhan mengenai penyebab, gejala, pengobatan dan pencegahan.

DAFTAR PUSTAKA

http://wdnurhaeny.blogspot.com/2010/02/terapi-okupasi-dan-rehabilitasi-wnes.html
Keliat, B.A. dan Akemat. 2005. Keperawatan Jiwa: Terapi Akitivitas Kelompok. Jakarta: EGC.
Muhaj, K. 2009. Terapi Okupasi dan Rehabilitasi.
Keliat,Budi Anna. 2004. Keperawatan Jiwa: Terapi Aktivitas Kelompok. Jakara: EGC
Kusmawati, Farida. 2010. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: Salemba Medika
Purwaningsih, Wahyu. 2009. Asuhan Keerawatan Jiwa. Yogyakarta: Nuha Medika
Riyadi, Sujono. 2009. Asuhan Keeperawatan Jiwa. Yogyakarta: Graha Ilmu
Ann. 2010. Aktivitas Fungsional dan Terapi Rekreasi. 29 Mei 2010. Ann8110 blogspot. (Diakses 13 Juni
2011) http://kumpulanmaterikeperawatan.blogspot.com/2011/05/laporan-terapi- kelompok.html

http://mydikaroom.blogspot.co.id/2015/07/terapi-modalitas.html

Anda mungkin juga menyukai