Pengertian
Terapi modalitas adalah terapi utama dalam keperawatan jiwa. Terapi ini di berikan dalam
upaya mengubah perilaku klien dari perilaku maladaptif menjadi perilaku adaptif (Keliat,
2004).
Terapi modalitas adalah terapi dalam keperawatan jiwa, dimana perawat mendasarkan potensi
yang dimiliki klien (modal-modality) sebagai titik tolak terapi atau penyembuhannya (Sarka,
2008).
Terapi Modalitas merupakan terapi utama dalam keperawatan jiwa. Terapi ini diberikan dalam
upaya mengubah perilaku pasien dari perilaku yang maladaptif menjadi perilaku yang adaptif
( Prabowo, 2014).
Terapi modalitas keperawatan jiwa merupakan bentuk terapi non-farmakologis yang dilakukan
untuk memperbaiki dan mempertahankan sikap klien agar mampu bertahan dan bersosialisasi
dengan lingkungan masyarakat sekitar dengan harapan klien dapat terus bekerja dan tetap
berhubungan dengan keluarga, teman, dan sistem pendukung yang ada ketika menjalani terapi
(Nasir dan Muhits, 2011).
Tujuan
Tujun dilaksanakannya terapi modalitas dalam keperawatan jiwa adalah:
1. Menimbulkan kesadaran terhadap salah satu perilaku pasien
2. Mengurangi gejala gangguan jiwa
3. Memperlambat kemunduran
4. Membantu adaptasi terhadap situasi sekarang
5. Membantu keluarga dan orang-orang yang berarti
6. Mempengaruhi keterampilan merawat diri sendiri
7. Meningkatkan aktivitas
8. Meningkatkan kemandirian (Prabowo,2014).
Jenis-jenis terapi modalitas
1. Terapi Okupasi
Terapi kerja atau terapi okupasi adalah suatu ilmu dan seni pengarahan partisipasi
seseorang untuk melaksanakan tugas tertentu yang telah ditetapkan. Terapi ini berfokus
pada pengenalan kemampuan yang masih ada pada seseorang, pemeliharaan dan
peningkatan bertujuan untuk membentuk seseorang agar mandiri, tidak tergantung pada
pertolongan orang lain (Riyadi dan Purwanto, 2009)
2. Terapi Aktivitas Kelompok
Terapi kelompok adalah terapi psikologis yang dialakukan secra kelompok untuk
memberikan stimulasi bagi pasien dengan gangguan interpersonal (Yosep,2008)
3. Terapi Lingkungan (Milieu Therapy)
Terapi lingkungan adalah bentuk terapi menata lingkungan agar terjadi perubahan perilaku
pada klien dari perilaku maladaptive menjadi perilaku adaptif. Terapis menggunakan
semua lingkungan rumah sakit dalam arti terapeutik. Bentuknya adalah memberi
kesempatan klien untuk tumbuh dan berubah perilaku dengan memfokuskan pada nilai
terapeutik dalam aktivitas dan interaksi.
4. Terapi keluarga
Terapi keluarga adalah model terapi yang bertujuan mengubah pola interaksi keluarga
sehingga bisa membenahi masalah-masalah dalam keluarga (Gurman, Kniskern & Pinsof,
1986)
5. Psikoterapi Suportif
adalah cara pengobatan dengan ilmu kedokteran terhadap gangguan mental emosional
dengan mengubah pola pikiran, perasaan, dan perilaku agar terjadi keseimbangan dalam
diri individu tersebut.
6.
d. Karakteristik
Riyadi dan Purwanto, (2009), mengemukakan bahwa karateristik dari
aktivitas terapi okupasi, yaitu: mempunyai tujuan jelas, mempunyai arti
tertentu bagi klien, harus mampu melibatkan klien walaupun minimal, dapat
mencegah bertambah buruknya kondisi, dapat memberi dorongan hidup, dapat
dimodifikasi, dan dapat disesuaikan dengan minat klien.
e. Analisa aktivitas
Riyadi dan Purwanto (2009), menyatakan bahwa analisa dari kegiatan
terapi okupasi, meliputi: jenis kegiatan yang dilakukan seperti latihan gerak
badan atau pekerjaan sehari-hari, maksud dan tujuan dari kegiatan dilakukan
dan manfaatnya bagi klien, sarana atau alat atau aktivitas dilakukan
disesuaikan dengan jenis kegiatan yang dilakukan, persiapan terhadap sarana
pendukung dan klien maupun perawat, pelaksanaan dari kegiatan yang telah
direncanakan, kontra indikasi dan disukai klien atau tidak disukai yang
disesuaikan dengan kemampuan yang dimiliki oleh klien.
f. Tindakan terapi
Adapun proses dari terapi okupasi, sebagai berikut:
1) Pengumpulan data, meliputi data tentang identitas klien, gejala,
diagnosis, perilaku dan kepribadian klien. Misalnya klien mudah sedih,
putus asa, marah.
2) Analisa data dan identifikasi masalah dari data yang telah dikaji
ditegakkan diagnosa sementara tentang masalah klien maupun keluarga.
3) Penentuan tujuan dan sasaran dari diagnosa yang ditegakkan dapat
dibuat sasaran dan tujuan yang ingin dicapai.
4) Penentuan aktivitas jenis kegiatan yang ditentukan harus disesuaikan
dengan tujuan terapi.
5) Evaluasi kemampuan klien, inisiatif, tanggungjawab, kerjasama, emosi
dan tingkah laku selama aktivitas berlangsung. Dari hasil evaluasi
rencanakan kembali kegiatan yang sesuai dan akan dilakukan. Evaluasi
dilakukan secara periodik, misalnya 1 minggu sekali dan setiap selesai
melaksanakan kegiatan.
g. Pelaksanaan terapi
Terapi okupasi dapat dilakukan secara individu maupun kelompok
tergantung dari kondisi klien dan tujuan terapi.
1) Metode
a) Individual: dilakukan untuk klien baru masuk, klien yang belum
mampu berinteraksi dengan kelompok dan klien lain yang sedang
menjalani persiapan aktivitas.
b) Kelompok: klien dengan masalah sama, klien yang lama dan yang
memiliki tujuan kegiatan yang sama. Jumlah anggota kelompok
yang nyaman adalah kelompok kecil yang anggotanya berkisar
antara 5-12 orang (Keliat dan Akemat, 2005). Jumlah anggota
kelompok kecil menurut Stuart dan Laraia (2001, dalam Keliat dan
Akemat, 2005) adalah 7-10 orang, Rawlins, Williams, dan Beck
(1993, dalam Keliat dan Akemat, 2005) menyatakan jumlah anggota
kelompok adalah 5-10 orang. Jika anggota kelompok terlalu besar
akibatnya tidak semua anggota mendapat kesempatan
mengungkapkan perasaan, pendapat, dan pengalamannya. Jika
terlalu kecil, tidak cukup variasi informasi dan interaksi yang terjadi.
Johnson (dalam Yosep, 2009) menyatakan terapi kelompok
sebaiknya tidak lebih dari 8 anggota karena interaksi dan reaksi
interpersonal yang terbaik terjadi pada kelompok dengan jumlah
sebanyak itu. Apabila keanggotaanya lebih dari 10, maka akan
terlalu banyak tekanan yang dirasakan oleh anggota sehingga
anggota merasa lebih terekspos, lebih cemas, dan seringkali
bertingkah laku irrasional.
2) Waktu
Terapi dilakukan 1-2 jam setiap sesi baik metode individual maupun
kelompok dengan frekuensi kegiatan per sesi 2-3 kali dalam seminggu.
Setiap kegiatan dibagi menjadi 2 bagian, pertama: ½-1 jam yang terdiri
dari tahap persiapan dan tahap orientasi, kedua: 1-1/2 jam yang terdiri dari
tahap kerja dan tahap terminasi (Riyadi dan Purwanto, 2009).