Anda di halaman 1dari 16

KEPERAWATAN JIWA II

SIMULASI TERAPI MODALITAS


TERAPI OKUPASI DAN REHABILITASI
Pengampu:

Disusun oleh:

1. Ajeng Galuh Ramadhani (010114A005)


2. Alfian Arif Mahmudi (010114A007)
3. Lalu Santriaji Akbar (010114A0

UNIVERSITAS NGUDI WALUYO


FAKULTAS KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
TAHUN 2017
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji dan syukur kehadirat Allah SWT karena telah diberi
nikmat sehat sehingga dapat menyelesaikan tugas Keperawatan Jiwa II dengan
Simulasi Terapi Modalitas: Terapi Okupasi dan Rehabilitasi. Tidak lupa shalawat
beriring salam kepada junjungan Nabi besar Muhammad SAW karena atas berkat
dari Beliaulah dapat merasakan alam yang penuh dengan pengetahuan dan
teknologi seperti saat ini.
Dalam penulisan ini, penulis menyadari didalam penyusunan masih
banyak terdapat kekurangan, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan
saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah selanjutnya.

Ungaran, 10 April 2017

Penulis

2
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Ada beberapa tahap dalam pemulihan pasien gangguan jiwa yang
ada di Rumah Sakit Jiwa. Pada pemulihan tersebut ada beberapa
pendekatan yang dilakukan oleh perawat. Proses pendekatan tersebut ada
pada tahap terapi Modalitas yang didalamnya terdapat bermacam-macam
terapi, salah satunya yaitu rehabilitasi dan terapi okupasi.
Terapi modalitas adalah berbagai pendekatan penanganan klien
gangguan jiwa yang bervariasi, yang bertujuan untuk mengubah perilaku
klien dengan gangguan jiwa dengan perilaku maladaptifnya menjadi
perilaku yang adaptif.
Rehabilitasi adalah sebuah kegiatan ataupun proses untuk
membantu para penderita yang mempunyai penyakit serius atau cacat yang
memerlukan pengobatan medis untuk mencapai kemampuan fisik
psikologis, dan sosial yang maksimal
Terapi Okupasi adalah bentuk layanan kesehatan kepada
masyarakat atau pasien yang mengalami gangguan fisik dan atau mental
dengan menggunakan latihan/aktivitas mengerjakan sasaran yang
terseleksi (okupasi) untuk meningkatkan kemandirian individu pada area
aktivitas kehidupan sehari-hari, produktivitas dan pemanfaatan waktu
luang dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.
Pada setiap tahap penyembuhan rehabilitasi terutama terapi
okupasi mengacu pada kegiatan yang sifatnya general. Seperti kegiatan
sehari-hari (ADL), toileting, dan sebagainya. Kegiatan-kegiatan tersebut
mengarah pada pelatihan mandiri yang nantinya diperlukan pasien untuk
hidup di masyarakat.
Dengan demikian kelompok tertarik membahas bagaimana
dilakukannya proses rehabilitasi dengan terapi okupasi.

3
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana definisi rehabilitasi?
2. Apa saja tujuan pada rehabilitasi tersebut?
3. Apa saja jenis-jenis rehabilitasi yang dilakukan?
4. Bagaimana peran perawat dan proses rehabilitasi?
5. Bagaimana definisi dari terapi okupasi?
6. Bagaimana indikasu dilakukannya terapi okupasi?
7. Apa saja tujuan dan fungsi terapi okupasi?
8. Bagaimana peranan aktivitas dalam terapi Okupasi?
9. Bagaimana karakteristik dari terapi okupasi?
10. Bagaimana analisa aktivitas dalam terapi okupasi?
11. Bagaimana tindakan dalam terapi okupasi?
12. Bagaimana pelaksanaan yang dilakukan pada saat terapi okupasi?

C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui dan memahami definisi dari rehabilitasi dan
okupasi.
2. Untuk mengetahui dan memahami tujuan dan fungsi dari rehabilitasi
dan terapi okupasi.
3. Untuk mengetahui jenis-jenis rehabilitasi.
4. Untuk mengetahui dan memahami peran perawat pada saat rehabilitasi.
5. Untuk mengetahui dan memahami indikasi pada terapi okupasi.
6. Untuk mengetahui peranan aktivitas dalam terapi okupasi.
7. Untuk mengetahui dan memahami karakteristik terapi okupasi.
8. Untuk mengetahui analisa aktivitas pada terapi okupasi.
9. Utnuk mengetahui dan memahami tindakan dan pelaksanaan pada
terapi okupasi.

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. Rehabilitasi
1. Definisi Rehabilitasi
Rehabilitasi psikososial adalah suatu program yang didesain
untuk menyediakansistem bagi klien agar dapat meningkatkan
kemampuan bersosialisasi dan ketrampilan bekerja. (Foundation of
Psychiatric Mental Helth Nursing, 2006. Dikutip oleh H. Iyus Yosep,
2007)
Pelayanan rehabilitasi dirancang untuk meningkatkan proses
perbaikan klienyang mengalami gangguan mentaldalam mengontrol
gejaladan penatalaksanaan dayaan, meningkatkan kemandirian dan
kualitas hidupnya. (Willbur dalam Videbeck, 2003:77 dikutip oleh
Yosep, 2007)
Di rumah sakit jiwa konsep rehabilitasi digambarkan sebagai
satu unit. Ruangan ini dipersiapkan untuk klien setelah pulang dari
rumah sakit agar memudahkan klien beradaptasi dengan lingkungan
baru atau lingkungan tempat asalnya. Unit ini biasanya berada pada
fase akhir dari seluruh pelayanan RS jiwa, melalui seleksi tim
kesehatan yang terdiri atas dokter, perawat jiwa, psikolog, social
worker. Perawat jiwa memegang peranan penting dalam melakukan
seleksi tersebut apakah klien perlu dibekali terapi kerja, terapi musik,
biblioterapi, psikoreligius terapi, atau ketrampilan lainnya. (Yosep,
2007)

2. Tujuan Rehabilitasi
Rehabilitasi penting untuk menghadapi stigma buruk yang ditujukan
pada klien skizofrenia setelah pulang. Tujuan rehabilitasi ada enam
aspek
a. Survival skill (kemampuan berjuang hidup)
b. Cooperation (kemampuan bekerja sama)

5
c. Hanging out (mengembangkan hubungan pertemanan)
d. Backing (kemampuan membantu orang lain)
e. Suplementing (menyediakan material seperti makanan atau
pakaian)
f. Checking up (memeriksakan diri)

3. Jenis Kegiatan Rehabilitasi


Jenis kegiatan pada pasien pada tahap Rehabilitasi menurut
Yosep (2007) yaitu sebagai berikut:
a. Psychofarmaca
Psikofarmaka atau obat psikotropik adalah obat yang bekerja
secara selektif pada sistem saraf pusat (SSP) dan mempunyai efek
utamaterhadap aktivitas mental dan perilaku, digunakan untuk
terapi gangguan psikiatrik yang berpengaruh terhadap taraf kualitas
hidup pasien. (Yusuf, 2015)
b. Occupational therapy
Terapi okupasi merupakan suatu cara atau bentuk
psikoterapi suportif yang penting dilakukan untuk meningkatkan
kesembuhan pasien. Terapi okupasi membantu menstimulasi pasien
melalui aktivitas yang disenangi pasien. (Djunaedi dan Yitnarmuti,
2008)
c. Group therapy
Terapi kelompok merupakan suatu psikoterapi yang
dilakukan sekelompok pasien bersama-sama dengan jalan
berdiskusi satu sama lain yang dipimpin atau arahkan oleh seorang
therapist atau petugaas kesehatan jiwa yang telah terlatih. (Yosep,
2007)
d. Psycho religious therapy
Terapi spiritual adalah sebuah terapi dengan pendekatan
terhadap kepercayaan yang dianut oleh klien, pendekatan ini
dilakukan oleh seorang pemuka agama dengan cara memberikan

6
pencerahan, kegiatan ini dilakukan minimal 1 kali seminggu untuk
semua klien dan setiap hari untuk pasien.
e. Music, Literate therapy
Musik sebagai terapi dijadikan sarana dalam
menningkatkan kemampuan bagi anak yang membutuhkan layanan
khusus melalui kegiatan yang sistematis dan terprogram. Terapi
musik meliputi identifikasi, analisis, diagnosis, dan program
layanan serta tindak lanjut sebagai upaya mencapai kesembuhan
yang optimal dalam situasi dan kondisi gembira ria melalui
musik.
f. Sport therapy
Olahraga adalah serangkaian gerak raga yang teratur dan
terencana untuk memelihara gerak (mempertahankan hidup) dan
meningkatkan kemampuan gerak (meningkatkan kualitas hidup).
Olahraga merupakan alat untuk merangsang pertumbuhan dan
perkembangan jasmani, rohani dan sosial.
g. Handy craft
Handy Craft atau Kriya merupakan kegiatan kegiatan seni
yang menitik beratkan kepada ketrampilan tangan dan mempunyai
fungsi untuk mengolah bahan baku yang sering ditemukan sekitar
lingkungan yang diolah menjadi benda-benda seni yang bernilai
dan bermanfaat.

4. Peran Perawat pada Rehabilitasi


Menurut Yosep (2007) peran perawat pada ruang rehabilitasi di rumah
sakit yaitu:
a. Role model
Seorang terapi harus dapat menampilkan perilaku yang
dapat dipelajari oleh pasien, pasien mampu mengidentifikasikan
dan meniru terapi melalui role playing, terapi mengidentifikasikan
tingkah laku yang diinginkan (verbal-nonverbal) yang akan
dicontoh pasien.

7
b. Leader
Dalam terapi okupasi ini perawat menjadi pemimpin dalam
jalannya terapi. Semua arahan yang ditujukan pada pasien adalah
dari perawat atau terapis.
c. Kolaboratif
d. Pengkajian keluarga
e. Melatih koping konstruktif
f. Melibatkan keluarga dan tokoh masyarakat
g. Memilih kegiatan yang sesuai
h. Penyuluhan keluarga

8
B. Terapi Okupasi
1. Definisi Terapi Okupasi
Terapi okupasi merupakan suatu cara atau bentuk psikoterapi
suportif yang penting dilakukan untuk meningkatkan kesembuhan
pasien. Terapi okupasi membantu menstimulasi pasien melalui
aktivitas yang disenangi pasien. (Djunaedi dan Yitnarmuti, 2008)
Terapi okupasi merupakan suatu bentuk psikoterapi suportif
berupa aktivitas-aktivitas yang membangkitkan kemandirian secara
manual, kreatif dan edukasional untuk penyesuaian diri dengan
lingkungan dan meningkatkan derajat kesehatan fisik dan mental
pasien. (Graff, 2007 dalam e-Kp, 2015)
Terapi kerja atau terapi okupasi adalah suatu ilmu dan seni
pengarahan partisipasi seseorang untuk melaksanakan tugas tertentu
yang telah ditetapkan. Terapi ini berfokus pada pengenalan
kemampuan yang masih ada pada seseorang, pemeliharaan dan
peningkatan bertujuan untuk membentuk seseorang agar mandiri, tidak
tergantung pada pertolongan orang lain (Riyadi dan Purwanto, 2009)

2. Indikasi Terapi Okupasi


Indikasi pada terapi okupasi yaitu:
a. Seseorang yang kurang berfungsi dalam kehidupannya karena
kesulitan-kesulitan yang dihadapi dalam mengintegrasikan
perkembangan psikososial.
b. Kelainan tingkah laku yang terlibat dalam kesulitanya
berkomunikasi dengan orang lain.
c. Tingkah laku yang tidak wajar dalam mengekspresikan perasaan
atau kebutuhan primitive.
d. Ketidakmampuan mengintepretasikan rangsangan sehingga reaksi
terhadap rangsangan tersebut tidak wajar.
e. Terhentinya seseoarang dalam fase pertumbuhan tertentu atau
seseorang yan mengalami kemunduran.

9
f. Seseorang yang lebih mudah mengekspresikan perasaannya
melalui aktivitas daripada percakapan.
g. Seseorang yang merasa lebih mudah mempelajari sesuatu dengan
cara mempraktekannya daripada membayangkannya.
h. Seseorang yang cacat tubuh yang mengalami gangguan dalam
kepribadiannya.

3. Tujuan dan Fungsi Terapi Okupasi


Tujuan terapi okupasi menurut Riyadi dan Purwanto (2009), yaitu:
a. Terapi khusus untuk mengembalikan fungsi mental:
1) Menciptakan kondisi tertentu sehingga pasien dapat
mengembangkan kemampuannya untuk dapat berhubungan
dengan orang lain dan masyarakat sekitarnya.
2) Membantu melepaskan dorongan emosi secara wajar.
3) Membantu menemukan kegiatan sesuai bakat dan
kondisinya.
4) Membantu dalam pengumpulan data untuk menegakan
diagnose dan terapi.
b. Terapi khusus untuk mengembalikan fungsi fisik, meningkatkan
gerak, sendi, otot, dan koordinasi gerakan.
c. Mengajarkan ADL seperti makan, berpakaian, BAK, BAB, dan
sebagainya.
d. Membantu pasien menyesuaikan diri dengan tugas ruutin dirumah.
e. Meningkatkan toleransi kerja, memelihara dan meningkatkan
kemampuan yang dimiliki.
f. Menyediakan berbagai macam kegiatan agar dicoba pasien untuk
mengetahui kemampuan mental dan fisik, kebiasaan, kemampuan
bersosialisasi, bakat, minat dan potensinya.
g. Mengarahkan minat dan hobi untuk dapat digunakan setelah pasien
kembali di lingkungan masyarakat.
Terapi okupasi sendiri memiliki tujuan antara lain yaitu :

10
a. Mengembangkan, memelihara, memulihkan fungsi dan atau
mengupayakan kompensasi/adaptasi untuk aktifitas sehari-hari
b. Mengembangkan, memelihara, memulihkan produktifitas dan
luang waktu melalui pelatihan, remidiasi, stimulasi dan fasilitasi
c. Meningkatkan kemampuan individu dalam bidang kinerja yaitu;
aktivitas hidup sehari-hari dan kegiatan instrumental hidup sehari-
hari. (Graff, 2007 dalam e-Kp, 2015)

4. Peranan Aktivitas dalam Terapi Okupasi


Muhaj (2009), mengatakan aktivitas yang digunakan dalam
terapi okupasi, sangat dipengaruhi oleh konteks terapi secara
keseluruhan, lingkungan, sumber yang tersedia, dan juga oleh
kemampuan si terapi sendiri (Pengetahuan, ketersmpilan, minat dan
kreativitasnya):
a. Jenis
1) Latihan gerak badan
2) Olahraga
3) Permainan tangan
4) Kesehatan, kebersihan dan kerapian pribadi
5) Pekerjaan sehari-hari (aktivitas kehiduoan sehari-hari,
seperti dengan mengajarkan merapikan tempat tidur,
menyapu, dan mengepel)
6) Praktik pre-vokasinal
7) Seni (tari, music, lukis, drama, dan lain-lain)
8) Rekreasi (tamasya, nonton bioskop, atau drama)
9) Diskusi dengan topic tertentu (berita surat kabar, majalah,
televise, radio atau lingkungan)
b. Aktivitas
Aktivitas adalah segala macam aktivitas yang dapat
menyibukan seseorang secara produktif yaitu sebagai suatu media
untuk belajar dan berkembang, sekaligus sebagai sumber kepuasan

11
emosional maupun fisik. Oleh karena itu setiap aktivitas yang
digunakan harus mempunyai karakteristik sebagai berikut:
1) Setiap gerakan harus mempunyai alasan dan tujuan terapi
yang jelas. Jadi, bukan hanya sekedar menyibukan pasien.
2) Mempunyai arti tertentu bagi pasien, artinya dikenal oleh
atau ada hubungannya dengan pasien.
3) Pasien harus mengerti tujuan mengerjakan kegiatan
tersebut, dan apa kegunaannya terhadap upaya
penyembuhan penyakitnya.
4) Harus dapat melibatkan pasien secara aktif walaupun
minimal.
5) Dapat mencegah lebih beratnya kecacatan atau kondisi
pasien, bahkan harus dapat meningkatkan atau setidaknya
memelihara kondisinya.
6) Harus dapat member dorongan agar pasien mau berlatih
lebih giat sehingga dapat mendiri.
7) Harus sesuai dengan minat, atau setidaknya tidak dibenci
oleh pasien.
8) Harus dapat dimodifikasi untuk tujuan peningkatan atau
penyesuaian dengan kemampuan pasien.

5. Karakteristik
Krakteristik dari aktivitas terapi okupasi antara lain:
a. Mempunyai tujuan yang jelas
b. Mempunyai arti tertentu bagi pasien
c. Harus mampu melibatkan pasien walaupun minimal
d. Dapat mencegah bertambah buruknya kondisi
e. Dapat memberi dorongan hidup
f. Dapat dimodifikasi
g. Dapat disesuaikan dengan minat pasien

12
6. Analisa Aktivitas
Analisa yang dilakukan pada terapi okupasi ini antara lain:
a. Jenis kegiatan yang dilakukan seperti latihan gerak badan atau
pekerjaan sehari-hari
b. Maksut dan tujuan dari kegiatan dilakukan dan manfaatnya bagi
pasien
c. Sarana atau alat atau aktivitas dilakukan sesuai dengan jenis
kegiatan yang dilakukan
d. Persiapan terhadap sarana pendukung dan pasien maupun perawat
e. Pelaksanaan dari kegiatan yang telah direncanakan
f. Kontraindikasi dan hal yang disukai pasien atau yang tidak disukai
pasien disesuaikan dengan kemampuan yang dimiliki pasien.

7. Tindakan Terapi
Tindakan yang dilakukan pada terapi okupasi, melalui proses sebagai
berikut:
a. Pengumpulan data, meliputi data tentang identitas pasien, gejala,
diagnosis, perilaku dan kepribadian pasien. Misalnya pasien mudah
sedih, putus asa, atau marah.
b. Analisa data dan identifikasi masalah dari data yang telah dikaji,
ditegakan diagnosa, sementara tentang masalah pasien maupun
keluarga.
c. Penentuan tujuan dan sasaran dari diagnosa yang ditegakan dapat
dibuat sasaran dan tujuan yang ingin dicapai.
d. Penentuan aktivitas jenis kegiatanyang ditentukan harus
disesuaikan dengan tujuan terapi.
e. Eveluasi kemampuan pasien, inisiatif, tanggungjawab, kerjasama,
emosi dan tingkah lakuselama aktivitas berlangsung. Dari hasil
evaluasi rencanakan kembali kegiatan yang sesuai dan akan
dilakukan. Evaluasi dilakakukan secara periodic, misalnya satu
minggu sekali dan setiap selesai melaksanakan kegiatan.

13
8. Pelaksanaan Terapi

Terapi okupasi dapat dilakukan secara individu atau dengan


kelompok, sesuai dengan keadaan pasiennya.
a. Metode
1) Individual
Dilakukan untuk pasien baru masuk, pasien yang belum
mampu berinteraksi, dengan kelompok dan pasien yang
lainyang sedang menjalani persiapan aktivitas.
2) Kelompok
Kelompok dengan masalah yang sama, pasien yang
sudah lama dan yang memiliki tujuan kegiatan yang sama.
Jumlah anggota kelompok yang nyaman adalah kelompok
kecil yang anggotanya berkisar 7-10 orang. Jika anggota
kelompok terlalu besar akibatnya tidak semua anggota
mendapat kesempatan mengungkapkan perasaan, pendapat,
dan pengalaman. Jika terlalu kecil, tidak cukup variasi
informasi dan interaksi yang terjadi. Terapi kelompok
sebaiknya tidak lebih dari 8 anggota karena interaksi dan
reaksi interpersonal yang terbaik terjadi pada kelompok
dengan jumlah sebanyak itu. Apabila keanggotaanya lebih dari
10, maka akan terlalu banyak tekanan yang dirasakan oleh
anggota sehingga anggota merasa lebih terekspos, lebih cemas,
dan seringkali bertingkah laku irrasional.
b. Waktu
Terapi okupasi dilakukan 1-2 jam setiap sesi, baik metode
individual maupun kelompok dengan frekuensi kegiatan per sesi 2-
3 kali salam seminggu. Setiap kegiatan dibagi menjadi 2 bagian,
pertama setengah sampai 1 jam yang terdiri dair tahap periapan dan
tahap orientasi, kedua 1 sampai 1,5 jam yang terdiri dari tahap
kerja dan tahap terminasi.

14
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Rehabilitasi sering disebut dengan tahap pemulihan. Rehabilitasi
tersebut salah satunya dapat dilakukan dengan terapi okupasi. Yaitu terapi
yang melatih kemandirian klien saat bersosialisasi di masyarakat.
Saat rehabilitasi peran perawat dibutuhkan. Peran perawat tersebut
antara lain adalah sebagai Role model, kolaboratif, leader, melibatkan
keluarga pada saat pemulihan, penyuluhan keluarga, dan lain lain.
Pada terapi okupasi, tidak hanya aktivitas sehari-hari yang
diajarkan, namun dapat juga untuk diarahkan pada hobi atau minat klien
masing-masing. Pelaksanaannya dapat dilakukan secara individu atau
dapat secara kelompok. Jika secara kelompok gunakan kelompok kecil
yang setiap kelompoknya terdapat 7 sampai 10 orang. Dengan waktu yang
dibutuhkan yaitu 1-2 jam setiap terapinya.

15
DAFTAR PUSTAKA

Prabowo, Eko. 2014. Konsep & Aplikasi Asuhan Keperawatan Jiwa. Nuha
Medika: Yogyakarta.

Yosep, H. Iyus dan Titin Sutini. 2007. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. PT Refika
Aditama: Bandung

Yusuf, Ah, Rizky Fitriasari, dan Hanik Endang. 2015. Buku Ajar Keperawatan
Kesehatan Jiwa. Salemba Medika: Jakarta

16

Anda mungkin juga menyukai