Anda di halaman 1dari 8

SATUAN ACARA PENYULUHAN

ABSES

Disusun Oleh :

Erika Risnamingtyas

010115A037

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS NGUDI WALUYO

UNGARAN

2017
SATUAN ACARA PENYULUHAN

ABSES

Topik : Sistem Imunologi

Sub Topik : Abses

Sasaran : Masyarakat Desa Ngudi Waluyo

Tempat: Balai Desa

Hari/tanggal : Kamis, 30 Maret 2017

Waktu : 10 menit

Penyuluh : Erika Risnamingtyas

A. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Setelah dilakukan pendidikan kesehatan selama 1 x 10 menit diharapkan klien
dapat memahami pengertian, penyebab, tanda dan gejala, pengobatan, dan
pencegahan penyakit abses
2. Tujuan Khusus
Setelah mengikuti pendidikan kesehatan selama 1 x 10 menit diharapkan klien
dapat :
1. Menjelaskan pengertian Abses
2. Menyebutkan penyebab Abses
3. Menyebutkan tanda dan gejala Abses
4. Menyebutkan pengobatan Abses
5. Menyebutkan pencegahan Abses

B. METODE
1. Ceramah
2. Tanya jawab

C. ALAT BANTU PEMBELAJARAN


1. Leaflett
2. Lembar balik

D. EVALUASI PEMBELAJARAN
1. Evaluasi Struktur
a. Kesepakatan dengan klien (waktu & tempat)
b. Kesiapan materi penyaji
c. Tempat yang digunakan nyaman dan mendukung
2. Evaluasi Proses
a. Klien bersedia didalam ruangan sesuai dengan kontrak waktu yang
Telah ditentukan
b. Klien memperhatikan dan sangat antusias saat penyaji menyampaikan materi
c. Klien menjawab semua pertanyaan yang telah ditentukan
3. Penyuluh/penyaji
a. Dapat memfasilitasi jalannya penyuluhan
b. Dapat menjalankan perannya sesuai dengan tugas

E. KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR

No TAHAP WAKTU KEGIATAN MEDIA


1. Pembukaan 2 menit Salam perkenalan Lisan dengan
Menjelaskan kontrak kata-kata atau
dan tujuan penyuluhan kalimat
2. Pelaksanaan 6 menit Menyampaikan materi : Lembar
Menjelaskan
balik
Pengertian Abses Leaflet
Menjelaskan penyebab
Abses
Menjelaskan tanda dan
gejala Abses
Menjelaskan
pengobatan Abses
Menjelaskan
pencegahan Abses
3. Penutup 2 menit Mengajukan Lisan dengan
pertanyaan kata-kata atau
Memberikan kalimat
reinforcement positive
atas jawaban yang
diberikan
Menutup kegiatan
dengan salam
DAFTAR PUSTAKA

Smeltzer, Suzanne C. dan Bare, Brenda G. 2002. Buku Ajar Keperawatan


Medikal Bedah Brunner dan Suddarth .Ed.8, Vol. 1.2. Alih bahasa oleh Agung Waluyo.
EGC. Jakarta.
https://www.scribd.com/document/194942874/Laporan-Pendahuluan-
Abses-Manidbula
http://infoaskepgratis.blogspot.co.id/2012/02/laporan-pendahuluan-
asuhan-keperawatan_23.html
Lampiran Materi

ABSES

A. Pengertian Abses
Abses (Latin : abscessus) merupakan kumpulan nanah (netrofil yang telah
mati) yang terakumulasi disebuah kavitas jaringan karena adanya proses infeksi
(biasanya oleh bakteri atau parasit) atau karena adanya benda asing (misalnya
serpihan, luka peluru, atau jarum suntik). Proses ini merupakan reaksi perlindungan
oleh jaringan untuk mencegah penyebaran/perluasan infeksi ke bagian tubuh yang
lain. Abses adalah infeksi kulit dan subkutis dengan gejala berupa kantong berisai
nanah. (Siregar, 2004)
Sedangkan abses mandibula adalah abses yang terjadi di mandibula. Abses
dapat terbentuk di ruang submandibula atau salah satu komponenya sebagai
kelanjutan infeksi dari daerah leher. (Smeltzer & Bare, 2001)

B. Penyebab Abses
Menurut Siregar (2004) abses dapat disebabkan karena adanya :
1. Infeksi mikrobial
Salah satu penyebab yang paling sering ditemukan pada proses radang ialah
infeksi mikrobial. Virus menyebabkan kematian sel dengan cara multiplikasi
intraseluler. Bakteri melepaskan eksotoksin yang spesifik yaitu suatu sintesis
kimiawi yang secara spesifik mengawali proses radang atau melepaskan
endotoksin yang ada hubungannya dengan dinding sel.
2. Reaksi hipersentivitas
Reaksi hipersentivitas terjadi bila perubahan respons imunologi mengakibatkan
tidak sesuainya atau berlebihannya reaksi imun yang akan merusak jaringan.
3. Agen fisik
Kerusakan jaringan yang terjadi pada proses radang dapat melalui trauma fisik,
ultraviolet atau radiasi ion, terbakar atau dingin yang berlebih (frosbit).
4. Bahan kimia iritan dan korosif
Bahan kimiawi yang menyebabkan korosif (bahan oksidan, asam, basa) akan
merusak jaringan yang kemudian akan memprovokasi terjadinya proses radang.
Disamping itu, agen penyebab infeksi dapat melepaskan bahan kimiawi spesifik
yang mengiritasi dan langsung mengakibatkan radang.
5. Nekrosis jaringan
Aliran darah yang kurang akan menyebabkan hipoksia dan berkurangnya makanan
pada daerah yang bersangkutan. Menyebabkan kematian jaringan yang merupakan
stimulus kuat menyebabkan infeksi pada daerah tepi infeksi sering
memperlihatkan suatu respon radang akut.

Faktor predisposisi dari abses yaitu :


1. Penurunan daya tahan tubuh
2. Kurang gizi
3. Anemia
4. Diabetes
5. Keganasan (kanker)
6. Penyakit lain
7. Higienis jelek
8. Kegemukan
9. Gangguan kemotatik
10. Sindroma hiper IgE
11. Carier kronik staphilococcus aureus
12. Sebagai komplikasi dari dermatitis atopi, ekscoriasis, scabies. Pedikulosis.

C. Tanda dan gejala Abses


Abses bisa terbentuk diseluruh bagian tubuh. Menurut smeltzer & Bare (2001), gejala

dari abses tergantung kepada lokasi dan pengaruhnya terhadap fungsi suatu organ

saraf. Gejalanya bisa berupa :


1. Nyeri
2. Nyeri tekan
3. Teraba hangat
4. Pembengkakan
5. Kemerahan
6. Demam
Suatu abses yang terbentuk tepat dibawah kulit biasnaya tampak sebagai

benjolan. Adapun lokasi abses antara lain ketiak, telinga, dan tungkai bawah. Jika

abses kaan pecah, maka daerah pusat benjolan akan lebih putih karena kulit di atasnya

menipis. Suatu abses di dalam tubuh sebelum menimbulkan gejala seringkali terlebih

dulu tumbuh lebih besar. Paling sering, abses akan menimbulkan nyeri tekan dengan

massa yang berwarna merah, hangat pada permukaan abses, dan lembut.
1. Abses yang progresif, akan timbul titi pada kepala abses sehingga dapat melihat

materi dalam dan kemudian secara spontan akan terbuka (pecah).


2. Sebagian besar akan terus bertambah buruk tanpa perawatan. Infeksi dapat

menyebar ke jaringan dibawah kulit dan bahkan ke aliran darah.


Jika infeksi menyebar ke jaringan yang lebih dalam, penderita mungkin

mengalami demam dan mulai merasa sakit. Abses dalam mungkin lebih menyebarkan

infeksi keseluruh tubuh.


D. Pengobatan
Suatu abses seringkali membaik tanpa pengobatan, abses akan pecah dengan

sendirinya dan mengeluarkan isinya. Kadang abses menghilang secara perlahan

karena tubuh menghancurkan. Infeksi yang terjadi dan menyerap sisa-sisa infeksi,

abses pecah dan bisa meninggalkan benjolan yang keras.


Menurut FKUI (1990), antibiotika dosis tinggi terhadap kuman aerob dan

anaerob harus diberikan secara parenteral. Evaluais abses dapat dilakukan dalam

analsis lokal untuk abses yang dangkal dan teriokalisasi atau eksplorasi dalam

narkosis bila letak abses dalam dan luas. Insisi dibuat pada tempat yang paling

berfluktuasi atau setinggi 05 tiroid, tergantung letak dan luas abses.


Untuk meringankan nyeri dan mempercepat penyembuhan, suatu abses bisa

ditusuk dan dikeluarkan isinya. Suatu abses tidak memiliki aliran darah, sehingga

pemberian antibiotik biasanya sia-sia, antibiotik biasanya diberikan setelah abses

mengering dan hal ini dilakukan untuk mencegah kekambuhan. Antibiotik juga

diberikan jika abses menyebarkan infeksi kebagian tubuh lainnya.


E. Pencegahan
1. Meningkatkan daya tahan tubuh agar tetap sehat.
Daya tahan tubuh yang baik dapat memperlambat proses infeksi atau

mempercepat proses penyembuhan. Demikian pula sebaliknya,daya tahan tubuh

yang buruk dapat memperburuk proses infeksi.


2. Meningkatkan gizi atau nutrisi.
3. Menjaga kebersihan diri sendiri maupun lingkungan, karena abses dapat

disebabkan oleh infeksi virus yang disebabkan oleh lingkungan yang kotor.

Anda mungkin juga menyukai