Disusun Oleh :
JESICA ARITONANG
526080621017
Dosen Pembimbing :
MONA RAHAYU PUTRI.,SST.,BDN.,MKM
LAPORAN PENYULUHAN
DISUSUN OLEH :
JESICA
ARITONANG
526080621017
BALITA
Tanda Tangan :
2. Tanda Tangan :
Mengesahkan,
Ketua Prodi Diploma Tiga Kebidanan
Institut Kesehatan Mitra Bunda
Batam
ii
Norma Jeepi M., S.SiT., M.Kes
iii
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN
NIM :526080621017
Tingkat/Semester : II/III
Prodi Diploma Tiga Kebidanan Institut Kesehatan Mitra Bunda Batam, dengan ini saya
Demikianlah surat pernyataan ini dibuat dengan sebenar-benarnya dan dapat dipergunakan
sebagaimana mestinya.
Mengetahui
Mahasiswi
Jesica Aritonang
iii
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Infeksi Saluran Pernapasan Atas merupakan keadaan infeksi anak paling lazim, tetapi
kemakananya tergantung frekuensi relatif dari komplikasi yang terjadi pada anak. Sindrom
ini lebih luas dari pada orang dewasa. Biasanya anak dengan ISPA mengalami penurunan
nafsu makan tetapi tindakan memaksa dia untuk makan hidangan tidak ada gunanya.
Sebagian besar penyakit pada anak-anak adalah infeksi, sebagian besar infeksi ini
terjadi pada saluran nafas, sebagian besar adalah ISPA, kebanyakan adalah virus. Ispa dapat
mencetus kejang demam, dan serangan asma (lectur, 2002).
Dinding dan seluruh sistem pernapasan dilapisi oleh mukosa yang saling
berhubungan sehinga infeksi yang terjadi disuatu tempat dengan mudah bisa mempengaruhi
bagian saluran pernapasan atas lainnya. ISPA juga menjadi alasan utama mengapa pasien
lebih memilih perawatan ambulatory atau rawat jalan. Oleh karena itu menjadi penting
bahwa perawat perlu dipersiapkan untuk memberikan perawatan terbaik, memberikan
penyuluhan dan informasi mengenai obat- obatan kepada pasien. Meskipun teknologi
kedokteran telah berkembang sedemikian pesatnya, namun pertanyaan-pertanyaan klinis
yang umum untuk penyakit ISPA selalu mementingkan pada strategi yang efektif untuk
pencegahan, diagnosa dan perawatan.
B. TUJUAN
Tujuan Umum :
dan balita.
Tujuan khusus :
5
C. Pelaksanaan Kegiatan
1. Topik Kegiatan
2. Sasaran
D. Metode
1. Metode Diskusi
Metode ini digunakan dalam penyampaian materi dan ceramah serta tanya jawab
E. Media
Leaflet
F. Tempat
G. Waktu
H. Struktur
6
I. Settingan Tempat
Audiens Audiens
Audiens Audiens
Audiens Audiens
Audiens Audiens
J. Uraian Tugas
1) Membuka acara
2) Memperkenalkan diri
dipahami
K. Kegiatan Penyuluhan
1 5 Menit Pembukaan :
a. Memberi salam a. Menjawab salam
b. Memperkenalkan diri b. Mendengarkan
c. Memperjelas topik, waktu dan c. Menyetujui
tujuan penyuluhan
2 20 Menit Pelaksanaan :
a. Menjelaskan pengertian ISPA a. Menjawab sesuai dengankemampuan
b. Menjelaskan penyebab ISPA b. Mendengarkan dan memperhatikan
7
c. Menjelaskan Tanda dan gejala ISPA c. Mendengarkan dan memperhatikan
d. Menjelaskan Macam-macam ISPA d. Mendengarkan dan memperhatikan
e. Menjelaskan Cara Penularan ISPA e. Mendengarkan dan menjelaskan
f. Menjelaskan Pencegahan ISPA
g. Menjelaskan Penatalaksanaan ISPA
Pada Keluarga
3 5 Menit Penutup :
a. Menanyakan kembali yang telah a. Mendengarkan dan memperhatikan
dijelaskan b. Menjawab pertanyaan
b. Menyimpulkan materi penyuluhan c. Menjawab salam
c. Melakukan evaluasi
d. Menutup dan memberi salam
Infeksi saluran pernafasan atas (ISPA) adalah infeksi saluran pernafasan akut yang
menyerang tenggorokan, hidung dan paru-paru yang berlangsung kurang lebih 14 hari,
ISPA mengenai struktur saluran di atas laring, tetapi kebanyakan penyakit ini mengenai
bagian saluran atas dan bawah secara stimulan atau berurutan (Muttaqin, 2008).
ISPA adalah penyakit yang menyerang salah satu bagian dan atau lebih dari saluran
pernafasan mulai dari hidung hingga alveoli termasuk jaringan adneksanya seperti sinus,
rongga telinga tengah dan pleura (Nelson, 2003)
Infeksi Saluran Pernapasan Atas (ISPA) adalah penurunan kemampuan pertahanan
alami jalan nafas dalam menghadapi organisme asing yang terjadi secara tiba-tiba,
menyerang hidung, tenggorokan, telinga bagian tengah serta saluran napas bagian dalam
sampai ke paru-paru. Biasanya menyerang anak usia 2 bulan-5 tahun. (Whaley and
Wong; 1991; 1418).
b. Penyebab ISPA
8
Agen infeksi adalah virus atau kuman yang merupakan penyebab dari terjadinya
infeksi saluran pernafasan. Ada beberapa jenis kuman yang merupakan penyebab utama
yakni golongan A -hemolityc streptococus, staphylococus, haemophylus influenzae,b
clamydia trachomatis, mycoplasma dan pneumokokus.
Usia bayi atau neonatus, pada anak yang mendapatkan air susu ibu angka kejadian
pada usia dibawah 3 bulan rendah karena mendapatkan imunitas dari air susu ibu.
Ukuran dari lebar penampang dari saluran pernafasan turut berpengaruh didalam
derajat keparahan penyakit. Karena dengan lobang yang semakin sempit maka dengan
adanya edematosa maka akan tertutup secara keseluruhan dari jalan nafas.
Kondisi klinis secara umum turut berpengaruh dalam proses terjadinya infeksi antara
lain malnutrisi, anemia, kelelahan. Keadaan yang terjadi secara langsung mempengaruhi
saluran pernafasan yaitu alergi, asthma serta kongesti paru.
Infeksi saluran pernafasan biasanya terjadi pada saat terjadi perubahan musim, tetapi
juga biasa terjadi pada musim dingin (Whaley and Wong; 1991; 1420).
9
1).Demam, pada neonatus mungkin jarang terjadi tetapi gejala demam muncul jika anak
sudah mencaapai usia 6 bulan sampai dengan 3 tahun. Seringkali demam muncul sebagai
tanda pertama terjadinya infeksi. Suhu tubuh bisa mencapai 39,50 C-40,5 0 C.
2).Meningismus, adalah tanda meningeal tanpa adanya infeksi pada meningens,
biasanya terjadi selama periodik bayi mengalami panas, gejalanya adalah nyeri kepala,
kaku dan nyeri pada punggung serta kuduk, terdapatnya tanda kernig dan brudzinski.
3).Anoreksia, biasa terjadi pada semua bayi yang mengalami sakit. Bayi akan menjadi
susah minum dan bhkan tidak mau minum.
4).Vomiting, biasanya muncul dalam periode sesaat tetapi juga bisa selama bayi tersebut
mengalami sakit.
5).Diare (mild transient diare), seringkali terjadi mengiringi infeksi saluran pernafasan
akibat infeksi virus.
6).Abdominal pain, nyeri pada abdomen mungkin disebabkan karena adanya
lymphadenitis mesenteric.
Sumbatan pada jalan nafas/ Nasal, pada saluran nafas yang sempit akan lebih mudah
tersumbat oleh karena banyaknya sekret.
Batuk, merupakan tanda umum dari tejadinya infeksi saluran pernafasan, mungkin tanda
ini merupakan tanda akut dari terjadinya infeksi saluran pernafasan.
Suara nafas, biasa terdapat wheezing, stridor, crackless, dan tidak terdapatnya suara
pernafasan (Whaley and Wong; 1991; 1419).
A. Klasifikasi
Program Pemberantasan ISPA (P2 ISPA) mengklasifikasi ISPA sebagai berikut:
1. Pneumonia berat: ditandai secara klinis oleh adanya tarikan dinding dada kedalam
(chest indrawing).
2. Pneumonia: ditandai secara klinis oleh adanya napas cepat.
3. Bukan pneumonia: ditandai secara klinis oleh batuk pilek, bisa disertai demam, tanpa
tarikan dinding dada kedalam, tanpa napas cepat. Rinofaringitis, faringitis dan
tonsilitis tergolong bukan pneumonia.
10
pada anak menurut (Depkes, 2002) adalah sebagai berikut:
1).Usia / Umur
Kebanyakan infeksi saluran pernapasan yang sering mengenai anak usia dibawah 3
tahun, terutama bayi kurang dari 1 tahun. Beberapa penelitian menunjukan bahwa
anak pada usia muda akan lebih sering menderita ISPA dari pada usia yang lebih
lanjut.
Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) banyak menyerang balita batasan 0-5 tahun,
sebagian besar kematian Balita di Indonesia karena ISPA. Balita merupakan faktor
resiko yang meningkatkan morbidibitas da mortalitas infeksi saluran pernafasan akut
(ISPA). Khususnya pnemonia karena pada usia balita daya tahan tubuh mereka belum
terlalu kuat (Santoso, 2007).
2).Jenis kelamin
Meskipun cara keseluruhan di negara yang sedang berkembang seperti Indonesia
masalah ini tidak terlalu di perhatikan, namun banyak penelitian yang menunjukan
perbedaan prevalensi penyakit ISPA terhadap jenis kelamin tertentu.
3).Status Gizi
Setatus gizi adalah ukuran keberhasilan dalam pemenuhan nutrisi untuk anak yang
diindikasikan oleh berat badan dan tinggi badan anak. Status gizi juga didefinisikan
sebagai status kesehatan yang dihasilkan oleh keseimbangan antara kebutuhan dan
masukan nutriaen. Penelitian status gizi merupakan pengukuran yang didasarkan
pada dayta antropometri serta biokimia dan riwayat diit (Beck, 2000).
Dengan makanan bergizi, tubuh manusia tumbuh dan dipelihara. Semua organ tubuh
dapat berfungsi dengan baik. Bagian tubuh yang rusak diganti. Kulit dan rambut terus
berganti, sel – sel tubuh terus bertumbuh. Sel-sel tubuh memasak dan mengolah zat
makanan yang masak agar zat makanan dapat dipakai untuk pekerjaan tubuh
(Nadesul, 2001).
4).Status Imunisasi
Pemberian imunisasi adalah suatu cara dengan sengaja memberikan kekebalan
terhadap penyakit secara aktif sehingga anak dapat terhindar dari suatu penyakit. Oleh
sebab itu anak yang tidak mendapat imunisasi lengkap akan lebih berisiko terkena
ISPA dibandingkan dengan anak yang mendapat imunisasi lengkap (Nelson, 1992).
Tercapainya imunisasi dasar secara lengkap pada bayi (0-11 bulan), ibu hamil, wanita
usia subur dan anak sekolah tingkat dasar. Imunisasi dasar lengkap pada bayi
meliputi: 1 dosis BCG, 3 dosis DPT, 4 dosis Polio, 4 dosis Hepatitis B, 1 dosis
11
Campak. Pada ibu hamil dan wanita usia subur meliputi 2 dosis TT. Untuk anak
sekolah tingkat dasar rneliputi 1 dosis DT, I dosis campak dan 2 dosis TT (Dinkes,
2009).
5).Status Pemberian ASI Eksklusif
Kolostrum (dari bahasa latin colostrum) adalah susu yang dihasilkan oleh kelenjar
susu dalam tahap akhir kehamilan dan beberapa hari setelah kelahiran bayi
(Wikipedia, 2008).
ASI eksklusif adalah pemberian ASI tanpa makanan dan minuman tambahan lain
pada bayi berumur 0-6 bulan bahkan air putih tidak diberikan dalam tahap ASI
eksklusif ini (WHO, 2001).
Balita yang tidak diberi ASI juga berpotensi mengidap ISPA, bayi usia 0-11 bulan
yang tidak diberi ASI mempunyai resiko 5 kali lebih besar meninggal karena ISPA
dibandingkan Bayi yang memperoleh ASI Ekslusif. Bayi yang tidak diberi ASI
menyebapkan terjadinya defisiensi zat besi, ini menjadikan resiko kematianya karena
ISPA sangat besar dibandingkan bayi yang secara ekslusif mendapatkan ASI dari si
ibu, Bayi yang diberi ASI ekslusif dapat tumbuh lebih baik dan lebih jarang sakit
serta angka kematianya lebih renda dibandingkan bayi yang tidak mendapatkan ASI.
Ini terjadi karena pemberian ASI dapat meningkatkan reaksi Imonologis bayi, hampir
90 % kematian bayi dan balita terjadi di negara berkembang dan jumlah itu sekitar 4
% lebih kematian disebapkan oleh ISPA (Kartasasmita, 2003).
1. Faktor Lingkungan
Faktor lingkungan sangat besar pengaruhnya terhadap kejadian penyakit ISPA. Faktor
lingkungan tersebut dapat berasal dari dalam maupun luar rumah. Untuk faktor yang
berasal dari dalam rumah sangat dipengaruhi oleh kualitas sanitasi dari rumah itu sendiri,
seperti :
a. Kelembaban ruangan
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 1077/Menkes/Per/V/2011
tentang Pedoman Penyehatan Udara Dalam Ruang Rumah menetapkan bahwa
kelembaban yang sesuai untuk rumah sehat adalah 40- 60%. Kelembaban yang
terlalu tinggi maupun rendah dapat menyebabkan suburnya pertumbuhan
mikrorganisme, termasuk mikroorganisme penyebab ISPA (Kemenkes RI, 2011a).
b. Suhu ruangan
12
Salah satu syarat fisiologis rumah sehat adalah memiliki suhu optimum 18- 30 0C.
Hal ini berarti, jika suhu ruangan rumah di bawah 18 0C atau di atas 300C, keadaan
rumah tersebut tidak memenuhi syarat (Kemenkes RI,
2011a).
c. Penerangan alami
Rumah yang sehat adalah rumah yang tersedia cahaya yang cukup. Suatu rumah
atau ruangan yang tidak mempunyai cahaya, dapat menimbulkan perasaan kurang
nyaman, juga dapat mendatangkan penyakit. Sebaliknya suatu ruangan yang
terlalu banyak mendapatkan cahaya akan menimbulkan rasa silau, sehingga
ruangan menjadi tidak sehat.
d. Ventilasi
Ventilasi sangat penting untuk suatu tempat tinggal, hal ini karena ventilasi
mempunyai fungsi ganda. Fungsi pertama sebagai lubang masuk dan keluar angin
sekaligus udara dari luar ke dalam dan sebaliknya. Dengan adanya jendela sebagai
lubang ventilasi, maka ruangan tidak akan terasa pengap asalkan jendela selalu
dibuka. Untuk lebih memberikan kesejukan, sebaiknya jendela dan lubang angin
menghadap ke arah datangnya angin, diusahakan juga aliran angin tidak terhalang
sehingga terjadi ventilasi silang (cross ventilation). Fungsi ke dua dari jendela
adalah sebagai lubang masuknya cahaya dari luar (cahaya alam/matahari). Suatu
ruangan yang tidak mempunyai sistem ventilasi yang baik akan menimbulkan
beberapa keadaan seperti berkurangnya kadar oksigen, bertambahnya kadar
karbon dioksida, bau pengap, suhu dan kelembaban udara meningkat. Keadaan
yang demikian dapat merugikan kesehatan dan atau kehidupan dari penghuninya,
bukti yang nyata pada kesehatan menunjukkan terjadinya penyakit pernapasan,
alergi, iritasi membrane mucus dan kanker paru. Sirkulasi udara dalam rumah akan
baik dan mendapatkan suhu yang optimum harus mempunyai ventilasi minimal
10% dari luas lantai (Depkes RI, 1999).
e. Kepadatan hunian rumah
Kepadatan penghuni rumah merupakan perbandingan luas lantai dalam rumah
dengan jumlah anggota keluarga penghuni rumah tersebut. Kepadatan hunian
ruang tidur menurut Permenkes RI Nomor 829/MENKES/SK/VII/1999 adalah
minimal 8 m2, dan tidak dianjurkan digunakan lebih dari dua orang tidur dalam
satu ruang tidur, kecuali anak di bawah umur lima tahun (Depkes RI, 1999).
h. Keberadaan perokok
Rokok bukan hanya masalah perokok aktif tetapi juga perokok pasif. Asap rokok
terdiri dari 4.000 bahan kimia, 200 di antaranya merupakan racun antara lain
Carbon Monoksida (CO), Polycyclic Aromatic Hydrocarbons (PAHs) dan lain-
lain (Kemenkes RI, 2011a). Berdasarkan hasil penelitian Nasution et al. (2009)
serta Winarni et al. (2010), didapatkan hubungan yang bermakna antara pajanan
asap rokok dengan kejadian ISPA pada Balita.
i. Debu rumah
Menurut Kemenkes RI (2011a), partikel debu diameter 2,5μ (PM2,5) dan Partikel
debu diameter 10μ (PM10) dapat menyebabkan pneumonia, gangguan system
pernapasan, iritasi mata, alergi, bronchitis kronis. PM2,5 dapat masuk ke dalam
paru yang berakibat timbulnya emfisema paru, asma bronchial, dan kanker paru-
paru serta gangguan kardiovaskular atau kardiovascular (KVS). Secara umum
PM2,5 dan PM10 timbul dari pengaruh udara luar (kegiatan manusia akibat
pembakaran dan aktivitas industri). Sumber dari dalam rumah antara lain dapat
berasal dari perilaku merokok, penggunaan energi masak dari bahan bakar
biomasa, dan penggunaan obat nyamuk bakar.
j. Dinding rumah
Fungsi dari dinding selain sebagai pendukung atau penyangga atap juga untuk
melindungi rumah dari gangguan panas, hujan dan angin dari luar dan juga sebagai
pembatas antara dalam dan luar rumah. Dinding berguna untuk mempertahankan
suhu dalam ruangan, merupakan media bagi proses rising damp (kelembaban yang
14
naik dari tanah) yang merupakan salah satu faktor penyebab kelembaban dalam
rumah. Bahan dinding yang baik adalah dinding yang terbuat dari bahan yang
tahan api seperti batu bata atau yang sering disebut tembok. Dinding dari tembok
akan dapat mencegah naiknya kelembaban dari tanah (rising damp) Dinding dari
anyaman bambu yang tahan terhadap segala cuaca sebenarnya cocok untuk daerah
pedesaan, tetapi mudah terbakar dan tidak dapat menahan lembab, sehingga
kelembabannya tinggi (Depkes RI,1999).
k. Status ekonomi dan pendidikan
Persepsi masyarakat mengenai keadaan sehat dan sakit berbeda dari satu individu
dengan individu lainnya. Bagi seseorang yang sakit, persepsi terhadap penyakitnya
merupakan hal yang penting dalam menangani penyakit tersebut. Untuk bayi dan
anak balita persepsi ibu sangat menentukan tindakan pengobatan yang akan
diterima oleh anaknya. Berdasarkan hasil penelitian Djaja et al. (2001), didapatkan
bahwa bila rasio pengeluaran makanan dibagi pengeluaran total perbulan
bertambah besar, maka jumlah ibu yang membawa anaknya berobat ke dukun
ketika sakit lebih banyak. Berdasarkan hasil uji statistik didapatkan bahwa ibu
dengan status ekonomi tinggi 1,8 kali lebih banyak pergi berobat ke pelayanan
kesehatan dibandingkan dengan ibu yang status ekonominya rendah. Ibu dengan
pendidikan lebih tinggi, akan lebih banyak membawa anak berobat ke fasilitas
kesehatan, sedangkan ibu dengan pendidikan rendah lebih banyak mengobati
sendiri ketika anak sakit ataupun berobat ke dukun. Ibu yang berpendidikan
minimal tamat SLTP 2,2 kali lebih banyak membawa anaknya ke pelayanan
kesehatan ketika sakit dibandingkan dengan ibu yang tidak bersekolah, hal ini
disebabkan karena ibu yang tamat SLTP ke atas lebih mengenal gejala penyakit
yang diderita oleh balitanya.
15
penyebab (WHO, 2007)
D. Pencegahan
Pencegahan dapat dilakukan dengan :
1) Menjaga keadaan gizi agar tetap baik.
Dengan menjaga kesehatan gizi yang baik maka itu akan mencegah kita atau
terhindar dari penyakit yang terutama antara lain penyakit ISPA. Misalnya
dengan mengkonsumsi makanan empat sehat lima sempurna, banyak minum air
putih, olah raga dengan teratur, serta istirahat yang cukup, kesemuanya itu akan
menjaga badan kita tetap sehat. Karena dengan tubuh yang sehat maka
kekebalan tubuh kita akan semakin meningkat, sehingga dapat mencegah virus /
bakteri penyakit yang akan masuk ke tubuh kita.
2) Immunisasi.
Pemberian immunisasi sangat diperlukan baik pada anak-anak maupun orang
dewasa. Immunisasi dilakukan untuk menjaga kekebalan tubuh kita supaya
tidak mudah terserang berbagai macam penyakit yang disebabkan oleh virus /
bakteri
3) Menjaga kebersihan perorangan dan lingkungan.
Membuat ventilasi udara serta pencahayaan udara yang baik akan mengurangi
polusi asap dapur / asap rokok yang ada di dalam rumah, sehingga dapat
mencegah seseorang menghirup asap tersebut yang bisa menyebabkan terkena
penyakit ISPA. Ventilasi yang baik dapat memelihara kondisi sirkulasi udara
(atmosfer) agar tetap segar dan sehat bagi manusia
4) Mencegah anak berhubungan dengan penderita ISPA.
Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) ini disebabkan oleh virus/ bakteri yang
ditularkan oleh seseorang yang telah terjangkit penyakit ini melalui udara yang
tercemar dan masuk ke dalam tubuh. Bibit penyakit ini biasanya berupa virus /
bakteri di udara yang umumnya berbentuk aerosol (anatu suspensi yang
melayang di udara). Adapun bentuk aerosol yakni Droplet, Nuclei (sisa dari
sekresi saluran pernafasan yang dikeluarkan dari tubuh secara droplet dan
melayang di udara), yang kedua duet (campuran antara bibit penyakit)
E. Penatalaksanaan
16
1. Medis
a) Suportif : meningkatkan daya tahan tubuh berupa Nutrisi yang adekuat,
pemberian multivitamin dll.
b) Antibiotik :
Idealnya berdasarkan jenis kuman penyebab utama ditujukan pada S.
pneumonia, H. influensa dan S. aureus.
Menurut WHO : Pneumonia rawat jalan yaitu kotrimoksasol, Amoksisillin,
Ampisillin, Penisillin Prokain, Pnemonia berat : Benzil penicillin,
klorampenikol, kloksasilin, gentamisin.
Antibiotik baru lain : Sefalosforin, quinolon dll.
2. Keperawatan
Penatalaksanaan pada bayi dengan pilek sebaiknya dirawat pada posisi telungkup,
dengan demikian sekret dapat mengalir dengan lancar sehingga drainase sekret
akan lebih mudah keluar (Pincus Catzel & Ian Roberts; 1990; 452).
17
1) Menigkatkan istirahat minimal 8 jam perhari.
2) Meningkatkan makanan bergizi.
3) Bila demam beri kompres dan banyak minum.
4) Bila hidung tersumbat karena pilek bersihkan lubang hidung dengan sapu
tangan yang bersih.
5) Bila badan seseorang demam gunakan pakaian yang cukup tipis tidak terlalu
ketat.
6) Bila terserang pada anak tetap berikan makanan dan ASI bila anak tersebut
masih menetek.
E. Pengobatan
1. Mengatasi panas (demam) dengan memberikan parasetamol atau dengan
kompres,
Bayi dibawah 2 bulan dengan demam harus segera dirujuk. Parasetamol
diberikan 4 kali tiap 6 jam untuk waktu 2 hari. Cara pemberiannya, tablet dibagi
sesuai dengan dosisnya, kemudian digerus dan diminumkan. Memberikan
kompres, dengan menggunakan kain bersih, celupkan pada air (tidak perlu air
es).
2. Mengatasi batuk
a. Tarik napas dalam dan batuk efektif.
Cara napas dalam dan batuk efektif :
Ambil napas dalam (melalui hidung)
Tahan sejenak ± 5-10 detik, lalu hembuskan pelan-pelan melalui mulut
Ulangi cara (1) dan (2) sebanyak 3 X
Setelah itu, batukkan dengan keras
Jika ada cairan/lendir/sekret yang keluar, langsung buang ke tempat yang
sudah disediakan (Sputum Pot atau jika tidak ada boleh menggunakan botol
/kaleng /wadah berisi pasir).
Berkumur-kumur.
Lakukan dengan teratur (minimal 3 x sehari).
Kontra indikasi : pada balita karena bau minyak penghangat terlalu kuat serta risiko
19
DAFTAR PUSTAKA
https://www.academia.edu/31781780/
SATUAN_ACARA_PENYULUHAN_SAPhttps://id.scribd.com/doc/206629851/
Satuan-Acara-Penyuluhan-SAP-ISPA
Anonim. (2012) faktor risiko kejadian infeksi saluran pernafasan Akut ISPA pada
Aanak athttp://www.google.com
Asrun. (2011) faktor risiko kejadian infeksi saluran pernafasan Akut ISPA pada
anak athttp://www.google.com
athttp://www.google.com
20
ABSENSI PESERTA HADIR PENYULUHAN
DI PUSKESMAS SEI LANGKAI
Mengetahui,
Pembimbing Lahan
21