Tempat Kegiatan : Ruang Rawat Inap Anak Kasturi III Infeksi, RSUD dr. Rasidin
I. Latar Belakang
Infeksi Saluran Pernapasan Atas merupakan keadaan infeksi anak paling
lazim, tetapi kemakananya tergantung frekuensi relatif dari komplikasi yang
terjadi pada anak. Sindrom ini lebih luas dari pada orang dewasa. Biasanya anak
dengan ISPA mengalami penurunan nafsu makan tetapi tindakan memaksa dia
untuk makan hidangan tidak ada gunanya. Sebagian besar penyakit pada anak-
anak adalah infeksi, sebagian besar infeksi ini terjadi pada saluran nafas, sebagian
besar adalah ISPA, kebanyakan adalah virus. Ispa dapat mencetus kejang demam,
dan serangan asma (lectur, 2002).
Anak merupakan individu yang berada dalam satu rentang perubahan
perkembangan yang dimulai dari bayi hingga remaja. Masa anak merupakan masa
pertumbuhan dan perkembangan yang dimulai dari bayi (0-1 tahun) usia bermain /
oddler (1-2,5 tahun), pra sekolah (2,5-5), usia sekolah (5-11 tahun) hingga remaja
(11-18 tahun). Dalam proses perkembangan anak memiliki ciri fisik, kognitif,
konsep diri, pola koping dan perilaku sosial
Dinding dan seluruh sistem pernapasan dilapisi oleh mukosa yang saling
berhubungan sehinga infeksi yang terjadi disuatu tempat dengan mudah bisa
mempengaruhi bagian saluran pernapasan atas lainnya. ISPA juga menjadi alasan
utama mengapa pasien lebih memilih perawatan ambulatory atau rawat jalan.
Oleh karena itu menjadi penting bahwa perawat perlu dipersiapkan untuk
memberikan perawatan terbaik, memberikan penyuluhan dan informasi mengenai
obat- obatan kepada pasien. Meskipun teknologi kedokteran telah berkembang
sedemikian pesatnya, namun pertanyaan-pertanyaan klinis yang umum untuk
penyakit ISPA selalu mementingkan pada strategi yang efektif untuk pencegahan,
diagnosa dan perawatan.
Anak-anak merupakan kelompok masyarakat yang rentan untuk terserang
berbagai penyakit khususnya penyakit infeksi. Menurut temuan organisasi
kesehatan dunia (WHO) diperkirakan 10 juta anak meninggal tiap tahun. Yang
disebabkan karena diare, HIV/AIDS, Malaria dan ISPA (Depkes RI, 2007).
Penyakit ISPA merupakan suatu masalah kesehatan utama di indonesia karena
masih tingginya angka kejadian ISPA terutama pada Anak-Anak dan balita. ISPA
mengakibatkan sekitar 20% – 30% kematian anak balita. ISPA merupakan salah
satu penyebab kunjungan pasien pada sarana kesehatan. Sebanyak 40% – 60%
kunjungan berobat di puskesmas dan 15% – 30% kunjungan berobat dirawat jalan
dan rawat inap.
II. Tujuan Instruksional Umum
Setelah dilakukan penyuluhan diharapkan orang tua Mumtazza Aqila dapat
mengetahui dan memahami tentang berbagai cara pencegahan bronkopnemonia
berulang dan kepatuhan penggunaan antibiotik .
III. Tujuan Instruksional Khusus
Setelah dilakukan penyuluhan selama 20 menit, diharapkan sasaran dapat :
1. Menjelaskan kembali pengertian dari bronkopnemonia..
2. Menyebutkan kembali tanda dan gejala dari bronkopnemonia.
3. Menjelaskan kembali cara perawatan pasien dirumah.
4. Menjelaskan cara pencegahan bronkopnemonia.
5. Menjelaskan penggunaan antibiotik yang baik dan benar.
IV. Sasaran
Orang tua pasien Mumtazza Aqila di Rawat Inap Kasturi, RSUD. dr. Rasidin
V. Materi
Pencegahan Bronko Pneumonia Berulang dan Kepatuhan Penggunaan Antibiotik
VI. Metode
1. Sosialisasi/Penyuluhan
2. Diskusi/Tanya jawab
VII. Media
1. Leaflat
VIII. Kegiatan Penyuluhan
Pembukaan :
a. Membuka / memulai kegiatan dengan Menjawab salam
mengucapkan salam
Mendengarkan
Mendengarkan
Pelaksanaan :
a. Menjelaskan pengertian dari Mendengar dan
bronkopnemonia.. memperhatikan
b. Menyebutkan tanda dan gejala dari Mendengar dan
bronkopnemonia. memperhatikan
c. Menjelaskan cara perawatan pasien Mendengar dan
15 dirumah. memperhatikan
2.
Menit d. Menjelaskan cara pencegahan Mendengar dan
bronkopnemonia. memperhatikan
e. Menjelaskan penggunaan antibiotik yang Mendengar dan
baik dan benar. memperhatikan
f. Memberikan kesempatan kepada peserta Mendengar dan
untuk bertanya. memperhatikan
Mendengar dan
memperhatikan
1
3. Evaluasi dan Terminasi :
Menit
a. Menanyakan kepada peserta tentang Menjawab
materi yang telah disampaikan pertanyaan
b. Menanyakan kembali apakah ada peserta Menjawab
yang kurang jelas mengenai isi pertanyaan
penyuluhan.
c. Mengucapkan terimakasih atas Mendengarkan
partisipasi peserta.
d. Mengucapkan salam penutup. Menjawab salam
IX. SETTING TEMPAT
Keterangan :
: Keluarga pasien
2. Evaluasi Proses
Kelua tertarik terhadap materi edukasi..
Keluarga pasien mengikuti jalannya edukasi sampai selesai
Keluarga pasien mengajukan pertanyaan dan mahasiswa menjawab
pertanyaan dengan baik terkait hal-hal yang harus diperhatikan dalam
mencegah bronkopnemonia berulang.
3. Evaluasi Hasil
Keluarga pasien mengetahui pengertian bronkopnemonia
Keluarga pasien mengetahui tanda gejala bronkopnemonia
Keluarga pasien mengetahui cara pencegahan bronkopnemonia
Keluarga pasien mengetahui bagaimana penggunaan antibiotik yang baik
dan benar.
MATERI
PENCEGAHAN BRONKOPNEMONIA BERULANG DAN KEPATUHAN
PENGGUNAAN ANTIBIOTIK
A. Bronkopnemonia
1. Definisi
Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) adalah infeksi akut yang melibatkan organ
saluran pernapasan bagian atas dan saluran pernapasan bagian bawah. Infeksi ini
disebabkan oleh virus, jamur dan bakteri. ISPA akan menyerang host apabila ketahanan
tubuh (immunologi) menurun. Bayi di bawah lima tahun adalah kelompok yang memiliki
sistem kekebalan tubuh yang masih rentan terhadap berbagai penyakit.
Tanda dan gejala penyakit infeksi saluran pernafasan dapat berupa batuk, kesulitan
bernafas, sakit tenggorokan, pilek, demam, dan sakit kepala tidak memerlukan
pengobatan dengan antibiotik. Namun sebagian anak yang menderita radang paru
(pneumonia), bila infeksi ini tidak segera diobati dengan antibiotik maka akan
menyebabkan kematian.
B. Penggunaan Antibiotik
Tanda dan gejala ISPA sedang meliputi tanda dan gejala pada ISPA ringan
ditambah satu atau lebih tanda dan gejala seperti pernafasan yang lebih cepat
(lebih dari 50 kali per menit), wheezing (nafas menciut-ciut), dan panas 39oC atau
lebih. Tanda dan gejala lainnya antara lain sakit telinga, keluarnya cairan dari
telinga yang belum lebih dari dua minggu, sakit campak.
Seorang anak dinyatakan menderita ISPA berat gejala sebagai berikut: bibir
atau kulit membiru, lubang hidung kembang kempis (dengan cukup lebar) pada
waktu bernapas, anak tidak sadar atau kesadarannya menurun, pernapasan
berbunyi mengorok dan anak tampak gelisah, pernapasan berbunyi menciut dan
anak tampak gelisah, nadi cepat lebih dari 60 kali/menit atau tidak teraba,
tenggorokan berwarna merah.
a. Status Gizi
Status gizi balita merupakan hal penting yang harus diketahui oleh setiap
orang tua. Perlunya perhatian lebih dalam tumbuh kembang di usia balita
didasarkan fakta bahwa kurang gizi yang terjadi pada masa emas ini akan
berpengaruh pada kualitas tumbuh kembang anak. Pertumbuhan yang baik dan
status imunologi yang memadai akan menghasilkan tingkat kesehatan yang baik
pula. Sebaliknya, pertumbuhan fisik yang terhambat biasanya disertai dengan
status imunologi yang rendah sehingga balita mudah terkena penyakit. Anak
dibawah lima tahun adalah kelompok umur yang sangat rentan terhadap berbagai
penyakit infeksi dan membutuhkan zat gizi yang relatif lebih tinggi dibandingkan
kelompok umur yang lain.Balita yang kurang gizi mempunyai risiko meninggal
lebih tinggi dibandingkan balita yang mempunyai status gizi yang baik. Setiap
tahun kurang lebih 11 juta balita diseluruh dunia meningal karena penyakit-
penyakit infeksi yang salah satunya adalah infeksi saluran pernapasan akut
(ISPA). Salah satu faktor yang dapat menimbulkan terjadinya ISPA pada balita
adalah status gizi, dimana status gizi yang kurang merupakan hal yang
memudahkan proses terganggunya sistem hormonal dan pertahanan tubuh pada
balita.
a) Mensuplai udara bersih yaitu udara yang mengandung kadar oksigen yang
optimum bagi pernapasan.
3) Kepadatan Hunian
b) Anak dan keluarga diajarkan untuk menggunakan tisu atau tangannya untuk
menutup hidung dan mulutnya ketika batuk/bersin.
c) Anak yang terinfeksi pernafasan sebaiknya tidak berbagi peralatan pribadi apapun.
d) Untuk mencegah kontaminasi virus lakukan cuci tangan dan jangan menyentuh
mata dan hidung.
e) Mencegah anak berhubungan terlalu dekat dengan saudarannya atau anggota
keluarga lainnya yang sedang sakit ISPA. Tindakan semi isolasi dapat dilakukan
seperti anak yang sehat tidur terpisah dengan anggota keluaga lain yang sedang
sakit ISPA.