Anda di halaman 1dari 16

SATUAN ACARA PENYULUHAN

Pokok Bahasan : Mengidentifikasi dan Pencegahan Dini ISPA (Infeksi Saluran


Pernafasan Atas) Pada Anak

Sasaran : Keluarga dan Orang Tua Anak

Tempat Kegiatan : Puskesmas Pauh

Hari/ Tanggal : 2 November 2023

Alokasi waktu : 45 menit

I. Latar Belakang

Anak merupakan individu yang berada dalam satu rentang perubahan


perkembangan yang dimulai dari bayi hingga remaja. Masa anak merupakan masa
pertumbuhan dan perkembangan yang dimulai dari bayi (0-1 tahun) usia bermain /
oddler (1-2,5 tahun), pra sekolah (2,5-5), usia sekolah (5-11 tahun) hingga remaja
(11-18 tahun). Dalam proses perkembangan anak memiliki ciri fisik, kognitif,
konsep diri, pola koping dan perilaku social. Usia balita lebih sering terkena
penyakit dibandingkan orang dewasa. Hal ini disebabkan sistem pertahanan tubuh
pada balita terhadap penyakit infeksi masih dalam tahap perkembangan. Salah
satu penyakit infeksi yang paling sering diderita oleh balita adalah Infeksi Saluran
Pernafasan Akut (ISPA) ( Syafarilla, 2011).

Penyakit ISPA merupakan penyakit yang sering terjadi pada anak. Infeksi
Saluran Pernafasan Akut (ISPA) adalah penyakit infeksi akut yang menyerang
salah satu bagian atau lebih dari saluran nafas mulai dari hidung hingga kantong
paru (alveoli) termasuk jaringan adneksanya seperti sinus/rongga di sekitar
hidung, rongga telinga tengah dan pleura (Depkes, 2002). Infeksi Saluran
Pernapasan Akut merupakan keadaan infeksi anak paling lazim, tetapi tergantung
frekuensi relatif dari komplikasi yang terjadi pada anak. Sindrom ini lebih luas
dari pada orang dewasa. Biasanya anak dengan ISPA mengalami penurunan nafsu
makan tetapi tindakan memaksa dia untuk makan hidangan tidak ada gunanya.
Sebagian besar penyakit pada anak-anak adalah infeksi, sebagian besar infeksi ini
terjadi pada saluran nafas, sebagian besar adalah ISPA, kebanyakan adalah virus.
Ispa dapat mencetus kejang demam, dan serangan asma (lectur, 2002).

Infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) juga merupakan penyebab utama


tingkat kesakitan dan kematian akibat penyakit menular di dunia. Sekitar 4 juta
bayi meninggal setiap tahun karena infeksi saluran pernapasan akut, di mana 98%
kematian tersebut disebabkan oleh pneumonia, bronkitis dan bronkiolitis. Tingkat
kematian sangat tinggi terjadi pada bayi yang berusia dibawah 5 tahun, terutama
di negara berpendapatan rendah dan menengah (WHO, 2020). Di Indonesia
penyakit ISPA merupakan penyakit tertinggi pertama penyebab kematian pada
bayi dan angka kesakitan pada balita. Selain itu, penyakit ini sering berada pada
10 penyakit terbanyak di fasilitas kesehatan khususnya di puskesmas (Febrianti,
2020).

Secara nasional, prevalensi ISPA sebesar 9,3% di Indonesia pada tahun 2018.
Berdasarkan daerah, Provinsi Nusa Tenggara Timur menjadi penyumbang angka
ISPA tertinggi yaitu sebanyak 15,4% dan terendah adalah Provinsi Jambi sebesar
5.5%. Sedangkan Provinsi Sumatera Barat menempati peringkat ke-11 yaitu
sebesar 9.5%. Berdasarkan karakteristik kelompok umur <1 tahun sebanyak 9,4%
dan 1-4 sebanyak 13,7% menderita ISPA, artinya proporsi ISPA pada balita lebih
tinggi dibandingkan bayi. Jika dilihat berdasarkan gender, diketahui bahwa laki-
laki sebesar 13,2% dan perempuan sebesar 12,4%. Menurut domisili bahwa
masyarakat perkotaan sebanyak 12,8% dan perdesaan sebanyak 12,9% menderita
penyakit ISPA (4). ISPA di Kota Padang masih cukup tinggi, menduduki urutan
pertama dari 10 penyakit terbanyak disetiap puskesmas. Prevalensi ISPA pada
balita dilaporkan sebesar 3.91% pada tahun 2020. Berdasarkan gender, jumlah
ISPA pada balita laki-laki sebanyak 391 orang sedangkan perempuan sebanyak
311 orang. Dari data yang dilaporkan pada tahun 2020 menunjukan bahwa
prevalensi ISPA pada balita tertinggi terdapat di Puskesmas Pauh dengan jumlah
sebanyak 2.425 kasus (5). Pada tahun 2021 ditemukan sebesar 36,7% atau
sebanyak 707 kejadian ISPA pada balita di Kota Padang (Ilmaskal, 2023).

Penyebab ISPA terdiri dari 300 jenis bakteri, virus dan rhicetsia. Bakteri
penyebab ISPA antara lain adalah dari genus streptococcus, staphylococcus,
pneumococcus, haemophylus, dan corinebacterium. Virus penyebab ISPA antara
lain adalah golongan miksovirus, adenovirus, coronavirus, picornavirus,
mycoplasma, herpesvirus, dan lain-lain (Hapipah et al., 2021). Faktor-faktor yang
mempengaruhi kejadian ISPA pada balita dipengaruhi oleh tiga faktor antara lain:
Faktor Host (Manusia), jenis kelamin anak balita, berat badan lahir, pendidikan
ibu, Faktor Environment (Lingkungan), ventilasi, jenis lantai rumah, jenis bahan
bakar untuk memasak, kebiasaan merokok anggota keluarga, penyuluhan dan
Faktor Agent (Penyebab Penyakit), Mikoroorganisme Virus, Bakteri, Jamur
(Lazamidarmi, Rico & Heru, 2021).

Terjadinya ISPA juga dipengaruhi atau disebabkan oleh berbagai macam


faktor seperti virus, keadaan daya tahan tubuh, umur, jenis kelamin, status gizi,
imunisasi, dan keadaan lingkungan (pencemaran lingkungan seperti asap karena
kebakaran hutan, polusi udara, ditambah dengan perubahan iklim terutama suhu,
kelembaban, curah hujan) merupakan ancaman kesehatan bagi masyarakat
terutama penyakit ISPA. Hal ini tidak hanya disebabkan oleh faktor-faktor
tersebut diatas tetapi juga dipengaruhi oleh perilaku ibu seperti pengetahuan,
sikap dan dan tingkat pendidikan ibu. (Mulyono, 2009).

Dinding dan seluruh sistem pernapasan dilapisi oleh mukosa yang saling
berhubungan sehinga infeksi yang terjadi disuatu tempat dengan mudah bisa
mempengaruhi bagian saluran pernapasan atas lainnya. ISPA juga menjadi alasan
utama mengapa pasien lebih memilih perawatan ambulatory atau rawat jalan.
Oleh karena itu menjadi penting bahwa perawat perlu dipersiapkan untuk
memberikan perawatan terbaik, memberikan penyuluhan dan informasi mengenai
obat- obatan kepada pasien. Meskipun teknologi kedokteran telah berkembang
sedemikian pesatnya, namun pertanyaan-pertanyaan klinis yang umum untuk
penyakit ISPA selalu mementingkan pada strategi yang efektif untuk pencegahan,
diagnosa dan perawatan.

Anak-anak merupakan kelompok masyarakat yang rentan untuk terserang


berbagai penyakit khususnya penyakit infeksi. Menurut temuan organisasi
kesehatan dunia (WHO) diperkirakan 10 juta anak meninggal tiap tahun. Yang
disebabkan karena diare, HIV/AIDS, Malaria dan ISPA (Depkes RI, 2007).
Penyakit ISPA merupakan suatu masalah kesehatan utama di indonesia karena
masih tingginya angka kejadian ISPA terutama pada Anak-Anak dan balita. ISPA
mengakibatkan sekitar 20% – 30% kematian anak balita. ISPA merupakan salah
satu penyebab kunjungan pasien pada sarana kesehatan. Sebanyak 40% – 60%
kunjungan berobat di puskesmas dan 15% – 30% kunjungan berobat dirawat jalan
dan rawat inap.

II. Tujuan Instruksional Umum


Setelah dilakukan penyuluhan diharapkan keluarga dan orang tua anak di
Puskesmas Pauh mengetahui dan memahami tentang cara mengidentifikasi dan
melakukan pencegahan dini ISPA, serta meminimalisir angka kejadian ispa
dikalangan anak di wilayah Puskesmas Pauh.
III. Tujuan Instruksional Khusus
Setelah dilakukan penyuluhan selama 45 menit, diharapkan sasaran dapat :
1. Menjelaskan kembali pengertian dari ISPA.
2. Menyebutkan kembali tanda dan gejala dari ISPA.
3. Menyebutkan kembali macam-macam dari ISPA.
4. Menjelaskan bahaya dari ISPA.
5. Menjelaskan kembali cara perawatan ISPA dirumah.
6. Menjelaskan cara pencegahan ISPA.
7. Menjelaskan penatalaksanaan ISPA.
IV. Sasaran
Keluarga dan Orang Tua Anak di Puskesmas Pauh
V. Materi
Mengidentifikasi dan Pencegahan Dini ISPA

VI. Metode
1. Sosialisasi/Penyuluhan
2. Diskusi/Tanya jawab
VII. Media
1. Banner
2. Leaflat
VIII. Kegiatan Penyuluhan

N WAKTU KEGIATAN PENYULUHAN KEGIATAAN


O PESERTA

Pembukaan :
a. Membuka / memulai kegiatan dengan  Menjawab salam
mengucapkan salam
b. Memperkenalkan diri  Mendengarkan
10
1 c. Menyebutkan materi penyuluhan  Mendengarkan
Menit
d. Pembukaan dengan pembacaan Al -  Mendengarkan
quran
e. Kontrak waktu
 Mendengarkan
f. Menjelaskan tujuan dari penyuluhan
 Mendengarkan

2. 20
Menit Pelaksanaan :
a. Menjelaskan Pengertian ISPA  Mendengar dan
memperhatikan
b. Menjelaskan Penyebab ISPA  Mendengar dan
memperhatikan
c. Menjelaskan Tanda dan Gejala ISPA  Mendengar dan
memperhatikan
d. Menjelaskan Macam-macam ISPA  Mendengar dan
memperhatikan
e. Menjelaskan Cara Penularan ISPA  Mendengar dan
memperhatikan
f. Menjelaskan Pencegahan ISPA  Mendengar dan
memperhatikan
g. Menjelaskan Penatalaksanan ISPA Pada
 Mendengar dan
keluarga
memperhatikan

h. Memberikan kesempatan kepada peserta


untuk bertanya.

Evaluasi dan Terminasi :


a. Menanyakan kepada peserta tentang  Menjawab
materi yang telah disampaikan pertanyaan
b. Menanyakan kembali apakah ada peserta  Menjawab
15 yang kurang jelas mengenai isi pertanyaan
3.
Menit penyuluhan.
c. Mengucapkan terimakasih atas  Mendengarkan
partisipasi peserta.
d. Mengucapkan salam penutup.  Menjawab salam
IX. SETTING TEMPAT

Infocus

Keterangan :

: Pemateri (1 Orang) : Ariesta Dwi Putri

: keluarga dan atau orang tua di Puskesmas Pauh

: Observer (1 Orang): Ferawati

: Fasilitator (5 Orang): Regita Anjelina, Miftahhur Rahmi, Dilla Rahman, Nurul


Ashikin, Cindy Aviola

: Dokumentator (2 Orang): Luthfiana Fajri, Khairunnisa Hazira.


: Moderator (1 Orang): Aida Adila

X. Evaluasi
1. Evaluasi Struktur
 Pasien dan keluarga hadir di tempat penyuluhan
 Penyelenggaraan penyuluhan di Puskesmas Pauh
 Persiapan alat dan bahan

2. Evaluasi Proses
 Pasien dan keluarga tertarik terhadap materi penyuluhan.
 Pasien dan keluarga mengikuti jalannya penyuluhan sampai selesai
 Pasien dan keluarga mengajukan pertanyaan dan mahasiswa menjawab
pertanyaan dengan baik terkait hal-hal yang harus diperhatikan dalam
mobilisasi dini.

3. Evaluasi Hasil
 Pasien dan keluarga mengetahui Pengertian ISPA
 Pasien dan keluarga mengetahui Penyebab ISPA
 Pasien dan keluarga mengetahui Tanda dan Gejala ISPA
 Pasien dan keluarga mengetahui Macam-macam ISPA
 Pasien dan keluarga mengetahui Cara Penularan ISPA
 Pasien dan keluarga mengetahui Pencegahan ISPA
 Pasien dan keluarga mengetahui Penatalaksanan ISPA Pada keluarga
MATERI
MENGIDENTIFIKASI DAN PENCEGAHAN DINI
ISPA (INFEKSI SALURAN PERNAFASAN ATAS) PADA ANAK

A. Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA)

1. Definisi

Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) adalah infeksi akut yang melibatkan
organ saluran pernapasan bagian atas dan saluran pernapasan bagian bawah. Infeksi
ini disebabkan oleh virus, jamur dan bakteri. ISPA akan menyerang host apabila
ketahanan tubuh (immunologi) menurun. Bayi di bawah lima tahun adalah kelompok
yang memiliki sistem kekebalan tubuh yang masih rentan terhadap berbagai penyakit.

Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) adalah proses infeksi akut


berlangsung selama 14 hari, yang disebabkan oleh mikroorganisme `dan menyerang
salah satu bagian, dan atau lebih dari saluran napas, mulai dari hidung (saluran atas)
hingga alveoli (saluran bawah), termasuk jaringan adneksanya, seperti sinus, rongga
telinga tengah dan pleura.

Akan tetapi sangatlah penting memperhatikan ISPA pada anak karena anak
terlalu rentan terkena penyakit ini dan penyakit ini merupakan salah satu penyebab
kematian pada anak – anak, terutama pada bayi dan anak – anak dibawah usia lima
tahun.

2. Gejala dan tanda ISPA

Tanda dan gejala penyakit infeksi saluran pernafasan dapat berupa batuk,
kesulitan bernafas, sakit tenggorokan, pilek, demam, dan sakit kepala tidak
memerlukan pengobatan dengan antibiotik. Namun sebagian anak yang menderita
radang paru (pneumonia), bila infeksi ini tidak segera diobati dengan antibiotik maka
akan menyebabkan kematian.
Gejala-gejala ISPA antara lain:

a. Gejala ISPA Ringan

Seorang anak dinyatakan menderita ISPA ringan jika ditemukan gejala-gejala


sebagai berikut: Batuk, sesak, anak bersuara serak pada waktu mengeluarkan
suara (misalnya pada waktu bicara atau menangis), pilek adalah mengeluarkan
lendir atau ingus dari hidung, panas atau demam dengan suhu tubuh lebih dari
37oC atau jika dahi anak diraba dengan punggung tangan terasa panas.

b. Gejala ISPA Sedang

Tanda dan gejala ISPA sedang meliputi tanda dan gejala pada ISPA ringan
ditambah satu atau lebih tanda dan gejala seperti pernafasan yang lebih cepat
(lebih dari 50 kali per menit), wheezing (nafas menciut-ciut), dan panas 39oC atau
lebih. Tanda dan gejala lainnya antara lain sakit telinga, keluarnya cairan dari
telinga yang belum lebih dari dua minggu, sakit campak.

c. Gejala ISPA Berat

Seorang anak dinyatakan menderita ISPA berat gejala sebagai berikut: bibir
atau kulit membiru, lubang hidung kembang kempis (dengan cukup lebar) pada
waktu bernapas, anak tidak sadar atau kesadarannya menurun, pernapasan
berbunyi mengorok dan anak tampak gelisah, pernapasan berbunyi menciut dan
anak tampak gelisah, nadi cepat lebih dari 60 kali/menit atau tidak teraba,
tenggorokan berwarna merah.

3. Faktor Internal yang Mempengaruhi Kejadian ISPA pada anak

a. Status Gizi

Status gizi balita merupakan hal penting yang harus diketahui oleh setiap
orang tua. Perlunya perhatian lebih dalam tumbuh kembang di usia balita
didasarkan fakta bahwa kurang gizi yang terjadi pada masa emas ini akan
berpengaruh pada kualitas tumbuh kembang anak. Pertumbuhan yang baik dan
status imunologi yang memadai akan menghasilkan tingkat kesehatan yang baik
pula. Sebaliknya, pertumbuhan fisik yang terhambat biasanya disertai dengan
status imunologi yang rendah sehingga balita mudah terkena penyakit. Anak
dibawah lima tahun adalah kelompok umur yang sangat rentan terhadap berbagai
penyakit infeksi dan membutuhkan zat gizi yang relatif lebih tinggi dibandingkan
kelompok umur yang lain.Balita yang kurang gizi mempunyai risiko meninggal
lebih tinggi dibandingkan balita yang mempunyai status gizi yang baik. Setiap
tahun kurang lebih 11 juta balita diseluruh dunia meningal karena penyakit-
penyakit infeksi yang salah satunya adalah infeksi saluran pernapasan akut
(ISPA). Salah satu faktor yang dapat menimbulkan terjadinya ISPA pada balita
adalah status gizi, dimana status gizi yang kurang merupakan hal yang
memudahkan proses terganggunya sistem hormonal dan pertahanan tubuh pada
balita.

4. Faktor Eksternal yang Mempengaruhi Kejadian ISPA

a. Faktor lingkungan rumah

1) Kebiasaan Merokok Anggota keluarga.

Kebiasaan merokok dapat menyebabkan saluran nafas mengalami


iritasi akibat asap rokok yang dihirup secara langsung maupun secara pasif
akibat merokok di rumah. Hal ini mengakibatkan kadar COHb di dalam darah
meningkat. Anak-anak lebih mudah terserang pneumonia dan masalah
pernafasan lainya jika mereka tinggal di lingkungan yang tercemar asap dan
keberadaan anggota keluarga yang memiliki kebiasaan merokok menjadi
faktor resiko terjadinya Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) pada bayi.

2) Ventilasi kurang memadai

Ventilasi yaitu proses penyediaan udara atau pengerahan udara dari


ruangan baik secara alami maupun secara mekanis. Fungsi dari ventilasi dapat
dijabarkan sebagai berikut :

a) Mensuplai udara bersih yaitu udara yang mengandung kadar oksigen yang
optimum bagi pernapasan.

b) Membebaskan udara dari bau-bauan, asap ataupun debu dan zat-zat


pencemar lain dengan cara pengenceran udara.

c) Mensuplai panas agar hilangnya panas badan seimbang.

d) Mensuplai panas akibat hilangnya panas ruangan dan bangunan.


e) Mengeluarkan kelebihan udara panas yang disebabkan radiasi tubuh,
kondisi evaporasi ataupun keadaan eksternal.

f) Mendisfungsikan suhu udara secara merata.

Luas ventilasi penting untuk suatu rumah karena berfungsi sebagai sarana
untuk menjamin kualitas dan kecukupan sirkulasi udara yang keluar dan
masuk dalam ruangan. Luas ventilasi yang kurang dapat menyebabkan suplai
udara segar yang masuk ke dalam rumah tidak tercukupi dan pengeluaran
udara kotor ke luar rumah juga tidak maksimal. Dengan demikian, akan
menyebabkan kualitas udara.

3) Kepadatan Hunian

Keadaan tempat tinggal yang padat dapat meningkatkatkan faktor


polusi dalam rumah yang telah ada. Penelitian menunjukkan ada hubungan
bermakna antara kepadatan dan kematian dari bronkopnemonia pada bayi,
tetapi disebutkan bahwa polusi udara, tingkat sosial, dan pendidikan
memberikan korelasi yang tinggi pada faktor ini.

Kepadatan dapat mempengaruhi kualitas udara di dalam rumah,


dimana semakin banyak jumlah penghuni maka akan cepat terjadi pencemaran
udara di dalam rumah.

Rumah dikatakan padat apabila penghuninya jika perbandingan luas


lantai seluruh ruangan rumah dengan jumlah penghuni kecil lebih dari 10
m2 /orang. Sedangkan ukuran yang digunakan untuk luas lantai ruang tidur
minimal 3 m2 per orang untuk mencegah penularan penyakit (misalnya
penyakit pernapasan) jarak antara tepi tempat tidur yang satu dengan yang lain
minimum 90 cm.)

5. Pencegahan ISPA pada anak

a) Berhati–hati dalam mencuci tangan dengan melakukannya ketika merawat anak


yang terinfeksi pernapasan.

b) Anak dan keluarga diajarkan untuk menggunakan tisu atau tangannya untuk
menutup hidung dan mulutnya ketika batuk/bersin.
c) Anak yang terinfeksi pernafasan sebaiknya tidak berbagi peralatan pribadi apapun.

d) Untuk mencegah kontaminasi virus lakukan cuci tangan dan jangan menyentuh
mata dan hidung.

e) Mencegah anak berhubungan terlalu dekat dengan saudarannya atau anggota


keluarga lainnya yang sedang sakit ISPA. Tindakan semi isolasi dapat dilakukan
seperti anak yang sehat tidur terpisah dengan anggota keluaga lain yang sedang
sakit ISPA.

f) Upayakan ventilasi ruangan/rumah cukup.

g) Hindarkan anak dari paparan asap rokok.


DAFTAR PUSTAKA

Alsagaff, Hood dkk, 2004, Buku Ajar Ilmu Penyakit Paru, Gramik Fakultas Kedokteran
Universitas Air Langga, Surabaya.

Febrianti, A. 2020. Pengetahuan, sikap dan pendidikan ibu dengan kejadian ISPA pada balita
di Puskesmas 7 Ulu Kota Palembang. Jurnal Kesehatan Saelmakers Perdana, 3(1),
pp.133– 139

Hapipah, H., Istianah, I., & Idris, B. N. A. (2022). Edukasi Waspada Terkena Ispa Pada
Musim Hujan Di Masa Pandemi Di Smp Salafiyah Darul Falah Pagutan Kota
Mataram. Jurnal LENTERA, 2(1), 125-129.

Husni T., 2011, Hubungan Infeksi Saluran Pernapasan Akut Dengan Otitis Media Akut Pada
Anak Bawah Lima Tahun Di Puskesmas Kuta Alam Kota Banda Aceh, Jurnal
Kedokteran Syiah Kuala, 11 (3), 157–167.

Lazamidarmi, Rico & Heru. (2021). Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian ISPA
pada Balita. Jurnal Ilmiah Universitas Batanghari Jambi, 21(1), 299- 304.

Mulyono, 2009. Kajian Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) pada Balita. Universitas
Sumatera Utara.

Rasmaliah.(2004). Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) dan Penanggulangannya, Fakultas


Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara, (http://www.library.usu.ac.id).

WHO, 2020. Pusat Pengobatan Infeksi Saluran Pernapasan Akut Berat Manual Praktis untuk
Me ngatur dan Mengelola Pusat Pengobatan ISPA danFasilitas Skrining ISPA di
Fasilitas Pelayanan Kesehatan, World HealthOrganization. Available At: (Who/2019-
Ncov/Sari_Treatment_Center /2020.1).

Anda mungkin juga menyukai