Di Susun Oleh :
Tiwik Suryanti
NIM.14201.14.22165
A. POKOK BAHASAN :
infeksi saluran pernafasan akut (ISPA)
B. SUB POKOK BAHASAN
a. Pengertian ISPA
b. Penyebab ISPA
c. Tanda dan Gejala ISPA
d. Macam-macam ISPA
e. Cara Penularan ISPA
f. Pencegahan ISPA
g. Penatalaksanan ISPA Pada keluarga
C. SASARAN
Pasien dan keluarga
D. HARI / TANGGAL
Rabu 21 juni 2023
E. WAKTU
15 menit
F. TEMPAT
Poli KIA PUSKESMAS Tempeh
G. METODE
a. Ceramah
b. Tanya Jawab
H. MEDIA
Leaflet
I. TUJUAN
J. KEGIATAN
Tahapan Kegiatan :
K. MATERI
Terlampir
L. EVALUASI
Butir pertanyaan :
1. Jelaskan pengertian ISPA
2. Sebutkan Tanda dan Gejala ISPA non Pneumonia
3. Jelaskan macam-macam ISPA.
4. Jelaskan cara pencegahan ISPA Pneumonia
Jawaban :
1. Infeksi saluran pernapasan yang berlangsung sampai 14 hari.
2. Batuk pilek dengan disertai demam atau tidak
3. Pneumonia dan non Pneumonia
4. Cara pencegahan ISPA
Menjauhkan anak dari penderita batuk
Memberikan makanan bergizi setiap hari
Jagalah kebersihan tubuh, makanan dan lingkungan anak
Berikan imunisasi lengkap.
M. DAFTAR PUSTAKA
A. Pengertian
Infeksi saluran pernafasan atas (ISPA) adalah infeksi saluran pernafasan akut
yang menyerang tenggorokan, hidung dan paru-paru yang berlangsung kurang lebih 14
hari, ISPA mengenai struktur saluran di atas laring, tetapi kebanyakan penyakit ini
mengenai bagian saluran atas dan bawah secara stimulan atau berurutan (Muttaqin,
2008).
ISPA adalah penyakit yang menyerang salah satu bagian dan atau lebih dari
saluran pernafasan mulai dari hidung hingga alveoli termasuk jaringan adneksanya
seperti sinus, rongga telinga tengah dan pleura (Nelson, 2003)
Infeksi Saluran Pernapasan Atas (ISPA) adalah penurunan kemampuan
pertahanan alami jalan nafas dalam menghadapi organisme asing yang terjadi secara tiba-
tiba, menyerang hidung, tenggorokan, telinga bagian tengah serta saluran napas bagian
dalam sampai ke paru-paru. Biasanya menyerang anak usia 2 bulan-5 tahun. (Whaley and
Wong; 1991; 1418).
B. Penyebab
Agen infeksi adalah virus atau kuman yang merupakan penyebab dari terjadinya
infeksi saluran pernafasan. Ada beberapa jenis kuman yang merupakan penyebab utama
yakni golongan A -hemolityc streptococus, staphylococus, haemophylus influenzae,b
clamydia trachomatis, mycoplasma dan pneumokokus.
Usia bayi atau neonatus, pada anak yang mendapatkan air susu ibu angka kejadian
pada usia dibawah 3 bulan rendah karena mendapatkan imunitas dari air susu ibu.
Ukuran dari lebar penampang dari saluran pernafasan turut berpengaruh didalam
derajat keparahan penyakit. Karena dengan lobang yang semakin sempit maka dengan
adanya edematosa maka akan tertutup secara keseluruhan dari jalan nafas.
Kondisi klinis secara umum turut berpengaruh dalam proses terjadinya infeksi
antara lain malnutrisi, anemia, kelelahan. Keadaan yang terjadi secara langsung
mempengaruhi saluran pernafasan yaitu alergi, asthma serta kongesti paru.
Infeksi saluran pernafasan biasanya terjadi pada saat terjadi perubahan musim,
tetapi juga biasa terjadi pada musim dingin (Whaley and Wong; 1991; 1420).
D. Klasifikasi
Program Pemberantasan ISPA (P2 ISPA) mengklasifikasi ISPA sebagai berikut:
a. Pneumonia berat: ditandai secara klinis oleh adanya tarikan dinding dada kedalam
(chest indrawing).
b. Pneumonia: ditandai secara klinis oleh adanya napas cepat.
c. Bukan pneumonia: ditandai secara klinis oleh batuk pilek, bisa disertai demam, tanpa
tarikan dinding dada kedalam, tanpa napas cepat. Rinofaringitis, faringitis dan
tonsilitis tergolong bukan pneumonia.
h. Keberadaan perokok
Rokok bukan hanya masalah perokok aktif tetapi juga perokok pasif. Asap rokok terdiri dari
4.000 bahan kimia, 200 di antaranya merupakan racun antara lain Carbon Monoksida (CO),
Polycyclic Aromatic Hydrocarbons (PAHs) dan lain-lain (Kemenkes RI, 2011a).
Berdasarkan hasil penelitian Nasution et al. (2009) serta Winarni et al. (2010), didapatkan
hubungan yang bermakna antara pajanan asap rokok dengan kejadian ISPA pada Balita.
i. Debu rumah
Menurut Kemenkes RI (2011a), partikel debu diameter 2,5μ (PM2,5) dan Partikel debu
diameter 10μ (PM10) dapat menyebabkan pneumonia, gangguan system pernapasan, iritasi
mata, alergi, bronchitis kronis. PM2,5 dapat masuk ke dalam paru yang berakibat timbulnya
emfisema paru, asma bronchial, dan kanker paru-paru serta gangguan kardiovaskular atau
kardiovascular (KVS). Secara umum PM2,5 dan PM10 timbul dari pengaruh udara luar
(kegiatan manusia akibat pembakaran dan aktivitas industri). Sumber dari dalam rumah
antara lain dapat berasal dari perilaku merokok, penggunaan energi masak dari bahan bakar
biomasa, dan penggunaan obat nyamuk bakar.
j. Dinding rumah
Fungsi dari dinding selain sebagai pendukung atau penyangga atap juga untuk melindungi
rumah dari gangguan panas, hujan dan angin dari luar dan juga sebagai pembatas antara
dalam dan luar rumah. Dinding berguna untuk mempertahankan suhu dalam ruangan,
merupakan media bagi proses rising damp (kelembaban yang naik dari tanah) yang
merupakan salah satu faktor penyebab kelembaban dalam rumah. Bahan dinding yang baik
adalah dinding yang terbuat dari bahan yang tahan api seperti batu bata atau yang sering
disebut tembok. Dinding dari tembok akan dapat mencegah naiknya kelembaban dari tanah
(rising damp) Dinding dari anyaman bambu yang tahan terhadap segala cuaca sebenarnya
cocok untuk daerah pedesaan, tetapi mudah terbakar dan tidak dapat menahan lembab,
sehingga kelembabannya tinggi (Depkes RI,1999).
k. Status ekonomi dan pendidikan
Persepsi masyarakat mengenai keadaan sehat dan sakit berbeda dari satu individu dengan
individu lainnya. Bagi seseorang yang sakit, persepsi terhadap penyakitnya merupakan hal
yang penting dalam menangani penyakit tersebut. Untuk bayi dan anak balita persepsi ibu
sangat menentukan tindakan pengobatan yang akan diterima oleh anaknya. Berdasarkan hasil
penelitian Djaja et al. (2001), didapatkan bahwa bila rasio pengeluaran makanan dibagi
pengeluaran total perbulan bertambah besar, maka jumlah ibu yang membawa anaknya
berobat ke dukun ketika sakit lebih banyak. Berdasarkan hasil uji statistik didapatkan bahwa
ibu dengan status ekonomi tinggi 1,8 kali lebih banyak pergi berobat ke pelayanan kesehatan
dibandingkan dengan ibu yang status ekonominya rendah. Ibu dengan pendidikan lebih
tinggi, akan lebih banyak membawa anak berobat ke fasilitas kesehatan, sedangkan ibu
dengan pendidikan rendah lebih banyak mengobati sendiri ketika anak sakit ataupun berobat
ke dukun. Ibu yang berpendidikan minimal tamat SLTP 2,2 kali lebih banyak membawa
anaknya ke pelayanan kesehatan ketika sakit dibandingkan dengan ibu yang tidak bersekolah,
hal ini disebabkan karena ibu yang tamat SLTP ke atas lebih mengenal gejala penyakit yang
diderita oleh balitanya.
G. Pencegahan
Pencegahan dapat dilakukan dengan :
1) Menjaga keadaan gizi agar tetap baik.
Dengan menjaga kesehatan gizi yang baik maka itu akan mencegah kita
atau terhindar dari penyakit yang terutama antara lain penyakit ISPA. Misalnya
dengan mengkonsumsi makanan empat sehat lima sempurna, banyak minum air
putih, olah raga dengan teratur, serta istirahat yang cukup, kesemuanya itu akan
menjaga badan kita tetap sehat. Karena dengan tubuh yang sehat maka
kekebalan tubuh kita akan semakin meningkat, sehingga dapat mencegah virus /
bakteri penyakit yang akan masuk ke tubuh kita.
2) Immunisasi.
Pemberian immunisasi sangat diperlukan baik pada anak-anak maupun
orang dewasa. Immunisasi dilakukan untuk menjaga kekebalan tubuh kita
supaya tidak mudah terserang berbagai macam penyakit yang disebabkan oleh
virus / bakteri
3) Menjaga kebersihan perorangan dan lingkungan.
Membuat ventilasi udara serta pencahayaan udara yang baik akan
mengurangi polusi asap dapur / asap rokok yang ada di dalam rumah, sehingga
dapat mencegah seseorang menghirup asap tersebut yang bisa menyebabkan
terkena penyakit ISPA. Ventilasi yang baik dapat memelihara kondisi sirkulasi
udara (atmosfer) agar tetap segar dan sehat bagi manusia
4) Mencegah anak berhubungan dengan penderita ISPA.
Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) ini disebabkan oleh virus/ bakteri
yang ditularkan oleh seseorang yang telah terjangkit penyakit ini melalui udara
yang tercemar dan masuk ke dalam tubuh. Bibit penyakit ini biasanya berupa
virus / bakteri di udara yang umumnya berbentuk aerosol (anatu suspensi yang
melayang di udara). Adapun bentuk aerosol yakni Droplet, Nuclei (sisa dari
sekresi saluran pernafasan yang dikeluarkan dari tubuh secara droplet dan
melayang di udara), yang kedua duet (campuran antara bibit penyakit)
H. Penatalaksanaan
1. Medis
a) Suportif : meningkatkan daya tahan tubuh berupa Nutrisi yang adekuat,
pemberian multivitamin dll.
b) Antibiotik :
Idealnya berdasarkan jenis kuman penyebab utama ditujukan pada S.
pneumonia, H. influensa dan S. aureus.
Menurut WHO : Pneumonia rawat jalan yaitu kotrimoksasol, Amoksisillin,
Ampisillin, Penisillin Prokain, Pnemonia berat : Benzil penicillin,
klorampenikol, kloksasilin, gentamisin.
Antibiotik baru lain : Sefalosforin, quinolon dll.
2. Keperawatan
Penatalaksanaan pada bayi dengan pilek sebaiknya dirawat pada posisi telungkup,
dengan demikian sekret dapat mengalir dengan lancar sehingga drainase sekret akan
lebih mudah keluar (Pincus Catzel & Ian Roberts; 1990; 452).
I. Pengobatan
a) Mengatasi panas (demam) dengan memberikan parasetamol atau dengan
kompres,
Bayi dibawah 2 bulan dengan demam harus segera dirujuk. Parasetamol
diberikan 4 kali tiap 6 jam untuk waktu 2 hari. Cara pemberiannya, tablet
dibagi sesuai dengan dosisnya, kemudian digerus dan diminumkan.
Memberikan kompres, dengan menggunakan kain bersih, celupkan pada
air (tidak perlu air es).
b) Mengatasi batuk
1) Tarik napas dalam dan batuk efektif.
Cara napas dalam dan batuk efektif :
Ambil napas dalam (melalui hidung)
Tahan sejenak ± 5-10 detik, lalu hembuskan pelan-pelan melalui
mulut
Ulangi cara (1) dan (2) sebanyak 3 X
Setelah itu, batukkan dengan keras
Jika ada cairan/lendir/sekret yang keluar, langsung buang ke tempat
yang sudah disediakan (Sputum Pot atau jika tidak ada boleh
menggunakan botol /kaleng /wadah berisi pasir).
Berkumur-kumur.
Lakukan dengan teratur (minimal 3 x sehari).
Cara pembuatan larutan jeruk nipis-kecap, yaitu :
a. Alat dan bahan yang dibutuhkan untuk pembuatan larutan jeruk nipis-
kecap :
Beberapa buah jeruk nipis yang masih segar.
Setengah sendok teh kecap manis.
Satu buah gelas minum ukuran belimbing.
b. Langkah-langkah :
Peras jeruk nipis dan tempatkan dalam gelas.
Campurkan dengan ½ - 1 sendok kecap manis, aduk rata.
Diminum sekali habis, lakukan secara rutin, agar batuknya hilang.
c. Aturan pakai larutan jeruk nipis – kecap adalah:
Bagi orang dewasa, minum 3 x 1 sdm larutan tanpa dicampur air.
Bagi anak-anak, minumkan larutan 3 x ½ sdm larutan tanpa
dicampur air.
Bila ingin minum air setelah minum larutan, minumlah air matang
yang masih hangat.
Bila batuk tidak berkurang, segera periksakan diri ke pusat
pelayanan kesehatan terdekat
Kontra indikasi : pada balita karena bau minyak penghangat terlalu kuat serta
risiko kecelakaan terkena tumpahan air panas.
LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PRAKTIK
PROFESI KEPERAWATAN ANAK DENGAN KASUS INFEKSI
SALURAN PERNAFASAN AKUT (ISPA) DI POLI KIA
PUSKESMAS TEMPEH LUMAJANG
Di Susun Oleh :
Tiwik Suryanti
NIM.14201.14.22165
(Tiwik Suryanti)
(…………………………) (…………………………)
Kepala Ruangan
(………………………..)
ANALISA JURNAL
Di Susun Oleh :
Tiwik Suryanti
NIM.14201.14.22165
ANALISA JURNAL