Anda di halaman 1dari 23

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan Akut)

Disusun untuk memenuhi salah satu tugas Keperawatan Anak


Dosen Pembimbing : Marfuah S.Kep.Ns,M.Kes

Di Susun Oleh :
Tiwik Suryanti
NIM.14201.14.22165

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


STIKES HAFSHAWATY PESANTREN ZAINUL HASAN GENGGONG
PROBOLINGGO
2023
SATUAN ACARA PENYULUHAN

ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan Akut)

A. POKOK BAHASAN :
infeksi saluran pernafasan akut (ISPA)
B. SUB POKOK BAHASAN
a. Pengertian ISPA
b. Penyebab ISPA
c. Tanda dan Gejala ISPA
d. Macam-macam ISPA
e. Cara Penularan ISPA
f. Pencegahan ISPA
g. Penatalaksanan ISPA Pada keluarga
C. SASARAN
Pasien dan keluarga
D. HARI / TANGGAL
Rabu 21 juni 2023
E. WAKTU
15 menit
F. TEMPAT
Poli KIA PUSKESMAS Tempeh
G. METODE
a. Ceramah
b. Tanya Jawab
H. MEDIA
Leaflet
I. TUJUAN

1) Tujuan Instruksional Umum


Setelah diberikan penyuluhan selama 30 menit, sasaran mampu memahami
tentang masalah ISPA.
2) Tujuan Instruksional Khusus
Setelah dilakukan penyuluhan selama 20 menit, diharapkan sasaran dapat :
1. Menjelaskan kembali pengertian dari ISPA.
2. Menyebutkan kembali tanda dan gejala dari ISPA.
3. Menyebutkan kembali macam-macam dari ISPA.
4. Menjelaskan bahaya dari ISPA.
5. Menjelaskan kembali cara perawatan ISPA dirumah.
6. Menjelaskan cara pencegahan ISPA.
7. Menjelaskan penatalaksanaan ISPA.

J. KEGIATAN
Tahapan Kegiatan :

a. Pra kegiatan pembelajaran.


 Menyiapkan ruangan dan media
 Menyiapkan waktu

b. Kegiatan membuka pembelajaran


 Memberi salam dan perkenalan
 Kontrak waktu
 Menjelaskan pokok bahasan
 Mengungkapkan tujuan pembelajaran
 Apersepsi
c. Kegiatan inti
 Penyuluh memberikan ceramah sesuai dengan materi
penyuluhan
 Sasaran menyimak penyuluhan
 Sasaran menyimak penjelasan dari penyuluh tentang
pengertian ISPA
 Sasaran menyimak penjelasan dari penyuluh tentang
macam-macam ISPA
 Sasaran menyimak penjelasan dari penyuluh tentang tanda
dan gejala ISPA non pneumonia dan Pneumonia
 Sasaran menyimak penjelasan dari penyuluh tentang Cara
perawatan dan pencegahan ISPA pneumonia dan non
pneumonia
 Sasaran mengemukakan hal-hal yang belum dipahami
 Sasaran menyimak penjelasan dari penyuluh tentang hal-
hal yang belum dipahami
d. Kegiatan penutup pembelajaran
 Sasaran menjawab pertanyaan penyuluh sebagai evaluasi
 Penyuluh menyimpulkan materi yang telah disampaikan
 Memberi salam.

K. MATERI
Terlampir
L. EVALUASI

Butir pertanyaan :
1. Jelaskan pengertian ISPA
2. Sebutkan Tanda dan Gejala ISPA non Pneumonia
3. Jelaskan macam-macam ISPA.
4. Jelaskan cara pencegahan ISPA Pneumonia
Jawaban :
1. Infeksi saluran pernapasan yang berlangsung sampai 14 hari.
2. Batuk pilek dengan disertai demam atau tidak
3. Pneumonia dan non Pneumonia
4. Cara pencegahan ISPA
 Menjauhkan anak dari penderita batuk
 Memberikan makanan bergizi setiap hari
 Jagalah kebersihan tubuh, makanan dan lingkungan anak
 Berikan imunisasi lengkap.
M. DAFTAR PUSTAKA

C long Barbara, 1996. Perawatan Medikal Bedah 2 (Suatu Proses Pendekatan


Keperawatan). Bandung.
DEPKES RI Direktorat Jendral Pemberantasan Penyakit Menular, 1993. Buku
Pedoman Pemberantasan Penyakit ISPA Untuk Kader
Corwin, Elizabeth J. 2000. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta : EGC
Ronald. 2006. Obat-obatan Ramuan Tradisional. Bandung : Yrama Widya [diakses
26 Juni 2011]
LAMPIRAN MATERI

ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan Akut)

A. Pengertian
Infeksi saluran pernafasan atas (ISPA) adalah infeksi saluran pernafasan akut
yang menyerang tenggorokan, hidung dan paru-paru yang berlangsung kurang lebih 14
hari, ISPA mengenai struktur saluran di atas laring, tetapi kebanyakan penyakit ini
mengenai  bagian saluran atas dan bawah secara stimulan atau berurutan (Muttaqin,
2008).
ISPA adalah penyakit yang menyerang salah satu bagian dan atau lebih dari
saluran  pernafasan mulai dari hidung hingga alveoli termasuk jaringan adneksanya
seperti sinus, rongga telinga tengah dan pleura (Nelson, 2003)
Infeksi Saluran Pernapasan Atas (ISPA) adalah penurunan kemampuan
pertahanan alami jalan nafas dalam menghadapi organisme asing yang terjadi secara tiba-
tiba, menyerang hidung, tenggorokan, telinga bagian tengah serta saluran napas bagian
dalam sampai ke paru-paru. Biasanya menyerang anak usia 2 bulan-5 tahun. (Whaley and
Wong; 1991; 1418).
B. Penyebab
Agen infeksi adalah virus atau kuman yang merupakan penyebab dari terjadinya
infeksi saluran pernafasan. Ada beberapa jenis kuman yang merupakan penyebab utama
yakni golongan A -hemolityc streptococus, staphylococus, haemophylus influenzae,b
clamydia trachomatis, mycoplasma dan pneumokokus.
Usia bayi atau neonatus, pada anak yang mendapatkan air susu ibu angka kejadian
pada usia dibawah 3 bulan rendah karena mendapatkan imunitas dari air susu ibu.
Ukuran dari lebar penampang dari saluran pernafasan turut berpengaruh didalam
derajat keparahan penyakit. Karena dengan lobang yang semakin sempit maka dengan
adanya edematosa maka akan tertutup secara keseluruhan dari jalan nafas.
Kondisi klinis secara umum turut berpengaruh dalam proses terjadinya infeksi
antara lain malnutrisi, anemia, kelelahan. Keadaan yang terjadi secara langsung
mempengaruhi saluran pernafasan yaitu alergi, asthma serta kongesti paru.
Infeksi saluran pernafasan biasanya terjadi pada saat terjadi perubahan musim,
tetapi juga biasa terjadi pada musim dingin (Whaley and Wong; 1991; 1420).

C. Tanda dan Gejala


Menurut WHO (2007), penyakit ISPA adalah penyakit yang sangat menular, hal
ini timbul karena menurunnya sistem kekebalan atau daya tahan tubuh, misalnya karena
kelelahan atau stres. Pada stadium awal, gejalanya berupa rasa panas, kering dan gatal
dalam hidung, yang kemudian diikuti bersin terus menerus, hidung tersumbat dengan
ingus encer serta demam dan nyeri kepala. Permukaan mukosa hidung tampak merah dan
membengkak. Infeksi lebih lanjut membuat sekret menjadi kental dan sumbatan di
hidung bertambah. Bila tidak terdapat komplikasi, gejalanya akan berkurang sesudah 3-5
hari. Komplikasi yang mungkin terjadi adalah sinusitis, faringitis, infeksi telinga tengah,
infeksi saluran tuba eustachii, hingga bronkhitis dan pneumonia (radang paru). Secara
umum gejala ISPA meliputi demam, batuk, dan sering juga nyeri tenggorok, coryza
(pilek), sesak napas, mengi atau kesulitan bernapas).
Penyakit ini biasanya dimanifestasikan dalam bentuk adanya demam, adanya
obstruksi hidung dengan sekret yang encer sampai dengan membuntu saluran pernafasan,
bayi menjadi gelisah dan susah atau bahkan sama sekali tidak mau minum (Pincus Catzel
& Ian Roberts; 1990; 451).
Tanda dan gejala yang muncul ialah:
1) Demam, pada neonatus mungkin jarang terjadi tetapi gejala demam muncul jika
anak sudah mencaapai usia 6 bulan sampai dengan 3 tahun. Seringkali demam
muncul sebagai tanda pertama terjadinya infeksi. Suhu tubuh bisa mencapai 39,50
C-40,5 0 C.
2) Meningismus, adalah tanda meningeal tanpa adanya infeksi pada meningens,
biasanya terjadi selama periodik bayi mengalami panas, gejalanya adalah nyeri
kepala, kaku dan nyeri pada punggung serta kuduk, terdapatnya tanda kernig dan
brudzinski.
3) Anoreksia, biasa terjadi pada semua bayi yang mengalami sakit. Bayi akan
menjadi susah minum dan bhkan tidak mau minum.
4) Vomiting, biasanya muncul dalam periode sesaat tetapi juga bisa selama bayi
tersebut mengalami sakit.
5) Diare (mild transient diare), seringkali terjadi mengiringi infeksi saluran
pernafasan akibat infeksi virus.
6) Abdominal pain, nyeri pada abdomen mungkin disebabkan karena adanya
lymphadenitis mesenteric.
7) Sumbatan pada jalan nafas/ Nasal, pada saluran nafas yang sempit akan lebih
mudah tersumbat oleh karena banyaknya sekret.
8) Batuk, merupakan tanda umum dari tejadinya infeksi saluran pernafasan,
mungkin tanda ini merupakan tanda akut dari terjadinya infeksi saluran
pernafasan.
9) Suara nafas, biasa terdapat wheezing, stridor, crackless, dan tidak terdapatnya
suara pernafasan (Whaley and Wong; 1991; 1419).

D. Klasifikasi
Program Pemberantasan ISPA (P2 ISPA) mengklasifikasi ISPA sebagai berikut:
a. Pneumonia berat: ditandai secara klinis oleh adanya tarikan dinding dada kedalam
(chest indrawing).
b. Pneumonia: ditandai secara klinis oleh adanya napas cepat.
c. Bukan pneumonia: ditandai secara klinis oleh batuk pilek, bisa disertai demam, tanpa
tarikan dinding dada kedalam, tanpa napas cepat. Rinofaringitis, faringitis dan
tonsilitis tergolong bukan pneumonia.

E. Faktor-faktor yang menyebabkan kejadian ISPA


pada anak menurut (Depkes, 2002) adalah sebagai berikut:
1. Usia / Umur
Kebanyakan infeksi saluran pernapasan yang sering mengenai anak usia dibawah
3 tahun, terutama bayi kurang dari 1 tahun. Beberapa penelitian menunjukan bahwa
anak pada usia muda akan lebih sering menderita ISPA dari pada usia yang lebih lanjut.
Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) banyak menyerang balita batasan 0-5
tahun, sebagian besar kematian Balita di Indonesia karena ISPA. Balita merupakan
faktor resiko yang meningkatkan morbidibitas da mortalitas infeksi saluran pernafasan
akut (ISPA). Khususnya pnemonia karena pada usia balita daya tahan tubuh mereka
belum terlalu kuat (Santoso, 2007).
2. Jenis kelamin
Meskipun cara keseluruhan di negara yang sedang berkembang seperti Indonesia
masalah ini tidak terlalu di perhatikan, namun banyak penelitian yang menunjukan
perbedaan prevalensi penyakit ISPA terhadap jenis kelamin tertentu.
3. Status Gizi
Setatus gizi adalah ukuran keberhasilan dalam pemenuhan nutrisi untuk anak
yang diindikasikan oleh berat badan dan tinggi badan anak. Status gizi juga
didefinisikan sebagai status kesehatan yang dihasilkan oleh keseimbangan antara
kebutuhan dan masukan nutriaen. Penelitian status gizi merupakan pengukuran yang
didasarkan pada  dayta antropometri serta biokimia dan riwayat diit      (Beck, 2000).
Dengan makanan bergizi, tubuh manusia tumbuh dan dipelihara. Semua organ
tubuh dapat berfungsi dengan baik. Bagian tubuh yang rusak diganti. Kulit dan rambut
terus berganti, sel – sel tubuh terus bertumbuh. Sel-sel tubuh memasak dan mengolah
zat makanan yang masak agar zat makanan dapat dipakai untuk pekerjaan tubuh
(Nadesul, 2001).
4. Status Imunisasi
Pemberian imunisasi adalah suatu cara dengan sengaja memberikan kekebalan
terhadap penyakit secara aktif sehingga anak dapat terhindar dari suatu penyakit. Oleh
sebab itu anak yang tidak mendapat imunisasi lengkap akan lebih berisiko terkena ISPA
dibandingkan dengan anak yang mendapat imunisasi lengkap (Nelson, 1992).
Tercapainya imunisasi dasar secara lengkap pada bayi (0-11 bulan), ibu hamil,
wanita usia subur dan anak sekolah tingkat dasar. Imunisasi dasar lengkap pada bayi
meliputi: 1 dosis BCG, 3 dosis DPT, 4 dosis Polio, 4 dosis Hepatitis B, 1 dosis Campak.
Pada ibu hamil dan wanita usia subur meliputi 2 dosis TT. Untuk anak sekolah tingkat
dasar rneliputi 1 dosis DT, I dosis campak dan 2 dosis TT (Dinkes, 2009).
5. Status Pemberian ASI Eksklusif
Kolostrum (dari bahasa latin colostrum) adalah susu yang dihasilkan oleh kelenjar
susu dalam tahap akhir kehamilan dan beberapa hari setelah kelahiran bayi (Wikipedia,
2008).
ASI eksklusif adalah pemberian ASI tanpa makanan dan minuman tambahan lain
pada bayi berumur 0-6 bulan bahkan air putih tidak diberikan dalam tahap ASI eksklusif
ini (WHO, 2001).
Balita yang tidak diberi ASI juga berpotensi mengidap ISPA, bayi usia 0-11 bulan
yang tidak diberi ASI mempunyai resiko 5 kali lebih besar meninggal karena ISPA
dibandingkan Bayi yang memperoleh ASI Ekslusif. Bayi yang tidak diberi ASI
menyebapkan terjadinya defisiensi zat besi, ini menjadikan resiko kematianya karena
ISPA sangat besar dibandingkan bayi yang secara ekslusif mendapatkan ASI dari si ibu,
Bayi yang diberi ASI ekslusif dapat tumbuh lebih baik dan lebih jarang sakit serta angka
kematianya lebih renda dibandingkan bayi yang tidak mendapatkan ASI. Ini terjadi
karena pemberian ASI dapat meningkatkan reaksi Imonologis bayi, hampir 90 %
kematian bayi dan balita terjadi di negara berkembang dan jumlah itu sekitar 4 % lebih
kematian disebapkan oleh ISPA (Kartasasmita, 2003).
6. Faktor Lingkungan
Faktor lingkungan sangat besar pengaruhnya terhadap kejadian penyakit ISPA. Faktor
lingkungan tersebut dapat berasal dari dalam maupun luar rumah. Untuk faktor yang berasal
dari dalam rumah sangat dipengaruhi oleh kualitas sanitasi dari rumah itu sendiri, seperti :
a. Kelembaban ruangan
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 1077/Menkes/Per/V/2011 tentang
Pedoman Penyehatan Udara Dalam Ruang Rumah menetapkan bahwa kelembaban yang
sesuai untuk rumah sehat adalah 40- 60%. Kelembaban yang terlalu tinggi maupun rendah
dapat menyebabkan suburnya pertumbuhan mikrorganisme, termasuk mikroorganisme
penyebab ISPA (Kemenkes RI, 2011a).
b. Suhu ruangan
Salah satu syarat fisiologis rumah sehat adalah memiliki suhu optimum 18- 30 0C. Hal ini
berarti, jika suhu ruangan rumah di bawah 18 0C atau di atas 300C, keadaan rumah tersebut
tidak memenuhi syarat (Kemenkes RI,
2011a).
c. Penerangan alami
Rumah yang sehat adalah rumah yang tersedia cahaya yang cukup. Suatu rumah atau ruangan
yang tidak mempunyai cahaya, dapat menimbulkan perasaan kurang nyaman, juga dapat
mendatangkan penyakit. Sebaliknya suatu ruangan yang terlalu banyak mendapatkan cahaya
akan menimbulkan rasa silau, sehingga ruangan menjadi tidak sehat.
d. Ventilasi
Ventilasi sangat penting untuk suatu tempat tinggal, hal ini karena ventilasi mempunyai
fungsi ganda. Fungsi pertama sebagai lubang masuk dan keluar angin sekaligus udara dari
luar ke dalam dan sebaliknya. Dengan adanya jendela sebagai lubang ventilasi, maka ruangan
tidak akan terasa pengap asalkan jendela selalu dibuka. Untuk lebih memberikan kesejukan,
sebaiknya jendela dan lubang angin menghadap ke arah datangnya angin, diusahakan juga
aliran angin tidak terhalang sehingga terjadi ventilasi silang (cross ventilation). Fungsi ke dua
dari jendela adalah sebagai lubang masuknya cahaya dari luar (cahaya alam/matahari). Suatu
ruangan yang tidak mempunyai sistem ventilasi yang baik akan menimbulkan beberapa
keadaan seperti berkurangnya kadar oksigen, bertambahnya kadar karbon dioksida, bau
pengap, suhu dan kelembaban udara meningkat. Keadaan yang demikian dapat merugikan
kesehatan dan atau kehidupan dari penghuninya, bukti yang nyata pada kesehatan
menunjukkan terjadinya penyakit pernapasan, alergi, iritasi membrane mucus dan kanker
paru. Sirkulasi udara dalam rumah akan baik dan mendapatkan suhu yang optimum harus
mempunyai ventilasi minimal 10% dari luas lantai (Depkes RI, 1999).
e. Kepadatan hunian rumah
Kepadatan penghuni rumah merupakan perbandingan luas lantai dalam rumah dengan jumlah
anggota keluarga penghuni rumah tersebut. Kepadatan hunian ruang tidur menurut
Permenkes RI Nomor 829/MENKES/SK/VII/1999 adalah minimal 8 m 2, dan tidak
dianjurkan digunakan lebih dari dua orang tidur dalam satu ruang tidur, kecuali anak di
bawah umur lima tahun (Depkes RI, 1999).
f. Penggunaan anti nyamuk
Pemakaian obat nyamuk bakar merupakan salah satu penghasil bahan pencemar dalam ruang.
Obat nyamuk bakar menggunakan bahan aktif octachloroprophyl eter yang apabila dibakar
maka bahan tersebut menghasilkan bischloromethyl eter (BCME) yang diketahui menjadi
pemicu penyakit kanker, juga bisa menyebabkan iritasi pada kulit, mata tenggorokan dan
paru-paru (Kemenkes RI, 2011a).
g. Bahan bakar untuk memasak
Bahan bakar yang digunakan untuk memasak sehari-hari dapat menyebabkan kualitas udara
menjadi rusak, terutama akibat penggunaan energi yang tidak ramah lingkungan, serta
penggunaan sumber energi yang relatif murah seperti batubara dan biomasa (kayu, kotoran
kering dari hewan ternak, residu pertanian) (Kemenkes RI, 2011a).

h. Keberadaan perokok
Rokok bukan hanya masalah perokok aktif tetapi juga perokok pasif. Asap rokok terdiri dari
4.000 bahan kimia, 200 di antaranya merupakan racun antara lain Carbon Monoksida (CO),
Polycyclic Aromatic Hydrocarbons (PAHs) dan lain-lain (Kemenkes RI, 2011a).
Berdasarkan hasil penelitian Nasution et al. (2009) serta Winarni et al. (2010), didapatkan
hubungan yang bermakna antara pajanan asap rokok dengan kejadian ISPA pada Balita.
i. Debu rumah
Menurut Kemenkes RI (2011a), partikel debu diameter 2,5μ (PM2,5) dan Partikel debu
diameter 10μ (PM10) dapat menyebabkan pneumonia, gangguan system pernapasan, iritasi
mata, alergi, bronchitis kronis. PM2,5 dapat masuk ke dalam paru yang berakibat timbulnya
emfisema paru, asma bronchial, dan kanker paru-paru serta gangguan kardiovaskular atau
kardiovascular (KVS). Secara umum PM2,5 dan PM10 timbul dari pengaruh udara luar
(kegiatan manusia akibat pembakaran dan aktivitas industri). Sumber dari dalam rumah
antara lain dapat berasal dari perilaku merokok, penggunaan energi masak dari bahan bakar
biomasa, dan penggunaan obat nyamuk bakar.
j. Dinding rumah
Fungsi dari dinding selain sebagai pendukung atau penyangga atap juga untuk melindungi
rumah dari gangguan panas, hujan dan angin dari luar dan juga sebagai pembatas antara
dalam dan luar rumah. Dinding berguna untuk mempertahankan suhu dalam ruangan,
merupakan media bagi proses rising damp (kelembaban yang naik dari tanah) yang
merupakan salah satu faktor penyebab kelembaban dalam rumah. Bahan dinding yang baik
adalah dinding yang terbuat dari bahan yang tahan api seperti batu bata atau yang sering
disebut tembok. Dinding dari tembok akan dapat mencegah naiknya kelembaban dari tanah
(rising damp) Dinding dari anyaman bambu yang tahan terhadap segala cuaca sebenarnya
cocok untuk daerah pedesaan, tetapi mudah terbakar dan tidak dapat menahan lembab,
sehingga kelembabannya tinggi (Depkes RI,1999).
k. Status ekonomi dan pendidikan
Persepsi masyarakat mengenai keadaan sehat dan sakit berbeda dari satu individu dengan
individu lainnya. Bagi seseorang yang sakit, persepsi terhadap penyakitnya merupakan hal
yang penting dalam menangani penyakit tersebut. Untuk bayi dan anak balita persepsi ibu
sangat menentukan tindakan pengobatan yang akan diterima oleh anaknya. Berdasarkan hasil
penelitian Djaja et al. (2001), didapatkan bahwa bila rasio pengeluaran makanan dibagi
pengeluaran total perbulan bertambah besar, maka jumlah ibu yang membawa anaknya
berobat ke dukun ketika sakit lebih banyak. Berdasarkan hasil uji statistik didapatkan bahwa
ibu dengan status ekonomi tinggi 1,8 kali lebih banyak pergi berobat ke pelayanan kesehatan
dibandingkan dengan ibu yang status ekonominya rendah. Ibu dengan pendidikan lebih
tinggi, akan lebih banyak membawa anak berobat ke fasilitas kesehatan, sedangkan ibu
dengan pendidikan rendah lebih banyak mengobati sendiri ketika anak sakit ataupun berobat
ke dukun. Ibu yang berpendidikan minimal tamat SLTP 2,2 kali lebih banyak membawa
anaknya ke pelayanan kesehatan ketika sakit dibandingkan dengan ibu yang tidak bersekolah,
hal ini disebabkan karena ibu yang tamat SLTP ke atas lebih mengenal gejala penyakit yang
diderita oleh balitanya.

F. Cara penularan penyakit ISPA


Penularan penyakit ISPA dapat terjadi melalui udara yang telah tercemar, bibit
penyakit masuk ke dalam tubuh melalui pernapasan, oleh karena itu maka penyakit ISPA
ini termasuk golongan Air Borne Disease. Penularan melalui udara dimaksudkan adalah
cara penularan yang terjadi tanpa kontak dengan penderita maupun dengan benda
terkontaminasi. Sebagian besar penularan melalui udara dapat pula menular melalui
kontak langsung, namun tidak jarang penyakit yang sebagian besar penularannya adalah
karena menghisap udara yang mengandung unsur penyebab atau mikroorganisme
penyebab (WHO, 2007)

G. Pencegahan
Pencegahan dapat dilakukan dengan :
1) Menjaga keadaan gizi agar tetap baik.
Dengan menjaga kesehatan gizi yang baik maka itu akan mencegah kita
atau terhindar dari penyakit yang terutama antara lain penyakit ISPA. Misalnya
dengan mengkonsumsi makanan empat sehat lima sempurna, banyak minum air
putih, olah raga dengan teratur, serta istirahat yang cukup, kesemuanya itu akan
menjaga badan kita tetap sehat. Karena dengan tubuh yang sehat maka
kekebalan tubuh kita akan semakin meningkat, sehingga dapat mencegah virus /
bakteri penyakit yang akan masuk ke tubuh kita.
2) Immunisasi.
Pemberian immunisasi sangat diperlukan baik pada anak-anak maupun
orang dewasa. Immunisasi dilakukan untuk menjaga kekebalan tubuh kita
supaya tidak mudah terserang berbagai macam penyakit yang disebabkan oleh
virus / bakteri
3) Menjaga kebersihan perorangan dan lingkungan.
Membuat ventilasi udara serta pencahayaan udara yang baik akan
mengurangi polusi asap dapur / asap rokok yang ada di dalam rumah, sehingga
dapat mencegah seseorang menghirup asap tersebut yang bisa menyebabkan
terkena penyakit ISPA. Ventilasi yang baik dapat memelihara kondisi sirkulasi
udara (atmosfer) agar tetap segar dan sehat bagi manusia
4) Mencegah anak berhubungan dengan penderita ISPA.
Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) ini disebabkan oleh virus/ bakteri
yang ditularkan oleh seseorang yang telah terjangkit penyakit ini melalui udara
yang tercemar dan masuk ke dalam tubuh. Bibit penyakit ini biasanya berupa
virus / bakteri di udara yang umumnya berbentuk aerosol (anatu suspensi yang
melayang di udara). Adapun bentuk aerosol yakni Droplet, Nuclei (sisa dari
sekresi saluran pernafasan yang dikeluarkan dari tubuh secara droplet dan
melayang di udara), yang kedua duet (campuran antara bibit penyakit)

H. Penatalaksanaan
1. Medis
a) Suportif : meningkatkan daya tahan tubuh berupa Nutrisi yang adekuat,
pemberian multivitamin dll.
b) Antibiotik :
 Idealnya berdasarkan jenis kuman penyebab utama ditujukan pada S.
pneumonia, H. influensa dan S. aureus.
 Menurut WHO : Pneumonia rawat jalan yaitu kotrimoksasol, Amoksisillin,
 Ampisillin, Penisillin Prokain, Pnemonia berat : Benzil penicillin,
klorampenikol, kloksasilin, gentamisin.
 Antibiotik baru lain : Sefalosforin, quinolon dll.
2. Keperawatan
Penatalaksanaan pada bayi dengan pilek sebaiknya dirawat pada posisi telungkup,
dengan demikian sekret dapat mengalir dengan lancar sehingga drainase sekret akan
lebih mudah keluar (Pincus Catzel & Ian Roberts; 1990; 452).

a. Pneumonia berat : dirawat di rumah sakit, diberikan antibiotik parenteral,


oksigen dan sebagainya.
b. Pneumonia : diberi obat antibiotik kotrimoksasol peroral. Bila penderita tidak
mungkin diberi kotrimoksasol atau ternyata dengan pemberian kontrmoksasol
keadaan penderita menetap, dapat dipakai obat antibiotik pengganti yaitu
ampisilin, amoksisilin atau penisilin prokain.
c. Bukan pneumonia: tanpa pemberian obat antibiotik. Diberikan perawatan di
rumah, untuk batuk dapat digunakan obat batuk tradisional atau obat batuk lain
yang tidak mengandung zat yang merugikan seperti kodein,dekstrometorfan dan,
antihistamin. Bila demam diberikan obat penurun panas yaitu parasetamol.
Penderita dengan gejala batuk pilek bila pada pemeriksaan tenggorokan didapat
adanya bercak nanah (eksudat) disertai pembesaran kelenjar getah bening
dileher, dianggap sebagai radang tenggorokan oleh kuman streptococcuss dan
harus diberi antibiotik (penisilin) selama 10 hari. Tanda bahaya setiap bayi atau
anak dengan tanda bahaya harus diberikan perawatan khusus untuk pemeriksaan
selanjutnya

Prinsip perawatan ISPA antara lain :

1) Menigkatkan istirahat minimal 8 jam perhari.


2) Meningkatkan makanan bergizi.
3) Bila demam beri kompres dan banyak minum.
4) Bila hidung tersumbat karena pilek bersihkan lubang hidung dengan sapu tangan yang
bersih.
5) Bila badan seseorang demam gunakan pakaian yang cukup tipis tidak terlalu ketat.
6) Bila terserang pada anak tetap berikan makanan dan ASI bila anak tersebut masih
menetek.

I. Pengobatan
a) Mengatasi panas (demam) dengan memberikan parasetamol atau dengan
kompres,
 Bayi dibawah 2 bulan dengan demam harus segera dirujuk. Parasetamol
diberikan 4 kali tiap 6 jam untuk waktu 2 hari. Cara pemberiannya, tablet
dibagi sesuai dengan dosisnya, kemudian digerus dan diminumkan.
Memberikan kompres, dengan menggunakan kain bersih, celupkan pada
air (tidak perlu air es).
b) Mengatasi batuk
1) Tarik napas dalam dan batuk efektif.
Cara napas dalam dan batuk efektif :
 Ambil napas dalam (melalui hidung)
 Tahan sejenak ± 5-10 detik, lalu hembuskan pelan-pelan melalui
mulut
 Ulangi cara (1) dan (2) sebanyak 3 X
 Setelah itu, batukkan dengan keras
 Jika ada cairan/lendir/sekret yang keluar, langsung buang ke tempat
yang sudah disediakan (Sputum Pot atau jika tidak ada boleh
menggunakan botol /kaleng /wadah berisi pasir).
 Berkumur-kumur.
 Lakukan dengan teratur (minimal 3 x sehari).
Cara pembuatan larutan jeruk nipis-kecap, yaitu :
a. Alat dan bahan yang dibutuhkan untuk pembuatan larutan jeruk nipis-
kecap :
 Beberapa buah jeruk nipis yang masih segar.
 Setengah sendok teh kecap manis.
 Satu buah gelas minum ukuran belimbing.
b. Langkah-langkah :
 Peras jeruk nipis dan tempatkan dalam gelas.
 Campurkan dengan ½ - 1 sendok kecap manis, aduk rata.
 Diminum sekali habis, lakukan secara rutin, agar batuknya hilang.
c. Aturan pakai larutan jeruk nipis – kecap adalah:
 Bagi orang dewasa, minum 3 x 1 sdm larutan tanpa dicampur air.
 Bagi anak-anak, minumkan larutan 3 x ½ sdm larutan tanpa
dicampur air.
 Bila ingin minum air setelah minum larutan, minumlah air matang
yang masih hangat.
 Bila batuk tidak berkurang, segera periksakan diri ke pusat
pelayanan kesehatan terdekat

c) Mengatasi pilek bisa dengan cara inhalasi uap/penguapan sederhana (tradisional)


 Persiapkan alat dan bahan (baskom berisi air panas, minyak kayu putih,
kain/handuk kering).
 Campurkan minyak kayu putih dengan air panas dalam baskom dengan
perbandingan 2-3 tetes minyak kayu putih untuk 250 ml (1 gelas) air hangat.
 Tempatkan penderita dan campuran tersebut di ruangan tertutup supaya uap
tidaktercampur dengan udara bebas (bisa ditutupi dengan kain/handuk kering).
 Hirup uap dari campuran tersebut selama ± 5-10 menit atau penderita sudah
merasa lega dengan pernafasannya.

Kontra indikasi : pada balita karena bau minyak penghangat terlalu kuat serta
risiko kecelakaan terkena tumpahan air panas.
LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PRAKTIK
PROFESI KEPERAWATAN ANAK DENGAN KASUS INFEKSI
SALURAN PERNAFASAN AKUT (ISPA) DI POLI KIA
PUSKESMAS TEMPEH LUMAJANG

Disusun untuk memenuhi salah satu tugas Keperawatan Anak


Dosen Pembimbing : Marfuah S.Kep.Ns,M.Kes

Di Susun Oleh :
Tiwik Suryanti
NIM.14201.14.22165

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


STIKES HAFSHAWATY PESANTREN ZAINUL HASAN
GENGGONG PROBOLINGGO
2023
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PRAKTIK
PROFESI KEPERAWATAN ANAK DENGAN KASUS INFEKSI
SALURAN PERNAFASAN AKUT (ISPA) DI POLI KIA
PUSKESMAS TEMPEH LUMAJANG

Disusun untuk memenuhi salah satu tugas Keperawatan Anak


Dosen Pembimbing : Marfuah S.Kep.Ns,M.Kes

Lumajang,3 Juni 2023


Mahasiswa

(Tiwik Suryanti)

Pembimbing Ruangan Pembimbing Akademik

(…………………………) (…………………………)

Kepala Ruangan

(………………………..)
ANALISA JURNAL

KASUS INFEKSI SALURAN PERNAFASAN AKUT PADA ANAK

Dosen Pembimbing : Marfuah S.Kep.Ns,M.Kes

Di Susun Oleh :
Tiwik Suryanti
NIM.14201.14.22165

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


STIKES HAFSHAWATY PESANTREN ZAINUL HASAN
GENGGONG PROBOLINGGO
2023
SEKOLAH TINGGI ILMU HAFSHAWATY ZAINUL HASAN
GENGGONG PROBOLINGGO
PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN
LEMBAR BIMBINGAN SKRIPSI

ANALISA JURNAL

Anda mungkin juga menyukai