Dosen Pembimbing :
Sunarto,S.Kep,Ners,M.M.Kes
Disusun oleh:
P27824218029
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul
”Tinjauan Teori Asuhan Kebidanan Anak Sakit”
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Manajemen
Tumbuh Kembang di Poltekkes Kemenkes Surabaya Prodi DIII Kebidanan
Kampus Magetan. Dalam penyusunan makalah ini, kami mengucapkan
terimakasih sedalam-dalamnya kepada:
1. Teta Puji Rahayu, S.ST., M.Keb selaku Kaprodi Kebidanan Kampus
Magetan
2. Sunarto,S.Kep,Ners,M.M.Kes Selaku Dosen Pembimbing
3. Semua pihak yang berkontribusi dalam penyusunan makalah ini
Kami menyadari bahwa penyelesaian makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan, baik dalam segi pembahasan, penulisan, dan penyusunan. Oleh
karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran dari dosen pembimbing untuk
menyempurnakan makalah ini.
Penyusun
BAB 1
KONSEP DASAR ISPA
BAB 2
KONSEP ASUHAN PADA ANAK DENGAN ISPA
2) Data Obyektif
Data objektif diperlukan untuk melengkapi data subyektif dalam
menegakkan diagnosis (Romauli, 2011).
a) Keadaan umum
Penilaian keadaan umum pasien mencakup kesan keadaan sakit,
kesadaran, dan kesan status gizi (Matondang, 2013). Pada kasus ISPA
keadaan umum tergantung dengan kondisi pasien baik dan sedang
(Maryunani, 2013).
b) Kesan Keadaan sakit
Kesan keadaan saki dilihat dari apakah pasien tidak tampak sakit,
sakit ringan, sakit sedang, ataukah sakit berat (Matondang, 2013).
c) Kesadaran
Penilaian kesadaran dinyatakan sebagai composmentis, apatis,
somnolen, soper, koma, delirium. Pasien dengan ISPA kesadarannya
composmentis. Pasien dengan ISPA ringan kesadarannya
composmentis (Matondang, 2013).
d) Kesan status gizi
Kesan status gizi dapat dilihat dari bagaimana proporsi atau
postur tubuhnya, apakah baik, kurus, atau gemuk (Matondang, 2013).
e) Tanda-tanda vital meliputi :
(1) Denyut jantung
Pemeriksaan denyut jantung dinilai dari frekuensi atau laju
nadi, irama, isi atau kualitas dan ekualitas nadi. Denyut jantung
normal pada anak adalah 80-115 x/menit. Denyut jantung pada
pasien dengan ISPA biasanya cepat 120 x/menit (Matondang,
2013).
(2) Pernafasan
Pemeriksaan pernafasan mencakup laju pernafasan, irama
atau keteraturan, kedalama, dam tipe atau pola pernafasan. Tipe
pernafasan anak dalam keadaan normal adalah abdominal atau
diafragmatik (Matondang, 2013). Respirasi normal antara 40 – 60
x / menit (Setiadi, 2012). Pasien dengan ISPA pernafasannya
cepat, yaitu dari 60 x/menit (Wijayaningsih, 2013).
(3) Temperatur
o
Suhu tubuh yang normal adalah 36-37,5 C. Suhu tubuh lebih
o
dari 37 C perlu diwaspadai adanya infeksi (Romauli, 2011).
Temperatur pada pasien dengan ISPA mengalami peningkatan
diatas 38,3°C (Hartono dan Rahmawati, 2012).
f) Pemeriksaan Antropometri
Pemeriksaan atropometri meliputi :
(1) (1) Berat badan : Parameter pertumbuhan yang
Paling sederhana, mudah diukur
dan diulang, merupakan indeks
nutrisi sesaat (Matondang, 2013).
)(2) Panjang badan : Untuk mengukur tinggi badan,
hasilnya dikaitkan dengan berat
Badan memberikan informasi
Terkait status nutrisi dan
pertumbuhan fisik anak
(Matondang, 2013).
()3) Lingkar kepala : Dipengaruhi oleh status gizi anak
Hingga usia 3 tahun, pengukuran
Untuk mengetahui Pertumbuhan
otak (Matondang, 2013).
g) Pemeriksaan sistematis
(1) Kulit
Pemeriksaan kulit meliputi warna kulit, turgor kulit,
kelembaban kulit, dan tekstur kulit. Pada pasien ISPA
kulitnya terasa hangat (Matondang, 2013).
(2) Kepala
Pemeriksaan kepala meliputi bentuk dan ukuran kepala,
kontrol kepala, rambut, dan kulit kepala (Matondang, 2013).
(3) Muka
Pemeriksaan muka meliputi apakah wajah simetri, terjadi
pembengkakan atau tidak, normal atau tidak (Matondang,
2013).
(4) Mata
Adakah kotoran di mata, konjungtiva merah muda, sklera
putih, kelopak mata tidak cekung, pasien dengan dermatitis
tampak merah muda, kelopak mata tidak cekung
(Matondang, 2013).
(5) Telinga
Adakah cairan atau kotoran, bagaimana keadaan tulang
rawannya (Matondang, 2013).
(6) Hidung
Adakah kotoran yang membuat jalan nafas sesak dan
terganggu (Matondang, 2013). Pasien dengan ISPA,
hidungnya tersumbat dan berair (Marni, 2014).
(7) Mulut
Bibir berwarna kemerahan, lidah kemerahan sedangkan
pada pasien dengan ISPA pucat (Matondang, 2013).
(8) Leher
Adakah pembesaran kalenjar tiroid, kalenjar limfe dan
kalenjar gondok (Matondang, 2013).
(9) Dada
Adakah retraksi pada dada atau tidak, simetris atau tidak
(Matondang, 2013).
(10) Perut
Untuk menilai perut kembung atau tidak, turgornya baik
atau buruk, pasien dengan ISPA ringan biasanya tidak
kembung (Matondang, 2013).
(11) Ekstremitas
Berbagai kelainan congenital dapat terjadi pada
ekstremitas superior maupun inferior, diantaranya Amelia
(tidak terdapatnya semua anggota gerak), ekstromelia (tidak
ada salah satu anggota gerak), fokomelia (anggota gerak
bagian proksimal yang pendek), sindaktili (bergabungnya
jari-jari), atau polidaktili (jumlah jari lebih dari normal)
(Matondang, 2013).
(12) Anogenital
Pemeriksaan genitalia pada anak dilakukan dengan cara
inspeksi dan palpasi. Pemeriksaan genitalia pada neonates
sangat penting untuk deteksi dini beberapa kelainan bawaan
(Matondang, 2013).
3) Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang adalah pemeriksaan yang
dilakukan di luar pemeriksaan fisik. Pemeriksaan penunjang
dimaksudkan untuk alat diagnostik, petunjuk tata laksana,
dan petunjuk prognosis (Matondang, 2013). Pada kasus
ISPA, pemeriksaan foto rongent: Thorak, laboratorium darah
lengkap Marni, 2014).
3) Analisa Data
NO Diagnosa Masalah Data Dasar
1. Diagnosa Kebidanan misal : Data Subyektif :
By. F umur 5 bulan, jenis Anak mengeluh demam, batuk,
kelamin laki-laki dengan ISPA. hidung tersumbat dan sakit
tenggorokan (Marni, 2014).
Data Obyektif :
Pemeriksaan foto rongent:Thorak,
laboratorium darah lengkap
(Marni, 2014).
Data yang telah terkumpul diolah, disesuaikan dengan kebutuhan
pasien kemudian dilakukan pengolahan data, yaitu menggabungkan
data satu dengan yang lainnya sehingga menunjukkan fakta. Tujuan dari
pengolahan data adalah untuk menunjukan fakta bedasarkan kumpulan
data. Data yang telah diolah dianalisis dan hasilnya didokumentasikan. [
CITATION Wil11 \l 1057 ]
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Pengkajian pasien ISPA dengan melibatkan ibu dan keluarga serta
diperlukan pengkajian yang teliti pada daerah yang berhubungan
langsung dengan saluran pernapasan atas yaitu pada daerah hidung,
tenggorokan, dan dada. Dari data subjektif didapatkan hasil Ibu
mengatakan alasan datang ke RSU Assalam pada tanggal 19 Februari
2019 dengan keluhan anaknya panas kurang lebih 3 hari, perut
kembung, mual muntah, batuk pilek (+), sejak tadi malam rewel
karena pilek dan ibu juga mengatakan anaknya belum diberi obat
apapun sejak semalam. Data objektif keadaan bayi lemah, S 37,5 0C, R
33x/menit, N 110x/menit.
2. Perencanaan dilakukan dengan memberikan anjuran kepada ibu untuk
memberikan terapi obat dan ditekankan untuk memberikan nutrisi
yang cukup pada pasien.
3. Pelaksanaan tindakan asuhan kebidanan pada By. F dengan ISPA
dapat dilakukan dengan baik sesuai dengan perencanaan yang telah
disusun dan mendapatkan hasil yang maksimal karena adanya
dukungan keluarga.
3.2 Saran
Kami menyadari bahwa makalah di atas banyak sekali kesalahan dan
jauh dari kesempurnaan. Kami akan memperbaiki makalah tersebut
dengan berpedoman pada banyak sumber yang dapat
dipertanggungjawabkan. Maka dari itu, kamu mengharapkan kritik dan
saran mengenai pembahasan makalah dalam kesimpulan di atas.
DAFTAR PUSTAKA
Ambarwati, E.R., dan D. Wulandari. 2010. Asuhan Kebidanan Nifas. Yogyakarta:
Nuha Medika.
Hartono, R. dan D. Rahmawati. 2012. ISPA: Gangguan Pernafasan pada
Anak,Panduan bagi Tenaga Kesehatan dan Umum. Yogyakarta: Nuha
Medika
Kementrian Kesehatan RI. (2009). Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar
(RISKESDAS) Provinsi Jawa Tengah Tahun 2007. Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan .
Marmi, dan K. Rahardjo. 2015. Asuhan Neonatus. Bayi. Balita. dan Anak Pra
sekolah.Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Maryunani, A. 2013. Ilmu Kesehatan Anak dalam Kebidanan. Jakarta : Trans Info
Media
Matondang, CS. dkk. 2013. Diagnosis Fisis pada Anak. Edisi ke 2.Jakarta : CV.
Sagung Seto WHO. (2013). Call to Action. Battle against Respiratory
Viruses Initiative.
http://www.who.int/influenza/patient_care/clinical/brave/en di akses 6
November 2016 .