Anda di halaman 1dari 42

ASUHAN KEBIDANAN NIFAS NORMAL

PADA NY. M P20002 HARI KE-3 DENGAN MASALAH NYERI


PERINEUM
DI PMB BIDAN TRI MURYANI, Amd. Keb
Mata Kuliah : Askeb Nifas dan Menyusui

Dosen Pembimbing:
Nuryani, S.ST.,M.Kes
Disusun Oleh:
1. Adelia Supari Ningtias (P27824219001)
2. Dannisa Putri Dharma (P27824219006)
3. Errina Nuril Choiru Amalia (P27824219009)
4. Hanifa Firda Arivanka (P27824219017)
5. Intan Nur Laila (P27824219019)
6. Rohma Fitriana (P27824219024)
7. Selly Tigy Elizanzela (P27824219024)
8. Turiza Ratulia Revianaputri (P27824219027)
9. Sri Wahyuni Pudjianti (P27824219036)
10. Clorisa Elvara Ngesti (P27824219038)
11. Millda Diaz Shafa Azalia (P27824219039)
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK
KESEHATAN KEMENKES SURABAYA JURUSAN KEBIDANAN
PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN KAMPUS MAGETAN
MAGETAN TAHUN AKADEMIK 2019/202

1
DAFTAR ISI
Daftar Isi..........................................................................................................i
BAB I LANDASAN TEORI..........................................................................1
1.1.Pendahuluan..................................................................................1
1.2.1.Konsep Dasar.............................................................................1
1.2.2.Asuhan Kebidanan Nifas...........................................................9
BAB II TINJAUAN TEORI.........................................................................14
2.1. Asuhan Kebidanan Pada Nifas...................................................14
2.2. Diagnosa Kebidanan..................................................................22
2.3. Perencanaan...............................................................................23
BAB III TINJAUAN KASUS......................................................................23
3.1 Pengkajian Data..........................................................................23
3.2 Analisa Data................................................................................23
3.3. Perencanaan...............................................................................31
3.4. Intervensi....................................................................................33
3.5. Pelaksanaan................................................................................34
3.6. Evaluasi......................................................................................39
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................40

2
BAB 1
LANDASAN TEORI
1.1 Nifas
1.2.1 Konsep Dasar Nifas
a. Pengertian Nifas
Masa Nifas (puerpurium) dimulai setelah placenta lahir dan berakhir
ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum
hamil,berlangsung selama kira-kira 6 minggu (Prawirohardjo, 2009:237)
Masa nifas berasal dari bahasa latin, yaitu puer artinya bayi dan
parous artinya melahirkan atau masa sesudah melahirkan. Asuhan
kebidanan masa nifas adalah penatalaksanaan asuhan yang diberikan pada
pasien mulai dari saat setelah lahirnya bayi sampai dengan kembalinya
tubuh dalam keadaan seperti sebelum hamil atau mendekati keadaan
sebelum hamil (Saleha, 2013).
Masa Nifas dimulai setelah 2 jam postpartum dan berakhir ketika
alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil, biasanya
berlangsung selama 6 minggu atau 42 hari, namun secara keseluruhan
baik secara fisiologi maupun psikologis akan pulih dalam waktu 3 bulan
(Nurjanah, dkk, 2013). Menurut Nurjanah, dkk, 2013 Masa nifas dibagi
dalam 3 tahap, yaitu puerperium dini (immediate puerperium),
puerperium intermedial (early puerperium) dan remote puerperium (later
puerperium). Adapun penjelasannya sebagai berikut:
1. Puerperium dini (immediate puerperium), yaitu pemulihan di mana
ibu telah diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan (waktu 0-24 jam
Postpartum). Dalam agama islam dianggap telah bersih dan boleh
bekerja setelah 40 hari.
2. Puerperium intermedial (early puerperium), suatu masa di mana
pemulihan dari organ-organ reproduksi secara menyeluruh selama
kurang lebih 6-8 minggu.
3. Remote puerperium (later puerperium), waktu yang diperlukan untuk
pulih dan sehat kembali dalam keadaan yang sempurna secara

3
bertahap terutama jika selama masa kehamilan dan persalinan ibu
mengalami komplikasi, waktu untuk sehat bisa berminggu-minggu,
bulan bahkan tahun.
b. Perubahan Fisiologis dan Psikologis pada Masa Nifas Perubahan
Fisiologis pada masa nifas: (Walyani, 2015).
1. Sistem Kardiovaskular
Denyut jantung, volume dan curah jantung meningkat segera
setelah melahirkan karena terhentinya aliran darah ke plasenta yang
mengakibatkan beban jantung meningkat yang dapat diatasi dengan
haemokonsentrasi sampai volume darah kembali normal, dan
pembuluh darah kembali ke ukuran semula.
2. Sistem Reproduksi
a. Uterus Uterus secara berangsur-angsur menjadi kecil (involusi)
sehingga akhirnya kembali seperti sebelum hamil.
1) Bayi lahir fundus uteri setinggi pusat dengan berat uterus
1000 gr
2) Akhir kala III persalinan tinggi fundus uteri teraba 2 jari
bawah pusat dengan berat uterus 750gr
3) Satu minggu postpartum tinggi fundus uteri teraba
pertengahan pusat simpisis dangan berat uterus 500gr
4) Dua minggu postpartum tinggi fundus uteri tidak teraba
diatas simpisis dengan berat urterus 350gr
5) Enam minggu postpartum fundus uteri bertambah kecil
dengan berat uterus 50gr
b. Lochea
Lochea adalah cairan secret yang berasal dari cavum uteri
dan vagina dalam masa nifas. Macam-macam lochea :
Lochea Waktu Warna Ciri-ciri

Rubra (cruenta) 1-3 hari Merah Berisi darah segar dan


postpartum sisa-sisa selaput

4
ketuban, sel-sel desidua,
verniks kaseosa, lanugo,
dan mekonium
Sanguinolenta 3-7 hari Berwarna Berisi darah dan lendir
postpartum merah
kekuningan
Serosa 7-14 hari Merah jambu Cairan serum, jaringan
postpartum kemudian desidua, leukosit, dan
kuning eritrosit.
Alba 2 minggu Berwarna Cairan berwarna putih
postpartum Putih seperti krim terdiri dari
leukosit dan sel-sel
desidua.
Purulenta Terjadi infeksi, keluar
cairan seperti nanah
berbau busuk
Locheastatis Lochea tidak lancar
keluarnya
Tabel 2.1 Sumber: Saleha, 2013
c. Serviks
Segera setelah melahirkan, serviks menjadi lembek, kendur,
terkulai dan berbentuk seperti corong. Hal ini disebabkan korpus
uteri berkontraksi, sedangkan serviks tidak berkontraksi,
sehingga perbatasan antara korpus dan serviks uteri berbentuk
cincin. Warna serviks merah kehitam-hitaman karena penuh
pembuluh darah. Segera setelah bayi lahir, tangan pemeriksa
masih dapat dimasukkan 2-3 jari dan setelah 1 minggu hanya 1
jari saja yang dapat masuk. Namun demikian, selesai involusi,
ostium eksternum tidak sama seperti sebelum hamil (Rukiyah,
2011).
d. Vulva dan Vagina

5
Vulva dan vagina mengalami penekanan serta peregangan
yang sangat besar selama proses melahirkan bayi, dan dalam
beberapa hari pertama sesudah proses tersebut, kedua organ ini
tetap berada dalam keadaan kendur. Setelah 3 minggu vulva dan
vagina kembali kepada keadaan tidak hamil dan rugae dalam
vagina secara berangsur-angsur akan muncul kembali sementara
labia menjadi lebih menonjol. (Walyani, 2015).
e. Payudara
Pada semua wanita yang telah melahirkan proses laktasi
terjadi secara alami. Proses menyusui mempunyai dua
mekanisme fisiologis, yaitu produksi susu dan sekresi susu (let
down). Selama sembilan bulan kehamilan, jaringan payudara
tumbuh menyiapkan fungsinya untuk menyediakan makanan
bagi bayi baru lahir. Setelah melahirkan, ketika hormon yang
dihasilkan plasenta tidak ada lagi untuk menghambat kelenjar
pituitary akan mengeluarkan prolaktin (hormon laktogenik).
Ketika bayi menghisap puting, reflek saraf merangsang lobus
posterior pituitary untuk menyekresi hormon oksitosin.
Oksitosin merangsang reflek let down (mengalirkan), sehingga
menyebabkan ejeksi ASI melalui sinus aktiferus payudara ke
duktus yang terdapat pada puting. Ketika ASI dialirkan karena
isapan bayi atau dengan dipompa sel-sel acini terangsang untuk
menghasilkan ASI lebih banyak (Saleha, 2013).
3. Perubahan Sistem Pencernaan
Setelah kelahiran plasenta, maka terjadi pula penurunan produksi
progesteron. Sehingga hal ini dapat menyebabkan heartburn dan
konstipasi terutama dalam beberapa hari pertama. Kemungkinan
terjadi hal ini karena kurangnya keseimbangan cairan selama
persalinan dan adanya reflek hambatan defekasi dikarenakan adanya
rasa nyeri pada perineum karena adanya luka episiotomi (Bahiyatun,
2016).

6
4. Perubahan Sistem Perkemihan
Diuresis dapat terjadi setelah 2-3 hari postpartum. Dieresis terjadi
karena saluran urinaria mengalami dilatasi. Kondisi ini akan kembali
normal setelah 4 minggu postpartum. Pada awal postpartum, kandung
kemih mengalami edema, kongesti, dan hipotonik. Hal ini disebabkan
oleh adanya overdistensi pada saat kala dua persalinan dan
pengeluaran urine yang tertahan selama proses persalinan. Sumbatan
pada uretra disebabkan oleh adanya trauma saat persalinan
berlangsung dan trauma ini dapat berkurang setelah 24 jam
postpartum (Bahiyatun, 2016).
5. Perubahan Tanda-tanda Vital
Perubahan Tanda-tanda Vital terdiri dari beberapa, yaitu:
(Nurjanah, 2013)
a. Suhu Badan
Satu hari (24 jam) postpartum suhu badan akan naik sedikit
(37,5oC-38oC) sebagai akibat kerja keras waktu melahirkan,
kehilangan cairan (dehidrasi) dan kelelahan karena adanya
bendungan vaskuler dan limfatik. Apabila keadaan normal suhu
badan menjadi biasa. Biasanya pada hari ketiga suhu badan naik
lagi karena adanya pembentukan ASI, payudara menjadi
bengkak, berwarna merah karena banyaknya ASI. Bila suhu tidak
turun kemungkinan adanya infeksi endometrium, mastitis, tractus
genetalis atau system lain.
b. Nadi
Denyut nadi normal pada orang dewasa antara 60-80 kali per
menit atau 50-70 kali per menit. Sesudah melahirkan biasanya
denyut nadi akan lebih cepat. Denyut nadi yang melebihi 100 kali
per menit, harus waspada kemungkinan infeksi atau perdarahan
postpartum.
c. Tekanan Darah

7
Tekanan darah meningkat pada persalinan 15 mmHg pada systole
dan 10 mmHg pada diastole. Biasanya setelah bersalin tidak
berubah (normal), kemungkinan tekanan darah akan rendah
setelah ibu melahirkan karena ada perdarahan. Tekanan darah
tinggi pada postpartum dapat menandakan terjadinya preeklamsi
pada masa postpartum.
d. Pernapasan Keadaan pernapasan selalu berhubungan dengan
keadaan suhu dan denyut nadi. Bila suhu dan nadi tidak normal,
pernapasan juga akan mengikutinya, kecuali apabila ada
gangguan khusus pada saluran napas contohnya penyakit asma.
Bila pernapasan pada masa postpartum menjadi lebih cepat,
kemungkinan ada tanda-tanda syok.
6. Perubahan Sistem Kardiovaskular
Curah jantung meningkat selama persalinan dan berlangsung
sampai kala tiga ketika volume darah uterus dikeluarkan. Penurunan
terjadi pada beberapa hari pertama postpartum dan akan kembali
normal pada akhir minggu ke-3 postpartum (Bahiyatun, 2016).
c. Perubahan Psikologis
Nifas Periode Postpartum menyebabkan stress emosional terhadap ibu
baru, bahkan lebih menyulitkan bila terjadi perubahan fisik yang hebat.
Faktor-faktor yang mempengaruhi suksenya masa transisi ke masa
menjadi orang tua pada masa postpartum, yaitu: (Bahiyatun, 2016).
1. Respon dan dukungan dari keluarga dan teman
2. Hubungan antara pengalaman melahirkan dan harapan serta aspirasi
3. Pengalaman melahirkan dan membesarkan anak yang lain
4. Pengaruh budaya Dalam menjalani adaptasi psikososial menurut
Rubin setelah melahirkan, ibu akan melalui fase-fase sebagai
berikut: (Nurjanah, 2013)
a) Masa Taking In (Fokus pada Diri Sendiri)
Masa ini terjadi 1-3 hari pasca-persalinan, ibu yang baru
melahirkan akan bersikap pasif dan sangat tergantung pada

8
dirinya (trauma), segala energinya difokuskan pada
kekhawatiran tentang badannya. Dia akan bercerita tentang
persalinannya secara berulang-ulang.
b) Masa Taking On (Fokus pada Bayi)
Masa ini terjadi 3-10 hari pasca-persalinan, ibu menjadi
khawatir tentang kemampuannya merawat bayi dan menerima
tanggung jawabnya sebagai ibu dalam merawat bayi semakin
besar. Perasaan yang sangat sensitive sehingga mudah
tersinggung jika komunikasinya kurang hati-hati.
c) Masa Letting Go (Mengambil Alih Tugas sebagai Ibu Tanpa
Bantuan NAKES)
Fase ini merupakan fase menerima tanggung jawab akan peran
barunya yang berlangsung 10 hari setelah melahirkan. Ibu
mengambil langsung tanggung jawab dalam merawat bayinya,
dia harus menyesuaikan diri dengan tuntutan ketergantungan
bayinya dan terhadap interaksi social. Ibu sudah mulai
menyesuaikan diri dengan ketergantungan. Keinginan untuk
merawat diri dan bayinya meningkat pada fase ini.
1.1.2 Asuhan Nifas
Asuhan ibu masa nifas adalah asuhan yang diberikan kepada ibu segera
setelah kelahiran sampai 6 minggu setelah kelahiran. Tujuan dari masa nifas
adalah untuk memberikan asuhan yang adekuat dan terstandar pada ibu
segera setelah melahirkan dengan memperhatikan riwayat selama
kehanilan, dalam persalinan dan keadaan segera setelah melahirkan.
Adapun hasil yang diharapkan adalah terlaksanakanya asuhan segera atau
rutin pada ibu post partum termasuk melakukan pengkajian, membuat
diagnose, mengidentifikasi masalah dan kebutuhan ibu, mengidentifikasi
diagnose dan masalah potensial, tindakan segera serta merencanakan
asuhan,
Tabel 2.2 Jadwal Kunjungan tersebut adalah sebagai berikut: (Saleha,
2013).

9
Kunjungan Waktu Tujuan

1 6jam-3hari 1. Mencegah perdarahan masa nifas


setelah karena atonia uteri
melahirkan 2. Mendeteksi dan merawat penyebab
lain perdarahan, rujuk bila
perdarahan berlanjut
3. Memberikan konseling pada ibu
atau salah satu anggota keluarga
bagaimana mencegah perdarahan
masa nifas karena atonia uteri
4. Pemberian ASI awal
5. Melakukan hubungan antara ibu
dan bayi baru lahir
6. Menjaga bayi tetap sehat dengan
cara mencegah hipotermi
2 4-28 hari setelah 1. Memastikan involusi uterus
persalinan berjalan normal: uterus
berkontraksi, fundus dibawah
umbilicus, tidak ada perdarahan
abnormal, dan tidak ada bau
2. Menilai adanya tanda -tanda
demam, infeksi, atau perdarahan
abnormal
3. Memastikan ibu mendapatkan
cukup makanan, ciaran, dan
istirahat
4. Memastikan ibu menyusui dengan
baik, dan tidak memperlihatkan
tanda - tanda penyulit
5. Memberikan konseling pada ibu

10
mengenai asuhan pada bayi, tali
pusat, menjaga bayi tetap hangat
dan perawatan bayi sehari -hari
3 29-42 hari setelah 1. Menanyakan pada ibu tentang
persalinan penyulit - penyulit -penyulit yang
ia alami atau bayinya
2. Membrikan konseling KB secara
dini
3. Menganjurkan/mengajak ibu
membawa bayinya ke posyandu
atau puskesmas untuk
penimbangan dan imunisasi

1. Hal-hal yang harus dihindari oleh ibu bersalin dan selama nifas
a. Tidak diperbolehkan membuang ASI yang pertama keluar (kolostrum)
karena sangat berguna untuk kekebalan tubuh anak
b. Tidak diperbolehkan membersihkan payudara dengan
alkohol/povidon/iodine/obat merah atau sabun karena bisa terminum
oleh bayi
c. Tidak diperbolehkan mengikat terlalu kencang ,boleh diikat hanya
diperbolehkan 2 jam sekali harus dilepas karena bisa terjadi oedema di
kaki dan masalah divena
d. Tidak memperbolehkan menempelkan daun-daunan pada kemaluan
karena akan menimbulkan infeksi.
2. Tanda Bahaya pada ibu nifas
a. Terjadi pendarahan lewat jalan lahir, kareana preklamsi juga bisa
terjadi pada ibu nifas
b. Keluar cairan berbau dari jalan lahir
c. Bengkak di wajah, tangandan kaki, atau sakit kepala dan kejang-
kejang
d. Demam lebih dari 2 hari

11
e. Payudara bengkak, meraha disertai rasa sakit
f. Ibu terlihat sedih, murungdan menangis tanpa sebab ( depresi), ibu
membutuhkan dukungan dari keluarga

12
BAB 2
TINJAUAN TEORI
2.1. Asuhan Kebidanan Pada Nifas
Pengkajian
1. Data Subyektif
a. Biodata
1) Umur
Umur lebih dari 35 tahun rentan sekali untuk terjadi perdarahan
dalam masa nifas ( Ambarwatu,2010:131)
2) Agama
Untuk mengetahui keyakinan pasien tersebut untuk membimbing
atau mengarahkan pasien dalam berdo’a ( Ambarwati,2010:132)
3) Pekerjaan
Pekerjaan ibu yang berat bisa mengakibatkan ibu kelelahan, secara
tidak langsung dapat menyebabkan involusi dan laktasi terganggu
(Marmi 2012:179)
4) Penghasilan
Penghasilan yang terbatas dan putus kerja karena berbagai alasan
dapat menambah sulitnya masalah social ekonomi, sehingga
mempengaruhi kelangsungan kehamilan (Manuaba,2012:235)
b. Keluhan Utama
Menurut varney (2008:974-977) keluhan yang sering dialami ibu
masa nifas antara lain: after pain (nyeri setelah lahir), pembesaran
payudara, nyeri luka perineum, Menurut Anggraini (2010:136) ibu
menunjukkan depresi ringan beberapa hari setelah kelahiran. Hal
ini terjadi akibat kecemasan pada kemampuannya merawat bayinya
setelah pulang dari rumah sakit.
c. Riwayat Kesehatan
1) Anemia
Anemia pascasalin akan menyebabkan terjadi subinvolusi uteri,
menimbulkan perdarahan pascasalin, memudahkan infeksi

13
peurperium, pengeluaran ASI berkurang, terjadi dekompensasi
kordis mendadak setelah persalinan, anemia kala nifas, mudah
terjadi infeksi mammae. Tingkat derajat anemia sebagai berikut :
tidak anemia kurang lebih 11g%, anemia ringan Hb 9-10 g% ,
anemia sedang Hb 7-8 gr%. Anemia berat Hb < 7g%
(Manuaba,2012:240).
2) Penyakit TBC
Ibu dengan tuberculosis aktif tidak dibenarkan untuk memberikan
ASI karena dapat menularkan pada bayi (Manuaba,2012:336)
3) Hipertensi
Ibu yang pernah mengalami episode hipertensi pada kehamilan
dapat terus mengalaminya hingga pascasalin (Fraser,2009:629).
4) HIV
Di Negara maju, dimana kematian bayi yang terjadi oleh karena
pemberian susu formula sangat rendah, mungkin diperlukan untuk
tidak menganjurkan ibu dengan HIV positif untuk menyusui.
Sebaliknya, dinegara berkembang dimana harga susu formula
relatif mahal, risiko terjadinya diare dan malnutrisi karena
ketidakmampuan untuk menyediakan susu formula akan
berdampak lebih besar dari penularan HIV (Saifuddin,2010:363).
5) Hepatitis
Ibu dengan hepatitis menyusui bayi tidak merupakan masalah.
Pada penelitian telah dibuktikan bahwa penularan melalui saluran
cerna membutuhkan titer virus yang jauh lebih tinggi dari pada
penularan parenteral.
d. Riwayat Kebidanan
1) Riwayat haid
Dengan memberikan ASI kembalinya menstruasi atau haid sulit
diperhitungkan dan bersifat individu. Sebagian besar menstruasi
kembali setelah 4-6 bulan. Dalam waktu 3 bulan belum menstruasi,

14
dapat menjamin bertindak sebagai kontrasepsi yaitu Metode
Amenore Laktasi (MAL) (Manuaba, 202:203)
2) Riwayat nifas yang lalu
Masa nifas yang lalu tidak ada penyakit sperti perdarahan
pascasalin dan infeksi nifas. Maka diharapkan nifas saat ini juga
tanpa penyakit. Ibu menyusui eksklusif sampai usia anak 6 bulan.
Teradapat pengeluaran lokhea rubra sampai hari ke-3 berwarna
merah. Lokhea serosa hari ke-4 sampai ke-9 warna kecoklatan.
Lokhea alba hari ke-10 sampai ke-15 warna putih dan kekuningan.
Ibu dengan riwayat pengeluaran lokhea purulenta, lovheastasis,
infeksi uterin, rasa nyeri berlebihan memerlukan pengawasan
khusus dan ibu meneteki kurang dari 2 tahun. Adanya bendungan
ASI sampai terjadi abses payudara harus dilakukan observasi yang
tepat (Manuaba,2012:201)
3) Riwayat nifas sekarang
Terdapat pengeluaran lokhea rubra sampai hari ke 3 berwarna
merah dan hitam, lokhea serosa hari keempat sampai ketujuh
warna kecoklatan, lokhea seroa hari ketujuh sampai keempatbelas
berwarna putih. (Manuaba,2012:201).
4) Riwayat KB
Biasanya wanita tidak akan menghasilkan telur(ovulasi) sebelum ia
mendapatkan lagi haidnya selama meneteki. Oleh karena itu,
metodeamenorhe laktasi (MAL) dapat dipakai sebelum haid
pertama kembali untuk mencegah terjadinya kehamilan baru
(Saifuddin,2014;129).
e. Pola Kebiasaan sehari hari
1) Nutrisi
2) Eliminasi
3) Personal Hygiene
4) Istirahat
5) Aktivitas

15
6) Seksual
f. Riwayat ketergantungan
Merokok dapat menyebabkan penyempitan pembuluh darah di dalam
tubuh, termasuk pembuluh-pembuluh darah pada uterus sehingga
menghambat proses involusi, sedangkan alcohol dan narkotika
mempengaruhi ASI yang langsung mempengaruhi perkembangan
psikologis bayi dan menganggu proses bonding antara ibu dan bayi
(Manuaba,2012-122).
2. Data Obyektif
a. Keadaan Umum : Kesadaran komposmetis (Manuaba, 2012:114)
b. Tanda-tanda vital
1) Tekanan darah
Setelah melahirkan, banyak wanita mengalami peningkatan
tekanan darah sistolik dan diastolic, yang kembali secara spontan
ke tekanan darah sebelum hamil selama beberapa hari
(varney,2008:961).
2) Nadi
Denyut nadi normal pada orang dewasa adalah 60-80 kali
permenenit. Denyut nadi diatas 100 kali permenit pada nifas
mengindifikasikan aanya infeksi, hal ini salah satunya bisa
diakibatkan oleh proses persalinan sulit atau karena kehilangan
darah yang berlebihan (Ambarwati,2010:138).
3) Suhu
Segera setelah persalinan dapat terjadi peningkatan suhu tubuh tapi
tidak lebih dari 38°C. Bila terjadi peningkatan melebihi 38°C
berturut-turut selama 2 hari, kemungkinan terjadi ineksi
(Manuaba,2012:201)
4) Pernafasan
Napas pendek, cepat, atau perubahan lain memerlukan evaluasi
adanya kondisi-kondisi seperti kelelahan cairan (Varney,
2008:961)

16
c. Pemeriksaan fisik
1) Mata
Bentuk simetris , konjungtiva normal warna merah muda, bila
pucat menandakan anemia. Sklera normal berwarna putih, bila
kuning menandakan ibu mungkin terinfeksi hepatitis, bila merah
kemungkinan ada konjungtiva. Kelopak mata yang bengkak
kemungkinan adanya pre eklamsia (Romauli,2011:174)
2) Leher
Normal bila tidak ada pembesaran kelenjar tyroid, tidak ada
pembesaran limfe dan tidak ditemukan bendungan vena jugularis
(Romauli,2011:174).
3) Payudara
Payudara Menurut Manuaba (2012:214), proses pengeluaran ASI
terdiri dari: a) Kolostrum
(1) Berwarna kuning jernih dengan protein berkadar tinggi.
(2) Mengandung : imunoglobulin, laktoferin, ion-ion (Na, Ca, K,
Zn, Fe), vitamin (A, E, K, dan D), lemak, dan rendah laktosa. Dari
pemeriksaan payudara prenatal dan segera setelah melahirkan
apakah ada komplikasi postpartum misalnya bendungan pada
payudara (3-5 hari post partum), mastitis (3-4 minggu postpartum),
abses payudara. Inspeksi kulit payudara mengenai warna, lesi,
ckularisasi, dan edema. Inspeksi epitelium puting: karakteristik
kuran (kecil, besar), bentuk (menonjol, datar, mendelep), lukallecet
pada puting susu. Lakukan palpasi di sekeliling puting susu
pengeluaran cairan dan banyaknya (kolostrum, ASI, pus, darah)
dan untuk mengetahui adanya keluaran. Bila adanya keluaran maka
identifikasi keluaran tersebut mengenai sumber, jumlah, warna,
konsistensi, dan kaji terhadap adanya nyeri tekan (Anggraini,
2010: 125).
4) Abdomen

17
5) Pada abdomen kita harus memeriksa posisi uterus atau tinggi
fundus uteri, kontraksi uterus, dan ukuran kandung kemih
(Saifuddin, 2014: 124). Menurut Varney, (2008: 1064),
pemeriksaan abdomen pascasalin dilakukan selama periode
pascasalin (1 jam-5 hari) meliputi tindakan berikut:
a. Pemeriksaan kandung kemih
Dalam memeriksa kandung kemih mencari secara spesifik
distensi kandung kemih yang disebabkan oleh retensi urin
akibat hipotonisitas kandung kemih karena trauma selama
melahirkan. Kondisi ini dapat mengakibatkan wanita
mengalami infeksi kandung kemih. Distensi kandung kemih
dapat terlihat sebagai penonjolan pada kontur abdomen diatas
simpisis pubis yang memanjang ke arah umbilikus. Menurut
Bahiyatun (2013: 61) pada awal postpartum, kandung kemih
mengalami edema, kongesti, dan hipotonik. Hal ini disebabkan
oleh adanya overdistensi pada saat kala dua persalinan dan
pengeluaran urin yang tertahan selama proses persalinan.
Sumbatan pada uretra disebabkan oleh adanya trauma saat
persalinan berlangsung dan trauma ini dapat berkurang setelah
24 jam postpartum.
b. Pemeriksaan uterus
Menurut Manuaba (2012:200), setelah bayi dilahirkan uterus
selama persalinan mengalami kontraksi dan retraksi akan
menjadi keras, sehingga dapat menutup pembuluh darah besar
yang bermuara pada bekas implantasi plasenta. Otot rahim
terdiri dari 3 lapis otot yang membentuk anyaman sehingga
pembuluh darah dengan demikian terhindar dari dapat tertutup
sempurna, perdarahan postpartum. Proses involusi uteri pada
bekas implantasi plasenta, terdapat gambaran sebagai berikut :

18
(1) Bekas implantasi plasenta segera setelah plasenta lahir
sepanjang 12x15 cm, permukaan kasar, dimana pembulih
darah besar bermuara.
(2) Pada pembuluh darah terjadi pembentukan trombosis,
disamping pembuluh darah tertutup pada kontraksi otot
rahim.
(3) Bekas luka implantasi dengan cepat mengecil, pada minggu
kedua sebesar 6-8 cm, dan akhir puerpurium sebesar 2 cm.
(4) Lapisan endometrium dilepaskan dalam bentuk jaringan
nekrosis bersama dengan lochea.
(5) Luka bekas implantasi plasenta akan sembuh karena
pertumbuhan endometrium yang berasal dari tepi luka dan
lapisan basalis endometrium.
(6) Kesembuhan sempurna pada saat akhir dari masa
puerpurium.
Proses ini terus berlangsung dengan penurunan TFU I cm
setiap harinya, schingga pada hari ke-7 TFU berkisar 5 cm dan
pada hari ke-10 TFU tidak teraba lagi di simfisis pubis
(Bahiyatun, 2013: 60).
c. Evaluasi tonus otot abdomen dengan memeriksa Derajat
Diastasis Rekti (DDR).
Menurut (Varney, 2008: 1065), penentuan Derajat Diastasis
Rekti (DDR) digunakan sebagai alat objektif untuk
mengevaluasi tonus otot abdomen. Diastasis rekti adalah
derajat pemisahan otot rektus abdomen (rektus abdominis).
Pemisahan ini diukur menggunakan lebar jari ketika otot-otot
abdomen kontraksi dan ditulis sebagai pembilang lalu sekali
lagi ketika otot-otot tersebut relaksasi ditulis sebagai penyebut.
Diastasis rekti diukur dengan cara-cara sebagai berikut:
(1) Atur posisi wanita terbaring terlentang datar tanpa bantal
dibawah kepalanya.

19
(2) Tempatkan ujung-ujung jari salah satu tangan anda pada
garis tengah abdomen dengan ujung jari telunjuk anda tepat
dibawah umbilikus dan jari-jari anda yang lain berbaris
longitudinal kebawah kearah simfisis pubis.
(3) Meminta wanita menaikkan kepalanya dan berupaya
meletakkan dagu didadanya, diarea antara payudaranya dan
pastikan wanita tidak menekan tangannya di tempat tidur atau
mencengkram matras untuk membantu dirinya, karena hal ini
mencegah penggunaan otot-otot abdomen.
(4) Ketika wanita berupaya meletakkan dagunya diantara
payudaranya, tekan ujung-ujung jari anda dengan perlahan
dekat abdomennya. Anda akan merasakan otot-otot abdomen
layaknya dua bebat karet, yang mendekati garis tengah dari
kedua sisi. Apabila dia diastasisnya lebar anda perlu untuk
menggerakkan jari anda dari sisi kesisi dalam upaya
menemukan otot tersebut, meskipun otot sudah dikontraksikan.
(5) Ukur jarak antara dua otot rektus ketika otot-otot tersebut
dikontraksi dengan menempatkan jari-jari anda datar dan
paralel terhadap garis tengah dan isi ruang antara otot rektus
dengan jari-jari anda. Catat jumlah lebar jari antara sisi median
dua otot rektus.
(6) Sekarang tempatkan ujung-ujung jari satu tangan sepanjang
salah satu sisi median otot rektus abdomen dan ujung-ujung.
jari tangan anda yang lain sepanjang sisi median otot rektus
abdominus yang lain. Jika diposisikan dengan benar bagian
punggung tangan anda harus menghadap satu sama lain pada
garis tengah abdomen.
(7) Minta wanita untuk menurunkan kepalanya secara perlahan
keposisi bersandar ketempat tidur.
(8) Ketika wanita menurunkan kepalanya otot rektus akan
bergerak lebih jauh memisah dan kurang dapat dibedakan

20
ketika otot relaksasi. Ujung-ujung jari anda menutupi otot
rektus ketika otot tersebut bergerak memisahkan ke sisi lateral
masing-masing pada abdomen. Prasat ini memungkinkan anda
untuk tetap mengidentifikasi otot-otot tersebut ketika berada
dalam keadaan relaksasi.
(9) Ukur jarak antara kedua otot rektus ketika dalam keadaan
relaksasi sebagaimana anda mengukurnya pada saat kontraksi.
Catat jumlah lebar jari diantara tepi median kedua otot rektus.
(10) Catat hasil pemeriksaan anda sebagai suatu pecahan yang
didalamnya pembilang mewakili lebar diastasis dalam hitungan
lebar jari ketika otot-otot mengalami kontraksi dan pembagi
mewakili lebar diastasis dalam hitungan lebar jari ketika otot-
otot relaksasi misalnya diastasis yang ukurannya dua lebar jari
ketika otot-otot berkontraksi dan lima lebar jari ketika otot-otot
relaksasi akan dicatat sebagai berikut: diastasis= 2/5 jari
rangkaian pengukuran tersebut dapat tertulis sebagai berikut:
diastasis = dua jari ketika otot-otot berkontraksi dan lima jari
ketika otot-otot relaksasi.
d. Memeriksa adanya nyeri tekan CVA (Costovertebral Angel)
Nyeri yang muncul diarea sudut CVA merupakan indikasi
penyakit ginjal.
6) Lochea
Lochea adalah pengeluaran cairan sisa lapisan endometrium dan
sisa dari tempat implantasi plasenta yang terjadi pada masa nifas
(Manuaba, 2012:201). Menurut Varney (2008:960), lochea adalah
istilah untuk sekret dari uterus yang keluar melalui vagina selama
puerpurium. Menurut Manuaba (2012:201), pengeluaran lochea
dapat dibagi berdasarkan jumlah dan warnanya sebagai berikut:
2.2. Diagnosa Kebidanan
Diagnosa dapat ditegakkan yang berkaitan dengan para, abortus, anak
hidup, mur ibu dan keadaan nifas (Anggraini, 2010: 140). Diagnosa

21
kebidanan untuk ibu nifas normal adalah: PAPIAH. pasca salin hari ke
1-42, persalinan normal/SC, laktasi lancar, involusi normal/abnormal,
lokhea normal/abnormal, keadaan psikologis ibu baik, Lendaan umum
ibu dan bayi baik. Kemungkinan masalah nyeri luka perineum, fer
pain, pembesaran payudara (Varney, 2008: 975), menurut Doenges
(2001: 397-410) gangguan eliminasi urin, konstipasi, dan gangguan
pola tidur.
2.3. Perencanaan
Diagnosa : PAPIAH, pascasalin hari ke 1-42, persalinan
normal/SC, laktasi
lancar, involusi normal/abnormal, lokhea normal/abnormal,
keadaan psikologis ibu baik, keadaan umum ibu dan bayi
baik. Kemungkinan masalah nyeri luka perineum, after
pain, pembesaran payudara, gangguan eliminasi urin,
konstipasi, dan gangguan pola tidur.
Tujuan : Masa nifas berjalan normal tanpa komplikasi bagi ibu dan
bayi.
Kriteria : 1. Keadaan umum: kesadaran komposmetis (Manuaba,
2012: 114).
2. Tanda-tanda vital:
T: 110/70-130/90 mmHg N: 60-80 x/menit

S: 36-37,5 °C R: 16-24 x/menit

22
BAB 3
TINJAUAN KASUS

Tanggal pengkajian : 25 Aguatus 2020


Waktu : Pukul 10.00 WIB
Tempat pengkajian : BPM Tri Muryani, Amd. Keb

3.1. Pengkajian Data


1. Data Subyektif
a. Biodata
Istri Suami
Nama : Ny. M Tn. H
Umur : 25 tahun 28 tahun
Agama : Islam Islam
Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia Jawa/Indonesia
Pendidikan : SMA SMA
Pekerjaan : IRT Wiraswasta
Penghasilan : ± Rp. 1.000.000,-
Berapa kali menikah : 1x
Alamat : ……….
b. Keluhan Utama
Ibu postpartum spontan hari ke 3 mengeluh nyeri pada luka jahitan
perinium.
c. Riwayat Kesehatan
1) Riwayat kesehatan yang lalu
Ibu tidak ada dan tidak sedang mengalami penyakit dengan gejala
pusing, mudah lelah, letih dan lesu, mata berkunang-kunang (anemia),
sesak nafas, jantung berdebar-debar, sesak bila naik turun tangga
(jantung), batuk lama dan mengeluarkan darah (TBC), mudah haus dan
lapar (DM), kulit bewarna kuning (hepatitis B), pusing dan tekanan

23
darah tinggi (hipertensi), kencing sakit dan bernanah (gonore), keluar
lendir, menimbulkan gatal, bewarna dan berbau (PMS).
2) Riwayat kesehatan sekarang
Ibu dalam keadaan sehat, tidak mengalami penyakit dengan gejala
pusing, mudah lelah, letih dan lesu, mata berkunang-kunang (anemia),
sesak nafas, jantung berdebar-debar, sesak bila naik turun tangga
(jantung), batuk lama dan mengeluarkan darah (TBC), mudah haus dan
lapar (DM), kulit bewarna kuning (hepatitis B), pusing dan tekanan
darah tinggi (hipertensi), kencing sakit dan bernanah (gonore), keluar
lendir, menimbulkan gatal, bewarna dan berbau (PMS).
3) Riwayat kesehatan keluarga
Ibu tidak ada dan tidak sedang mengalami penyakit dengan gejala
pusing, mudah lelah, letih dan lesu, mata berkunang-kunang (anemia),
sesak nafas, jantung berdebar-debar, sesak bila naik turun tangga
(jantung), batuk lama dan mengeluarkan darah (TBC), mudah haus dan
lapar (DM), kulit bewarna kuning (hepatitis B), pusing dan tekanan
darah tinggi (hipertensi), kencing sakit dan bernanah (gonore), keluar
lendir, menimbulkan gatal, bewarna dan berbau (PMS).
d. Riwayat Kebidanan
1) Haid
Menarche usia 12 tahun, siklus 28 hari, teratur, lamanya 6-7 hari,
ganti pembalut 2 - 3 kali terutama hari pertama dan kedua, selanjutnya
ganti pembalut 2x sehari, konsistensi encer, warna merah, tidak ada
keluhan selama haid, tidak keputihan menjelang haid.
2) Riwayat kehamilan, persalinan , nifas yang lalu
Hamil anak pertama, selama hamil ibu tidak ada keluhan apa –apa
tetapi hanya mual muntah pada usia awal kehamilan, ibu rutin periksa
yaitu pada TM I 4x, pada TM II 4x dan pada TM III periksa setiap 1
minggu sekali. Selama periksa ibu diberi tablet tambah darah (Fe),
mendapatkan penyuluhan tentang perawatan payudara, ASI eksklusif
dan kebutuhan dasar ibu hamil. Lahir spontan ditolong bidan, langsung

24
menangis, jenis kelamin Laki-laki, BB lahir 3200 gram. Asi eksklusif
sampai 6 bulan dilanjutkan meneteki sampai usia 2 tahun, sekarang
usianya 2 tahun.
3) Riwayat persalinan sekarang
Ibu melahirkan anak kedua, pada tanggal 22 Agustus 2020 pukul 06.30
WIB, bayi lahir spontan, ditolong oleh bidan, langsung menangis kuat,
gerak aktif, jenis kelamin perempuan, BB : 3000 gram, PB : 50 cm,
tidak ada kelainan bawaan / cacat, dilakukan IMD sekitar satu jam,
plasenta lahir spontan lengkap, tidak ada perdarahan berlebih, bayi
langsung mendapat vit. K dan salep mata.
4) Riwayat nifas sekarang
Pada hari ke 3 nifas Ibu dapat menyusi anaknya dengan baik dan
benar, ASI sudah keluar bewarna kuning, bayi menyusu kuat, sudah
BAK sejak 4 jam setelah melahirkan, belum bisa BAB, pengeluaran
darah dari jalan lahir bewarna merah kehitaman. Ibu saat ini masih
merasakan nyeri pada luka jahitan perinium.
e. Keluarga Berencana
Setelah menikah ibu tidak langsung KB karena ingin segera memiliki
anak. Setelah kelahiran anak pertama ibu tidak menggunakan KB
apapun. Rencana kedepan ibu ingin menggunakan KB suntik 3 bulan.
f. Pola Kehidupan Sehari-Hari
1) Nutrisi
Makan 3x sehari porsi sedang komposisi nasi, lauk tempe, sayur
wortel, kubis, buah pisang. Minum air putih 3 gelas/hari. Ibu tidak ada
pantangan makan apapun.
2) Eliminasi
Ibu sudah BAB 1x, BAK 5x/hari, kuning, jernih, tidak ada keluhan.
3) Istirahat dan tidur
Ibu tidurnya berkurang karena sering terbangun saat bayinya
menangis.
4) Personal hygiene

25
Ibu sudah mandi 2x sehari, ganti pembalut 2x, ganti baju 2x,
membersihkan payudara saat mandi, cebok setelah BAK dan BAB
dengan air bersih.
5) Aktivitas
Ibu sudah berjalan-jalan disekitar ruangan, ibu sudah menyusui
bayinya, ibu belum senam nifas.
g. Riwayat Ketergantungan
Ibu tidak mempunyai kebiasaan merokok, minum-minuman alkohol,
ketergantungan pada obat-obatan, suami tidak merokok.
h. Psikososial dan Spiritual
Ibu dan keluarga sangat senang dengan kelahiran bayinya karena bayi
dapat lahir dengan sehat dan selamat. Ibu sekarang sudah bisa merawat
bayinya sendiri tetapi pada saat memandikan bayi masih dibantu dengan
ibunya. Ibu sekarang belum melakukan sholat 5 waktu dan membaca Al-
Qur’an karena masih pada masa nifas tetapi ibu selalu berdo’a sebelum
menyusui bayinya.
i. Latar Belakang Sosial Budaya
Dalam keluarga ibu tidak ada kebiasaan seperti, tidak mempunyai
pantangan makanan tertentu, tidak minum jamu, tidak pernah pijat perut,
tidak bersandar berjam-jam, tidak memasang gurita terlalu kencang, tidak
boleh keluar rumah kurang dari 40 hari tetapi ibu masih ada budaya
seperti, brokohan, sepasaran, selapan, telonan, pitonan.

2. Data Obyektif
a. Pemeriksaan Umum
1) Keadaan umum : Baik
2) Kesadaran : Composmentis
3) Tanda-tanda vital :
T : 120/ 80 mmHg
N : 80 x/ menit
S : 36,5 0C

26
R : 20x/ menit
b. Pemeriksaan Fisik
Kepala : Simetris, bersih, warna rambut hitam, persebaran
rambut merata, tidak rontok, tidak ada lesi, tidak ada
ketombe, tidak mudah dicabut.
Muka : Tidak sembab dan tidak pucat.
Mata : Simetris, konjungtiva merah muda, sklera putih,
palpebra tidak edema, tidak ada pengeluaran sekret yang
berlebihan, tidak ada kelainan.
Hidung : Simetris, bersih, tidak ada sekret / cairan yang keluar,
tidak ada polip, tidak ada pernapasan cuping hidung.
Mulut : Bersih, bibir tidak pucat, tidak stomatitis, gigi tidak
caries, lidah bersih.
Telinga : Simetris, tidak ada serumen berlebih, fungsi
pendengaran baik.
Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar limfe, tidak ada
pembengkakan kelenjar tyroid, tidak ada bendungan vena
jugularis.
Dada : Simetris, tidak terdapat retraksi otot dada, tidak
terdapat bunyi ronchi dan wheezing, bunyi jantung
normal.
Payudara : Bersih, simetris, puting menonjol, tidak ada benjolan
abnormal, tidak ada nyeri tekan dan tidak tegang, ASI
sudah keluar.
Abdomen : Tidak ada bekas operasi, TFU pertengahan symphisis dan
pusat, perut tidak kembung, DDR 1 jari, kandung kemih
kosong.
Genetalia : Kotor, tidak terdapat varises, tidak terdapat condiloma
matalata dan akuminata, tidak ada pembengkakan
kelenjar skene dan kelenjar bartolini, jalan lahir keluar
lendir bercampur darah bewarna merah kehitaman

27
(lochea rubra), luka jalan lahir kotor, jahitan rapat,tidak
merah, tidak bernanah, tidak bengkak, dan sedikit nyeri
Anus : Bersih, tidak ada hemoroid
Ekstremitas
Atas : Simetris, tidak edema, tidak ada nyeri tekan.
Bawah : Simetris, tidak edema, tidak ada varises, tidak ada nyeri
tekan.
Keadaan Bayi :
1) Keadaan umum : Baik
2) Kesadaran : Composmentis
3) Tanda-tanda vital :
N : 80 x/ menit
S : 36,5 0C
R : 20x/ menit
4) Menetek kuat, reflek menghisap baik dan menelan baik
5) Turgor kulit baik
6) Tonus otot baik
7) Tali pusat bersih, dibungkus kasa kering, tidak berdarah, tidak ada
kemerahan, tidak berbau serta tidak mengeluarkan pus.
8) Bayi sudah BAK 4 – 5 kali/ hari (kuning jernih dan bau khas) dan
BAB 2 kali/ hari (warna kuning, lunak).
9) BB lahir : 3000 gram
10) BB sekarang : 3000 gram
11) PB lahir : 50 cm
12) Lingkar kepala fronto occipito : 33 cm
13) Lingkar lengan : 11 cm
c. Pemeriksaan penunjang Tanggal : 24 Januari 2018
Hb : 10,5 gr/dL
d. Terapi yang di dapat
1) Pil zat besi (Fe) sebanyak 40 tablet diminum 1 hari 1 tablet selama
40 hari pasca persalinan

28
2) Vitamin A 200.000 unit diminum satu kali setelah melahirkan
3) Obat oral analgesik untuk mengurangi rasa nyeri pada luka jahitan
perinium

3.2. Analisa Data


No Diagnosa/ Masalah Data Dasar
.
1. P20002 post partum DS :
spontan hari ke-3, 1. Ibu nifas hari ke 3 dengan
laktasi lancar, involusi keluhan nyeri pada luka jahitan
normal, lochea normal perinium.
dengan masalah nyeri 2. Ibu saat ini melahirkan anak
pada luka jahitan kedua
perinium., KU ibu dan DO :
bayi baik. 1. KU ibu baik, kesadaran
composmentis
2. TTV :
a. T : 120/80 mmHg
b. N : 80 x/mt
c. S : 36,5 0C
d. R : 20 x/mt
3. Data Bayi
KU bayi baik, gerak aktif, bayi
tampak tenang, menetek kuat,
turgor kulit baik dan tonus otot
baik
a. Jenis kelamin : Perempuan
b. BB 3000 gram
c. PB 50 cm
4. Payudara simetris, Bersih,
simetris, puting menonjol, tidak

29
ada benjolan abnormal, tidak
ada nyeri tekan dan tidak tegang,
ASI sudah keluar.
5. Abdomen tidak ada bekas
operasi, TFU pertengahan
symphisis dan pusat, perut tidak
kembung, DDR 1 jari, kandung
kemih kosong.
6. Genetalia kotor, tidak terdapat
varises, tidak terdapat condiloma
matalata dan akuminata, tidak
ada pembengkakan kelenjar
skene dan kelenjar bartolini,
jalan lahir keluar lendir
bercampur darah bewarna merah
kehitaman (lochea rubra), luka
jalan lahir kotor, jahitan
rapat,tidak merah, tidak
bernanah, tidak bengkak, dan
sedikit nyeri

A. Diagnosa Kebidanan
P20002 post partum hari ke-3, laktasi normal, involusi normal, lochea normal
dengan nyeri pada luka jahitan perinium, KU ibu dan bayi baik, prognosa baik.

3.3. Perencanaan
Diagnosa : P20002 post partum hari ke-3, laktasi normal, involusi normal,
lochea normal dengan nyeri pada luka jahitan perinium, KU ibu
dan bayi baik, prognosa baik.
Tujuan : Masa nifas normal tanpa komplikasi dan penyulit pada ibu.
Kriteria : 1. KU ibu baik

30
2. TTV ibu normal :
TD : 100/70 – 130/90 mmHg
S : 36,5 – 37,5 0C
N : 72 - 88 x/ menit
R : 16 -24 x/menit
3. Proses laktasi normal ditandai dengan payudara sedikit tegang,
putting susu menonjol, bayi dapat menghisap ASI dengan kuat
dan pengeluaran cairan sesuai dengan stadium pengeluaran
ASI, yaitu:
a. Hari ke 1-3 : berupa kolostrum
b. Hari ke 4-10 : berupa susu peralihan / transisi
c. Hari ke-10 dan seterusnya : berupa air susu matur
4. Kontraksi uterus baik, teraba keras dan bundar, fundus uteri
turun 1 jari setiap hari pada hari ke-2 sampai hari ke-6,
setelah hari ke-7 sampai hari ke-10 fundus uteri tidak teraba
dari luar. TFU pada saat masa nifas, yaitu :
a. Hari ke-2 : TFU teraba 3 jari bawah pusat
b. 1 minggu : TFU beraba pada pertengahan pusat dan
symfisis
c. 2 minggu : TFU teraba tepat diatas symfisis
d. 6 minggu : TFU tidak teraba
5. Pengeluaran lochea lancar dan normal, yaitu :
a. Lochea rubra :Pada hari ke-1 dan ke-2 (warna
merah kehitaman)
b. Lochea sanguinolenta :Pada hari ke-3 dan ke-7 (warna
kekuningan)
c. Lochea serosa :Pada hari ke-7 dan ke-14 (warna
coklat kekuningan)
d. Lochea alba :Pada hari ke-14 atau lebih (warna
putih)

31
6. Rasa nyeri pada ibu berkurang dan ibu tampak rileks, ibu
dapat menjelaskan kembali penyebab dan cara mengatasi
pada saat nyeri luka jahitan perinium.
Bayi :
1. Keadaan umum bayi baik
2. Tanda-tanda vital
a. S : 36,5ºC – 37,5ºC
b. N : 120-130x/menit
c. R : 30-60x/menit
3. Bayi tidak ikterus
4. Gerak bayi aktif
5. Warna kulit tubuh kemerahan
6. Bayi mau menetek dan reflek hisap kuat
7. BAK sebanayk 4-5 kali dalam sehari dan BAB 1-4 kali dalam
sehari
3.4. Intervensi :
1. Jelaskan hasil pemeriksaan pada ibu
R/ Dengan menjelaskan kondisi ibu dapat mempermudah asuhan yang
diberikan dan ibu lebih kooperatif terhadap tindakan yang akan dilakukan.
2. Jelaskan pada ibu tentang penyebab nyeri pada luka jahitan perinium
R/ ibu dapat mengetahui penyebab fisiologis dari nyeri yaitu karena adanya
luka jahitan pada perinium ibu yang mengalami robekan saat proses
persalinan.
3. Jelaskan tentang kebutuhan dasar ibu nifas yaitu :
a. Nutrisi
b. Eliminasi
c. Istirahat/ tidur
d. Personal hygiene
e. Ambulasi/ mobilisasi dini
f. Perawatan sehari – hari BBL
g. Memandikan bayi, merawat tali pusat, nutrisi dan imunisasi.

32
h. KB
i. Hubungan seksual
j. Kebiasaan yang membahayakan
R/ Ibu dapat memenuhi kebutuhannya dan menambah pengetahuan ibu.
4. Jelaskan tentang tanda bahaya masa nifas dan segera datang ketempat
pelayanan kesehatan apabila ada keluhan.
R/ Ibu mampu beradaptasi dengan perubahan – perubahan yang terjadi pada
ibu.
5. Menjelaskan pada ibu tentang cara merawat bayi yang benar meliputi
perawatan tali pusat, memandikan bayi, Asi eksklusif selama 6 bulan,
kemudian diteruskan sampai usia 2 tahun dan diberi makanan pendamping
ASI.
R/ Ibu paham dan mengerti cara merawat bayi yang benar dan bersedia
memberikan ASI Eksklusif untuk bayinya karena ASI mengandung
immunoglobulin untuk kekebalan bayi dan zat gizi untuk pertumbuhan
bayi.
6. Berikan analgesik oral agar tidak merasakan nyeri
R/ analgesik dapat meningkatkan ambang nyeri pada ibu sehingga rasa
nyeri yang dirasakan ibu dapat berkurang.
7. Beritahu pada ibu untuk kunjungan ulang 4 hari lagi yaitu pada tanggal 31
januari 2018 atau jika sewaktu-waktu ada keluhan.
R/ Agar tidak terjadi komplikasi pada masa nifas sehingga dapat segera
ditangani.

3.5. Pelaksanaan
Tanggal : 25 Agustus 2020 Pukul : 10.00 WIB
Diagnosa : P20002 post partum hari ke-3, laktasi normal, involusi normal,
lochea normal dengan nyeri pada luka jahitan perinium, KU ibu dan
bayi baik, prognosa baik.

33
Implementasi
1. Memberikan informasi pada ibu bahwa dari hasil pemeriksaan ibu dalam
keadaan sehat ditandai dengan tanda – tanda vital yang normal.
2. Menjelaskan penyebab nyeri perineum dan cara mengatasi nyeri perineum.
Rasa sakit pada perineum atau area di antara vagina dan anus adalah hal
yang wajar terjadi setelah melahirkan. Hal ini disebabkan adanya
peregangan saat proses melahirkan.
Cara mengatasi :
a. Dengan Berbaring, agar tekanan pada bawah tubuh berkurang.
b. Tempelkan kompresan dingin atau es batu dalam plastik yang
dibungkus pada kain flanel bersih pada perineum.
c. Beristirahatlah dan beri waktu untuk penyembuhan.
d. Mandi dengan air hangat.
e. Lakukan latihan Kegel. Hal ini dapat mempercepat penyembuhan dan
melancarkan aliran darah pada area.
f. Siram dengan air hangat area ini setelah buang air kecil. Hal ini dapat
membilas urin dan mengurangi rasa perih serta menjaga area perineum
tetap kering. Keringkan dengan tisu toilet setelahnya.
3. Menjelaskan fisiologi ibu nifas :
a. Proses involusi
Proses kembalinya alat kandungan ke dalam keadaan sebelum hamil,
karena fungsinya telah selesai yaitu memberikan tempat untuk janin dan
memberikan nutrisi, setelah 6 minggu postpartum rahim akan kembali
normal.
b. Laktasi
Laktasi adalah proses pembentukan ASI dimana biasanya ASI baru mulai
dibentuk pada hari ke 3-4 setelah melahirkan. Pada hari ke 1-7 yang
dikeluarkan berupa susu jolong. Kelancaran ASI dipengaruhi faktor
anatomi mammae, psikologi, nutrisi, istirahat, hisapan anak dan obat-
obatan.
c. Lochea

34
Lochea adalah pengeluaran cairan melalui jalan lahir, pada hari ke 1-2
berwarna merah, hari ke 3-7 berwarna merah kecoklatan, hari ke 7-14
berwarna kekuningan, hari ke 14 dan selanjutnya berwarna putih.
4. Menjelaskan kebutuhan dasar ibu nifas antara lain :
a. Nutrisi
1) Menganjurkan ibu untuk makan-makanan yang bergizi dan
tambahan 500 kalori per hari, porsi 1-2 piring lebih banyak dari
biasanya.
2) Sebaiknya makanan yang mengandung cukup protein, cairan,
sayur-sayuran dan buah-buahan karena wanita pada masa nifas
mengalami hemokonsentrasi
3) Minum air putih 8-10 gelas/hari dan bila perlu ditambah susu
b. Eliminasi
Menganjurkan ibu untuk BAB dan BAK secara teratur dan
menghindari untuk menahannya bila ada rangsangan.
c. Istirahat dan tidur
1) Anjurkan ibu untuk istirahat yang cukup, tidur siang saat bayinya
tidur untuk mencegah keletihan yang berlebihan.
2) Menjelaskan kurang istirahat akan mempengaruhi ibu dalam
beberapa hal, meliputi :
a) Mengurangi jumlah produksi ASI
b) Memperlambat proses involusi dan memperbanyak perdarahan
c) Menyebabkan depresi ketidakmampuan merawat bayi dan
dirinya sendiri.
d. Aktivitas
1) Menganjurkan ibu agar mobilisasi sesuai dengan kemampuannya
2) Menganjurkan ibu untuk senam nifas dengan panduan leafleat atau
buku KIA secara teratur
3) Menganjurkan ibu untuk kembali ke kegiatan-kegiatan rumah
tangga secara perlahan-lahan mulai dari yang paling ringan dahulu.
e. Personal hygiene

35
1) Menganjurkan ibu mandi minimal 2 kali sehari, gosok gigi
minimal 3 kali sehari, keramas minimal 2 hari sekali, ganti pakaian
bila sudah kotor, membersihkan daerah kelaiman dengan sabun
dan air bersih dari arah depan ke belakang setiap mandi, setelah
BAK dan setelah BAB dan sebelumnya harus cuci tangan terlebih
dahulu.
2) Menganjurkan ibu untuk ganti pembalut bila sudah merasa lembab
atau minimal 3-4 jam sekali.
f. Hubungan seksual
Menganjurkan ibu untuk melakukan hubungan seksual dengan suami
setelah 40 hari atau 6 minggu setelah persalinan atau 1-2 jari dapat
masuk pada vagina ibu dan tidak merasakan sakit atau nyeri.
g. Senam nifas :
1) Latihan mengencangkan otot-otot perut
2) Latihan pengencangan payudara
3) Latihan pergerakan kaki
4) Latihan pegencangan otot-otot perut
h. Sosial budaya yang merugikan
1) Pantang makanan yang amis-amis (ikan, telur, daging)
2) Menggunakan bebat perut yang terlalu kenceng
3) Membuang kolostrum
4) Menghindari tidur bersandar (senden).
i. Keluarga berencana
Menjelaskan pada ibu mengenai KB suntik 3 bulan
Suntikan progestin
Keuntungan : Pencegahan kehamilan jangka panjang
(DMPA 3 bulan, Depo noristrat 2 bulan),
tidak berpengaruh terhadap ASI, dapat
digunakan perempuan dengan usia lebih
dari 35 tahun sampai pre menopouse,
membantu mencegah kanker rahim/KET.

36
Kerugian : Siklus haid memanjang atau memendek,
perdarahan banyak atau sedikit, perdarahan
bercak, tidak haid sama sekali, kekeringan
pada vagina, timbul jerawat.
Kontraindikasi : Kanker payudara, DM, perdarahan
pervaginam tanpa sebab yang jelas,
hamil/di duga hamil.
5. Menjelaskan tanda bahaya
Menjelaskan pada ibu tentang komplikasi / tanda bahaya pada masa nifas
yang meliputi, demam tinggi lebih dari 2 hari, penglihatan kabur, perdarahan
yang berlebihan dari vagina, pusing berlebihan, infeksi luka jahitan
perinium, oedema pada wajah, tangan dan kaki.
6. Perawatan bayi meliputi kebersihan, tidur, imunisasi dan nutrisi pada bayi.
a) Cara memandikan bayi
Mandikan bayi walaupun tali pusat belum lepas dengan menggunakan
air hangat, disabun terlebih dahulu diatas handuk kemudian dibilas
dengan air hangat dan bersih di bak mandi. Melakukan setiap pagi dan
sore.
b) Cara merawat tali pusat
Tali pusat hanya boleh ditutup dengan kasa kering, tidak perlu di
bubuhi alkohol, betadine maupun ramu – ramuan tradisional. Diganti
setiap bayi mandi atau setiap basah ddan kotor.
c) Menyusu / nutrisi
Menyusui bayi setiap 2 jam siang dan malam hari dengan lama
menyusui 10 – 15 menit disetiap payudara. Bayi sebaiknya diberi ASI
saja sampai usia 6 bulan diteruskan dengan MPASI dan ASI sampai
anak berumur 2 tahun.
d) Tidur
Baringkan bayi kesamping atau terlentang (jangan menggunakan
bantal)
e) Imunisasi

37
Jadwal pemberian imunisasi yaitu imunisasi BCG pada usia 1 bulan,
imunisasi HB, polio, DPT, pada usia 2 bulan, 3 bulan dan 4 bulan.
Imunisasi polio dan campak pada usia 9 bulan.
f) Menjelaskan tanda bahaya pada bayi
a) Bayi lesu dan tidak mau minum
b) Bayi BAK < 5 kali/ hari
c) Bayi 2 hari belum BAB
d) Bagian putih pada bayi berwarna kuning, kulit terlihat kuning.
g) Menganjurkan ibu untuk memberika ASI eksklusif kepada bayinya
yaitu memberikan ASI saja pada bayinya selama 6 bulan tanpa
makanan dan minuman pendamping (MPASI)
7. Menganjurkan pada ibu untuk kunjungan ulang 4 hari lagi yaitu pada
tanggal 29 Agustus 2020 atau jika sewaktu-waktu ada keluhan.

3.6. Evaluasi
Tanggal : 25 Agustus 2020 Pukul : 10.40 WIB
Diagnosa : P20002 post partum hari ke-3, laktasi normal, involusi normal,
lochea normal dengan nyeri pada luka jahitan perinium, KU ibu
dan bayi baik, prognosa baik.
S : ibu telah mengerti dan memaghami semua penjelasan yang telah diberikan
O:
a. Keadaan ibu
Keadaan umum baik, kesadaran composmentris
T : 120/80mmHg N : 80X/menit
S : 36,5 C R : 20X/menit
b. Keadaan umum bayi
Keadaan baik, kesadaran composmentris
BB Lahir : 3000 gram
BB sekarang : 3000 gram
PB lahir : 50 cm
Lingkar kepala fronto occipito : 33 cm

38
Lingkar lengan : 11 cm
Pemeriksaan penjunjang : HB : 10,5 gr/dl
Bayi tampak tenang dan tidak rewel, gerak aktif, menetek kuat, tungor kulit
baik dan tonus otot baik
A: Post partum spontan hari ke -3 , latasi lancer, involusi normal, lochea
normal dengan masalah nyeri pada jahitan perineum , KU ibu dan bayi
baik, ibu melahirkan anak kedua
KU bayi baik, gerak aktif, bayi tampak tenang , mentek kuat
P : Masa nifas normal tanpa komplikasi dan penyulit pada ibu.
Proses laktasi normal ditandai dengan payudara sedikit tegang, putting
susu menonjol, bayi dapat menghisap ASI dengan kuat dan pengeluaran
cairan sesuai dengan stadium pengeluaran ASI, yaitu:
Hari ke 1-3 : berupa kolostrum
Hari ke 4-10 : berupa susu peralihan / transisi
Hari ke-10 dan seterusnya: berupa air susu matur
Kontraksi uterus baik, teraba keras dan bundar, fundus uteri turun 1 jari setiap hari
pada hari ke-2 sampai hari ke-6, setelah hari ke-7 sampai hari ke-10 fundus uteri
tidak teraba dari luar. TFU pada saat masa nifas, yaitu :
e. Hari ke-2 : TFU teraba 3 jari bawah pusat
f. 1 minggu : TFU beraba pada pertengahan pusat dan
symfisis
g. 2 minggu : TFU teraba tepat diatas symfisis
d. 6 minggu : TFU tidak teraba

1. Menjelaskan tanda bahaya


2. Menjelaskan pada ibu tentang komplikasi / tanda bahaya pada masa nifas
yang meliputi, demam tinggi lebih dari 2 hari, penglihatan kabur,
perdarahan yang berlebihan dari vagina, pusing berlebihan, infeksi luka
jahitan perinium, oedema pada wajah, tangan dan kaki

39
3. Menganjurkan ibu untuk memberika ASI eksklusif kepada bayinya yaitu
memberikan ASI saja pada bayinya selama 6 bulan tanpa makanan dan
minuman pendamping (MPASI)
4. Menganjurkan pada ibu untuk kunjungan ulang 4 hari lagi yaitu pada
tanggal 29 Agustus 2020 atau jika sewaktu-waktu ada keluhan.

Petugas

TTD

40
DAFTAR PUSTAKA

http://dr-suparyanto.blogspot.com/2011/02/konsep-nifas-post-partum-
puerpurium-2.html?m=1 Oleh dr. Suparyanto, M.Kes Diakses pada tanggal 10
Oktober 2020 pada pukul 19.17 WIB

Bappenas, 2015. RPJMN 2015-2019 dan Strategi Pembangunan Kesehatan dan


Gizi.Masyarakat http://www.depkes.go.id/resources/download/rakerkesnas-
2015/reg-timur/Bappenas.pdf Diakses tanggal 10 Oktober 2020 pada pukul 19.30
WIB

Dinkes Provsu. 2014. Profil Kesehatan Sumatera Utara


201 http://diskes.sumutprov.go.id/diskesconfig/downlot.php?file=sumut_pro
fil_2014.pdf.PDF Diakses pada tanggal 10 Oktober 2020 pada pukul 18.00 WIB

Nugroho, T, dkk. 2014a. Buku Ajar Askeb I Kehamilan. Yogyakarta: Nuha


Medika

Kemenkes. 2015. Kesehatan Dalam Kerangka Sustainable Development Goals


(SDGs).http://sdgsindonesia.or.id/index.php?option=com_bdthemes_shortcod
es&view=download&id=3. Diakses tanggal 10 Oktober 2020 pada pukul 20.00
WIB 2016a. Profil Kesehatan Indonesia
2015 .http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/profil-kesehatan-
indonesia/profil-kesehatan-indonesia2015.pdf Diakses tanggal 10 Oktober 2020
pada pukul 20.00 WIB .

Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) 2013.


http://www.depkes.go.id/resources/download/general/Hasil%20Riskesdas%
202013.pdf Diakses tanggal 11 Oktober 2020 pada pukul 13.00 WIB .

Saleha, S. 2013. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Jakarta: Salemba Medika.

41
Cetakan 2016.Buku Kesehatan Ibu Dan Anak. Jakarta : Kementrian Kesehatan
dan JICA (Japan International Cooperation Agency), 1997

SDKI.2012.http://chrl.org/pelatihan-demografi/SDKI 2012.pdf Diakses tanggal


11 Oktober 2020 pada pukul 13.20 WIB .

42

Anda mungkin juga menyukai