TINJAUAN TEORI
Pre eklamsi berat adalah suatu komplikasi kehamilan yang ditandai dengan
timbulnya hipertensi 160/110 mmHg atau lebih disertai protein urin dan/atau edema
pada kehamilan 20 minggu atau lebih (WHO, 2012).
2.2.2 Tingkatan Pre eklampsia
Menurut Maryunani (2012), tingkatan pre eklampsia adalah :
a. Preeklampsi Ringan
Preeklampsi Ringan adalah timbulnya hipertensi disertai protein urin dan
oedema setelah umur kehamilan 20 mingg/segera setelah persalinan.
Tanda gejala Preeklampsi ringan :
1) Tekanan darah sistolik ≤ 140 mmHg/diastol ≤ 90 mmHg.
2) Kenaikan berat badan 1 kg/lebih dalam seminggu.
3) Protein urin 0,3 gram/lebih dengan tingkat kualitatif satu sampai dua pada
urin kateter atau urin aliran pertengahan.
b. Pre Eklampsi Berat
Pre Eklampsi berat adalah suatu komplikasi kehamilan yang ditandai dengan
timbulnya hipertensi 160/110 mmHg atau lebih disertai protein urin dan
oedema pada kehamilan 20 minggu atau lebih.
Tanda gejala Pre Eklampsi berat:
1) Tekanan darah ≤ 160 mmHg/diastol 110 mmHg.
2) Protein urin + ≤ 5 gram.
3) Oligouria (< 400 cc/24 jam).
4) Oedema paru/sianosis.
5) Adanya gangguan penglihatan, nyeri kepala nyeri epigastrium.
6) Pemeriksaan : Kadar enzim hati meningkatdisertai ikterus dengan
pemeriksaan laboratorium, perdarahan pada retina dengan ananmesa tentang
penglihatan kabur, trombosit kurang dari 100.000/mm pada pemeriksaan
laboratorium
2.2.3 Etiologi
Etiologi penyakit ini sampai sekarang belum diketahui dengan pasti. Ada
teori menyebutkan bahwa penyebab preeklamsi adalah teori iskemia plasenta, teori
yang dapat diterima harus dapat menerangkan :
a. Sebab bertambahnya frekuensi pada primigravida, kehamilan ganda hidramion
dan mola hidatidosa.
b. Sebab bertambahnya frekuensi dengan makin tuanya kehamilan.
c. Sebab dapat terjadinya perbaikan keadaan penderita dengan kematian janin
dalam uterus.
d. Sebab jarangnya terjadinya eklamsi pada kehamilan-kehamilan
e. Sebab timbulkan hiperpigmentasi, oedema, protein urine, kejang, koma
(Maryunani, 2012).
2.2.4 Patofisologi
Penyebab keracunan kehamilan belum diketahui secara pasti, banyak teori
yang mengemukakan mengenai patofisiologi terjadinya keracunan kehamilan,
diantaranya adalah :
a. Teori Kelainan Vaskularisasi Plasenta
Pada keracunan kehamilan tidak terjadi invasi sel-sel trofoblas pada
lapisan otot arteri spiralis dan jaringan matriks sekitarnya. Lapisan otot arteri
spiralis menjadi tetap kaku dan keras sehingga lumen arteri spiralis tidak
memungkinkan mengalami distensi dan vasodilatasi. Akibatnya, arteri spiralis
relatif mengalami vasokonstriksi, dan terjadi kegagalam “remodeling arteri
spiralis”, sehingga aliran darah utero plasenta menurun, dan terjadilah hipoksia
dan iskemia plasenta. Dampak iskemia plsenta akan menimbulkan perubahan-
perubahan yang dapat menjelaskan patogenesis keracunan kehamilan
selanjutnya.
b. Teori Iskemia Plasenta, Radikal Bebas dan Disfungsi Endotel
Berdasarkan teori invasi trofoblas, pada keracunan kehamilan terjadi
kegagalan remodeling arteri spiralis, dengan akibat plasenta mengalami
iskemia. Plasenta yang mengalami iskemia dan hipoksia dan menghasilkan
oksidan (disebut juga radikal bebas). Oksidan dan radikal bebas adalah
senyawa penerima elektron atau atom/molekul yang mempunyai elektron yang
tidak berpasangan. Salah satu oksidan penting yang dihasilkan plasenta iskemia
adalah radikal hidroksil yang sangat toksis, khususnya terhadap membran sel
endotel pembuluh darah. Sebenarnya produksi oksidan pada manusia adalah
suatu proses normal, karena oksidan memang dibutuhkan untuk perlindungan
tubuh. Adanya radikal hidroksil dalam darah mungkin dahulu dianggap sebagai
bahan toksin yang beredar dalam darah, maka dulu keracunan kehamilan
disebut “toxaemia”.
Pada keracunan kehamilan telah terbukti bahwa kadar oksidan,
khususnya peroksida lemak meningkat, sedangkan antioksidan, misal vitamin
E pada hipertensi dalam kehamilan menurun, sehingga terjadi dominasi kadar
oksidan peroksida lemak yang relatif tinggi. Peroksida lemak sebagai
oksidan/radikal bebas yang sangat toksis ini akan beredar diseluruh tubuh
dalam aliran darah dan akan merusak membran sel endotel. Membran sel
endotel lebih mudah mengalami kerusakan oleh peroksida lemak karena
letaknya langsung berhubungan dengan aliran darah dan mengandung banyak
asam lemak tidak jenuh. Asam lemak tidak jenuh sangat rentan terhadap
oksidan radikal hidroksil, yang akan berubah menjadi peroksida lemak.
c. Teori Adaptasi Kardiovaskuler
Keracunan kehamilan mengakibatkan kehilangan daya refrakter
terhadap bahan vasokonstriktor dan ternyata terjadi peningkatan kepekaan
terhadap bahan-bahan vasopresor yaitu daya refrakter pembuluh darah terhadap
bahan vasopresor hilang sehingga pembuluh darah menjadi sangat peka
terhadap bahan vasopresor. Banyak peneliti telah membuktikan bahwa
peningkatan kepekaan terhadap bahan-bahan vasopresor pada keracunan
kehamilan sudah terjadi pada trimester 1 (pertama). Peningkatan kepekaan
pada kehamilan yang akan menjadi keracunan kehamilan, sudah dapat
ditemukan pada kehamilan dua puluh minggu. Fakta ini dapat dipakai sebagai
prediksi akan terjadinya hipertensi dalam kehamilan.
d. Teori Genetik
Ada faktor keturunan dan familial dengan model tunggal. Genotipe ibu
lebih menentukan terjadinya hipertensi dalam kehamilan secara familial jika
dibandingkan dengan genotipe janin. Telah terbukti bahwa pada ibu yang
mengalami preeklampsia 26% anak perempuannya akan mengalami
preeklampsia pula.
e. Teori Defisiensi Gizi (Teori diet)
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kekurangan defisiensi gizi
berperan dalam terjadinya hipertensi dalam kehamilan. Penelitian yang penting
yang pernah dilakukan di inggris ialah penelitian tentang pengaruh diet pada
preeklampsia beberapa waktu sebelum pecahnya Perang Dunia II. Suasana
serba sulit mendapat gizi yang cukup dalam persiapan perang menimbulkan
kenaikan insiden keracunan kehamilan. Penelitian terakhir membuktikan
bahwa konsumsi minyak ikan, termasuk minyak hati halibut, dapat mengurangi
risiko preeklampsia. Minyak ikan banyak mengandung banyak asam lemak
tidak jenuh yang dapat menghambat produksi tromboksan, menghambat
aktivasi trombosit, dan mencegah vasokontriksi pembuluh darah. Beberapa
peneliti telah mencoba melakukan uji klinik untuk mengonsumsi minyak ikan
atau bahan yang mengandung asam lemak tak jenuh dalam mencegah
preeklampsia. Hasil sementara menunjukkan bahwa penelitian ini berhasil baik
dan mungkin dapat dipakai sebagai alternatif pemberian aspirin (Winkjosastro,
2006).
2.2.6 Diagnosis
a. Data subjektif
1) Kenaikan berat badan
Kenaikan berat badan yang timbul secara cepat dalam waktuyang singkat
menunjukkan adanya retensi cairan dan dapat merupakan gejala paling dini
dari preeklampsia. Pasien sadar akan edema yang menyeluruh, terutama
pembengkakan pada muka dan tangan.
2) Sakit kepala
3) Gangguan penglihatan
4) Nyeri epigastrium atau kuadran kanan atas
Hal ini dapat mengindikasikan disfungsi hati dan harus dipertimbangkan
dengan perubahan gambaran darah yang dapat menunjukkan adanya sindrom
HELLP. Nyeri tersebut dipertimbangkan akibat distensi kapsula hati, baik
karena edema hemoragi dan cenderung muncul pada preeklampsia berat.
b. Data objektif
1) Pemeriksaan umum : tekanan darah meningkat.
Edema menunjukkan retensi cairan. Edema yang dependen merupakan
kejadian yang normal selama kehamilan lanjut. Edema pada muka dan tangan
tampaknya lebih menunjukkan retensi cairan yang patologik.
Kenaikan berat badan : kenaikan berat badan yang cepat merupakan suatu
petunjuk dari retensi cairan ekstravaskular.
Pemeriksaan retina : spasme arteriolar dan kilauan retina dapat terlihat.
Pemeriksaan toraks : karena edema paru merupakan salah satu dari
komplikasi serius dari preeklampsia berat.
Reflex tendon profunda (lutut dan kaki): hiperrefleksia dan klonus merupakan
petunjuk dari peningkatan iritabilitas susunan saraf pusat dan mungkin
meramalkan suatu kejang eklampsia.
2) Pemeriksaan abdomen
Rasa sakit daerah hepar merupakan suatu tanda potensial yang tidak
menyenangkan dari preeklampsia berat, paru-paruharus diperiksa secara teliti.
Pemeriksaan uterus penting untuk menilai umur kehamilan, adanya kontraksi
uterus dan presentasi janin.
3) Pemeriksaan pelvis
Keadaan serviks dan stasi dari bagian terbawah merupakan pertimbangan
yang penting dalam merencanakan kelahiran pervaginam atau perabdominam.
4) Tes laboratorium
a) Pemeriksaan darah lengkap dan apusan darah
Peningkatan hematocrit dibandingkan nilai yang diketahui sebelumnya
memberi kesan hemokonsentrasi atau menurunnya volume plasma.
b) Urinalis
Proteinuria merupkan kealinan khas pada pasien dengan preeklampsia. Jika
contoh urin yang diambil secara acak mengandung protein 3+ atau 4 atau
urin 24 jam mengandung 5g protein atau lebih, preeklampsia dikatakan
berat (Winkjosastro, 2006).
2.2.7 Komplikasi
a. Pada ibu
1) Perdarahan otak
2) DIC (disseminated intravascular coagulation)
3) Perdarahan dihati
4) Kejang
5) Kematian
b. Pada janin
1) Abropsio plasenta
2) Kegawat daruratan janin
3) Kematian janin
2.2.8 Prognosis
Hipertensi karena kehamilan dan pre eklamsi ringan sering ditemukan tanpa
gejala, kecuali meningkatnya tekanan darah. Ini menjadi lebih buruk dengan
terdapatnya protein urin sehingga dapat menyebabkan pre eklamsi berat. Edema tidak
lagi menjadi suatu tanda yang sahih untuk pre eklamsi.
2.2.9 Penatalaksanaan
Ditinjau dari umur kehamilan dan perkembangan gejala-gejala preeklamsia
berat selama perawatan maka perawatan dibagi menjadi:
1. Perawatan aktif yaitu kehamilan segera diakhiri atau diterminasi ditambah
pengobatan medisinal.
Sedapat mungkin sebelum perawatan aktif pada setiap penderita dilakukan
pemeriksaan fetal assesment yaitu NST (Non Stress Test) dan USG
(Ultrasonography).
Indikasi :
a. Ibu
1) Usia kehamilan 37 minggu atau lebih
2) Adanya tanda-tanda atau gejala impending eklamsia, kegagalan terapi
konservatif yaitu setelah 6 jam pengobatan meditasi terjadi kenaikan desakan
darah atau setelah 24 jam perawatan medisinal, ada gejala-gejala status quo
(tidak ada perbaikan)
b. Janin
1) Hasil fetal assesment jelek (NST dan USG)
2) Adanya tanda IUGR (Intrauterine Growth Restriction)
c. Laboratorium Adanya “HELLP syndrome” (hemolisis dan peningkatan fungsi
hepar, trombositopenia).
2. Perawatan konservatif yaitu kehamilan tetap dipertahankan ditambah pengobatan
medisinal.
a. Indikasi : bila kehamilan preterm kurang 37 minggu tanpa disertai tanda-tanda
ipending eklamsia dengan keadaan janin baik.
b. Pengobatan medisial : sama dengan perawatan medisial pada pengelolaan aktif.
Hanya loading dose MgSO4 tidak diberikan intravenous, cukup intramuskuler saja
dimana 4 gram pada bokong kiri dan 4 gram pada bokong kanan (Maryunani,
2012).
- Pola Aktivitas
Dikaji untuk mengetahui apakah preeklamsia berat disebabkan karena aktifitas
fisik secara berlebihan.
- Pola Istirahat
Dikaji untuk mengetahui kebiasaan istirahat klien, siang dan malam berapa jam.
- Pola Seksualitas
Dikaji untuk mengetahui berapa kali melakukan hubungan seksualitas dengan
suami dalam seminggu dan apakah ada keluhan atau tidak.
- Pola Psikososial Budaya
Perlu dikaji dalah tanggapan ibu terhadap kondisi yang dialami waktu nifas ini.
Selain itu klien juga memerlukan dukungan emosional dan psikologis dari suami
maupun keluarga dalam berbagai hal.
b. Pemeriksaan Fisik/ Data Objektif
Data objektif adalah pencatatan yang dilakukan dari hasil pemeriksaan fisik,
pemeriksaan khusus kebidaan dan data penunjang.
1) Pemeriksaan Umum
- Keadaan Umum : Untuk mengethaui keadaan umum. Ibu tampak tidak
sehat atau lemas setelah persalinan.
- Kesadaran : Untuk mengetahui tingkat kesadaran ibu.
Tanda-Tanda Vital meliputi:
- Tekanan Darah
Untuk mengethaui faktor resiko hipertensi. Tekanan darah normal 120/80
mmHg. Pada kasus ibu nifas dengan preeklamsia berat >160/100 mmHg.
- Suhu
Untuk mengetahui ada peningkatan suhu tubuh tidak, normalnya suhu tubuh
36,5-37,50C.
- Nadi
Untuk mengetahui denyut nadi klien dengan menghitung dalam 1 menit.
Normalnya 60-100x/menit.
- Respirasi
Untuk mengetahui frekuensi pernafasan yang dihitung dalam 1 menit.
Normalnya 16-24x/menit.
2) Pemeriksaan Sistematis
Kepala : Untuk mengetahui rambut klien bersih atau tidak, mudah rontok
atau tidak.
Muka: Untuk mengetahui ada oedema tau tidak, pucat atau tidak. Pada
kasus preeklamsia pemeriksaan pada muka ibu terdapat oedema.
Mata : Untuk mengetahui oedema taua tidak, konjungtiva pucata atau
tidak, dan sklera putiha atau tidak.
Mulut : Untuk mengetahui ada stomatitis atau tidak, ada karies atau tidak,
gusi berdarah atau tidak.
Leher: Untuk mengetahui adakah pembesaran pada kelenjar tiroid, limfe,
atau adanya bendungan vena jugularis atau tidak.
Payudara : Untuk mengetahui apakah terdapat hiperpigmentasi atau tidak,
keadaan puting susu dan kolostrum sudah keluar atau belum.
Abdomen : Dikaji untuk mengetahui keadaan luka bekas operasi, tinggi
fundus uteri serta kontraksi uterus baik atau tidak.
Genetalia : Dikaji untuk mengetahui pengeluarn lochea apakah sesuai dengan
hari atau tidak.
Ekstrimitas : Dikaji untuk mengetahuia apakah ada oedema pada ekstrimitas
atas dan bawah atau tidak.
3) Pemeriksaan Penunjang
Data penunjang diperlukan untuk mengetahui pemeriksaan laboratorium. Hasil
pemeriksaan laboratorium didapatkan protein urin 5 gram atau lebih,
pemeriksaan urin didapatkan dengan warna keruh dengan butiran.
2.3.5 Intervensi
Pada langkah ini direncanakan asuhan yang menyeluruh, ditentukan oleh langkah-
langkah sebelumnya atau diagnosa yang telah diidentifikasi atau diantisipasi. Rencana
asuhan dapar berupa:
- Jelaskan pada ibu tentang kondisinya
- Beri KIE tentang tanda-tanda bahaya Preeklamsia
- Observasi keadaan umum dan tanda-tanda vital
- Pantau tekanan darah dan protein urin
- Anjurkan ibu untuk banyak istirahat
- Anjurkan ibu untuk diet rendah garam
- Kolaborasi dengan dokter SpOG dalam pemberian terapi
2.3.6 Implementasi
Langkah ini merupakan pelaksanaan rencana asuhan yang menyelutruh seperti yang
telah diuraikan pada langkah intervensi. Dilaksanakan secara efisien dan aman.
Perencanaan ini biasa dilakukan oleh bidan, sebagian dilakukan oleh klien atau tenaga
kesehatan lainnya.
2.3.7 Evaluasi
Pada langkah ini dilakukan evaluasi keefektifan dari asuhan kebidanan yang sudah
diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah benar-benar telah
terpenuhi sesuai dengan kebutuhan sebagaimana telah diidentifikasi di dalam diagnosa
dan masalah.
Data Perkembangan
Data perkembangan berupa SOAP:
S : Subjektif
Menggambarkan pendokumentasian hasil pengumpulan data klien melalui anamnesa.
O. : Objektif
Menggambarkan pendokumentasian hasil pemeriksaan fisik klien, hasil laboratorium,
dan tes diagnostik lain yang dirumuskan dalam data fokus untuk mendukung
assesment.
A : Assesment
Menggambarkan pendokumentasian hasil analisa interpretasi data subjektif dan
objektif dalam suatu identifikasi diagnosa atau masalah, antisipasi diagnosa atau
masalah potensial.
P : Planning
Menggambarkan pendokumentasian tindakan dan evaluasi dari perencanaan
berdasarkan assesment.