Anda di halaman 1dari 24

TINJAUAN TEORI

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS

Dosen Pembimbing:
Tinuk Esti Handayani, SST.,M.Kes

Disusun Oleh:
Verlingga Diah ktiasa Putri
P27824221061

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK


KESEHATAN KEMENKES SURABAYA JURUSAN KEBIDANAN
PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN KAMPUS MAGETAN
MAGETAN
TAHUN AKADEMIK 2020/2021
BAB 1
LANDASAN TEORI

1.1 Konsep Dasar Nifas


1.1.2 Pengertian Nifas
Masa nifas berasal dari bahasa latin, yaitu puer artinya bayi dan parous artinya
melahirkan atau masa sesudah melahirkan. Asuhan kebidanan masa nifas adalah
penatalaksanaan asuhan yang diberikan pada pasien mulai dari saat setelah lahirnya
bayi sampai dengan kembalinya tubuh dalam keadaan seperti sebelum hamil atau
mendekati keadaan sebelum hamil (Saleha, 2013).
Masa Nifas dimulai setelah 2 jam postpartum dan berakhir ketika alat-alat
kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil, biasanya berlangsung selama 6
minggu atau 42 hari, namun secara keseluruhan baik secara fisiologi maupun
psikologis akan pulih dalam waktu 3 bulan (Nurjanah, dkk, 2013).
Menurut Nurjanah, dkk, 2013 Masa nifas dibagi dalam 3 tahap, yaitu:
1) Puerperium dini (immediate puerperium), yaitu pemulihan di mana ibu telah
diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan (waktu 0-24 jam Postpartum).
Dalam agama islam dianggap telah bersih dan boleh bekerja setelah 40 hari.
2) Puerperium intermedial (early puerperium), suatu masa di mana pemulihan
dari organ-organ reproduksi secara menyeluruh selama kurang lebih 6-8
minggu.
3) Remote puerperium (later puerperium), waktu yang diperlukan untuk pulih
dan sehat kembali dalam keadaan yang sempurna secara bertahap terutama
jika selama masa kehamilan dan persalinan ibu mengalami komplikasi,
waktu untuk sehat bisa berminggu-minggu, bulan bahkan tahun.
1.1.3 Perubahan Fisiologis pada masa nifas. Menurut (Walyani, 2015):
a. Sistem Kardiovaskular
Denyut jantung, volume dan curah jantung meningkat segera setelah melahirkan
karena terhentinya aliran darah ke plasenta yang mengakibatkan beban jantung
meningkat yang dapat diatasi dengan haemokonsentrasi sampai volume darah
kembali normal, dan pembuluh darah kembali ke ukuran semula.
b. Sistem Reproduksi
a) Uterus secara berangsur-angsur menjadi kecil (involusi) sehingga akhirnya
kembali seperti sebelum hamil.
Involusi Uteri Tinggi Fundus Uteri Berat Diameter
Uterus Uterus
Plasenta Lahir Setinggi pusat 1000 gr 12,5 cm
7 hari (minggu 1) Pertengahan antara 500 gr 7,5 cm
pusat dan shymphisis
14 hari (minggu 2) Tidak teraba 350 gr 5 cm
6 minggu Normal 60 gr 2,5 cm
Sumber: Jannah, Nurul. 2011. Asuhan Kebidanan Ibu Nifas
b) Lochea
Lochea adalah cairan secret yang berasal dari cavum uteri dan vagina
dalam masa nifas. Macam-macam lochea :
Lochea Waktu Warna Ciri-ciri

Rubra (cruenta) 1-3 hari Merah Berisi darah segar dan


postpartum kehitaman sisa-sisa selaput
ketuban, sel-sel desidua,
verniks kaseosa, lanugo,
dan mekonium
Sanguinolenta 3-7 hari Merah Berisi darah dan lendir
postpartum kecoklatan
Serosa 7-14 hari Coklat Cairan serum, jaringan
postpartum kekuningan desidua, leukosit, dan
eritrosit.
Alba 2 minggu Putih Cairan berwarna putih
postpartum seperti krim terdiri dari
leukosit dan sel-sel
desidua.
Purulenta Terjadi infeksi, keluar
cairan seperti nanah
berbau busuk
Locheastatis Lochea tidak lancar
keluarnya
Tabel 2.1 Sumber: Saleha, 2013
c) Laktasi
Menurut (Jannah, 2011) asi menurut stadium laktasi dibedakan menjadi 3
yaitu :
1) Kolostrum
Kolostrum merupakan cairan viscous kental dengan warna kekuning-
kuningan. Kolostrum lebih banyak mengandung protein, antibody,
mineral terutama natrium, kalium dan klorida. Biasanya diproduksi pada
hari ke 1-3.
2) Asi Transisi (Peralihan)
Asi transisi merupakan asi peralihan dari kolostrum sampai menjadi asi
yang matur. Asi transisi disekresi dari hari ke-4 sampai hari ke-10 dari
masa laktasi. Kadar protein asi transisi makin rendah sedangkan kadar
karbohidrat dan lemak makin meninggi, juga volume air susu semakin
meningkat.
3) Asi Sempurna (Mature)
Asi matur merupakan asi yang disekresi pada hari ke-10 dan seterusnya,
komposisi relatif konstan. Asi matur merupakan nutrisi bayi yang terus
berubah sesuai dengan perkembangan bayi sampai 6 bulan
d) Serviks
Segera setelah melahirkan, serviks menjadi lembek, kendur, terkulai dan
berbentuk seperti corong. Hal ini disebabkan korpus uteri berkontraksi,
sedangkan serviks tidak berkontraksi, sehingga perbatasan antara korpus dan
serviks uteri berbentuk cincin. Warna serviks merah kehitam-hitaman karena
penuh pembuluh darah. Segera setelah bayi lahir, tangan pemeriksa masih
dapat dimasukkan 2-3 jari dan setelah 1 minggu hanya 1 jari saja yang dapat
masuk. Namun demikian, selesai involusi, ostium eksternum tidak sama
seperti sebelum hamil (Rukiyah, 2011).

e) Vulva dan Vagina


Vulva dan vagina mengalami penekanan serta peregangan yang sangat
besar selama proses melahirkan bayi, dan dalam beberapa hari pertama
sesudah proses tersebut, kedua organ ini tetap berada dalam keadaan kendur.
Setelah 3 minggu vulva dan vagina kembali kepada keadaan tidak hamil dan
rugae dalam vagina secara berangsur-angsur akan muncul kembali sementara
labia menjadi lebih menonjol. (Walyani, 2015).
f) Payudara
Pada semua wanita yang telah melahirkan proses laktasi terjadi secara
alami. Proses menyusui mempunyai dua mekanisme fisiologis, yaitu
produksi susu dan sekresi susu (let down). Selama sembilan bulan
kehamilan, jaringan payudara tumbuh menyiapkan fungsinya untuk
menyediakan makanan bagi bayi baru lahir. Setelah melahirkan, ketika
hormon yang dihasilkan plasenta tidak ada lagi untuk menghambat
kelenjar pituitary akan mengeluarkan prolaktin (hormon laktogenik).
Ketika bayi menghisap puting, reflek saraf merangsang lobus posterior
pituitary untuk menyekresi hormon oksitosin. Oksitosin merangsang reflek
let down (mengalirkan), sehingga menyebabkan ejeksi ASI melalui sinus
aktiferus payudara ke duktus yang terdapat pada puting. Ketika ASI
dialirkan karena isapan bayi atau dengan dipompa sel-sel acini terangsang
untuk menghasilkan ASI lebih banyak (Saleha, 2013).

1.1.4 Perubahan Sistem Pencernaan


Setelah kelahiran plasenta, maka terjadi pula penurunan produksi progesteron.
Sehingga hal ini dapat menyebabkan heartburn dan konstipasi terutama dalam
beberapa hari pertama. Kemungkinan terjadi hal ini karena kurangnya keseimbangan
cairan selama persalinan dan adanya reflek hambatan defekasi dikarenakan adanya
rasa nyeri pada perineum karena adanya luka episiotomi (Bahiyatun, 2016).

1.1.5 Perubahan Sistem Perkemihan


Diuresis dapat terjadi setelah 2-3 hari postpartum. Dieresis terjadi karena
saluran urinaria mengalami dilatasi. Kondisi ini akan kembali normal setelah 4
minggu postpartum. Pada awal postpartum, kandung kemih mengalami edema,
kongesti, dan hipotonik. Hal ini disebabkan oleh adanya overdistensi pada saat kala
dua persalinan dan pengeluaran urine yang tertahan selama proses persalinan.
Sumbatan pada uretra disebabkan oleh adanya trauma saat persalinan berlangsung dan
trauma ini dapat berkurang setelah 24 jam postpartum (Bahiyatun, 2016).
1.1.6 Perubahan Tanda-tanda Vital
Perubahan Tanda-tanda Vital menurut Nurjanah, 2013) terdiri dari:
a. Suhu Badan
Satu hari (24 jam) postpartum suhu badan akan naik sedikit (37,5oC-38oC)
sebagai akibat kerja keras waktu melahirkan, kehilangan cairan (dehidrasi) dan
kelelahan karena adanya bendungan vaskuler dan limfatik. Apabila keadaan
normal suhu badan menjadi biasa. Biasanya pada hari ketiga suhu badan naik
lagi karena adanya pembentukan ASI, payudara menjadi bengkak, berwarna
merah karena banyaknya ASI. Bila suhu tidak turun kemungkinan adanya
infeksi endometrium, mastitis, tractus genetalis atau system lain.
b. Nadi
Denyut nadi normal pada orang dewasa antara 60-80 kali per menit atau 50-70
kali per menit. Sesudah melahirkan biasanya denyut nadi akan lebih cepat.
Denyut nadi yang melebihi 100 kali per menit, harus waspada kemungkinan
infeksi atau perdarahan postpartum.
c. Tekanan Darah
Tekanan darah meningkat pada persalinan 15 mmHg pada systole dan 10 mmHg
pada diastole. Biasanya setelah bersalin tidak berubah (normal), kemungkinan
tekanan darah akan rendah setelah ibu melahirkan karena ada perdarahan.
Tekanan darah tinggi pada postpartum dapat menandakan terjadinya preeklamsi
pada masa postpartum.
d. Pernapasan
Keadaan pernapasan selalu berhubungan dengan keadaan suhu dan denyut nadi.
Bila suhu dan nadi tidak normal, pernapasan juga akan mengikutinya, kecuali
apabila ada gangguan khusus pada saluran napas contohnya penyakit asma. Bila
pernapasan pada masa postpartum menjadi lebih cepat, kemungkinan ada tanda-
tanda syok.

1.1.7 Perubahan Sistem Kardiovaskular


Curah jantung meningkat selama persalinan dan berlangsung sampai kala tiga
ketika volume darah uterus dikeluarkan. Penurunan terjadi pada beberapa hari
pertama postpartum dan akan kembali normal pada akhir minggu ke-3 postpartum
(Bahiyatun, 2016).
1.1.8 Perubahan Psikologis
Nifas Periode Postpartum menyebabkan stress emosional terhadap ibu baru,
bahkan lebih menyulitkan bila terjadi perubahan fisik yang hebat. Faktor-faktor yang
mempengaruhi suksesnya masa transisi ke masa menjadi orang tua pada masa
postpartum menurut (Bahiyatun, 2016), yaitu:
1) Respon dan dukungan dari keluarga dan teman
2) Hubungan antara pengalaman melahirkan dan harapan serta aspirasi
3) Pengalaman melahirkan dan membesarkan anak yang lain
4) Pengaruh budaya
Dalam menjalani adaptasi psikososial menurut Rubin setelah melahirkan, ibu
akan melalui fase-fase sebagai berikut: (Nurjanah, 2013)
a) Masa Taking In (Fokus pada Diri Sendiri)
Masa ini terjadi 1-3 hari pasca-persalinan, ibu yang baru melahirkan akan
bersikap pasif dan sangat tergantung pada dirinya (trauma), segala
energinya difokuskan pada kekhawatiran tentang badannya. Dia akan
bercerita tentang persalinannya secara berulang-ulang.
b) Masa Taking On (Fokus pada Bayi)
Masa ini terjadi 3-10 hari pasca-persalinan, ibu menjadi khawatir tentang
kemampuannya merawat bayi dan menerima tanggung jawabnya sebagai
ibu dalam merawat bayi semakin besar. Perasaan yang sangat sensitive
sehingga mudah tersinggung jika komunikasinya kurang hati-hati.
c) Masa Letting Go (Mengambil Alih Tugas sebagai Ibu Tanpa Bantuan
NAKES)
Fase ini merupakan fase menerima tanggung jawab akan peran barunya
yang berlangsung 10 hari setelah melahirkan. Ibu mengambil langsung
tanggung jawab dalam merawat bayinya, dia harus menyesuaikan diri
dengan tuntutan ketergantungan bayinya dan terhadap interaksi social. Ibu
sudah mulai menyesuaikan diri dengan ketergantungan. Keinginan untuk
merawat diri dan bayinya meningkat pada fase ini.
1.2 Asuhan Nifas
Asuhan ibu masa nifas adalah asuhan yang diberikan kepada ibu segera setelah
kelahiran sampai 6 minggu setelah kelahiran. Tujuan dari masa nifas adalah untuk
memberikan asuhan yang adekuat dan terstandar pada ibu segera setelah melahirkan
dengan memperhatikan riwayat selama kehanilan, dalam persalinan dan keadaan segera
setelah melahirkan. Adapun hasil yang diharapkan adalah terlaksanakanya asuhan
segera atau rutin pada ibu post partum termasuk melakukan pengkajian, membuat
diagnose, mengidentifikasi masalah dan kebutuhan ibu, mengidentifikasi diagnose dan
masalah potensial, tindakan segera serta merencanakan asuhan,

Kunjungan Waktu Tujuan

1 6–8 jam 1. Mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri


postpartum 2. Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan,
rujuk bila perdarahan berlanjut
3. Memberikan konseling pada ibu atau salah satu
anggota keluarga bagaimana mencegah perdarahan
masa nifas karena atonia uteri
4. Pemberian ASI awal
5. Melakukan hubungan antara ibu dan bayi baru lahir
6. Menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah
hipotermi
2 6 hari 1. Memastikan involusi uterus berjalan normal: uterus
postpartum berkontraksi, fundus dibawah umbilicus, tidak ada
perdarahan abnormal, dan tidak ada bau
2. Menilai adanya tanda -tanda demam, infeksi, atau
perdarahan abnormal
3. Memastikan ibu mendapatkan cukup makanan,
ciaran, dan istirahat
4. Memastikan ibu menyusui dengan baik, dan tidak
memperlihatkan tanda - tanda penyulit
5. Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan
pada bayi, tali pusat, menjaga bayi tetap hangat dan
perawatan bayi sehari -hari
3 2 minggu Asuhan pada 2 minggu postpartum sama dengan asuhan
postpartum yang diberikan pada kunjungan 6 hari postpartum
4 6 minggu 1. Menanyakan pada ibu tentang penyulit - penyulit -
postpartum penyulit yang ia alami atau bayinya
2. Membrikan konseling KB secara dini
3. Menganjurkan/mengajak ibu membawa bayinya ke
posyandu atau puskesmas untuk penimbangan dan
imunisasi
Sumber: (Kemenkes RI, 2013).
BAB 2
TINJAUAN TEORI

2.1 Asuhan Kebidanan Pada Nifas


2.1.1 Pengkajian Data
1. Data Subyektif
a. Biodata
1) Nama
Nama digunakan untuk mengenali atau memanggil pasien agar tidak terjadi
kekeliruan bila ada nama yang sama. (Romauli, 2011)
2) Umur
Umur lebih dari 35 tahun rentan sekali untuk terjadi perdarahan dalam masa
nifas (Ambarwati, 2010)
3) Agama
Agama melarang untuk melakukan hubungan seksual sampai masa waktu
tertentu setelah 40 hari atau 6 minggu setelah kelahiran (Purwati, 2012).
4) Pekerjaan
Pekerjaan ibu yang berat bisa mengakibatkan ibu kelelahan, secara tidak
langsung dapat menyebabkan involusi dan laktasi terganggu (Marmi, 2012)
5) Penghasilan
Penghasilan yang terbatas dan putus kerja karena berbagai alasan dapat
menambah sulitnya masalah social ekonomi, sehingga mempengaruhi
kelangsungan kehamilan (Manuaba, 2012)
b. Keluhan Utama
Akibat dari proses involusi akan menimbulkan rasa mules, saat pertama ASI
diproduksi akan menimbulkan rasa nyeri pada payudara, ibu akan merasa letih
karena tenaganya lebih banyak terkuras saat persalinan, ibu akan mengalami
gangguan eliminasi (retensio urine) yang disebabkan ibu takut untuk melakukan
mobilisasi diri (Wiknjosastro, 2015)
c. Riwayat Kesehatan
Riwayat penyakit yang pernah dialami, dilalui, sekarang baik penyakit menurun,
menahun, dan menular seperti anemia apabila tidak tertangani dengan baik pada
masa nifas menyebabkan terjadinya subinvolusi uteri, perdarahan postpartum,
infeksi puerperium, ASI berkurang, dan mudah terjadi infeksi mammae. Ibu yang
juga memiliki penyakit TBC aktf tidak dibenarkan untuk memberikan ASI karena
dapat menular ke bayinya (Manuaba, 2021)
d. Riwayat Kebidanan
1) Riwayat haid
Dengan memberikan ASI kembalinya menstruasi atau haid sulit
diperhitungkan dan bersifat individu. Sebagian besar menstruasi kembali
setelah 4-6 bulan. Dalam waktu 3 bulan belum menstruasi, dapat menjamin
bertindak sebagai kontrasepsi yaitu Metode Amenore Laktasi (MAL)
(Manuaba, 2012)
2) Riwayat nifas yang lalu
Masa nifas yang lalu tidak ada penyakit sperti perdarahan pascasalin dan
infeksi nifas. Maka diharapkan nifas saat ini juga tanpa penyakit. Ibu
menyusui eksklusif sampai usia anak 6 bulan. Teradapat pengeluaran lokhea
rubra sampai hari ke-3 berwarna merah. Lokhea serosa hari ke-4 sampai ke-9
warna kecoklatan. Lokhea alba hari ke-10 sampai ke-15 warna putih dan
kekuningan. Ibu dengan riwayat pengeluaran lokhea purulenta, lovheastasis,
infeksi uterin, rasa nyeri berlebihan memerlukan pengawasan khusus dan ibu
meneteki kurang dari 2 tahun. Adanya bendungan ASI sampai terjadi abses
payudara harus dilakukan observasi yang tepat (Manuaba, 2012)
3) Riwayat nifas sekarang
Terdapat pengeluaran lokhea rubra sampai hari ke 3 berwarna merah dan
hitam, lokhea serosa hari keempat sampai ketujuh warna kecoklatan, lokhea
seroa hari ketujuh sampai keempatbelas berwarna putih. (Manuaba, 2012).
4) Riwayat KB
Biasanya wanita tidak akan menghasilkan telur(ovulasi) sebelum ia
mendapatkan lagi haidnya selama meneteki. Oleh karena itu, metodeamenorhe
laktasi (MAL) dapat dipakai sebelum haid pertama kembali untuk mencegah
terjadinya kehamilan baru (Saifuddin, 2014).
e. Pola Kebiasaan sehari hari
1. Nutrisi
Ibu nifas dianjurkan untuk mengonsumsi makanan tambahan 500 kalori tiap
hari. Dengan minum sedikitnya 3 liter air setiap hari. Pada 6 bulan pertama
adalah 14 gelas perhari dan 6 bulan kedua 12 gelas perhari. Ibu nifas diberikan
pil zat besi setidaknya 40 hari pasca persalinan. Pemberian kapsul vitamin A
200.000 IU sebanyak dua kali, pertama segera setelah melahirkan, kedua
diberikan setelah 24 jam pemberian kapsul vitamin A pertama (Mulati, 2015).
2. Eliminasi
Ibu nifas harus mampu berkemih 6 jam postpartum. Jika dalam 8 jam belum
dapat berkemih atau sekali berkemih belum melebihi 100cc, maka dilakukan
kateterisasi. BAB pada ibu nifas spontan pada hari ke 2 sampai 3 postpartum.
Jika melewati hari ke-3 postpartum maka akan diberikan obat pencahar per
oral atau per rektal (Mulati, 2015).
3. Personal Hygiene
Ibu nifas diharapkan \menjaga kebersihan diri untuk mencegah terjadinya
infeksi. Ibu nifas harus menjaga seluruh tubuh terutama perineum. Ibu nifas
disarankan untuk mengganti pembalut 2 sampai 4 kali atau jika merasa sudah
penuh. Ibu nifas disarankan cebok dari arah depan kebelakang dengan air
bersih. Merawat luka laserasi dengan mencuci luka menggunakan air dingin
dan menghindari menyentuh daerah luka laserasi tersebut (Mulati, 2015).
4. Istirahat
Ibu nifas harus cukup istirahat, tidur siang atau beristirahat selagi bayi tidur
(Mulati, 2015).
5. Aktivitas
Pada ibu postpartum sudah diperbolehkan bangun dari tempat tidur dalam 24-
48 jam postpartum. Tidak diperbolehkan pada ibu postpartum dengan penyulit
misalnya anemia, penyakit jantung, paru-paru, demam dan sebagainya
(Mulati, 2015).
6. Hubungan seksual
Hubungan seksual dapat dilakukan apabila darah sudah berhenti dan luka
episiotomy sudah sembuh. Koitus bisa dilakukan pada 3-4 minggu postpartum
(Kemenkes, 2018)
f. Riwayat psikososial dan spiritual
Menurut (Mulati, 2015) adaptasi psikologis pada ibu nifas yaitu:
1. Fase Taking In
Fase ini berlangsung pada hari pertama dan kedua setelah postpartum. Ibu
terfokus pada dirinya sendiri, sehingga ibu cenderung pasif terhadap
lingkungannya.
2. Fase Taking Hold
Fase ini berlangsung pada hari ke-3 sampai 10 setelah melahirkan. Pada
fase ini ibu cenderung merasa khawatir akan ketidakmampuan dan rasa
tanggung jawabnya dalam merawat bayi. Perasaan ibu sangat sensitif
sehingga mudah tersinggung.
3. Fase Letting Go
Fase ini ibu sudah menerima tanggungjawab akan peran barunya, fase ini
berlangsung lebih dari 10 hari setelah melahirkan. Bu sudah menyesuaikan
diri dengan ketergantungan bayinya. Keinginan untuk merawat diri dan
bayinya semakin meningkat.
g. Riwayat ketergantungan
Merokok dapat menyebabkan penyempitan pembuluh darah di dalam tubuh,
termasuk pembuluh-pembuluh darah pada uterus sehingga menghambat proses
involusi, sedangkan alcohol dan narkotika mempengaruhi ASI yang langsung
mempengaruhi perkembangan psikologis bayi dan menganggu proses bonding
antara ibu dan bayi (Manuaba, 2012).
2. Data Obyektif
a. Keadaan Umum Untuk mengamati keadaan pasien secara keseluruhan apakah
baik atau lemah. Pada ibu nifas keadaan umum ibu adalah baik. (Sulistyawati,
2015).
b. Kesadaran
Untuk mendapatkan gambaran tentang kesadaran pasien, bidan dapat melakukan
pengkajian derajat kesadaran pasien dari keadaan composmentis (kesadaran
maksimal) sampai dengan coma (pasien tidak dalam keadaan sadar) (Sulistyawati,
2015). Dapat diukur menggunakan Glasgow Coma Scale, yaitu skala penilaian
kuantitatif kesadaran yang digunakan untuk mengevaluasi respon pasien terhadap
3 aspek yaitu membuka mata, respons motoric, dan respons verbal (Mawuntu,
2019)
c. Tanda-tanda vital
1) Tekanan darah
Tekanan Darah Untuk mengetahui tekanan darah ibu dalam batas normal atau
tidak. Tekanan darah normal yaitu 110/70- 120/80 mmHg. (Walyani &
Purwoastuti, 2015)
2) Nadi
Untuk mengetahui nadi ibu normal atau tidak. Nadi normal pada ibu nifas
adalah 60-100 x/menit (Walyani & Purwoastuti, 2015)
3) Suhu
Segera setelah persalinan dapat terjadi peningkatan suhu tubuh tapi tidak lebih
dari 38°C. Bila terjadi peningkatan melebihi 38°C berturut-turut selama 2 hari,
kemungkinan terjadi ineksi (Manuaba,2012)
4) Pernafasan
Untuk mengetahui pernafasan ibu normal atau tidak. Pernafasan normal yaitu
16-20 x/menit. (Walyani & Purwoastuti, 2015)
d. Pemeriksaan fisik
1) Rambut
Untuk mengetahui keadaan rambut meliputikebersihan, mudah rontok atau
tidak (Sulistyawati, 2015).
2) Muka
Untuk mengetahui adanya oedema atau tidak, pucat atau tidak (Heryani,
2012).
3) Mata
Bentuk simetris, konjungtiva normal warna merah muda, bila pucat
menandakan anemia. Sklera normal berwarna putih, bila kuning menandakan
ibu mungkin terinfeksi hepatitis, bila merah kemungkinan ada konjungtiva.
Kelopak mata yang bengkak kemungkinan adanya pre eklamsia (Romauli,
2011)
4) Leher
Normal bila tidak ada pembesaran kelenjar tyroid, tidak ada pembesaran limfe
dan tidak ditemukan bendungan vena jugularis (Romauli, 2011).
5) Payudara
Pada ibu postpartum normalnya berbentuk simetris, hiperpigmentasi aerola
mammae, putting susu menonjol, kolostrum sedah keluar, pembesaran
simetris. Pada hari pertama sampai keempat pengeluaran kolostrum, kemudian
hari keempat sampai kesepuluh ASI transisi dan hari kesepuluh ASI mature
(Bahiyatun, 2013).
6) Abdomen
Pada abdomen kita harus memeriksa posisi uterus atau tinggi fundus uteri,
kontraksi uterus, dan ukuran kandung kemih (Saifuddin, 2014) pemeriksaan
abdomen pascasalin dilakukan selama periode pascasalin (1 jam-5 hari)
meliputi tindakan berikut:
a. Pemeriksaan kandung kemih
Dalam memeriksa kandung kemih mencari secara spesifik distensi
kandung kemih yang disebabkan oleh retensi urin akibat hipotonisitas
kandung kemih karena trauma selama melahirkan. Kondisi ini dapat
mengakibatkan wanita mengalami infeksi kandung kemih. Menurut
(Bahiyatun, 2013) pada awal postpartum, kandung kemih mengalami
edema, kongesti, dan hipotonik. Hal ini disebabkan oleh adanya
overdistensi pada saat kala dua persalinan dan pengeluaran urin yang
tertahan selama proses persalinan. Sumbatan pada uretra disebabkan oleh
adanya trauma saat persalinan berlangsung dan trauma ini dapat berkurang
setelah 24 jam postpartum.
b. Pemeriksaan uterus
Menurut (Manuaba, 2012), setelah bayi dilahirkan uterus selama
persalinan mengalami kontraksi dan retraksi akan menjadi keras, sehingga
dapat menutup pembuluh darah besar yang bermuara pada bekas
implantasi plasenta. Otot rahim terdiri dari 3 lapis otot yang membentuk
anyaman sehingga pembuluh darah dengan demikian terhindar dari dapat
tertutup sempurna, perdarahan postpartum.
Proses ini terus berlangsung dengan penurunan TFU 1 cm setiap harinya,
schingga pada hari ke-7 TFU berkisar 5 cm dan pada hari ke-10 TFU tidak
teraba lagi di simfisis pubis (Bahiyatun, 2013).
c. Derajat Diastasis Rekti (DDR).
Pemeriksaan derajat diastasis rekti (DDR) untuk mengevaluasi tonus otot
abdomen. Diastasis rekti adalah derajat pemisahan otot rektus abdomen
diukur menggunakan lebar jari ketika otot-otot abdomen kontraksi dan
ditulis sebagai pembilang lalu sekali lagi ketika otot-otot tersebut relaksasi
ditulis sebagai penyebut. Dengan cara posisikan ibu berbaring terlentang
tanpa bantal dibawah kepala ibu, menempatkan ujung jari salah satu pada
garis tengah abdomen dengan jari telunjuk tepat di bawah umbilicus dan
jari lainnya berbaris di longitudinal kebawah arah sympisis pubis. Tepi jari
menyentuh satu sama lain meminta ibu menaikkan kepalanya dan
meletakkan dagu di dadanya di antara payudara. Catat hasil pemeriksaan
diastasis: 2/5 jari maksudnya dua jari ketika otot-otot relaksasi.
(Bahiyatun, 2013)
7) Lochea
Lochea adalah pengeluaran cairan sisa lapisan endometrium dan sisa dari
tempat implantasi plasenta yang terjadi pada masa nifas. Pengeluaran lochea
dapat dibagi berdasarkan jumlah dan warnanya (Manuaba, 2012).

2.2. Diagnosa Kebidanan


Diagnosa dapat ditegakkan yang berkaitan dengan para, abortus, anak hidup, mur ibu
dan keadaan nifas (Anggraini, 2010: 140). Diagnosa kebidanan untuk ibu nifas
normal adalah: PAPIAH. pasca salin hari ke 1-42, persalinan normal/SC, laktasi
lancar, involusi normal/abnormal, lokhea normal/abnormal, keadaan psikologis ibu
baik, Lendaan umum ibu dan bayi baik. Kemungkinan masalah nyeri luka perineum,
fer pain, pembesaran payudara (Varney, 2008: 975), menurut Doenges (2001: 397-
410) gangguan eliminasi urin, konstipasi, dan gangguan pola tidur.

2.3. Perencanaan
Diagnose: P1/>1APIAH , post partum hari ke 1-42, persalinan normal/tindakan, laktasi
lancar/tidak, involusi normal/abnormal, lochea normal/abnormal, keadaan psikologis
ibu baik, keadaan umum ibu dan bayi baik/buruk (Marmi, 2015. Menurut
(Bahiyatun, 2013), kemungkinan masalah yang timbul seperti after pain atau kram
perut, nyeri perineum, bendungan ASI, putting lecet, konstipasi.
Tujuan: Masa nifas berjalan normal tanpa komplikasi bagi ibu dan bayi (Bahiyatun,
2013).
Kriteria menurut (Bahiyatun,2013):
Keadaan umum baik, kesadaran komposmentis, tanda-tanda vital dalam batas
normal, laktasi lancer, involusi baik, teraba bundar dan keras, pengeluaran lochea
normal.
Intervensi menurut (Kemenkes RI, 2020):
1. Pelayanan nifas dan BBL 1 dengan bidan selanjutnya, lakukan pemantauan
mandiri menggunakan buku KIA. Ada keluhan/ tanda bahaya segera dating ke
PMB dengan membuat janji terlebih dahulu, konsultasi, KIE dan konseling
dilakukan secara online, ibu dan keluarga dilarang bepergian apabila tidak
mendesak, selalu menggunakan masker, dan cuci tangan. (Nurjasmi, Emi, 2020)
Rasional: memberikan pelayanan memenuhi standar klinis dan standar new
normal menerapkan protokol kesehatan pencegahan Covid-19.
2. Jelaskan mengenai kebutuhan dasar nifas meliputi nutrisi, eliminasi, istirahat,
aktifitas, kebersihan diri, perawatan payudara, senam nifas, hubungan seksual
dan KB.
Rasional: ibu mengerti mengenai kebutuhan dirinya dan mampu memenuhinya
(Kemenkes RI, 2020)
3. Jelaskan cara menyusui yang benar dan anjurkan pemberian ASI eksklusif.
Cara menyusui yang benar:
1) Menyusui bayi sesering mungkin, paling sedikit 8 kali sehari.
2) Bila bayi tidur >3 jam, bangunkan, lalu susui.
3) Susui sampai payudara terasa kosong, lalu pindahkan ke payudara sisi lain.
4) Bila bayi kenyang, tapi payudara masih terasa penuh, perlu dikososngkan
dengan diperah lalu disimpan.
Rasional: cara menyusui yang benar dapat mencegah terjadi bendungan ASI
ataupun mastitis. Pemberian ASI ekskludif dapat meningkatkan system imun,
bayi hingga usia 6 bulan hanya membutuhkan ASI (Bahiyatun, 2013).
4. Ajarkan mengenai posisi dan perlekatan menyusui yang benar meliputi:
1) Pastikan posisi ibu ada dalam posisi yang nyaman.
2) Kepala dan badan bayi berada dalam garis lurus.
3) Wajah menghadap payudara, hidung berhadapan dengan puting.
4) Ibu harus memeluk badan bayi dekat dengan badannya.
Rasional: posisi dan perlekatan menyusui yang benar dapat mencegah terjadinya
puting lecet (Bahiyatun, 2013).
5. Jelaskan cara memerah dan menyimpan ASI
Cara menyimpan: simpan dalam ruangan (ASIP segar), kulkas, freezer.
Cara memberikan: sebelum ASI diberikan pada bayi, rendam dalam wadah yang
berisi air hangat. Gunakan gelas kaca atau keramik dan mangkok kaca, jangan
gunakan bahan dari plastik atau melamin. Rasional: berguna bagi ibu yang
bekerja jauh dari rumah, tetap dapat memberikan ASI untuk bayinya (Bahiyatun,
2013).
6. Jelaskan tanda bahaya nifas meliputi perdarahan lewat jalan lahir, keluar cairan
berbau dari jalan lahir, bengkak di wajah, tangan dan kaki atau sakit kepala dan
kejang, demam > 2 hari, payudara bengkak, merah disertai rasa sakit, ibu sedih.
murung tanpa sebab (depresi).
Rasional: ibu dapat mendeteksi dini adanya kelainan, sehingga dapat segera.
ditangani dan tidak menyebabkan komplikasi (Bahiyatun, 2013)
7. Jelaskan ketidaknyamanan masa nifas meliputi: Nyeri after pain atau keram
perut, Bendungan ASI, Nyeri luka jahitan, Konstipasi, dan Puting susu lecet.
Rasional: ibu dapat kooperatif dengan asuhan yang diberikan
8. Ajarkan kepada ibu mengenai cara perawatan payudara.
Rasional: gerakan masase payudara dapat memperlancar peredaran darah
(Bahiyatun, 2013)
9. Ajarkan ibu dan keluarga cara pijat oksitosin
Rasional: membantu memperlancar pengeluaran ASI
10. Ajarkan kepada ibu mengenai senam nifas.
Rasional: senam nifas dapat meningkatkan tonus otot, mengurangi berat badan
dan mencegah konstipasi (Bahiyatun, 2013)
11. Beri konseling tentang KB pascasalin laktasi yang dianjurkan seperti KB
implant, pil progestin, Suntik progestin. Untuk pascasalin tanpa laktasi >21 hari
di perbolehkan memakai kb IUD bila tidak ada kontraindikasi.
Rasional: tenaga kesehatan akan memberikan tentang cara, kelebihan,
keuntungan dan efek samping dari alat kontrasepsi meskipun beberapa metode
mengandung risiko. Penggunaan kontrasepsi aman setelah ibu haid kembali
(Bahiyatun, 2013).
12. Berikan pil zat besi selama 40 hari postpartum, serta kapsul vitamin A 200.000
IU.
Rasional: vitamin A digunakan untuk pertumbuhan sel dan meningkatkan daya
tahan tubuh terhadap infeksi (Bahiyatun, 2013)
13. Jelaskan jadwal kunjungan nifas yaitu 6-48 jam postpartum, hari ke 3-7 setelah
melahirkan, hari ke 8-28 setelah melahirkan, dan 29-42 hari postpartum. Pada
masa pandemi COVID-19 untuk zona hijau kunjungan KF 1 dilakukan di
fasyankes, sedangkan untuk kunjungan KF 2, 3, dan 4 dilakukan kunjungan
rumah oleh tenaga kesehatan yang didahului dengan janji temu serta menerapkan
protokol kesehatan. Untuk daerah zona merah kunjungan KF 1 dilakukan di
fasyankes dan kunjungan KF 2, 3, dan 4 dilakukan dengan metode kunjungan
rumah atau pemantauan dengan media online.
Rasional: kunjungan ulang dilakukan untuk mengevaluasi kondisi ibu dan bayi
serta mencegah penularan COVID-19 pada keluarga ibu dan nakes (Kemenkes
RI, 2020).

2.4. Pelaksanaan
Bidan melaksanakan rencana asuhan kebidanan secara komprehensif, efektif, efisien,
dan aman berdasarkan evidence based kepada klien dalam bentuk upaya promotif,
preventif, kuratif, dan rehabilitatif. Dilaksanakan secara mandiri, kolaborasi, dan
rujukan (Kemenkes RI, 2016)

2.5. Evaluasi
Menurut (Kemenkes RI, 2011) bidan melakukan evaluasi secara sistematis dan
berkesinambungan pada asuhan yang sudah diberikan, sesuai dengan kondisi klien.
Evaluasi dilakukan setelah melaksanakan asuhan sesuai kondisi klien. Hasil evaluasi
segera dicatat dan dikomunikasikan pada klien atau keluarga kemudian
ditindaklanjuti sesuai dengan kondisi klien/pasien. Evaluasi ditulis dalam bentuk
SOAP, yaitu sebagai berikut :
S : Adalah data subjektif, mencatat hasil anamnesa.
O : Adalah data objektif, mencatat hasil pemeriksaan.
A : Adalah hasil analisa, mencatat diagnosa dan masalah kebidanan.
P : Adalah penatalaksanaan, mencatat seluruh perencanaan dan penata- laksanaan
yang sudah dilakukan seperti tindakan antisipatif, tindakan segera, tindakan secara
komprehensif, penyuluhan, dukungan, kolaborasi, evaluasi / follow up dan rujukan.

TTD PETUGAS

NAMA TERANG
BAB 3
TINJAUAN KASUS

Tanggal pengkajian : 21-09-2022 Waktu : Pukul 10.00 WIB


Tempat pengkajian : PMB Bidan V
3.1 Data Subyektif
a. Biodata
Istri Suami
Nama : Ny. F Tn. A
Umur : 29 tahun 32 tahun
Agama : Islam Islam
Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia Jawa/Indonesia
Pendidikan : SMA SMA
Pekerjaan : IRT WIraswasta
Penghasilan :- ± Rp.3.000.000/bulan
Lama Menikah : 8 Tahun 8 Tahun
Alamat : Ds. Ngadirejo RT.05/RW.01 ,Kec.Lumbung ,Kab.Magetan
b. Keluhan Utama
Ibu mengeluh nyeri pada bekas jahitan.
c. Riwayat Kesehatan
1) Riwayat Kesehatan
Ibu dalam keadaan sehat, tidak sedang mengalami penyakit dengan gejala pusing,
mudah lelah, letih dan lesu, mata berkunang-kunang (anemia), sesak nafas,
jantung berdebar-debar (jantung), batuk lama dan mengeluarkan darah (TBC),
mudah haus dan lapar (DM), kulit bewarna kuning (hepatitis B), pusing dan
tekanan darah tinggi (hipertensi), kencing sakit dan bernanah, keluar lendir,
menimbulkan gatal, bewarna dan berbau (PMS). Serta tidak ada riwayat
hemoroid.
d. Riwayat Kebidanan
1) Haid
Menarche usia 13 tahun, siklus 28-30 hari, teratur, lamanya 7 hari, nyeri haid di
hari pertama namun tidak mengganggu aktivitas, rajin mengganti pembalut 4-5
kali, konsistensi encer, warna merah.
2) Riwayat kehamilan, persalinan, nifas yang lalu
Hamil pertama mengalami keguguran pada usia kandungan 3 bulan.
3) Riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas sekarang
Ibu hamil anak pertama, usia kehamilan 9 bulan, selama hamil ibu rutin periksa
hamil ke bidan dan puskesmas, sudah bertemu dengan dokter umum, dokter gigi,
ahli gizi, dan periksa laboratorium. Pada awal kehamilan ibu merasa mual dan
pusing namun tidak mengganggu aktivitas dan sdah diberi penyuluhan nutrisi
untuk mengatasi mual yaitu makan sedikit tapi sering dan minum air pada malam
hari 1 jam sebelum tidur. Ibu rutin minum tablet tambah darah dan vitamin sesuai
anjuran. Melahirkan anak pertama pada tanggal 8 November 2021 pukul 15.06
WIB, bayi lahir normal, ditolong oleh bidan di rumah sakit, jenis kelamin laki-
laki, meninggal, BB : 3.100 gram, PB : 50 cm, terdapat robekan jalan lahir,
plasenta lahir spontan lengkap, tidak ada perdarahan berlebih. Saat ini, ibu
mengeluh nyeri pada jahitan, darah nifas berwarna merah kecoklatan, tidak ada
penyulit.
HPHT: 11-12-2021
HPL: 18-09-2022
e. Keluarga Berencana
Setelah melahirkan anak pertama ibu menggunakan KB IUD post Plasenta selama 6
tahun,tidak ada keluhan,lepas IUD karena ingin program hamil .setelah melahirkan
anak kedua ini ibu berencana memakai KB IUD kembali
f. Pola Kehidupan Sehari-Hari
1) Nutrisi
Ibu makan 3x sehari dengan porsi sedang nasi, sayur, lauk. Minum 11-12 gelas
sehari.
2) Eliminasi
Ibu sering BAK 6-7x sehari, dan belum BAB hingga hari ini.
3) Istirahat dan tidur
Ibu tidur 6-7 jam sehari, dan banyak berbaring di kasur saat siang hari.
4) Personal hygiene
Ibu mandi 2x sehari, rajin mengganti pakaian dalam dan mengganti pembalut 4-
5x sehari atau ketika terasa lembab dan penuh. Ibu hanya membersihkan jahitan
luka periuneum degan air tanpa sabun karena takut terasa perih.
5) Aktivitas
Ibu masih sering terbaring di kasur, namun sudah bisa duduk dan berjalan.
g. Riwayat Ketergantungan
Ibu tidak mempunyai kebiasaan merokok, minum-minuman alkohol, ketergantungan
pada obat-obatan, suami merokok.
h. Psikososial dan Spiritual
Ibu dan keluarga sangat sedih karena kematian bayinya. Saat ini ibu masih berusaha
menerima keadaan. Keluarga sangat mendukung dan selalu menghibur ibu agar
dapat melewati masa sedih dan dapat ikhlas menerima keadaan.
i. Latar Belakang Sosial Budaya
Dalam keluarga ibu tidak ada kebiasaan yang mengganggu masa nifas seperti
pantangan makanan tertentu, tidak minum jamu, dan pijat perut pijat.
3.2 Data Obyektif
a. Pemeriksaan Umum
1) Keadaan umum baik, kesadaran composmentis.
2) Tanda-tanda vital :
TD : 120 / 80 mmHg
N : 82 x / menit
S : 36 0C
R : 20 x / menit
b. Pemeriksaan Fisik
Kepala : Mata sembab, konjungtiva palpebra merah muda, skelra putih, hidung
tidak ada gejala flu, bibir tidak pucat, gusi tidak epolis, dan gigi tidak
ada karies
Leher : Tidak ada pembengkakan kelenjar limfe dan kelenjar tyroid, tidak ada
bendungan vena jugularis.
Dada : Tidak terdapat bunyi ronchi dan wheezing, bunyi jantung normal.
Payudara : Bersih, simetris, puting menonjol, tidak ada benjolan abnormal, tidak
ada nyeri tekan dan tidak tegang, ASI sudah keluar namun sedikit.
Abdomen : Tidak ada bekas operasi, TFU pertengahan pusat dan simfisis, uterus
bulat dan keras.
Genetalia : Kotor, tidak terdapat varises, tidak terdapat kondiloma matalata dan
akuminata, tidak ada pembengkakan kelenjar skene dan kelenjar
bartolini, lochea sanguinolenta, jahitan tertaut rapi.
Anus : Tidak ada hemoroid
Ekstremitas : Simetris, tidak oedema, tidak ada varises, tidak ada nyeri pada
betis/tanda homan.
c. Pemeriksaan Penunjang
HB : 12,2 gr%
Eritrosit : 4.12
Leukosit : 9.600
Trombosit : 251.000
Hematokrit : 35.9
Albumin urine : negatif (-)
Reduksi urine : negatif (-)
HbsAg : negatif (-)
HIV : Non-Reaktif
3.3 Assesment
Ny. F P20002, 3 hari postpartum normal, laktasi normal, involusi normal, lochea
normal dengan nyeri perineum, psikologis cukup, keadaan umum baik, prognosa baik.
3.4 Penatalaksanaan
1. Memberitahu kepada ibu mengenai hasil pemeriksaan.
Evaluasi: Ibu mengetahui kondisinya.
2. Mengevaluasi laktasi, involusi, dan lokhea ibu.
Evaluasi: laktasi, involusi uteri, dan lokhea ibu normal, ibu mengerti.
3. Menjelaskan mengenai kebutuhan nutrisi ibu yang dapat membantu mempercepat
BAB seperti buah pepaya
Evaluasi: ibu mengerti dan akan mencoba mengkonsumsi.
4. Menjelaskan kepada ibu mengenai personal hygiene khususnya membersihkan bekas
luka jahitan menggunakan air mengalir dan sabun kemudian dikeringkan
menggunakan handuk kering, serta rajin mengganti pembalut untuk menjaga jahitan
tetap kering.
Evaluasi: ibu mengerti dan akan melakukannya.
5. Menjelaskan pada ibu mengenai tanda bahaya pada ibu nifas meliputi
perdarahan,demam tinggi dan kejang kejang . kemudian menganjurkan untuk segera
datang ke fasilitas kesehatan terdekat apabila mengalami tanda tersebut
Evaluasi : ibu mengerti dan akan datang bila mengalami tanda bahaya tersebut
6. Menjelaskan paa ibu tentang cara perawatan payudara ( Breats Care ), totok
payudara pijat oksitosin yang bertujuan untuk melancarkan aliran darah dan
melancarkan produksi asi
Evaluasi : Ibu mengerti dan dapat mempraktikanya dirumah
7. Menganjurkan ibu untuk kunjungan ke -3 masa nifas pada tanggal 17 September
Evaluasi : ibu mengerti dan akan datang pada tanggal tersebut
8. Melakukakan pencatatan dan pendokumentasian.

VERLINGGA DIAH

Anda mungkin juga menyukai