TINJAUAN TEORI
Supaya buang air besar kembali teratur dapat diberikan diet/ makanan
yang mengandung serat dan pemberian cairan yang cukup. Bila usaha ini tidak
berhasil dalam waktu 2 atau 3 hari dapat ditolong dengan pemberian huknah atau
glyserin spuit atau diberikan obat yang lain.
Selain itu umumnya ibu nifas akan merasa lapar pada 1-2 jam post partum
karena telah banyak energy yang dikeluarkan sewaktu persalinan.
Pada post partum awal penurunan bising usus dan mortilitas lambung
menyebabkan abdomen relaksasi sehingga terjadi peningkatan gas pada lambung
yang menyebabkan kembung.
(Hellen Varney:2007)
3. Sistem Perkemihan
Trauma bisa terjadi pada uretra dan kandung kemih selama proses
melahirkan, yakni sewaktu bayi melewati jalan lahir. Kombinasi trauma akibat
kelahiran, peningkatan kapasitas kandung kemih setelah bayi lahir, dan efek
anastesi menyebabkan keinginan untuk berkemih menurun. Selain itu untuk rasa
nyeri pada panggul yang timbul akibat dorongan saat melahirkan, laserasi
vagina, dan episiotomy menurunkan atau mengubah reflex berkemih.
Dengan mengosongkan kandung kemih secara adekuat, tonus otot
kandung kemih biasanya akan pulih dalam 5-7 hari.
(Hellen Varney:2007)
4. Sistem Musculoskeletal
Dinding abdomen lunak setelah kelahiran karena dinding ini meregang
selama kehamilan. Semua wanita setelah melahirkan mengalami beberapa
derajat diastasis recti (pemisahan otot rectus abdomen). Seberapa berat diastasis
tergantung pada sejumlah faktor , diantaranya :
a. Paritas (pengembalian tonus otot yang sempurna akan semakin sulit jika
paritasnya tinggi).
b. Jarak kehamilan (apakah wanita mempunyai waktu untuk mengembalikan
tonus ototnya sebelum hamil lagi).
c. Kehamilan kembar (bisa menyebabkan distensi berlebihan pada abdomen).
(Hellen Varney:2007)
5. Sistem Endokrin
Selama proses kehamilan dan persalinan terdapat perubahan pada sistem
endokrin. Hormon-hormon yang berperan pada proses tersebut, antara lain :
a. Hormone plasenta
Pengeluaran plasenta menyebabkan penurunan hormon yang diproduksi
oleh plasenta. Hormone plasenta menurun dengan cepat pasca persalinan.
Penurunan hormone plasenta (human placental lactogen) menyebabkan
kadar gula darah menurun pada masa nifas.
b. Hormone pituitary
Hormone pituitary antara lain hormone prolaktin, FSH dan LH. Hormone
prolaktin darah meningkat dengan cepat, pada wanita tidak menyusui
menurun dalam waktu 2 minggu. Hormone prolaktin berperan dalam
pembesaran payudara untuk merangsang produksi susu. FSH dan LH
meningkat pada fase konsentrasi folikuler pada minggu ke-3, dan LH tetap
rendah hingga ovulasi terjadi.
c. Hipotalamik pituitary ovarium
Hipotalamik pituitary ovarium akan mempengaruhi lamanya mendapatkan
menstruasi pada wanita yang menyusui maupun yang tidak menyusui. Pada
wanita menyusui mendapatkan menstruasi pada 6 minggu pasca melahirkan
berkisar 16 % dan 45 % setelah 12 minggu pasca melahirkan. Sedangkan
pada wanita yang tidak menyusui, akan mendapat menstruasi berkisar 40 %
setelah 6 minggu pasca melahirkan dan 90 % setelah 24 minggu.
d. Hormone oksitosin
Hormone oksitosin disekresikan dari kelenjar otak bagian belakang, bekerja
terhadap otot uterus dan jaringan payudara. Selama tahap ketiga persalinan,
hormone oksitosin berperan dalam pelepasan plasenta serta
mempertahankan kontraksi, sehingga dapat mencegah perdarahan. Isapan
bayi dapat merangsang produksi ASI dan sekresi oksitosin, sehingga dapat
mmembantu involusi uteri.
(Hellen Varney:2007)
I. PENGKAJIAN
Dilakukan dengan mengumpulkan semua data baik data subyektif maupun data
obyektif disertai hari/tanggal dan jam pada saat dilakukan pengkajian, tanggal masuk
rumah sakit, jam masuk rumah sakit, nomer register.
a. Data Subyektif
1. Biodata
Nama : nama ibu dan suami untuk mengenal, memanggil, dan
menghindari terjadinya kekeliruan.
Umur : untuk mengantisipasi pasti diagnose, masalah kesehatan dan
tindakan yang akan dilakukan.
Agama : ditanyakan untuk mengetahui kemungkinan pengaruhnya
terhadap kebiasaan kesehatan pasien/klien. Dengan
diketahuinya agama pasien, akan memudahkan bidan melakukan
pendekatan spriritual di dalam melaksanakan asuhan kebidanan.
(Depkes RI : 2002)
Pendidikan : untuk mengetahui tingkat pengetahuan sebagai dasar dalam
membimbing dan menyampaikan KIE tentang nifas.
Pekerjaan : untuk mengetahui bagaimana taraf hidup dan sosial ekonomi
klien dan apakah pekerjaan ibu/suami dapat mempengaruhi
kesehatan ibu selama nifas atau tidak (kegiatan atau
aktivitasnya).
Alamat : untuk memudahkan petugas kesehatan melakukan kunjungan
ulang pada masa nifas dan untuk mengetahui kondisi lingkungan
apakah lingkungan cukup aman bagi kesehatan ibu dan bayi.
2. Alasan Datang
Untuk mengetahui alasan ibu nifas datang ke tempat pelayanan kesehatan.
3. Keluhan Utama
Untuk mengetahui keluhan yang dirasakan ibu nifas saat pengkajian, misal:
Rasa mules akibat kontraksi uterus, biasanya 2 hari post partum.
Nyeri pada jahitan perineum.
Adanya bendungan ASI.
Rasa takut untuk BAB atau BAK akibat adanya luka jahitan.
Kurangnya pengetahuan ibu tentang cara menyusui yang benar.
Kurangnya pengetahuan ibu tentang cara merawat bayi.
4. Riwayat Kesehatan yang Lalu
Untuk mengetahui penyakit yang pernah diderita ibu sebelumnya yang
mungkin kambuh saat masa nifas dan berpengaruh pada masa nifasnya,
apakah ibu pernah menderita penyakit atau penyakit keturunan.
5. Riwayat Kesehatan Sekarang
Untuk mengetahui apakah ibu sedang menderita penyakit menular seperti
TBC, hepatitis, malaria ataupun penyakit keturunan seperti jantung, darah
tinggi, ginjal, kencing manis dll yang dapat mempengaruhi saat masa nifas.
6. Riwayat Kesehatan Keluarga
Ditanyakan mengenai latar belakang keluarga terutama :
Anggota keluarga yang mempunyi penyakit menular dan tinggal dalam
1 rumah seperti TBC, hepatitis dll.
Penyakit keluarga yang diturunkan seperti kencing manis, kelainan
pembekuan darah, jiwa, asma dll.
7. Riwayat Haid
Ditanyakan menarche pada usia berapa, lama haid, siklus haid, banyak darah
yang keluar seberapa, ada keluhan atau tidak saat haid untuk menunjang
pemberian asuhan ibu tentang metode KB.
8. Riwayat Pernikahan
Ditanyakan ibu menikah berapa kali, lamanya, umur pertama kali menikah.
Lama menikah ≤ 2 tahun, sudah punya lebih dari 1 anak, akan
berpengaruh terhadap perawatan anak.
Umur pertama kali menikah < 18 tahun, pinggulnya belum cukup
pertumbuhannya sehingga jika hamil beresiko kesulitan waktu
melahirkan dan biasanya mengakibatkan laserasi/ robekan jalan lahir.
Sehingga dalam pemulihan masa nifas, akan berpotensi terjadinya infeksi
masa nifas.
9. Riwayat Kehamilan, Persalinan, dan Nifas yang lalu
Kehamilan
Mencari tahu tentang masalah kehamilan yang lalu yang dapat membantu
dalam mengevaluasi apakah klien memerlukan tindakan khusus atau
tidak.
Persalinan
Jika klien pernah dibantu dalam melahirkan terdahulu dengan bantuan
forcep (vakum) maka penting sekali untuk memahami mengapa hal
tersebut dilakukan. Jika ia pernah mengalami robekan jalan lahir saat
persalinan sebelumnya, mungkin ia akan mengalami robekan pada bekas
jahitan yang dahulu.
Nifas
Penyulit yang menyertai nifas, seperti infeksi kala nifas, subinvolusio
uterus, bendungan ASI, mastitis.
10. Riwayat Kehamilan, Persalinan, dan Nifas Sekarang
Kehamilan
Berapa frekuensi klien dalam ANC yang ditangani oleh tenaga kesehatan,
obat/vitamin apa yang dikonsumsi pada saat hamil, penyulit-penyulit
yang dialami oleh klien selama hamil, seperti hiperemesis gravidarum,
pre eklampsi, eklampsi, atau perdarahan antepartum.
Persalinan
Jenis persalinan, pengeluaran plasenta, jenis kelamin bayi, berat badan
bayi, panjang bayi, jalan lahir dijahit atau tidak.
Nifas
Ditanyakan ibu mengeluarkan darah yang bagaimana, seberapa banyak,
kontraksi uterus baik (uterus bulat dan keras), ASI sudah keluar, dan
terdapat luka jahitan pada jalan lahir atau tidak.
11. Riwayat KB dan Rencana KB
Mengkaji tentang jenis atau metode KB yang pernah digunakan klien, efek
samping, dan rencana KB yang akan digunakan.
12. Pola Kebiasaan Sehari-Hari
Nutrisi
Ibu nifas membutuhkan nutrisi yang cukup, bergizi seimbang, terutama
kebutuhan protein dan karbohidrat. Ibu nifas harus mengkonsumsi
tambahan 500 kalori tiap hari (ibu harus mengkonsumsi 3–4 porsi setiap
hari) dan minum sedikitnya 3 liter tiap hari.
Istirahat
Tidur malam : 7-8 jam untuk memulihkan kondisi ibu yang lelah.
Tidur siang : 1-2 jam untuk memenuhi kebutuhan tidur yang kurang.
Aktivitas
Mobilisasi dini dimulai 2 jam PP, dimulai miring kanan kiri, duduk, dan
berjalan di sekitar tempat tidur, bila tidak ada keluhan mulai belajar
berjalan seperti biasa.
Eliminasi
BAK : setidaknya harus sudah BAK dalam 6 jam PP, bila 8 jam PP
belum BAK rangsang dengan air mengalir, kompres hangat,dll.
Bila ridak bisa baru lakukan kateterisasi.
BAB : setidaknya harus sudah BAB dalam 3 hari PP, bila belum BAB
berikan laxansia disertai diet tinggi serat.
Pola pemberian ASI
Pemberian ASI tiap 2 jam dilakukan selama 6 bulan tanpa PASI.
Kebersihan
Ibu mandi 2 kali sehari, lakukan perawatan vulva, vagina, perineum, serta
payudara, ganti pembalut minimal 2 kali sehari dan celana dalam jika
sudah terasa lembab
13. Latar Belakang Sosial Budaya
Apakah ada kebiasaan yang mempengaruhi masa nifas antara lain pantang
terhadap makanan atau tindakan-tindakan tertentu.
b. Data Obyektif
1. Pemeriksaan Umum
Keadaran umum : baik/cukup/lemah
Kesadaran : composmentis/apatis/delirium/somnolens/koma
Tekanan Darah : 90/60 – 130/90 mmHg
Nadi : 60-100 kali/menit
Penapasan : 16-24 kali/menit
Suhu : 36,5-37,50C
2. Pemeriksaan Fisik
a. Inspeksi
Kepala : rambut rontok/tidak, warnanya apa, bersih/tidak.
Muka : oedema/tidak, pucat/tidak, sisa cloasma gravidarum.
Mata : simetris/tidak, konjungtiva pucat/tidak, sclera
llputih/tidak.
Hidung : ada secret/tidak, ada pernafasan cuping hidung/ tidak.
Mulut : bibir kering/tidak (jika bibir kering menandakan
dehidrasi), bibir sianosis karena adanya gangguan
jantung, lidah kotor/tidak (jika lidah kotor
menandakan anemia).
Telinga : simetris/tidak, ada serumen/tidak, gangguan
kpendengaran/tidak.
Leher : tampak pembesaran kelenjar tiroid, kelenjar limfe, dan
vena jugularis/tidak. Bila terdapat pembendungan vena
jugularis, menandakan adanya kelainan kardiovaskuler,
kemungkinan besar ibu mengidap penyakit jantung.
Bila terdapat pembesaran kelenjar limfe mungkin
disebabkan oleh berbagai penyakit, misalnya
peradangan akut atau kronis di kepala, osofaring, kulit
kepala atau daerah leher, selain itu kemungkinan terjadi
sifilis, TBC.
Dada : tidak terlihat retraksi dada.
Payudara : simetri, puting susu menonjol/tidak, tampak ada
peradangan/tidak, payudara bersih/tidak, bersih/ tidak,
hyperpigmentasi aerola mammae.
Abdomen : TFU sesuai hari (post partum) tidak, tidak tampak luka
bekas operasi, ada striae livida dan linea nigra.
Genitalia : ada luka jahitan perineum/tidak, ada tanda infeksi pada
luka jaitan/ tidak, lochea yang keluar apa.
Ekstremitas: ada varises dan oedema atau tidak.
b. Palpasi
Leher : teraba pembesaran kelanjar tiroid/tidak, teraba
pembesaran kelenjar limfe/tidak, teraba pembesaran
vena jugularis/tidak.
Payudara : teraba benjolan abnormal/tidak, payudara teraba
kenyal/tidak, ada nyeri tekan/tidak, keluar colostrums/
belum.
Abdomen : fundus uteri 2 jari dibawah pusat, kandung kemih
kosong, kontraksi uterus baik/tidak, diastasis rectus
abdominalis teraba/tidak.
Ekstremitas : ada odema/ tidak, ada varises/ tidak, tanda Homan
untuk mengetahui adanya tromboflebitis.
c. Auskultasi
Dada : tidak terdengar ronchi, tidak terdengar wheezing.
Abdomen : terdengar bising usus, normal 15-35 x/menit.
d. Perkusi
Ada reflek patella/ tidak. Normalnya tungkai bawah akan bergerak
sedikit ketika tendon ditekuk. Bila reflek patela negatif,
kemungkinan pasien mengalami kekurangan B1.
Masalah:
Masalah yang dialami oleh ibu
DS : Keluhan yang disampaikan ibu
DO : Hasil pemeriksaan yang dilakukan
Kebutuhan segera:
Mengidentifikasi dan menetapkan perlunya tindakan segera (suatu tindakan bila
tidak segera dilakukan akan membahayakan jiwa ibu dan bayi) oleh bidan,dokter
atau di konsultasikan dan ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan yang
lain sesuai kondisi klien.
III. INTERVENSI
Dx : Ny … P …. Ab … post partum hari ke …
Tujuan : Tujuan yang akan didapatkan dari tindakan untervensi
misalnya: - Ibu mampu beradaptasi dengan perubahan-perubahan
fisiologis yang terjadi
- Masa nifas berjalan normal, ibu dan bayi dalam keadaan
sehat
INVOLUSI TFU
Bayi lahir Setinggi pusat
Uri lahir 2 jari dibawah pusat
1 minggu Pertengahan pusat dengan simpisis
2 minggu Tidak teraba diatas simfisis
6 minggu Bertambah kecil
8 minggu Sebesar normal
- Kontraksi uterus : uterus teraba tegang dan keras/tidak.
- Pengeluaran lochea normal:
LOCHEA WAKTU
Rubra Hari ke 1-2
Sanguinolenta Hari ke 2-7
Serosa Hari ke 7-14
Alba >Hari ke 14
- Ibu dapat mengerti tanda-tanda bahaya masa nifas.
- Ibu mengerti macam-macam metode kontrasepsi dan menentukan
pilihan.
- Ibu dapat merawat bayinya sendiri.
- Tidak terjadi gangguan dalam proses laktasi.
Intervensi::
IV. IMPLEMENTASI
Mengacu pada intervensi. Pelaksanaan intervensi dilaksanakan secara aman dan efisien.
Manajeman yang efisian akan menyingkat waktu dan biaya.
V. EVALUASI
Meliputi apakah kebutuhan telah terpenuhi dan mengatasi diagnosa dan masalah yang
telah diidentifikasikan.
DAFTAR PUSTAKA
Mansur, Herawati. 2009. Psikologi Ibu dan Anak untuk Kebidanan. Jakarta: Salemba
Medika
Prawirohardjo, Sarwono. 2008. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo
Varney H, Kriebs JM, Gregor CL. 2007. Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Jakarta: EGC
Mochtar, Rustam. 2005. Sinopsis Obstetri. Jakarta: EGC
Prawirohardjo, Sarwono. 2006. Buku Panduan PraktisPelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Saleha, Siti. 2009. Asuhan Kebidanan pada Masa Nifas. Jakarta: Salemba Medika