TINJAUAN PUSTAKA
7
8
awal. Bila tidak berhasil, dalam 2-3 hari dapat diberikan obat
laksansia.
5. Perubahan Sistem Perkemihan
Kandung kencing dalam masa postpartum kurang sensitif dan
kapasitasnya akan bertambah, mencapai 3000 ml per hari pada 2– 5
hari postpartum. Hal ini akan mengakibatkan kandung kencing penuh.
Sisa urine dan trauma pada dinding kandung kencing waktu persalinan
memudahkan terjadinya infeksi. Lebih kurang 30– 60% wanita
mengalami inkontinensial urine selama periode postpartum. Bisa
trauma akibat kehamilan dan persalinan, Efek Anestesi dapat
meningkatkan rasa penuh pada kandung kemih, dan nyeri perineum
terasa lebih lama, Dengan mobilisasi dini bisa mengurangi hal diatas.
Dilatasi ureter dan pyelum, normal kembali pada akhir postpartum
minggu ke empat.
Sekitar 40% wanita postpartum akan mempunyai proteinuria
nonpatologis sejak pasca salin hingga hari kedua postpartum.
Mendapatkan urin yang valid harus diperoleh dari urin dari kateterisasi
yang tidak terkontaminasi lochea.
6. Musculoskeletal
Otot– otot uterus berkontraksi segera setelah partus. Pembuluh-
pembuluh darah yang berada diantara anyaman-anyaman otot-otot
uterus akan terjepit. Proses ini akan menghentikan perdarahan setelah
plasenta diberikan.
Pada wanita berdiri dihari pertama setelah melahirkan, abdomennya
akan menonjol dan membuat wanita tersebut tampak seperti masih
hamil. Dalam 2 minggu setelah melahirkan, dinding abdomen wanita
itu akan rileks. Diperlukan sekitar 6 minggu untuk dinding abdomen
kembali ke keadaan sebelum hamil. Kulit memperoleh kambali
elastisitasnya, tetapi sejumlah kecil striae menetap.
7. Endokrin
11
2. Kebutuhan Eliminasi
Mengenai kebutuhan eliminasi pada ibu postpartum adalah sebagai
berikut:
a. Miksi, seorang ibu nifas dalam keadaan normal dapat buang air kecil
spontan setiap 3-4 jam.
1) Dirangsang dengan mengalirkan air kran di dekat klien.
2) Mengompres air hangat di atas simpisis.
3) Apabila tindakan di atas tidak berhasil, yaitu selama selang waktu
6 jam tidak berhasil, maka dilakukan kateterisasi. Namun dari
tindakan ini perlu diperhatikan risiko infeksi saluran kencing.
b. Defekasi
Agar buang air besar dapat dilakukan secara teratur dapat dilakukan
dengan diet teratur, pemberian cairan banyak, makanan yang cukup
serat dan olah raga. Jika sampai hari ke 3 postpartum ibu belum bisa
buang air besar, maka perlu diberikan supositoria dan minum air
hangat.
3. Kebutuhan ambulasi, istirahat dan excercise atau senam nifas
Mobilisasi dini pada ibu postpartum disebut juga early ambulation, yaitu
upaya sesegera mungkin membimbing klien keluar dari tempat tidurnya
dan membimbing berjalan. Klien diperbolehkan bangun dari tempat tidur
dalam 24-48 jam postpartum. Keuntungan yang diperoleh dari early
ambulation adalah:
a. Klien merasa lebih baik, lebih sehat, dan lebih kuat.
b. Faal usus dan kandung kencing lebih baik.
c. Sirkulasi dan peredaran darah menjadi lebih lancar.
2.1.7 Tanda Bahaya Postpartum
Menurut Kemenkes RI (2018) tanda bahaya postpartum sebagai berikut:
1. Perdarahan Postpartum, perdarahan postpartum dapat dibedakan menjadi
sebagai berikut:
a. Perdarahan postpartum primer (Early Postpartum Hemorrhage) adalah
perdarahan lebih dari 500-600 ml dalam masa 24 jam setelah anak
18
kala III sebaiknya dilakukan pada semua ibu yang bersalin karena hal ini
dapat menurunkan insiden perdarahan pasca persalinan akibat atonia uteri.
Semua ibu postpartum harus dipantau dengan ketat untuk mendiagnosis
perdarahan postpartum.
2. Infeksi pada masa postpartum
Beberapa bakteri dapat menyebabkan infeksi setelah persalinan,
Infeksi masa postpartum masih merupakan penyebab utama morbiditas
dan mortalitas ibu. Infeksi alat genital merupakan komplikasi masa
postpartum. Infeksi yang meluas kesaluran urinari, payudara, dan pasca
pembedahan merupakan salah satu penyebab terjadinya AKI tinggi. Gejala
umum infeksi berupa suhu badan panas, malaise, denyut nadi cepat. Gejala
lokal dapat berupa uterus lembek, kemerahan dan rasa nyeri pada payudara
atau adanya disuria.
3. Lochea yang berbau busuk (bau dari vagina)
Lochea adalah cairan yang dikeluarkan uterus melalui vagina dalam
masa postpartum sifat lochea alkalis, jumlah lebih banyak dari pengeluaran
darah dan lendir waktu menstruasi dan berbau anyir (cairan ini berasal dari
bekas melekatnya atau implantasi placenta).
Lochea dibagi dalam beberapa jenis, antara lain sebagai berikut Lochea
rubra (cruenta): berisi darah segar dan sisa-sisa selaput ketuban, sel-sel
desidua, verniks kaseosa, lanugo, dan mekoneum, selama 2 hari pasca
persalinan.
a. Lochea sanguinolenta: berwarna merah kuning berisi darah dan lendir
hari ke 3-7 pasca persalinan.
b. Lochea serosa: berwarna kuning, cairan tidak berdarah lagi, pada hari
ke 7-14 pasca persalinan.
c. Lochea alba: cairan putih, setelah 2 minggu.
d. Lochea purulenta: terjadi infeksi, keluar cairan seperti nanah berbau
busuk.
e. Lochiostasis: lochea tidak lancar keluarnya.
Apabila pengeluaran lochea lebih lama dari pada yang disebutkan di
20
3. Kunjungan nifas lengkap (KF 3), pelayanan yang dilakukan hari ke-8
sampai ke-28 setelah persalinan. Asuhan pelayanan yang diberikan
sama dengan asuhan pada KF 2.
4. Kunjungan nifas keempat (KF 4)
Pelayanan yang dilakukan ke-29 sampai hari ke-42 setelah persalinan.
Asuhan pelayanan yang diberikan sama dengan asuhan pada KF 3
yaitu pemeriksaan tanda-tanda vital, pemantauan jumlah darah yang
keluar, pemeriksaan cairan yang keluar dari vagina, pemeriksaan
payudara dan anjuran ASI Ekslusif enam bulan, minum tablet tambah
darah seriap hari, dan KB Persalinan.
2.1.9 Manajemen Laktasi
ASI merupakan cairan hidup yang dinamis, memiliki kandungan
gizi beragam dan lengkap. ASI dengan segala kandungannya sesuai
dengan keadaan bayi yang bersifat alami, bukan sintetik sehingga aman
dan dapat dimanfaatkan secara maksimal. Kandungan utama ASI sebanyak
88% adalah air. Jumlah ini cukup untuk memenuhi kebutuhan cairan pada
bayi.
ASI Eksklusif adalah pemberian ASI saja sejak bayi dilahirkan
sampai usia 6 bulan. Selama itu bayi tidak diharapkan mendapatkan
tambahan cairan lain seperti susu formula, air jeruk, air teh, madu ataupun
air putih. Pada pemberian ASI Eksklusif bayi juga tidak diberikan
makanan tambahan seperti pisang, biskuit, bubur susu, bubur tim, dan
sebagainya. Pemberian ASI secara benar akan dapat mencukupi kebutuhan
bayi selama 6 bulan tanpa makanan pendamping. Setelah bayi berusia
lebih dari 6 bulan, memerlukan makanan pendamping tetapi pemberian
ASI dapat dilanjutkan sampai bayi berusia 2 tahun (Kemenkes RI, 2020).
1. Anatomi Payudara dan Fisiologi Laktasi
a. Anatomi Payudara
Payudara (mammae, susu) adalah kelenjar yang terletak dibawah
kulit, diatas otot dada dan fungsinya memproduksi susu untuk nutrisi
bayi. Manusia mempunyai sepasang kelenjar payudara, dengan berat
25
kira-kira 200 gram, yang kiri umumnya lebih besar dari yang kanan.
Ada tiga bagian utama payudara, yaitu:
1) Korpus (badan), yaitu bagian yang membesar.
2) Areola, yaitu bagian yang kehitaman di tengah.
3) Papilla, atau putting yaitu bagian yang menonjol di puncak
payudara.
2. Fisiologi Laktasi
Laktasi atau menyusui mempunyai dua pengertian, yaitu produksi
dan pengeluaran ASI. Payudara mulai dibentuk sejak embrio berumur 18-
19 minggu, dan baru selesai ketika mulai menstruasi. Dengan
terbentuknya hormon estrogen dan progesteron yang berfungsi untuk
maturasi alveoli. Sedangkan hormon prolaktin adalah hormon yang
berfungsi untuk produksi ASI disamping hormon lain seperti insulin,
tiroksin dan sebagainya.
Dua refleks pada ibu yang sangat penting dalam proses laktasi,
refleks prolaktin dan refleks aliran timbul akibat perangsangan putting
susu oleh hisapan bayi.
a. Refleks Prolaktin
Dalam putting susu terdapat banyak ujung saraf sensorik. Bila
dirangsang, timbul impuls yang menuju hipotalamus selanjutnya ke
kelenjar hipofisis bagian depan sehingga kelenjar ini mengeluarkan
hormon prolactin. Hormon inilah yang berperan dalam peroduksi ASI
di tingkat alveoli. Refleks aliran (Let Down Reflex).
b. Refleks Aliran Timbul
Rangsang putting susu tidak hanya diteruskan sampai ke
kelenjar hipofisis depan, tetapi juga ke kelenjar hipofisis bagian
belakang, yang mengeluarkan hormon oksitosin. Hormon ini berfungsi
memacu kontraksi otot polos yang ada di dinding alveolus dan
didinding saluran, sehingga ASI di pompa keluar.
26
c. ASI Mature
ASI matur diproduksi setelah hari ke-10 sampai akhir masa laktasi
atau penyapihan. ASI matur berwarna putih kekuningan dan
mengandung casient, riboflanum, dan karotin serta tidak menggumpal
bila dipanaskan, dengan volume 300-850 ml per 24 jam. ASI matur
terus berubah sesuai dengan perkembangan bayi. Pada malam hari,
ASI ini lebih banyak mengandung lemak yang akan membantu
meningkatkan berat badan dan perkembangan otak yang maksimal.
d. Foremilk – Hindmilk
Pada satu kali menyusui, terdapat 2 macam ASI yang diproduksi
yaitu foremilk terlebih dahulu kemudian hindmilk. Foremilk berwarna
lebih kuning, kandungan utamanya protein, laktosa, vitamin, mineral,
dan sedikit lemak. Foremilk memiliki kadar air yang yang cukup tinggi
sehingga lebih encer dibanding hindmilk dan diproduksi dalam jumlah
banyak untuk memenuhi kebutuhan cairan. Kebutuhan cairan bayi
seluruhnya dapat dipenuhi oleh ASI dan bayi tidak memerlukan air
tambahan pada 6 bulan awal kehidupannya, bahkan didaerah panas
sekalipun. Sedangkan hindmilk berwarna lebih putih karena
kandungan lemak 4-5 kali lebih banyak dibanding foremilk, inilah
yang membuat bayi terasa kenyang.
Komposisi ASI sangat banyak dan bermanfaat untuk bayi,
diantaranya adalah:
1. Nutrien (zat gizi) yang sesuai untuk bayi
1) Lemak
Sumber kalori utama dalam ASI adalah lemak, sekitar
50% kalori ASI adalah lemak. Kadar lemak dalam ASI adalah
3,5 - 4,5%. Walaupun kadar lemak dalam ASI tinggi, akan
tetapi lemak tersebut mudah diserap oleh bayi karena
trigelserida dalam ASI lebih dulu pecah menjadi asam lemak
dan gliserol oleh enzim lipase yang terdapat dalam ASI. Kadar
kolesterol ASI lebih tinggi dibanding susu formula, sehingga
28
3) Aspek Psikologis
Proses menyusui dapat memberikan pengaruh
psikologis yang baik bagi ibu. Ibu yang menyusui akan merasa
bangga dan merasa diperlukan, rasa yang dibutuhkan oleh
semua manusia. Manfaat ASI untuk Keluarga.
4) Aspek Ekonomi
Menyusui dengan ASI lebih hemat karena ASI tidak
perlu dibeli, sehingga dana yang seharusnya digunakan untuk
membeli susu formula dapat digunakan untuk keperluan lain.
Selain itu, penghematan juga disebabkan karena bayi yang
mendapat ASI lebih jarang sakit sehingga mengurangi biaya
pengobatan.
5) Aspek Psikologis
Kebahagiaan keluarga semakin bertambah, karena
kelahiran lebih jarang. Sehingga suasana kejiwaan ibu baik dan
dapat mendekatkan hubungan bayi dengan keluarga.
6) Aspek Kemudahan
Menyusui sangat praktis, karena dapat diberikan dimana
saja dan kapan saja. Keluarga tidak perlu menyiapkan air
masak, botol, dan dot yang harus selalu dibersihkan dan juga
perlu meminta tolong kepada orang lain.
4. Faktor psikologis
Faktor psikologis dapat juga mempengaruhi tingkat nyeri. Faktor tersebut
terdiri dari kecemasan dan teknik koping. Kecemasan dapat meningkatkan
persepsi terhadap nyeri. Teknik koping memengaruhi kemampuan untuk
mengatasi nyeri. Seseorang yang belum pernah mendapatkan teknik
koping yang baik tentu respon nyerinya buruk (Potter, 2010).
5. Faktor Sosial
Faktor sosial yang dapat mempengaruhi nyeri terdiri dari perhatian,
pengalaman sebelumnya, dukungan keluarga dan sosial. Perhatian adalah
tingkat dimana pasien memfokukan perhatian terhadap nyeri yang
dirasakan (Potter, 2010).
2.2.4 Nyeri Abdomen (Uterus) Pada Ibu Postpartum
1. Definisi
Pada saat hamil, rahim seorang ibu akan membesar sesuai ukuran janin
yang dikandung. Begitu bayi lahir maka perlahan-lahan rahim akan
menyusut dan mengecil hingga sebesar buah pir kecil. Proses ini dimulai
segera setelah plasenta keluar akibat kontraksi otot-otot polos uterus.
Proses kembalinya ke bentuk semula dari rahim disertai dengan rasa nyeri
seperti kram pada perut. Dalam kebidanan disebut dengan kontraksi rahim.
Kontraksi rahim diperlukan agar rahim dapat segera mengecil dan
pembuluh darah yang terluka saat lepasnya plasenta dari dinding rahim
dapat segera menutup kembali, sehingga tidak terjadi perdarahan. Kadang,
sensasi nyeri seperti kram semakin terasa saat menyusui, dengan
rangsangan hisapan bayi akan membantu keluarnya hormon oksitosin yang
akan membantu proses kontraksi rahim tersebut (Sari, Zulfa Rufaida, Sri
Wardini, 2018).
2. Involusi Uterus
Tabel 2.1 Proses Involusi Uterus
Berat
Involusi Tinggi Fundus Uteri Keadaan Serviks
Uterus (gr)
34
Sumber : Varney H, Krieb JM, Gegor CL, Editors. Buku Ajar Asuhan
Kebidanan (Mahmudah L, editor bahasa Indonesia) 4th ed.
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2012.
a. Proses Involusi
Uterus akan berinvolusi menjadi 500 gram satu minggu pascapartum
dan 350 gr dua minggu pascapartum. Uterus akan berada dalam
panggul sejati lagi seminggu setelah melahirkan. Kelancaran proses
involusi dapat dideteksi dengan pemeriksaan lokhea, konsistensi uterus
dan pengukuran tinggi fundus uteri. Peningkatan kadar estrogen dan
progesteron berperan dalam pertumbuhan masif uterus selama masa
kehamilan. Pertumbuhan uterus tersebut bergantung pada hyperplasia,
peningkatan jumlah sel-sel otot dan hipertropi atau pembesaran sel-sel
yang sudah ada. Pada masa postpartum hormon-hormon ini mengalami
penurunan sehingga terjadilah Autolisis. Tahap proses involusi uterus
adalah sebagai berikut:
1) Autolisys
Pada proses ini terjadi penghancuran di dalam otot rahim. Jaringan
otot dan jaringan ikat mengalami proses proteolitik. Proses
proteolitik adalah pemecahan protein yang akan dikeluarkan melalui
urin. Enzim proteolitik akan memendekkan otot yang mengalami
35
(Potter, 2010)
Kriteria Nyeri:
37
(Potter, 2010)
4. Faces Pain Scale-Revised
Faces Pain Scale – Revised adalah pengukuran skala nyeri yang terdiri
dari 6 gambar wajah kartun yang bertingkat dari wajah yang tersenyum
untuk “tidak ada nyeri” sampai wajah yang berlinang air mata untuk “nyeri
sangat hebat” (Potter, 2005).
38
kenyamanan ibu. Duduk atau berbaring di bathtub air hangat juga dapat
dilakukan selama tahap satu persalinan selama selaput ketuban masih utuh.
Tujuannya adalah untuk meningkatkan kenyamanan ibu. Kondisi ruang
persalinan yang kurang mendukung sering membuat ibu merasa
kepanasan. Saat seperti ini tepat digunakan air dingin untuk membasuh
muka ibu untuk mengembalikan kesegaran dan meningkatkan
kenyamanan ibu.
2. Hypnobirthing
Hypnobirthing adalah suatu teknik hypnosis yang digunakan untuk
memberikan kenyamanan, ketenangan dan kenikmatan saat menjalani
persalinan. Dalam teknik ini memerlukan beberapa fase untuk
mencapainya antara lain: relaksasi yang mendalam, pola pernapasan
lambat, pemberian petunjuk cara melepaskan endorphin dari dalam
tubuhyang memungkinkan calon ibu menikmati proses kelahiran yang
aman, lembut dan cepat. Teknik hypnosis awalnya dilakukan oleh seorang
hipnoterapi tetapi kemudian jika ibu sudah dapat melakukannya sendiri
maka dilakukan auto-hipnosis. Hypnosis bukanlah magic tetapi merupakan
teknik pemberdayaan alam bawah sadar dengan mengistirahatkan alam
sadar manusia. Manfaat penggunaan teknik hypnosis pada periode
persalinan adalah membantu menyeimbangkan morphin alami dalam
tubuh untuk mengurangi rasa nyeri, membuat semua bagian tubuh yang
berperan pada proses persalinan dapat bekerja dengan baik, serta
membantu menyehatkan 70% air pada tubuh orang dewasa dan 9% air
pada tubuh bayi yang terkandung dalam tubuh agar menjadi air yang
heksagonal. Air yang heksagonal dapat lebih menyehatkan organ tubuh
manusia.
3. Teknik Pernafasan
Teknik pernapasan perlu diajarkan pada kelas persiapan persalinan
untuk mempersiapkan ibu agar dapat menghadapi stress saat melahirkan.
Teknik ini diharapkan dapat membuat ibulebih rileks sehingga mengurangi
41
serabut saraf besar ini yang akan menutup gerbang sehingga otak tidak
menerima pesan nyeri karena sudah diblokir oleh stimulasi kulit dengan
teknik effleurage ini, maka akibatnya persepsi nyeri akan berubah. Selain
dapat meredakan nyeri teknik effleurage ini juga bisa mengurangi
ketegangan otot serta dapat meningkatkan sirkulasi darah pada area yang
terasa nyeri. Dengan dilakukannya tindakan massage effleurage pada ibu
post partum dapat mengalihkan perhatian ibu terhadap nyeri yang
dirasakan sehingga dapat mengurangi nyeri pada ibu (Yuliatun, 2008).
2.3.4 Indikasi dan Kontraindikasi Effleurage Massage
Yang menjadi indikasi dilakukan Effleurage Massage pada ibu
postpartum adalah ibu yang melahirkan secara pervaginam.
Kontraindikasinya adalah ibu yang terdapat luka pada area yang akan di
massage, adanya penyakit kulit. Jangan melakukan massage pada area yang
mengalami lebam, peradangan dan massage ini tidak diperbolehkan pada
kondisi ruptur uterus.
2.3.5 Prosedur Tindakan Effleurage Massage
Tabel 2.2 Tindakan Metode Effleurage Massage
A Fase Orientasi
1. Mengucapkan salam dan memperkenalkan diri
2. Menjelaskan tujuan tindakan
3. Menjelaskan langkah prosedur
4. Menanyakan kesiapan
5. Kontrak waktu
2. Menjaga privasi
C Fase Terminasi
1. Evaluasi hasil
2. Renacana tindakan lanjut
3. Dokumentasi hasil
Sumber : Sitorus, Ester Harianja. Pengaruh Teknik Effleurage Massage
Terhadap Nyeri Afterpains Pada Ibu Nifas Multipara di BPM
Wanti dan BPM Sartika di Kota Medan. 2020
Faktor Internal:
1. Involusi uteri
2. ASI NYERI ABDOMEN
PADA IBU
3. Otot kelelahan
POSTPARTUM
4. Peredaran darah tidak
lancar
5. Umur
6. Paritas
7. Psikologis
1. Relaksasi
Faktor Eksternal:
2. Imageri dan Visualisasi
1. Kebudayaan 3. Aplikasi panas dan
2. Faktor sosial yang dingin
terdiri dari : 4. Hypnobirthing
a) Perhatian 5. Tekhnik pernafasan
b) Dukungan keluarga 6. Akupresur dan
c) Pengalaman akupuntur
sebelumnya 7. Massage (Effleurage
Massage)
47
METODOLOGI PENELITIAN
O1 X O2
Keterangan:
48
49
Diteliti
3.5.2 Sampel
Sampel adalah terdiri dari bagian pupolasi terjangkau yang dapat di
pergunakan sebagai subjek penelitian malalui sampling, sementara
sampling adalah proses menyeleksi porsi dari populasi yang dapat
mewakili populasi yang ada (Nursalam, 2018). Teknik pengambilan
sampel dala penelitian ini dilakukan secara total sampling dimana seluruh
populasi mejadi sample penelitian.. Sampel dalam penelitian ini adalah
seluruh jumlah populasi yaitu sebanyak 40 orang ibu postpartum 6 jam -
2 hari dengan persalinan normal di RBA Sukardy, dr., Sp.OG Kecamatan
Ciranjang Kabupaten Cianjur.
Menurut Masriah dan Nauri (2018) dalam melakukan teknik
sampling dalam pengumpulan data tersebut peneliti memberikan batasan
atau kriteria yang memenuhi sampel, yaitu kriteria inklusi dan eksklusi:
a. Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subjek penelitian dari
suatu populasi target yang terjangkau dan diteliti. Kriterianya yaitu:
1) Ibu postpartum 6 jam - 2 hari yang melahirkan di RBA Sukardy,
dr., Sp.OG Kecamatan Ciranjang Kabupaten Cianjur pada bulan
April Tahun 2022.
2) Ibu postpartum yang bersedia menjadi responden.
3) Ibu postpartum dengan riwayat melahirkan pervaginam.
b. Kriteria eksklusi adalah menghilangkan atau mengeluarkan subjek
yang tidak memenuhi kriteria inklusi karena berbagai sebab.
Kriterianya yaitu:
1) Ibu postpartum yang mengalami komplikasi persalinan atau
mengalami tanda bahaya postpartum.
2) Ibu postpartum yang tidak mengikuti proses penelitian secara utuh.
3) Ibu postpartum yang terkonfirmasi Covid-19.
52
a
P x100%
b
Keterangan:
P : Presentase yang di cari
a : Frekuensi atau variabel yang di teliti
b : Jumlah sampel
3.7.2 Analisis bivariat
Untuk menguji hipotesis pengaruh terapi Effluerage Massage terhadap
penurunan nyeri pada ibu postpartum. Tahap analisis bivariat untuk mengetahui
perbedaan dua variabel. Langkah pertama, peneliti melakukan uji normalitas data
dan uji homogenitas pada hasil penelitian dengan menggunakan uji-t berpasangan
atau sering diistilakan dengan Paired Sampel t-Test,
Sampel berpasangan dapat diartikan sebagai sebuah sampel dengan subjek
yang sama namun mengalami 2 perlakuan atau pengukuran yang berbeda, yaitu
pengukuran sebelum dan sesudah dilakukan sebuah treatment.
Syarat jenis uji ini adalah:
a. Data berdistribusi normal.
b. Kedua kelompok data adalah dependen (saling berhubungan/berpasangan).
c. Jenis data yang digunakan adalah numerik dan kategorik (dua kelompok).
Rumus t-test yang digunakan untuk sampel berpasangan (paired) adalah:
ini digunakan hanya untuk data bertipe interval atau ratio, namun datanya tidak
mengikuti distribusi normal.
Uji hipotesis:
Dimana:
Daerah kritis
H0 ditolak jika nilai absolute dari Z hitung diatas > nilai Z 2 / α