Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN PENDAHULUAN

POST NATAL CARE


PRATIK KEPERAWATAN MATERNITAS KONVERSI

DISUSUN OLEH :
SULANJARI
NIM.2022207209029

PROGRAM PROFESI NERS FAKULTAS KESEHATAN


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PRINGSEWU LAMPUNG
TAHUN AJARAN 2022/2023
A. Pengertian Nifas
Masa nifas adalah masa setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat-alat

kandungan kembali seperti saat sebelum hamil. Secara normal masa nifas

berlangsung 6 minggu atau 40 hari (Walyani, 2015).

B. Perubahan Fisiologis Masa Nifas

Perubahan fisiologis menurut Walyani (2015), yaitu :

a. Perubahan sistem Reproduksi

Selama masa nifas, alat-alat interna maupun eksterna berangsur- angsur

kembali seperti keadaan sebelum hamil. Perubahan keseluruhan alat

genetalia ini disebut involusi. Pada masa ini terjadi juga perubahan penting

lainnya, perubahan-perubahan yang terjadi antara lain sebagai berikut:

1) Uterus

Segera setelah lahirnya plasenta, pada uterus yang berkontraksi posisi

fundus uteri berada kurang lebih dua jari dibawah pusat. Satu minggu

kemudian, tinggi fundus uteri kurang teraba pertengahan pusat

simpisis, sehingga dalam dua minggu telah turun masuk ke dalam

rongga pelvis dan tidak dapat diraba lagi dari luar. Involusi uterus

melibatkan pengreorganisasian dan pengguguran desidua serta

penglupasan situs plasenta, sebagaimana diperlihatkan dengan

pengurangan dalam ukuran dan berat serta warna dan banyaknya

lochea.

Tinggi Fundus Uteri dan Berat Uterus Menurut Masa InvolusiInvolusi

Bayi Lahir Setinggi pusat, 2 jari di bawah pusat 1000 gram

1 Minggu Pertengahan pusat – simfisis 750 gram


2 Minggu Tidak teraba di atas simfisis 350 gram

6 Minggu Normal 50 gram

8 Minggu Normal tapi sebelum hamil 30 gram

2) Lochea

Lochea adalah cairan sekret yang berasal dari cavum uteri dan vagina

selama masa nifas. Lochea terbagi menjadi:

a) Lochea Rubra

Berwarna merah karena berisi darah segar dan sisa-sisa selaput

ketuban, sel-sel desidua, verniks caseosa, lanugo, dan mekonium

selama 2 hari pascapersalinan. Inilah lochea yang akan keluar

selama dua hari postpartum.

b) Lochea sanguilenta

Berwarna merah kuning berisi darah dan lendir yang keluar pada

hari ke-3 sampai ke-7 pascapersalinan.

c) Lochea serosa adalah lochea berikutnya.Dimulai dengan versi yang

lebih pucat dari lochea rubra. Lochea ini berbentuk serum dan

berwarna merah jambu kemudian menjadi kuning. Cairan tidak

berdarah lagi pada hari ke-7 sampai ke-14 pascapersalinan.

d) Lochea alba adalah lochea yang terakhir.

Dimulai dari hari ke-14 kemudian makin lama makin sedikit

hingga sama sekali berhenti sampai satu atau dua minggu

berikutnya. Bentuknya seperti cairan putih berbentuk krim serta

terdiri atas leukosit dan sel-sel desidua.

3) Serviks
Segera setelah berakhirnya kala IV, serviks menjadi lembek, kendur,

dan terkulai. Serviks mengalami involusi bersama-sama uterus. Setelah

persalinan, ostium eksterna dapat dimasuki dua hingga tiga jari tangan,

setelah enam minggu postpartum serviks menutup.

4) Vulva dan Vagina

Vulva dan vagina mengalami penekanan serta peregangan yang sangat

besar selama proses melahirkan bayi, dan dalam beberapa hari pertama

sesudah proses tersebut, kedua organ ini masih tetap berada dalam

keadaan kendur. Setelah 3 minggu vulva dan vagina kembali kepada

keadaan tidak hamil dan rugae dalam vagina secara berangsur-angsur

akan muncul kembali sementara labia menjadi lebih menonjol.

5) Payudara

Pada semua wanita yang telah melahirkan proses laktasi terjadi secara

alami. Proses menyusui mempunyai dua mekanisme fisiologis, yaitu

sebagai berikut:

a) Produksi susu

b) Sekresi susu atau let down.

Setelah kelahiran plasenta, konsentrasi estrogen dan progesterone

menurun. Prolactin dilepaskan dan sintesis ASI dimulai. Suplai

darah ke payudara meningkat dan menyebabkan pembengkakan

vascular sementara. Air susu saat diproduksi, disimpan di alveoli

dan harus dikeluarkan dengan efektif dengan cara diisap oleh bayi

untuk pengadaan dan keberlangsungan laktasi.Pelepasan oksitosin

dari kelenjar hipofisis posterior distimulasi oleh isapan bayi. Hal


ini menyebabkan kontraksi selsel mioepitel di dalam payudara dan

pengeluaran ASI. Oksitosin juga menstimulasi kontraksi

myometrium pada uterus.

b. System kardiovaskular

Denyut jantung, volume dan curah jantung meningkat segera setelah

melahirkan karena terhentinya aliran darah ke plasenta yang

mengakibatkan beban jantung meningkat yang dapat diatasi dengan

haemokonsentrasi sampai volume darah kembali normal, dan pembuluh

darah kembali ke ukuran semula.

c. Sistem Hematologi

Hari pertama masa nifas kadar fibrinogen dan plasma sedikitmenurun,

tetapi darah lebih kental dengan peningkatan viskositas ehingga

meningkatkan pembekuan darah Haematokrit dan haemoglobin pada hari

ke 3-7 setelah persalinan. Pada keadaan tidak ada komplikasi, keadaan

haematrokit dan haemoglobin akan kembali pada keadaan normal seperti

sebelum hamil dalam 4-5 minggu postpartum.Leukositosis meningkat

dapat mencapai15.000/mm3selama masa persalinan. Leukosit akan tetap

tinggi jumlahnya selama beberapa hari pertama masa postpartum. Jumlah

sel-sel darah putih normal rata-rata pada wanita hamil hingga 12000/mm3

Selama 10-12 hari setelah persalinan umumnya bernilai antara 20.000-

25.000/mm3.Seldarah putih bersama dengan peningkatan normal pada

kadar sedimeneritrosit, mungkin sulit diinterprestasikan jika terjadi infeksi

akut pada waktu ini.

d. Sistem Perkemihan
Buang air kecil sering sulit selama 24 jam pertama, kemungkinan terdapat

spasine dan edema leher buli-buli sesudah bagian ini mengalami kompresi

antara kepala janin dan tulang pubis selama persalinan. Urine dalam

jumlah yang besarakan dihasilkan dalam waktu 12-36 jam sesudah

melahirkan. Setelah plasenta dilahirkan, kadar hormone estrogen yang

bersifat menahan air akan mengalami penurunan yang mencolok. Keadaan

ini menyebabkan diuresir. Ureter yang berdilatasi akan kembali normal

dalam tempo 6 minggu.

e. Sistem Muskuloskeletal

Ligamen-ligamen, fasia, dan diafragma pelvis yang meregang sewaktu

kehamilan dan persalinan berangsur-angsur kembali seperti sediakala.

Tidak jarang ligament rotundum mengendur, sehingga uterus jatuh ke

belakang. Fasia jaringan penunjang alat genitalia yangmengendur dapat

diatasi dengan latihan-latihan tertentu. Mobilitas sendi berkurang dan

posisi lordosis kembali secara perlahan-lahan.

f. Sistem EndSelama proses kehamilan dan persalinan terdapat perubahan

pada sistem endokrin, terutama pada hormon-hormon yang berperan

dalam proses tersebut. Kadar estrogen menurun 10% dalam waktu sekitar

3 jam postpartum. Progesterone turun pada hari ke 3 postpartum. Kadar

prolaktin dalam darah berangsur-angsur hilang.

C. Kebutuhan pada Masa Nifas

Kebutuhan dasar pada masa nifas menurut Walyani (2015), adalah:

a. Kebutuhan nutrisi
Nutrisi yang dikonsumsi harus bermutu tinggi, bergizi dan cukup kalori.

Kalori bagus untuk proses metabolism tubuh, kerja organ tubuh, proses

pembentukan ASI. Wanita dewasa memerlukan 2.200 kalori, Ibu

menyususi memerlukan kalori yang sama dengan wanita dewasa + 700

kalori pada 6 bulan pertama + 500 kalori bulan selanjutnya. Makanan yang

dikonsumsi dianjurkan mengandung 50-60% karbohidrat, lemak 25-35%

dari total makanan, jumlah kelebihan peotein yang diperlukan oleh ibu

pada masa nifas adalah sekitar 10-15%.

b. Kebutuhan cairan

Fungsi cairan sebagai pelarut zat gizi dalam proses metabolisme tubuh.

Ibu nifas harus meminum cairan untuk membuat tubuh tidak dehidrasi.

Asupan tablet tambah darah dan zat besi diberikan selama 40 hari

postpartum. Minum kapsul Vit A (200.000 unit).

c. Kebutuhan ambulasi

Sebagian besar pasien dapat melakukan ambulasi segera setelah persalinan

usai. Aktivitas tersebut amat berguna bagi semua sistem tubuh, terutama

fungsi usus, kandung kemih, sirkulasi, dan paru-paru. Hal tersebut juga

membantu mencegah trombosis pada pembuluh ungkai dan membantu

kemajuan ibu dari ketergantungan peran sakitmenjadi sehat. Aktivitas

dapat dilakukan secara bertahap, memberikan jarak antara aktivitas dan

istirahat. Dilakukan secara perlahan-lahan dan bertahap dan dapat

dilakukan dengan miring kanan atau kiri terlebih dahulu, kemudian duduk

dan berangsur-angsur untuk berdiri dan jalan.

d. Kebutuhan Eliminasi BAK/BAB


1) Miksi

Pada persalinan normal masalah berkemih dan buang air besar tidak

mengalami hambatan apa pun. Kebanyakan pasien dapat melakukan

BAK secara spontan dalam 8 jam setelah melahirkan. Miksi

hendaknya dilakukan sendiri secepatnya, kadang-kadang wanita

mengalami sulit kencing, karena sfingter uretra ditekan oleh kepala

janin dan spasme oleh iritasi musculus spinchter selama persalinan,

juga karena adanya edema kandung kemih yang terjadi selama

persalinan. Bila dalam 3 hari ibu tidak dapat berkemih, dapat

dilakukan rangsangan untuk berkemih dengan mengkompres vesica

urinaria dengan air hangat atau ajarkan ibu untuk berkemih sambil

membuka kran air. Jika tetap belum bisa melakukan juga, maka dapat

dilakukan kateterisasi.

2) Defekasi

Buang air besar akan biasa setelah sehari, kecuali bila ibu takut dengan

luka episiotomi. Bila sampai 3-4 hari belum buang air besar, sebaiknya

dilakukan pemberian obat ransangan per oral atau per rektal. Namun,

jika masih belum bisa BAB, maka dilakukan klisma untuk merangsang

buang air besar sehingga tidak mengalami sembelit dan menyebabkan

jahitan terbuka.

e. Kebersihan diri (personal hygiene)

Kebersihan diri ibu membantu mengurangi sumber infeksi dan

meningkatkan perasaan nyaman pada ibu. Ajurkan ibu untuk menjaga

kebersihan diri dengan cara mandi yang teratur minimal 2 kali sehari,
mengganti pakaian dan alas tempat tidur serta lingkungan dimana ibu

tinggal. Ibu harus tetap bersih, segar dan wangi. Merawat perineum

dengan baik dengan menggunakan antiseptik dan selalu diingat bahwa

membersihkan perineum dari arah depan ke belakang. Jaga kebersihan diri

keseluruhan untuk menghindari infeksi, baik pada luka jahitan maupun

kulit.

f. Kebutuhan istirahat dan tidur

Ibu nifas memerlukan istirahat yang cukup, istirahat tidur yang dibutuhkan

ibu nifas sekitar 8 jam pada malam hari dan 1 jam pada siang hari.

Anjurkan ibu untuk istirahat cukup untuk mencegah kelelahan yang

berlebihan. Sarankan ibu untuk kembali ke kegiatan-kegiatan rumah

tangga secara perlahan. Kurang istirahat akan memengaruhi ibu dalam

berbagai hal, di antaranya mengurangi jumlah ASI yang diproduksi,

memperlambat proses involusi uterus dan memperbanyak pendarahan,

serta menyebabkan depresi dan ketidakmampuan untuk merawat bayi dan

dirinya.

g. Kebutuhan seksual

Secara fisik, ibu aman untuk memulai hubungan suami istri begitu darah

merah berhenti dan ibu dapat memasukkan satu atau dua jarinya ke dalam

vagina tanpa rasa nyeri. Ibu yang baru melahirkan boleh melakukan

hubungan seksual setelah 6 minggu persalinan. Batasan waktu 6 minggu

didasarkan atas pemikiran pada masa itu semua luka akibat persalinan,

termasuk luka episiotomi dan luka bekas section cesarean (SC) biasanya

telah sembuh dengan baik. Bila suatu persalinan di pastikan tidak ada luka
atau perobekan jaringan, hubungan seks bahkan telah boleh dilakukan 3-4

minggu setelah proses melahirkan itu. Meskipun hubungan telah dilakukan

setelah minggu ke-6 adakalanya ibu-ibu tertentu mengeluh hubungan

masih terasa sakit atau nyeri meskipun telah beberapa bulan setelah proses

persalinan.

h. Kebutuhan perawatan payudara

Sebaiknya perawatan mammae telah dimulai sejak wanita hamil supaya

puting lemas, tidak keras, dan kering sebagai persiapan untuk kelelahan

yang berlebihan. Sarankan ibu untuk kembali ke kegiatan - kegiatan rumah

tangga secara perlahan. Kurang istirahat akan memengaruhi ibu dalam

berbagai hal, di antaranya mengurangi jumlah ASI yang diproduksi,

memperlambat proses involusi uterus dan memperbanyak pendarahan,

serta menyebabkan depresi dan ketidakmampuan untuk merawat bayi dan

dirinya.

i. Latihan senam nifas

Selama kehamilan dan persalinan, ibu banyak mengalami perubahan fisik

seperti dinding perut menjadi kendor, longgarnya liang senggama dan otot

dasar panggul. Untuk mengembalikan keadaan ibu dan menjaga kesehatan

agar tetap prima, senam nifas sangat baik dilakukan pada ibu setelah

melahirkan. Ibu tidak perlu takut untuk banyak bergerak, karena dengan

ambulasi dini dapat membantu rahim untuk kembali ke bentuk semula.

Senam nifas adalah senam yang dilakukan sejak hari pertama melahirkan

setiap hari sampai hari yang kesepuluh, terdirii dan sederetan gerakan
tubuh yang dilakukan untuk mempercepat pemulihan keadaan ibu. Hal-hal

yang perlu diperhatikan dalam melakukan senam nifas adalah:

1) Diskusikan pentingnya pengembalian otot perut dan panggul karena

dapat mengurangi sakit punggung

2) Anjurkan ibu untuk melakukan ambulasi sedini mungkin secara

bertahap, misal latihan duduk, jika tidak pusing baru boleh berjalan.

3) Melakukan latihan beberapa menit sangat membantu.

j. Rencana KB

Rencana KB setelah ibu melahirkan itu sangatlah penting, dikarenakan

secara tidak langsung KB dapat membantu ibu untuk merawat anaknya

dengan baik serta mengistirahatkan alat kandungannya (pemulihan alat

kandungan). Ibu dan suami dapat memilih alat kontrasepsi KB apa saja

yang ingin digunakan. Ibu dan suami perlu menggunakan KB agar ibu

tidak cepat hamil lagi (minimal 2 tahun) serta agar ibu punya waktu

merawat kesehatan diri sendiri, anak, dan keluarga.

D. Tahapan Masa Nifas

Beberapa tahapan masa nifas menurut Walyani (2015) adalah sebagai

berikut:

a. Puerperium Dini

Yaitu kepulihan dimana ibu diperbolehkan untuk berdiri dan berjalan,

serta menjalankan aktivitas layaknya wanita normal.

b. Puerperium Intermediate

Yaitu suatu kepulihan menyeluruh alat-alat genitalia yang lamanya

sekitar 6–8 minggu.


c. Puerperium Remote

Waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna terutama

apabila ibu selama hamil atau persalinan mempunyai komplikasi.

E. Deteksi Dini Penyulit Masa Nifas dan Penanganannya

Menurut Bidan dan Dosen Kebidanan Indonesia (2018), ada beberapa

macam deteksi dini komplikasi nifas, yaitu :

a. perdarahan pascapersalinan atau perdaraan postpartum adala

perdarahan yang terjadi setela bayi lahir dengan jumlah perdarahan ≥

500 ml atau jumla perdarahan yang keluar melebihi normal berpotensi

memengaruhi perubahan Tanda-tanda Vital (sistolik <90 mmHg, nadi

>100 x/menit), pasien lemah, kesadaran menurun , berkeringat dingin,

menggigil, hiperkapnia dan kadar Hb >8 gr%. Perdarahan postpartum

dibagi menjadi 2 yaitu perdarahan yang terjadi 24 jam pertama

postpartum dan perdarahan sekunder yang terjadi setelah 24 jam

postpartum. Diagnosa postpartum yaitu :

1) Atonia Uteri

2) Robekan jalan lahir

3) Retensio plasenta

4) Rest plasenta

5) Inversio uteri

6) Endometritis

7) Gangguan pembekuan darah

b. Imfeksi Masa Nifas


Infeksi masa nifas adalah infeksi bakteri pada traktus genetalia yang

terjadi setelah persalinan ditandai dengan adanya kenaikan suu sampai

38o C atau lebih yang terjadi antara hari kedua sampai keseluruh

postpartum, suhu diukur peroral sedikitnya 4 kali sehari.

1) Metritis

2) Abses Pelvic

3) Peritonitis

4) Infeksi luka perineum dan luka abdominal

5) Selutis

6) Infeksi pada traktus urinaris

7) Tetanus

c. Keadaan Abnormal pada Payudara

Keadaan pada masa nifas dapat terjadi keadaan yang abnormal pada

payudara karena beberapa sebab, kondisi tersebut akan dibahas

sebagai berikut :

1) Putting Susu Lecet atau luka

2) Payudara bengkak

3) Putting susu datar dan tertanam

4) Eklamsia dan preeklamsi

5) Kunjungan Masa Nifas

Menurut Buku KIA (2016) pelayanan kesehatan ibu nifas adalah

pelayanan kesehatan pada ibu nifas sesuai standar yang dilakukan

sekurang-kurangnya tiga kali sesuai jadwal yang dianjurkan.


a. Pelayanan kesehatan ibu nfas oleh bidan dan dokter dilaksanakan

minimal 3 kali, yaitu :

1) Pertama : 6 jam – 3 hari setelah melahirkan.

2) Kedua : hari ke-4 – 28 hari setelah melahirkan.

3) Ketiga : hari ke-29 – 42 hari setelah melahirkan.

b. Pelayanan kesehatan ibu nifas meliputi :

1) Menanyakan kondisi ibu nifas secara umum.

2) Pengukuran tekanan darah, suhu tubuh, pernapasan, dan nadi.

3) Pemeriksaan lokhia dan perdarahan.

4) Pemeriksaan kondisi jalan lahir dan tanda infeksi.

5) Pemeriksaan kontraksi rahim dan tinggi fundus uteri.

6) Pemeriksaan payudara dan anjuran pemberian ASI Eksklusif.

7) Pemberian Kapsul Vitamin A.

8) Pelayanan kontrasepsi pasca persalinan.

9) Konseling.

10)Tatalaksana pada ibu nifas sakit atau ibu nifas dengan

komplikasi.

11)Memberikan nasihat yaitu :

a. Makan-makanan yang beraneka ragam yang mengandung

karbohidrat, protein hewani dan nabati, sayur, dan buah-buahan.

b. Kebutuhan air minum pada ibu menyusui pada 6 bulan pertama

adalah 14 gelas/hari dan pada 6 bulan kedua adalah 12 gelas/hari.

c. Menjaga kebersihan diri, termasuk kebersihan daerah kemaluan,

ganti pembalut sesering mungkin.


d. Istirahat cukup, saat bayi tidur ibu istirahat.

e. Bagi ibu yang melahirkan dengan cara operasi caesar maka harus

menjaga kebersihan luka bekas operasi.

f. Cara menyusui yang benar dan memberi ASI saja selama 6 bulan.

g. Perawatan bayi yang benar.

h. Jangan membiarkan bayi menangis terlalu lama, karena akan

membuat bayi stress.

i. Lakukan stimulasi komunikasi dengan bayi sedini mungkin

bersama suami dan keluarga.

j. Untuk berkonsultasi kepada tenaga kesehatan untuk pelayanan KB

setelah persalinan.

F. Tujuan Asuhan pada Ibu Nifas

Tujuan asuhan masa nifas menurut Walyani (2015) sebagai berikut \

a. Tujuan Umum

Membantu ibu dan pasangannya selama masa transisi awal mengasuh

anak.

b. Tujuan Khusus

1) Menjaga kesehatan ibu dan bayi baik fisik maupun psikologinya.

2) Melaksanakan skrining yang komprehensif.

3) Mendeteksi masalah, mengobati atau merujuk bila terjadi komplikasi

pada ibu dan bayinya.

4) Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan

diri,

nutrisi, KB, menyusui, imunisasi, dan perawatan bayi sehat.


Memberikan pelayanan keluarga berencana.

G. Asuhan keperawatan

A. Pengkajian

1. Identitas pasien (nama, umur, alamat, agama, pekerjaan, suku,bangsa

suami/istri).

2. Riwayat Haid (apakah haid teratur, siklusnya berapa haari, apakah ada

keluhan selama haid, HPHT/HPMT).

3. Riwayat perkawinan (menikah, belum menikah, berapa lama menikah,

beraapa kali).

4. Riwaya obsterti

a. Riwayat kehamilan

Berapa kali dilakukan pemeriksaan ANC, Hasil laboratorium;

USG,Darah, Urine, keluhan selama kehamilan termasuk situasi,

emosional dan impresi, upaya mengatasi keluhan, tindakan dan

pengobaatan yang diperoleh.

b. Riwayat Persalinan

Riwayat persalinan lalu : Jumlah Gravida, jumlah partal, dan

jumlah abortus, umur kehamilan, saat bersalin, jenis persalinan ,

penolong persalinan, BB bayi, kelaianan fisik, kondisi anak saat

ini.

Riwayaat nifas pada persalinan lau (masalah nifas dan laktasi yang

pernah dialami, masalah bayi yang pernah dialami, keaadaan anak

Riwayat KB; Jenis kontsepsi yang pernah digunakan setelah

persalinan, jumlah anak yang direncanakaan.


c. Riwayat penyakit daahulu

Penyakit yang pernah diderita paada masa lalu , bagaimana cara

pengobatan yang dijalani, dimana mendapat pertolongan,. Apakah

penyakit tersebut pernaah diderita sampai saat ini ataau kambuh

berulang-ulang.

d. Riwayat kesehatan keluarga

Apakah anggota keluarga yang menderitaa penyakit yang

diturunkn secara genetic, menular, kelaianan, congenital aatau

gangguan kejiwaan yang pernah diderita olh keluarga.

e. Profil Keluarga.

f. Pola Nutrisi

Pola menu maakanan yang di komsumsi, jumlah, jenis makanan,

dan frekuensi.

g. Pola istirahat tidur

Lamanya, kapan, (malam, siang), rasa tidak nyaman yang

mengganggu istirahat, penggunaan selimut, lampu atau remang-

remaang aatau gelaap, apakah mudah tergaanggu dengaan suara-

suara.

h. Pola eliminasi

Apakah terjadi dieresis setelah melahirkan, setelah melahirkan

adakaah inkontinesia, hilangnya control blas,Pola BAK, frekuensi

dan warnah.Pola BAB, frekuensi, konsitensi, rasaa takut BAB

karena luka perineum.

i. Personal Higine
Pola mandi, kebersihan mulut dan gigi, penggunaan pembalut dan

kebersihan genetalia, pola berpakian, tata rias rambut dan wajah.

j. Aktifitas

Kemampuan mobilisasi beberapa saat setelah melaahirkan,

kemampuan merawat diri dan melakukan eliminasi , kemampuan

bekerja dan menyusui.

k. Konsep Diri

Sikap enerimaan ibu terhadap tubuhnya, keinginan ibu menyusui,

persepsi ibu tentang tubuhnya terutama perubahan-perubahan

selama kehamilan.

l. Pemeriksaan Fisik

Keadaan umum : Tingkat kesadaran

BB,TB,LL,Tanda- tanda vital : TD,S,RR,N.

Kepala : Rambut, Wajah, mata (Conjungtiva), hidung, mulut,

fungsi pengecapan, pendengaran dan leher.

Breast : Kebesaran, simetris, pigmentasi, warna kulit, keadaan

arieola, dan putting susu.Kepenuhan atau pembengkakan,

benjolan, nyeri, produksi, laktasi,/ kolostrum. Perabaan

pembesaran getah bening di ketiak.

Abdomen ; Teraba lembut, Tekstur Doughi (kenyal), musculas

rectus, abdominal utuh (intact) atau terdapat diastasis,

distensi, striae. Tinggi fundus uterus, konsistensi (keras

lunak, boggy), lokasi, kontraksi, uterus, nyeri, perabaan

distensi bilas.
Anogenital : Lihat struktur, ragangan, udema vagina, keadaan liang

vagina, (licin, kendur lemah) adakah hematom, nyeri,

tegang perineum ; Keadaan luka episiotomy, ochimosis,

edema, kemerahan, eritema, drainage. Lochia (Warna,

jumlah, bau, bekuan daraah atau konsistensi,1-3 hr rubra,

4-10 hr serosa ≥ 10 hr alba), Anus: Hemoroid dan

thrombosis padaa anus.

Muskuloskeletal : Tanda human, edema, tekstur kulit, nyeri bila

dipalpasi,, kekuatan otot.

k. Pemeriksaan Laboratorium

Darah : Hemoglobin dan hematocrit 12-24 jam post partum (jika

Hb ≤ 10 g% dibutuhkan suplemen FE), eritrosit, leukosit,

Trombosit.

Klien dengan Dower kateter diperlukan culture urine.

B. Diagnosa keperawatan

Diagnosa Keperawatan yang di peroleh untuk post partum normal menurut

Nanda, 2015-2017 adalah :

1. Nyeri berhubungan dengan involusi uterus, nyeri setelah melahirkan.

2. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan laserasi dan proses persalinan.

3. Resiko menyusui tidak efektif berhubungan dengan kuranG pengetahuan

cara perawatan payudara bagi ibu menyusui.

4. Resiko tinggi kekurangan volume cairan dan elektrolit berhubungan

dengan kehilangan darah dan intake ke oral.


5. Gangguan pola tidur berhubungan dengan respon hormonal

psikologis,proses persalinan dan proses melelahkan.

6. Defisiensi pengetahuan mengenai perawatan diri dan bayi berhubungan

dengan kurang sumber informasi

C. Intervensi Keperawatan

1. Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri (biologi, kimia,

fisik,psikologis), kerusakan jaringan.

Tujuan dan kriteria hasil :

Noc : tingkatan nyeri , control nyeri, tingkat kenyamanan setelah

dilakukan tindakan keperawatan selama 1x 24 jam pasien tidak

mengalami nyeri, dengan kriteria hasil :Mampu mengontrol nyeri

(tahu penyebab nyeri, mampu menggunakan tehnik non farmakologi

untuk mengurangi nyeri, mencari bantuan) Melaporkan bahwa nyeri

berkurang dengan menggunakan manajemen nyeri, Mampu

mengenali nyeri (skala, intensitas, frekuensi dan tanda nyeri), Tanda

vital dalam batas normal, Tidak mengalami gangguan tidur.

Nic : lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi,

karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor prespitasi,

Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan, Kontrol

lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan,

pencahayaan dan kebisingan, Kurangi faktor prespitasi nyeri,

Ajarkan teknik non farmakologi ( napas dalam, relaksasi distraksi,

kompres hangat/dingin ),Berikan analgesik untuk mengurangi nyeri

dan Monitor vital sign


2. Resiko infeksi berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang cara

perawatan vulva.

Noc : status imun, pengetahuan tentang kontrol infeksi dan kontrol resiko,

Setelah di lakukan tindakan keperawatan selama 1x 24 jam pasien

tidak mengalai infeksi dengan kriteria hasil :Klien bebas dari tanda

gejala infeksi, Menunjukan kemampuan untuk mencegah timbulnya

gejala infeksi,Menunjukan perilaku hidup sehat. Rencana tindakan

yang akan di lakukan berdasarkan.

Nic : pertahankan aseptif batasi pengunjung bila perluCuci tangan sebelum

dan sesudah tindakan keperawatan,Gunakan alat pelindung diri,

Berikan terapi antibiotik, Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan

lokal,Monitor adanya luka. Ajarkan pasien dan keluarga tanda dan

gejala infeksi.

3. Resiko tinggi kekurangan volume cairan dan elektrolit berhubungan

dengan kehilangan darah dan intake ke oral

Noc : - keseimbangan cairan, hidrasi, Status gizi : intake makanan dan

cairan Kriteria hasil : Mempertahankan urin output dengan usia dan

BB,

tekanan darah, nadi, suhu dalam batas normal, Tidak ada tanda-tanda

dehidrasi, Elastisitas turgor kulit baik, membran mukosa lembab, tidak

ada rasa haus yang berlebihan. Rencana tindakan berdadarkan.

Nic: timbang popok/ pembalut bila di perlukan, Monitor status dehidrasi,

Monitor tanda vital, Monitor status cairan yang masuk dan keluar,

Pemberian cairan IV monitor adanya tanda gejala kelebihan volume


cairan.

4. Gangguan polatidur berhubungan dengan respon hormonal

psikologis,proses persalinan dan proses melelahkan

Noc : tingkatkan kenyamanan, tingkatkan pola istirahat dan tidur kriteria

hasil yang akan di capai : Jumlah jam tidur dalam batas normal,

Perasaan

segar sesudah tidur atau istirahat, Mengidentifikasikan hal-hal yang

meningkatkan tidur. Rencana tindakan berdasarkan.

Nic : menjelaskan pentingnya tidur yang adekuat, Ciptakan lingkungan

yang nyaman, Kolaborasikan pemberian obat tidur, Diskusikan dengan

pasien dan keluarga teknik tidur pasien, Monitor atau catat kebutuhan

tidur pasien setiap hari dan jam.

5. Resiko menyusui tidak efektif berhubungan dengan kurang pengetahuan

cara perawatan payudara bagi ibu menyusui

Noc : pola pernapasan tidak efektif dan Menyusui terganggu dengan

Kriteria hasil :Kemantapan pemberian ASI bayi : perlekatan bayi yang

sesuai dan proses menghisap dari payudara ibu, Kemantapan

pemberian ASI ibu : kemantapan ibu untuk membuat bayi melekat

dengan tepat pada

saat menyusui, Pengetahuan pemberian ASI : tingkat pemahaman yang

tunjukan untuk mengenal laktasi dan pemberian makan bayi melalui

proses pemberian ASI. Rencana tindakan berdasarkan.

Nic : mengevaluasi pola menhisap/ menelan bayi, Tentukan keinginan dan

motivasi ibu untuk menyusui, Evaluasi pemahaman ibu tentang isyarat


menyusui, Kaji kemampuan bayi menghisap secara refleks, Pantau

ketrampilan ibu dalam menempelkan bayi ke putting

6. Kurang pengetahuan mengenai perawatan diri dan bayi berhubungan

dengan kurang mengenai sumber informasi

Noc :pengetahuan proses penyakit, Pengetahuan perilaku kesehatan

dengan

kriteria hasil :Pasien dan keluarga menyatakan pemehaman tentang

penyakit, kondisi, prognosis, dan program pengobatan, Pasien dan

keluarga mampu melaksanakan prosedur yang di jelaskan secara benar,

Pasien dan keluarga mampu menjelaskan kembali apa yang di jelaskan

secara benar.

7. Rencana tindakan berdasarkan.

Nic :kaji tingkat pengetahuan pasien dan keluarga, Gambarkan tanda dan

gejala yang biasa muncul pada penyakit dengan cara yang tepat,

Diskusikan pilihan terapi atau penanganan yang tepat.

D. Implementasi Keperawatan

Tindakan keperawatan adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana

keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan. Pada tahap ini,

perawat yang akan memberikan perawatan kepada pasien dan sebaiknya tidak

bekerja sendiri tetapi juga melibatkan tenaga medis yang lain untuk

memenuhi kebutuhan pasien (Rohmah,2012).

E. Evaluasi Keperawatan

Tahap penilaian atau evaluasi adalah perbandingan yang sistematis dan

terencana tentang kesehatan pasien dengan tujuan/kriteria hasil yang telah


ditetapkan, dilakukan dengan cara berkesinambungan dengan melibatkan

tenaga medis yang lain agar mencapai tujuan/kriteria hasil yang telah

ditetapkan (Rohmah,12)

DAFTAR PUSTAKA

Ekayanthi, dkk. 2018 . Kebidanan Teori dan Asuhan Volume 2. Jakarta: EGC
Mastiningsih, Putu dan Agustina. 2019. Buku Ajar Asuhan Kehamilan. Bogor: In
Media
Walyani. 2015 Asuhan kebidanan persalinan dan bayi baru lahir. Book.
Yogyakarta : Pustaka Baru Press,

Anda mungkin juga menyukai