Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PENDAHULUAN POST PARTUM

DI BANGSAL VK RS BERSALIN BUDI RAHAYU KOTA MAGELANG


STASE MATERNITAS

Disusun Oleh
Nama : ARIS HANDOKO
NIPP : 20164030029

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2016/2017

POST PARTUM (MASA NIFAS)


A. Pengertian Post Partum (nifas)
Post partum (masa nifas) adalah masa sesudah persalinan yang
diperlukan untuk pulihnya kembali alat kandungan yang lamanya 6 minggu.
Kejadian yang terpenting dalam nifas adalah involusi dan laktasi ( Saifuddin,
2006 ). Periode postpartum adalah waktu penyembuhan dan perubahan, waktu
kembali  pada keadaan tidak hamil, serta penyesuaian terhadap hadirnya
anggota keluarga baru (Mitayani, 2009). Batasan waktu nifas yang paling
singkat (minimum) tidak ada batas waktunya,  bahkan bisa jadi dalam waktu
yang relative pendek darah sudah tidak keluar, sedangkan batasan
maksimumnya adalah 40 hari. Jadi post partum adalah masa setelah keluarnya
plasenta sampai alat alat reproduksi pulih seperti sebelum hamil dan secara
normal masa nifas  berlangsung selama 6 minggu atau 40 hari.
B. Periode Post Partum
1. Peurperium Dini yaitu kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan  berdiri
dan berjalan-jalan.
2. Peurperium Intermedial yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia
yang lamanya 6-8 minggu.
3. Remote peurperium adalah waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat
sempurna terutama bila selama hamil atau waktu persalinan mempunyai
komplikasi ( bisa dalam berminggu-minggu, berbulan-bulan dan bertahun-
tahun ).
C. Perubahan Fisiologi dan Psikologis Post Partum
1. Perubahan Fisiologi
a. Involusi
Involusi adalah perubahan yang merupakan proses kembalinya
alat kandungan atau uterus dan jalan lahir setelah bayi dilahirkan
hingga mencapai keadaan seperti sebelum hamil. Proses involusi
terjadi karena adanya:
- Autolysis yaitu penghancuran jaringan otot-otot uterus yang
tumbuh karena adanya hiperplasi, dan jaringan otot yang
membesar menjadi lebih panjang sepuluh kali dan menjadi lima
kali lebih tebal dari sewaktu masa hamil akan susut kembali
mencapai keadaan semula. Penghancuran jaringan tersebut akan
diserap oleh darah kemudian dikeluarkan oleh ginjal yang
menyebabkan ibu mengalami beser kencing setelah melahirkan.
- Aktifitas otot-otot yaitu adanya kontrasi dan retraksi dari otot-otot
setelah anak lahir yang diperlukan untuk menjepit pembuluh darah
yang pecah karena adanya pelepasan plasenta dan berguna untuk
mengeluarkan isi uterus yang tidak berguna. Karena kontraksi dan
retraksi menyebabkan terganggunya peredaran darah uterus yang
mengakibatkan jaringan otot kurang zat yang diperlukan sehingga
ukuran jaringan otot menjadi lebih kecil.
- Ischemia yaitu kekurangan darah pada uterus yang menyebabkan
atropi  pada jaringan otot uterus. Involusi pada alat kandungan
meliputi:
o Uterus : Setelah plasenta lahir uterus merupakan alat yang
keras, karena kontraksi dan retraksi otot-ototnya.
o Involusi tempat plasenta :  Pada permulaan nifas bekas
plasenta mengandung banyak pembuluh darah  besar yang
tersumbat oleh trombus. Luka bekas implantasi plasenta
tidak meninggalkan parut karena dilepaskan dari dasarnya
dengan pertumbuhan endometrium baru dibawah
permukaan luka. Endometrium ini tumbuh dari  pinggir
luka dan juga sisa-sisa kelenjar pada dasar luka.
o Perubahan pembuluh darah rahim : Dalam kehamilan,
uterus mempunyai banyak pembuluh darah yang besar,
tetapi karena setelah persalinan tidak diperlukan lagi
peredaran darah yang  banyak maka arteri harus mengecil
lagi dalam masa nifas.
o Perubahan pada cervix dan vagina : Beberapa hari setelah
persalinan ostium eksternum dapat dilalui oleh 2 jari,  pada
akhir minggu pertama dapat dilalui oleh 1 jari saja. Karena
hiperplasi ini dan karena karena retraksi dari cervix,
robekan cervix jadi sembuh. Vagina yang sangat diregang
waktu persalinan, lambat laun mencapai ukuran yang
normal. Pada minggu ke 3 post partum ruggae mulai
nampak kembali.
b. Lochea
Lochea adalah cairan yang dikeluarkan dari uterus melalui
vagina dalam masa nifas. Loceia bersifat alkalis, jumlahnya lebih
banyak dari darah menstruasi. Lochea ini berbau anyir dalam keadaan
normal, tetapi tidak  busuk.
Pengeluaran lochea dapat dibagi berdasarkan jumlah dan
warnanya yaitu lokia rubra berwarna merah dan hitam terdiri dari sel
desidua, verniks kaseosa, rambut lanugo, sisa mekonium, sisa darah
dan keluar mulai hari  pertama sampai hari ketiga.
- Lochea rubra (cruenta) : Berisi darah segar dan sisa-sisa selaput
ketuban, sel-sel desidua, vernik caseosa, lanugo, mekonium.
Selama 2 hari pasca persalinan.
- Lochea sanguinolenta : Berwarna merah kuning berisi darah dan
lendir, hari 3-7 pasca persalinan.
- Lochea serosa : Berwarna kuning cairan tidak berdarah lagi. Pada
hari ke 2 – 4 pasca  persalinan.
- Lochea alba : Cairan putih setelah 2 minggu.
- Lochea purulenta : Terjadi infeksi keluar cairan seperti nanah,
berbau busuk.
- Lacheostatis : Lochea tidak lancar keluarnya.
c. Dinding perut dan peritoneum
Setelah persalinan dinding perut longgar karena diregang
begitu lama, biasanya akan pulih dalam 6 minggu. Ligamen fascia dan
diafragma pelvis yang meregang pada waktu partus setelah bayi lahir
berangsur angsur mengecil dan pulih kembali.Tidak jarang uterus
jatuh ke belakang menjadi retrofleksi karena ligamentum rotundum
jadi kendor. Untuk memulihkan kembali sebaiknya dengan latihan-
latihan pasca persalinan
d. System Hormonal
- Oxytoxin
Oxytoxin disekresi oleh kelenjar hipofise posterior dan
bereaksi pada otot uterus dan jaringan payudara. Selama kala tiga
persalinan aksi oxytoxin menyebabkan pelepasan plasenta. Setelah
itu oxytoxin beraksi untuk kestabilan kontraksi uterus,
memperkecil bekas tempat perlekatan plasenta dan mencegah
perdarahan. Pada wanita yang memilih untuk menyusui  bayinya,
isapan bayi menstimulasi ekskresi oxytoxin diamna keadaan ini
membantu kelanjutan involusi uterus dan pengeluaran susu.
Setelah placenta lahir, sirkulasi HCG, estrogen, progesteron dan
hormon laktogen placenta menurun cepat, keadaan ini
menyebabkan perubahan fisiologis pada ibu nifas.
- Prolaktin
Penurunan estrogen menyebabkan prolaktin yang disekresi
oleh glandula hipofise anterior bereaksi pada alveolus payudara
dan merangsang produksi susu. Pada wanita yang menyusui kadar
prolaktin terus tinggi dan  pengeluaran FSH di ovarium ditekan.
Pada wanita yang tidak menyusui kadar  prolaktin turun pada hari
ke 14 sampai 21 post partum dan penurunan ini mengakibatkan
FSH disekresi kelenjar hipofise anterior untuk bereaksi pada
ovarium yang menyebabkan pengeluaran estrogen dan progesteron
dalam kadar normal, perkembangan normal folikel de graaf,
ovulasi dan menstruasi.
- Laktasi
Laktasi dapat diartikan dengan pembentukan dan pengeluaran
air susu ibu. Air susu ibu ini merupakan makanan pokok, makanan
yang terbaik dan  bersifat alamiah bagi bayi yang disediakan oleh
ibu yang baru saja melahirkan bayi akan tersedia makanan bagi
bayinya dan ibunya sendiri. Selama kehamilan hormon estrogen
dan progestron merangsang pertumbuhan kelenjar susu sedangkan
progesteron merangsang pertumbuhan saluran kelenjar , kedua
hormon ini mengerem LH. Setelah plasenta lahir maka LH dengan
bebas dapat merangsang laktasi.
Lobus prosterior hypofise mengeluarkan oxtoxin yang
merangsang  pengeluaran air susu. Pengeluaran air susu adalah
reflek yang ditimbulkan oleh rangsangan penghisapan puting susu
oleh bayi. Rangsang ini menuju ke hypofise dan menghasilkan
oxtocin yang menyebabkan buah dada mengeluarkan air susunya.
Pada hari ke 3 postpartum, buah dada menjadi besar, keras dan
nyeri. Ini menandai permulaan sekresi air susu, dan kalau areola
mammae dipijat, keluarlah cairan puting dari puting susu. Air susu
ibu kurang lebih mengandung Protein 1-2 %, lemak 3-5 %, gula
6,5-8 %, garam 0,1  –  0,2 %. Hal yang mempengaruhi susunan air
susu adalah diit, gerak badan. Benyaknya air susu sangat
tergantung pada banyaknya cairan serta makanan yang dikonsumsi
ibu.
e. Tanda-tanda Vital
Sebelum kelahiran bayi
- Suhu
o saat partus lebih 37,0C
o sesudah partus naik + 0,50C
o  12 jam pertama suhu kembali normal
- Nadi
o 60  – 80 x/mnt
o  Segera setelah partus bradikardi
- Tekanan darah
TD meningkat karena upaya keletihan dan persalinan, hal ini akan
normal kembali dalam waktu 1 jam.
Setelah kelahiran bayi
- Suhu
Selama 24 jam pertama mungkin kenaikan menjadi 380C
disebabkan oleh efek dehidrasi dari persalinan. Kerja otot yang
berlebihan selama kala II dan fluktuasi hormon setelah 24  jam
wanita keluar dari febris.  
- Nadi :  Nadi panjang dengan stroke volume dan cardiacc output.
Nadi naik pada jam  pertama. Dalam 8 –  10 minggu setelah
kelahiran anak, harus turun ke rata-rata sebelum hamil.
- Pernapasan : Pernapasan akan jatuh ke keadaan normal wanita
sebelum persalinan.
- Tekanan darah : Tekanan darah berubah rendah semua, ortistatik
hipotensi adalah indikasi merasa pusing atau pusing tiba-tiba
setelah terbangun, dapat terjadi 48 jam pertama.

2. Perubahan Psikologis
- Taking In
Perhatian ibu terutama terhadap kebutuhan dirinya, mungkin
pasif dan tergantung berlangsung 1 – 2 hari. Ibu tidak
menginginkan kontak dengan bayinya tetapi bukan berarti tidak
memperhatikan. Dalam fase yang diperlukan ibu adalah informasi
tentang bayinya, bukan cara merawat bayi.
- Taking Hold
Fase kedua masa nifas adalah phase taking hold ibu berusaha
mandiri dan berinisiatif. Perhatian terhadap kemampuan mengatasi
fungsi tubuhnya misalnya kelancaran buang air besar hormon dan
peran transisi. Hal-hal yang berkontribusi dengan post partal blues
adalah rasa tidak nyaman, kelelahan, kehabisan tenaga. Dengan
menangis sering dapat menurunkan tekanan. Bila orang tua kurang
mengerti hal ini maka akan timbul rasa bersalah yang dapat
mengakibatkan depresi. Untuk itu perlu diadakan penyuluhan
sebelumnya, untuk mengetahui bahwa itu adalah normal.
- Letting Go
Merupakan fase dimana ibu sudah mampu merawat bayinya
sendiri.
D. Komplikasi postpartum
a. Perdarahan Post Partum
1. Pengertian
perdarahan atau hilangnya darah 500 cc atau lebih yang terjadi
setelah anak lahir. Perdarahan dapat terjadi sebelum, selama, atau
sesudah lahirnya plasenta. Menurut waktu kejadiannya di bagi menjadi
2 yaitu Perdarahan postpartum primer (early postpartum hemorrhage)
yang terjadi dalam 24 jam setelah anak lahir. Perdarahan postpartum
sekunder (late postpartum hemorrhage) yang terjadi antara 24 jam dan 6
minggu setelah anak lahir
2. Penyebab perdarah post partum
a. Atonia uteri
Atonia uteri adalah suatu keadaan dimana uterus gagal untuk
berkontraksi dan mengecil sesudah janin keluar dari rahim.
Perdarahan postpartum secara fisiologis di control oleh kontraksi
serat-serat myometrium terutama yang berada disekitar pembuluh
darah yang mensuplai darah pada tempat perlengketan plasenta.
Atonia uteri terjadi ketika myometrium tidak dapat berkontraksi.
Pada perdarahan karena atonia uteri, uterus membesar dan lembek
pada palpusi.
b. Trauma
Sekitar 20% kasus hemorraghe postpartum disebabkan oleh trauma
jalan lahir seperti Ruptur uterus, Inversi uterus, Perlukaan jalan
lahir, Vaginal hematom. Ruptur spontan uterus jarang terjadi, faktor
resiko yang bisa menyebabkan antara lain grande multipara,
malpresentasi, riwayat operasi uterus sebelumnya, dan persalinan
dengan induksi oxytosin. Repture uterus sering terjadi akibat
jaringan parut section secarea sebelumnya.
c. Retensio plasenta
Apabila plasenta belum lahir setengah jam setelah janin lahir, hal
itu dinamakan retensio plasenta. Hal ini bisa disebabkan karena
plasenta belum lepas dari dinding uterus atau plasenta sudah lepas
akan tetapi belum dilahirkan. Plasenta belum lepas dari dinding
uterus karena kontraksi uterus kurang kuat untuk melepaskan
plasenta ( plasenta adhesiva ) atau Plasenta melekat erat pada
dinding uterus oleh sebab vilis komalis menembus desidua sampai
miometrium – sampai dibawah peritoneum ( plasenta akreta –
perkreta).
d. Sisa plasenta
Plasenta yang sudah lepas dari dinding uterus akan tetapi belum
keluar disebabkan oleh tidak adanya usaha untuk melahirkan atau
karena salah penanganan kala III. Sehingga terjadi lingkaran
konstriksi pada bagian bawah uterus yang menghalangi keluarnya
plasenta ( inkarserasio plasenta). Sisa plasenta yang tertinggal
merupakan penyebab 20-25 % dari kasus perdarahan postpartum.
e. Gangguan pembekuan darah
Gejala-gejala kelainan pembekuan darah bisa berupa penyakit
keturunan ataupun didapat, kelainan pembekuan darah bisa berupa
HELLP syndrome ( hemolysis, elevated liver enzymes, and low
platelet count )Idiopathic thrombocytopenic purpura,
Trombocitopeni, Hipofibrinogenemia.
E. Definisi ektraksi vakum
Adalah persalinan buatan dimana janin dilahirkan dengan ekstraksi
tekanan negatif dengan menggunakan ekstraktor vakum. Persalinan dengan
ekstraksi vakum dilakukan apabila ada indikasi persalinan dan syarat
persalinan terpenuhi. Indikasi persalinan dengan ekstraksi vakum adalah:
a) Ibu yang mengalami kelelahan tetapi masih mempunyai kekuatan untuk
mengejan
b) Partus macet pada kala II
c) Gawat janin
d) Toksemia gravidarum
e) Ruptur uteri mengancam.
Persalinan dengan indikasi tersebut dapat dilakukan dengan ekstraksi vakum
dengan catatan persyaratan persalinan pervaginam memenuhi. Syarat untuk
melakukan ekstraksi vakum adalah sebagai berikut:
a) Pembukaan lengkap
b) Penurunan kepala janin boleh pada Hodge III
F. Karakteristik Ibu Yang Bersalin Dengan Ekstraksi Vakum
a. Faktor ibu
1. Umur
Pada umur ibu kurang dari 20 tahun rahim , organ - organ reproduksi
belum berfungsi dengan sempurna. Akibatnya apabila ibu hamil pada umur
ini mungkin mengalami persalinan lama atau macet, karena ukuran kepala
bayi lebih besar sehingga tidak dapat melewati panggul. Selain itu,
kekuatan otot – otot perinium dan otot – otot perut belum bekerja secara
optimal sehingga sering terjadi persalinan lama atau macet yang
memerlukan tindakan seperti ektraksi vakum dan forseps.
Sedangkan pada umur ibu yang lebih dari 35 tahun,kesehatan ibu sudah
mulai menurun seperti terjadinya tekanan darah tinggi, gestasional diabetes
(diabetes yang berkembang selama kehamilan), jalan lahir kaku, sehingga
rigiditas tinggi.
2. Paritas
Paritas adalah jumlah anak yang dilahirkan ibu. Pada ibu dengan
primipara (wanita yang melahirkan bayi hidup pertama kali) kemungkinan
terjadinya kelainan dan komplikasi cukup besar baik pada kekuatan his
(power), jalan lahir (passage) dan kondisi janin (passager) karena
pengalaman melahirkan belum pernah dan informasi yang kurang tentang
persalinan dapat pula mempengaruhi proses pesalinan. Wanita nulipara
(belum pernah melahirkan bayi hidup) mempunyai peningkatan risiko
sebesar 5,6 kali untuk persalinan dengan bantuan ekstraksi vakum
dibandingkan dengan wanita multipara dan juga peningkatan risiko sebesar
2,2 kali untuk terjadinya robekan perinium.

3. Jarak kehamilan dengan sebelumnya


Seorang wanita yang hamil dan melahirkan kembali dengan jarak yang
pendek dari kehamilan sebelumnya, akan memberikan dampak yang yang
buruk terhadap kondisi kesehatan ibu dan bayi. Hal ini disebabkan, karena
bentuk dan fungsi organ reproduksi belum kembali dengan sempurna.
Sehingga fungsinya akan terganggu apabila terjadi kehamilan dan
persalinan kembali. Sedangkan jarak kehamilan yang terlalu jauh
berhubungan dengan bertambahnya umur ibu. Sehingga kekuatan fungsi –
fungsi otot uterus dan otot panggul melemah , hal ini sangat berpengaruh
pada proses persalinan apabila terjadi kehamilan lagi. Kontraksi otot – otot
uterus dan panggul yang lemah menyebabkan kekuatan his pada proses
persalinan tidak adekuat, sehinnga banyak terjadi partus lama.
4. Penyulit kehamilan dan persalinan
Seorang ibu yang memiliki penyakit – penyakit kronik sebelum
kehamilan, seperti paru, ginjal, jantung, diabetes militus dan lainnya akan
sangat mempengaruhi proses kehamilan dan memperburuk keadaan pada
saat proses persalinan. Ibu yang hamil dengan kondisi penyakit ini
termasuk dalam kehamilan resiko tinggi.
b. Pemeriksaan Kehamilan
Pelayanan antenatal adalah pelayanan kesehatan yang diberikan kepada
ibu selama masa kehamilannya sesuai dengan standart pelayanan antenatal
seperti yang ditetapkan.
Standard pelayanan antenatal menurut Depkes RI pada pemeriksaan dan
pemantauan baik pada kunjungan pertama atau kunjungan ulang, apabila
dilakukan dengan baik dan dicatat semua temuan pada buku KIA atau kartu
ibu maka faktor risiko dapat diketahui. Oleh karena itu, apabila pelayanan dan
perawatan antenatal baik sesuai standard WHO, maka faktor resiko pada
kehamilan dapat terdeteksi sedini mungkin, sehingga penyulit dalam proses
persalinan dapat diminimalkan.

c. Status Ekonomi
Status ekonomi masyarakat yang sering dinyatakan dengan penghasilan
keluarga, yang berkaitan dengan kemampuan masyarakat dari segi ekonomi
dalam memenuhi kebutuhan hidupnya termasuk kebutuhan kesehatannya.
Sehingga penghasilan keluarga akan mempengaruhi kemampuan dalam
memperoleh pelayanan kesehatan.
d. Rujukan
Upaya rujukan adalah suatu upaya yang dilakukan oleh petugas
kesehatan (bidan) untuk menyerahkan tanggung jawab atas timbulnya masalah
dari suatu kasus kepada yang lebih kompeten, terjangkau dan
rasional.Rujukan yang rasional adalah rujukan yang dilakukan dengan
mempertimbangkan daya guna (efisien) dan hasil guna.
Macam kasus rujukan dalam bidang obstetri adalah :
a. Rujukan Ibu Hamil Resiko Tinggi atau Gawat Obstetri adalah proses
yang ditujukan kepada ibu hamil dengan resiko tinggi dengan kondisi
ibu dan janin masih sehat, penderita tidak perlu segera dirujuk.
b. Rujukan Gawat Darurat Obstetri (emergensi) adalah rujukan yang
harus dilakukan saat itu juga dengan tujuan upaya penyelamatan ibu
atau bayi. Menurut penelitian yang dilakukan Rusydi di RS M. Hoesin
Palembang menyimpulkan bahwa persalinan tindakan dengan
ekstraksi vakum adalah dengan indikasi kala II lama.
G. Keuntungan Ekstraksi vakum
Keuntungan ekstraksi vakum dibandingkan ekstraksi forseps antaralain
adalah:
1) Mangkuk dapat dipasang waktu kepala masih agak tinggi, Hodge III atau
kurang dengan demikian mengurangi frekuensi seksio sesare
2) Tidak perlu diketahui posisi kepala dengan tepat, mangkuk dapat dipasang
pada belakang kepala, samping kepala ataupun dahi
3) Mangkuk dapat dipasang meskipun pembukaan belum lengkap, misalnya
pada pembukaan 8 – 9 cm, untuk mempercepat pembukaan. Untuk itu
dilakukan tarikan ringan yang kontinu sehingga kepala menekan pada
serviks. Tarikan tidak boleh terlalu kuat untuk menghindari robekan serviks.
H. Kerugian Ekstraksi Vakum
Kerugian ekstraksi vakum dibandingkan ekstraksi forceps antara lain adalah:
a) Memerlukan waktu lebih lama untuk pemasangan mangkuk sampai dapat
ditarik relatif lebih lama daripada forseps (+10 menit) cara ini tidak dapat
dipakai apabila ada indikasi untuk melahirkan anak dengan cepat seperti
misalnya pada fetal distres (gawat janin).
b) Kelainan janin yang tidak segera terlihat (neurologis).
c) Tidak dapat digunakan untuk melindungi kepala janin preterm.
d) Memerlukan kerjasama dengan ibu yang bersalin untuk mengejan.
I. Bahaya Ekstraksi Vakum
a) Terhadap ibu : robekan serviks atau vagina karena terjepit antara kepala bayi
dan mangkuk
b) Terhadap anak : perdarahan dalam otak.
J. Persiapan Ekstraksi Vakum
Persiapan ekstraksi vakum untuk mencapai hasil yang optimal yaitu:
1) Persiapan untuk ibu
 Duk steril untuk menutupi bagian operasi
 Desinfektan ringan non iritan di bagian tempat operasi
 Pengosongan vesika urinaria.
2) Persiapan untuk bayi
 Alat resusitasi
 Partus pak dan tempat plasenta
PATHWAY POST PARTUM

Post partum

Aspek fisiologis Aspek psikologis

Vital sign System System System System uria System System Kelahiran bayi
pencernaan kardiovaskuler muskuloskeletal reproduksi endokrin

Nafsu makan Dieresis Perubahan


Suhu Sensasi otot Involusi uteri
meningkat, Bradikardi, Produksi dalam keluarga
meningkat bawah
peristaltic usus takikardi hormone
menurun Perubahan prolaktin turun
Tromboplebitis Perubahan
volume cairan Keterbatasan sumber
Disability vagina
Nyeri, demam, Edema kurang dari
vasomotor informasi
gangguan Resiko kebuthan Kencang pada Produksi ASI
Gangguan
proses laktasi konstipasi tubuh klitoris dan berkurang
pemenuhan ADL
labia
Diaphoresis/
menggigil Luka pada
Menyusui tidak
perineum
efektif
Resiko infeksi Tidak tahu merawat
puerperalis Nyeri bayi: imunisasi,
menyusui, ASI
Kurang
eksklusif, dll
pengetahuan
Keterbatasan
gerak dan Perawatan payu dara
aktivitas tidak efektif

Tidak ada dukungan


E. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Identitas atau biodata klien meliputi, nama, umur, agama, jenis kelamin,
alamat, suku bangsa, status perkawinan, pekerjaan, pendidikan, tanggal
masuk rumah sakit nomor register , dan diagnosa keperawatan.
b. Keluhan utama: keluhan yang dirasakan pasien saat ini.
c. Riwayat kesehatan
- Riwayat kesehatan dahulu: Penyakit kronis atau menular dan
menurun sepoerti jantung, hipertensi, DM, TBC, hepatitis, penyakit
kelamin atau abortus.
- Riwayat kesehatan sekarang : Riwayat pada saat sebelum inpartu
- Riwayat kesehatan keluarga: Adakah penyakit keturunan dalam
keluarga seperti jantung, DM, HT, TBC, penyakit kelamin, abortus,
yang mungkin penyakit tersebut diturunkan kepada klien.
d. Pemeriksaan fisik
o TTV : tekanan darah, nadi, pernapasan, suhu.
o Kepala : Bagaimana bentuk kepala, kebersihan kepala dan
apakah ada benjolan
o Leher : Kadang-kadang ditemukan adanya penbesaran kelenjar
tioroid, karena adanya proses menerang yang salah
o Mata : Terkadang adanya pembengkakan paka kelopak mata,
konjungtiva, dan kadang-kadang keadaan selaput mata pucat
(anemia) karena proses persalinan yang mengalami perdarahan,
sklera kunuing
o Telinga : Biasanya bentuk telingga simetris atau tidak,
bagaimana kebersihanya, adakah cairan yang keluar dari telinga.
o Hidung : Adanya polip atau tidak dan apabila pada post partum
kadang-kadang ditemukan pernapasan cuping hidung
o Dada : Terdapat adanya pembesaran payudara, adanya hiper
pigmentasi areola mamae dan papila mamae
o Pada klien nifas abdomen kendor kadang-kadang striae masih
terasa nyeri. Fundus uteri 3 jari dibawa pusat.
o Genital : pemeriksaan REEDA (kemerahan, edema, ekimosis,
discharge/ nanah, kerapatan jahitan), lochea (rubra, serosa, alba).
o Anus : Kadang-kadang pada klien nifas ada luka pada anus
karena rupture, hemoroid.
o Ekstermitas : Pemeriksaan odema untuk mrlihat kelainan-
kelainan karena membesarnya uterus, karenan preeklamsia atau
karena penyakit jantung atau ginjal.
e. Pola-pola fungsi kesehatan
- Pola persepsi dan tata leksana hidup sehat
Karena kurangnya pengetahuan klien tentang ketuban pecah dini,
dan cara pencegahan, penanganan, dan perawatan serta kurangnya
mrnjaga kebersihan tubuhnya akan menimbulkan masalah dalam
perawatan dirinya
- Pola Nutrisi dan Metabolisme
Pada klien nifas biasanaya terjadi peningkatan nafsu makan karena
dari keinginan untuk menyusui bayinya.
- Pola aktifitas
Pada pasien pos partum klien dapat melakukan aktivitas seperti
biasanya, terbatas pada aktifitas ringan, tidak membutuhkan tenaga
banyak, cepat lelah, pada klien nifas didapatkan keterbatasan
aktivitas karena mengalami kelemahan dan nyeri.
- Pola eleminasi
Pada pasien pos partum sering terjadi adanya perasaan sering
/susah kencing selama masa nifas yang ditimbulkan karena
terjadinya odema dari trigono, yang menimbulkan inveksi dari
uretra sehingga sering terjadi konstipasi karena penderita takut
untuk melakukan BAB.
- Istirahat dan tidur
Pada klien nifas terjadi perubahan pada pola istirahat dan tidur
karena adanya kehadiran sang bayi dan nyeri epis setelah
persalinan
- Pola hubungan dan peran
Peran klien dalam keluarga meliputi hubungan klien dengan
keluarga dan orang lain.
- Pola penagulangan stress
Biasanya klien sering melamun dan merasa cemas
- Pola sensori dan kognitif
Pola sensori klien merasakan nyeri pada prineum akibat luka
janhitan dan nyeri perut akibat involusi uteri, pada pola kognitif
klien nifas primipara terjadi kurangnya pengetahuan merawat
bayinya
- Pola persepsi dan konsep diri
Biasanya terjadi kecemasan terhadap keadaan kehamilanya, lebih-
lebih menjelang persalinan dampak psikologis klien terjadi 
perubahan konsep diri antara lain dan body image dan ideal diri.
- Pola reproduksi dan sosial
- Terjadi disfungsi seksual yaitu perubahan dalam hubungan seksual
atau fungsi dari seksual yang tidak adekuat karena adanya proses
persalinan dan nifas.
2. Diagnosa Keperawatan
1. Risiko perdarahan
- Factor risiko : komplikasi pascapartum (missal atonia uteri, retensi
plasenta), komplikasinterkait kehamilan (missal plasenta previa,
kehamilan mola, sulosio placenta), trauma, efek samping terkait
terapi ( missal pembedahan, pemberian obat, pemberian produk
darah defisiensi trombosit, keoterapi).
2. Resiko infeksi
- Factor risiko : prosedur invasive, malnutrisi, pertahanan tubuh
primer yang tidak adekuat (gangguan peristaltic, kerusakan
integritas kulit, KPD, trauma jaringan), ketidakadekuatan
pertahanan sekunder (penurunan HB, imunosupresi, leukopenia).

3. Nyeri akut berhubungan dengan trauma jaringan ditandai dengan luka


episiotomi; hemoroid; pembengkakan payudara.

4. Kesiapan meningkatkan menjadi orang tua ditandai dengan kebutuhan


anak terpenuhi, mengekspresikan keinginan untuk meningkatkan
peran menjadi orang tua.

5. Resiko kekurangan volume cairan ditandai dengan pengeluaran cairan


yang berlebihan; keringat berlebihan.

6. Resiko konstipasi ditandai dengan hemoroid, kelemahan otot


abdomen, penurunan motilitas traktus gastrointestinal.
3. Intervensi Keperawatan

1. Risiko perdarahan
- NOC
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selam 1x24 jam masalah
risiko perdarahan dapat teratasi dengan criteria hasil:
o Tekanan darah normal
o Nadi normal
o Akral hangat
o Konjungtiva tidak pucat

- NIC
o Monitor TTV pasien
o Kolaborasi pemasangan infus
o Kolaborasi tranfusi darah jika diperlukan
2. Resiko infeksi
- NOC:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jm, masalah
resiko infeksi dapat teratasi dengan criteria:
o Tidak terdapat tanda-tanda infeksi
o Pasien dapat menyebutkan tanda-tanda infeksi
- NIC:
o Observasi tanda-tanda infeksi
o Lakukan perawatan luka dengan benar untuk mencegah
infeksi
o Edukasikan kepada pasien tanda dan gejala infeksi
o Edukasikan kepada pasien makanan tinggi protein untuk
mempercepat penyembuhan luka
o Kolaborasikan dengan dokter untuk pemberian antibiotic
dan anti inflamasi unntuk mencegah infeksi.
3. Nyeri akut
- NOC: pain control
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1x24 jam,masalah nyeri
akut dapat teratasi dengan criteria hasil:
- Pasien mengatakan nyeri berkurang
- Nyeri berkurang dari skala 7 ke 2
- Nyeri dapat di kontrol
- NIC: pain management
- Kaji nyeri secara komprehensif (OPQRSTUV)
- Berikan posisi yang nyaman
- Berikan lingkungan yang nyaman
- Edukasikan tehnik relaksasi napas dalam, massage untuk
mengurangi nyeri.
- Kolaborasikan dengan dokter untuk pemberian analgesic
DAFTAR PUSTAKA

Carpenito-Moyet, L. J. (2007). Buku Saku Diagnosis Keperawatan, Edisi 10.


Herdman, T. Diagnosa Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2012-2014. Jakarta.
EGC.
Mitayani (2009). Asuhan keperawatan maternitas. Jakarta : Salemba Medika.
Mufdlilah. (2009). Antenatal Care Fokus. Yogyakarta: Nuha Medika
Prawirohardjo, Sarwono. (2008). Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal,
Jakarta: Yayasan Bina Pustaka.

Saifuddin. (2006). Pelayanan Kesehatan Maternal & Neonatal. Jakarta : Yayasan


Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Anda mungkin juga menyukai