Disusun Oleh
Nama : ARIS HANDOKO
NIPP : 20164030029
2. Perubahan Psikologis
- Taking In
Perhatian ibu terutama terhadap kebutuhan dirinya, mungkin
pasif dan tergantung berlangsung 1 – 2 hari. Ibu tidak
menginginkan kontak dengan bayinya tetapi bukan berarti tidak
memperhatikan. Dalam fase yang diperlukan ibu adalah informasi
tentang bayinya, bukan cara merawat bayi.
- Taking Hold
Fase kedua masa nifas adalah phase taking hold ibu berusaha
mandiri dan berinisiatif. Perhatian terhadap kemampuan mengatasi
fungsi tubuhnya misalnya kelancaran buang air besar hormon dan
peran transisi. Hal-hal yang berkontribusi dengan post partal blues
adalah rasa tidak nyaman, kelelahan, kehabisan tenaga. Dengan
menangis sering dapat menurunkan tekanan. Bila orang tua kurang
mengerti hal ini maka akan timbul rasa bersalah yang dapat
mengakibatkan depresi. Untuk itu perlu diadakan penyuluhan
sebelumnya, untuk mengetahui bahwa itu adalah normal.
- Letting Go
Merupakan fase dimana ibu sudah mampu merawat bayinya
sendiri.
D. Komplikasi postpartum
a. Perdarahan Post Partum
1. Pengertian
perdarahan atau hilangnya darah 500 cc atau lebih yang terjadi
setelah anak lahir. Perdarahan dapat terjadi sebelum, selama, atau
sesudah lahirnya plasenta. Menurut waktu kejadiannya di bagi menjadi
2 yaitu Perdarahan postpartum primer (early postpartum hemorrhage)
yang terjadi dalam 24 jam setelah anak lahir. Perdarahan postpartum
sekunder (late postpartum hemorrhage) yang terjadi antara 24 jam dan 6
minggu setelah anak lahir
2. Penyebab perdarah post partum
a. Atonia uteri
Atonia uteri adalah suatu keadaan dimana uterus gagal untuk
berkontraksi dan mengecil sesudah janin keluar dari rahim.
Perdarahan postpartum secara fisiologis di control oleh kontraksi
serat-serat myometrium terutama yang berada disekitar pembuluh
darah yang mensuplai darah pada tempat perlengketan plasenta.
Atonia uteri terjadi ketika myometrium tidak dapat berkontraksi.
Pada perdarahan karena atonia uteri, uterus membesar dan lembek
pada palpusi.
b. Trauma
Sekitar 20% kasus hemorraghe postpartum disebabkan oleh trauma
jalan lahir seperti Ruptur uterus, Inversi uterus, Perlukaan jalan
lahir, Vaginal hematom. Ruptur spontan uterus jarang terjadi, faktor
resiko yang bisa menyebabkan antara lain grande multipara,
malpresentasi, riwayat operasi uterus sebelumnya, dan persalinan
dengan induksi oxytosin. Repture uterus sering terjadi akibat
jaringan parut section secarea sebelumnya.
c. Retensio plasenta
Apabila plasenta belum lahir setengah jam setelah janin lahir, hal
itu dinamakan retensio plasenta. Hal ini bisa disebabkan karena
plasenta belum lepas dari dinding uterus atau plasenta sudah lepas
akan tetapi belum dilahirkan. Plasenta belum lepas dari dinding
uterus karena kontraksi uterus kurang kuat untuk melepaskan
plasenta ( plasenta adhesiva ) atau Plasenta melekat erat pada
dinding uterus oleh sebab vilis komalis menembus desidua sampai
miometrium – sampai dibawah peritoneum ( plasenta akreta –
perkreta).
d. Sisa plasenta
Plasenta yang sudah lepas dari dinding uterus akan tetapi belum
keluar disebabkan oleh tidak adanya usaha untuk melahirkan atau
karena salah penanganan kala III. Sehingga terjadi lingkaran
konstriksi pada bagian bawah uterus yang menghalangi keluarnya
plasenta ( inkarserasio plasenta). Sisa plasenta yang tertinggal
merupakan penyebab 20-25 % dari kasus perdarahan postpartum.
e. Gangguan pembekuan darah
Gejala-gejala kelainan pembekuan darah bisa berupa penyakit
keturunan ataupun didapat, kelainan pembekuan darah bisa berupa
HELLP syndrome ( hemolysis, elevated liver enzymes, and low
platelet count )Idiopathic thrombocytopenic purpura,
Trombocitopeni, Hipofibrinogenemia.
E. Definisi ektraksi vakum
Adalah persalinan buatan dimana janin dilahirkan dengan ekstraksi
tekanan negatif dengan menggunakan ekstraktor vakum. Persalinan dengan
ekstraksi vakum dilakukan apabila ada indikasi persalinan dan syarat
persalinan terpenuhi. Indikasi persalinan dengan ekstraksi vakum adalah:
a) Ibu yang mengalami kelelahan tetapi masih mempunyai kekuatan untuk
mengejan
b) Partus macet pada kala II
c) Gawat janin
d) Toksemia gravidarum
e) Ruptur uteri mengancam.
Persalinan dengan indikasi tersebut dapat dilakukan dengan ekstraksi vakum
dengan catatan persyaratan persalinan pervaginam memenuhi. Syarat untuk
melakukan ekstraksi vakum adalah sebagai berikut:
a) Pembukaan lengkap
b) Penurunan kepala janin boleh pada Hodge III
F. Karakteristik Ibu Yang Bersalin Dengan Ekstraksi Vakum
a. Faktor ibu
1. Umur
Pada umur ibu kurang dari 20 tahun rahim , organ - organ reproduksi
belum berfungsi dengan sempurna. Akibatnya apabila ibu hamil pada umur
ini mungkin mengalami persalinan lama atau macet, karena ukuran kepala
bayi lebih besar sehingga tidak dapat melewati panggul. Selain itu,
kekuatan otot – otot perinium dan otot – otot perut belum bekerja secara
optimal sehingga sering terjadi persalinan lama atau macet yang
memerlukan tindakan seperti ektraksi vakum dan forseps.
Sedangkan pada umur ibu yang lebih dari 35 tahun,kesehatan ibu sudah
mulai menurun seperti terjadinya tekanan darah tinggi, gestasional diabetes
(diabetes yang berkembang selama kehamilan), jalan lahir kaku, sehingga
rigiditas tinggi.
2. Paritas
Paritas adalah jumlah anak yang dilahirkan ibu. Pada ibu dengan
primipara (wanita yang melahirkan bayi hidup pertama kali) kemungkinan
terjadinya kelainan dan komplikasi cukup besar baik pada kekuatan his
(power), jalan lahir (passage) dan kondisi janin (passager) karena
pengalaman melahirkan belum pernah dan informasi yang kurang tentang
persalinan dapat pula mempengaruhi proses pesalinan. Wanita nulipara
(belum pernah melahirkan bayi hidup) mempunyai peningkatan risiko
sebesar 5,6 kali untuk persalinan dengan bantuan ekstraksi vakum
dibandingkan dengan wanita multipara dan juga peningkatan risiko sebesar
2,2 kali untuk terjadinya robekan perinium.
c. Status Ekonomi
Status ekonomi masyarakat yang sering dinyatakan dengan penghasilan
keluarga, yang berkaitan dengan kemampuan masyarakat dari segi ekonomi
dalam memenuhi kebutuhan hidupnya termasuk kebutuhan kesehatannya.
Sehingga penghasilan keluarga akan mempengaruhi kemampuan dalam
memperoleh pelayanan kesehatan.
d. Rujukan
Upaya rujukan adalah suatu upaya yang dilakukan oleh petugas
kesehatan (bidan) untuk menyerahkan tanggung jawab atas timbulnya masalah
dari suatu kasus kepada yang lebih kompeten, terjangkau dan
rasional.Rujukan yang rasional adalah rujukan yang dilakukan dengan
mempertimbangkan daya guna (efisien) dan hasil guna.
Macam kasus rujukan dalam bidang obstetri adalah :
a. Rujukan Ibu Hamil Resiko Tinggi atau Gawat Obstetri adalah proses
yang ditujukan kepada ibu hamil dengan resiko tinggi dengan kondisi
ibu dan janin masih sehat, penderita tidak perlu segera dirujuk.
b. Rujukan Gawat Darurat Obstetri (emergensi) adalah rujukan yang
harus dilakukan saat itu juga dengan tujuan upaya penyelamatan ibu
atau bayi. Menurut penelitian yang dilakukan Rusydi di RS M. Hoesin
Palembang menyimpulkan bahwa persalinan tindakan dengan
ekstraksi vakum adalah dengan indikasi kala II lama.
G. Keuntungan Ekstraksi vakum
Keuntungan ekstraksi vakum dibandingkan ekstraksi forseps antaralain
adalah:
1) Mangkuk dapat dipasang waktu kepala masih agak tinggi, Hodge III atau
kurang dengan demikian mengurangi frekuensi seksio sesare
2) Tidak perlu diketahui posisi kepala dengan tepat, mangkuk dapat dipasang
pada belakang kepala, samping kepala ataupun dahi
3) Mangkuk dapat dipasang meskipun pembukaan belum lengkap, misalnya
pada pembukaan 8 – 9 cm, untuk mempercepat pembukaan. Untuk itu
dilakukan tarikan ringan yang kontinu sehingga kepala menekan pada
serviks. Tarikan tidak boleh terlalu kuat untuk menghindari robekan serviks.
H. Kerugian Ekstraksi Vakum
Kerugian ekstraksi vakum dibandingkan ekstraksi forceps antara lain adalah:
a) Memerlukan waktu lebih lama untuk pemasangan mangkuk sampai dapat
ditarik relatif lebih lama daripada forseps (+10 menit) cara ini tidak dapat
dipakai apabila ada indikasi untuk melahirkan anak dengan cepat seperti
misalnya pada fetal distres (gawat janin).
b) Kelainan janin yang tidak segera terlihat (neurologis).
c) Tidak dapat digunakan untuk melindungi kepala janin preterm.
d) Memerlukan kerjasama dengan ibu yang bersalin untuk mengejan.
I. Bahaya Ekstraksi Vakum
a) Terhadap ibu : robekan serviks atau vagina karena terjepit antara kepala bayi
dan mangkuk
b) Terhadap anak : perdarahan dalam otak.
J. Persiapan Ekstraksi Vakum
Persiapan ekstraksi vakum untuk mencapai hasil yang optimal yaitu:
1) Persiapan untuk ibu
Duk steril untuk menutupi bagian operasi
Desinfektan ringan non iritan di bagian tempat operasi
Pengosongan vesika urinaria.
2) Persiapan untuk bayi
Alat resusitasi
Partus pak dan tempat plasenta
PATHWAY POST PARTUM
Post partum
Vital sign System System System System uria System System Kelahiran bayi
pencernaan kardiovaskuler muskuloskeletal reproduksi endokrin
1. Risiko perdarahan
- NOC
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selam 1x24 jam masalah
risiko perdarahan dapat teratasi dengan criteria hasil:
o Tekanan darah normal
o Nadi normal
o Akral hangat
o Konjungtiva tidak pucat
- NIC
o Monitor TTV pasien
o Kolaborasi pemasangan infus
o Kolaborasi tranfusi darah jika diperlukan
2. Resiko infeksi
- NOC:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jm, masalah
resiko infeksi dapat teratasi dengan criteria:
o Tidak terdapat tanda-tanda infeksi
o Pasien dapat menyebutkan tanda-tanda infeksi
- NIC:
o Observasi tanda-tanda infeksi
o Lakukan perawatan luka dengan benar untuk mencegah
infeksi
o Edukasikan kepada pasien tanda dan gejala infeksi
o Edukasikan kepada pasien makanan tinggi protein untuk
mempercepat penyembuhan luka
o Kolaborasikan dengan dokter untuk pemberian antibiotic
dan anti inflamasi unntuk mencegah infeksi.
3. Nyeri akut
- NOC: pain control
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1x24 jam,masalah nyeri
akut dapat teratasi dengan criteria hasil:
- Pasien mengatakan nyeri berkurang
- Nyeri berkurang dari skala 7 ke 2
- Nyeri dapat di kontrol
- NIC: pain management
- Kaji nyeri secara komprehensif (OPQRSTUV)
- Berikan posisi yang nyaman
- Berikan lingkungan yang nyaman
- Edukasikan tehnik relaksasi napas dalam, massage untuk
mengurangi nyeri.
- Kolaborasikan dengan dokter untuk pemberian analgesic
DAFTAR PUSTAKA