Disusun Oleh
Nama : Sri Andini Widya Ningrum
NIPP : 20174030090
D. Komplikasi postpartum
a. Perdarahan Post Partum
1. Pengertian
perdarahan atau hilangnya darah 500 cc atau lebih yang terjadi setelah
anak lahir. Perdarahan dapat terjadi sebelum, selama, atau sesudah lahirnya
plasenta. Menurut waktu kejadiannya di bagi menjadi 2 yaitu Perdarahan
postpartum primer (early postpartum hemorrhage) yang terjadi dalam 24 jam
setelah anak lahir. Perdarahan postpartum sekunder (late postpartum
hemorrhage) yang terjadi antara 24 jam dan 6 minggu setelah anak lahir
2. Penyebab perdarah post partum
a) Atonia uteri
Atonia uteri adalah suatu keadaan dimana uterus gagal untuk berkontraksi
dan mengecil sesudah janin keluar dari rahim. Perdarahan postpartum
secara fisiologis di control oleh kontraksi serat-serat myometrium terutama
yang berada disekitar pembuluh darah yang mensuplai darah pada tempat
perlengketan plasenta. Atonia uteri terjadi ketika myometrium tidak dapat
berkontraksi. Pada perdarahan karena atonia uteri, uterus membesar dan
lembek pada palpusi.
b) Trauma
Sekitar 20% kasus hemorraghe postpartum disebabkan oleh trauma jalan
lahir seperti Ruptur uterus, Inversi uterus, Perlukaan jalan lahir, Vaginal
hematom. Ruptur spontan uterus jarang terjadi, faktor resiko yang bisa
menyebabkan antara lain grande multipara, malpresentasi, riwayat operasi
uterus sebelumnya, dan persalinan dengan induksi oxytosin. Repture uterus
sering terjadi akibat jaringan parut section secarea sebelumnya.
c) Retensio plasenta
Apabila plasenta belum lahir setengah jam setelah janin lahir, hal itu
dinamakan retensio plasenta. Hal ini bisa disebabkan karena plasenta belum
lepas dari dinding uterus atau plasenta sudah lepas akan tetapi belum
dilahirkan. Plasenta belum lepas dari dinding uterus karena kontraksi
uterus kurang kuat untuk melepaskan plasenta ( plasenta adhesiva ) atau
Plasenta melekat erat pada dinding uterus oleh sebab vilis komalis
menembus desidua sampai miometrium – sampai dibawah peritoneum
( plasenta akreta – perkreta).
d) Sisa plasenta
Plasenta yang sudah lepas dari dinding uterus akan tetapi belum keluar
disebabkan oleh tidak adanya usaha untuk melahirkan atau karena salah
penanganan kala III. Sehingga terjadi lingkaran konstriksi pada bagian
bawah uterus yang menghalangi keluarnya plasenta ( inkarserasio plasenta).
Sisa plasenta yang tertinggal merupakan penyebab 20-25 % dari kasus
perdarahan postpartum.
e) Gangguan pembekuan darah
Gejala-gejala kelainan pembekuan darah bisa berupa penyakit keturunan
ataupun didapat, kelainan pembekuan darah bisa berupa HELLP syndrome
( hemolysis, elevated liver enzymes, and low platelet count )Idiopathic
thrombocytopenic purpura, Trombocitopeni, Hipofibrinogenemia.
E. PATHWAY POST PARTUM
F. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Identitas atau biodata klien meliputi, nama, umur, agama, jenis kelamin, alamat,
suku bangsa, status perkawinan, pekerjaan, pendidikan, tanggal masuk rumah
sakit nomor register , dan diagnosa keperawatan.
b. Keluhan utama: keluhan yang dirasakan pasien saat ini.
c. Riwayat kesehatan
Riwayat kesehatan dahulu: Penyakit kronis atau menular dan menurun sepoerti
jantung, hipertensi, DM, TBC, hepatitis, penyakit kelamin atau abortus.
Riwayat kesehatan sekarang : Riwayat pada saat sebelum inpartu
Riwayat kesehatan keluarga: Adakah penyakit keturunan dalam keluarga
seperti jantung, DM, HT, TBC, penyakit kelamin, abortus, yang mungkin
penyakit tersebut diturunkan kepada klien.
d. Pemeriksaan fisik
TTV : tekanan darah, nadi, pernapasan, suhu.
Kepala : Bagaimana bentuk kepala, kebersihan kepala dan apakah ada benjolan
Leher : Kadang-kadang ditemukan adanya penbesaran kelenjar tioroid, karena
adanya proses menerang yang salah
Mata : Terkadang adanya pembengkakan paka kelopak mata, konjungtiva, dan
kadang-kadang keadaan selaput mata pucat (anemia) karena proses persalinan
yang mengalami perdarahan, sklera kunuing
Telinga : Biasanya bentuk telingga simetris atau tidak, bagaimana
kebersihanya, adakah cairan yang keluar dari telinga.
Hidung : Adanya polip atau tidak dan apabila pada post partum kadang-kadang
ditemukan pernapasan cuping hidung
Dada : Terdapat adanya pembesaran payudara, adanya hiper pigmentasi areola
mamae dan papila mamae
Pada klien nifas abdomen kendor kadang-kadang striae masih terasa nyeri.
Fundus uteri 3 jari dibawa pusat.
Genital : pemeriksaan REEDA (kemerahan, edema, ekimosis, discharge/
nanah, kerapatan jahitan), lochea (rubra, serosa, alba).
Anus : Kadang-kadang pada klien nifas ada luka pada anus karena rupture,
hemoroid.
Ekstermitas : Pemeriksaan odema untuk mrlihat kelainan-kelainan karena
membesarnya uterus, karenan preeklamsia atau karena penyakit jantung atau
ginjal.
e. Pola-pola fungsi kesehatan
Pola persepsi dan tata leksana hidup sehat
Karena kurangnya pengetahuan klien tentang ketuban pecah dini, dan cara
pencegahan, penanganan, dan perawatan serta kurangnya mrnjaga kebersihan
tubuhnya akan menimbulkan masalah dalam perawatan dirinya
Pola Nutrisi dan Metabolisme
Pada klien nifas biasanaya terjadi peningkatan nafsu makan karena dari
keinginan untuk menyusui bayinya.
Pola aktifitas
Pada pasien pos partum klien dapat melakukan aktivitas seperti biasanya,
terbatas pada aktifitas ringan, tidak membutuhkan tenaga banyak, cepat lelah,
pada klien nifas didapatkan keterbatasan aktivitas karena mengalami
kelemahan dan nyeri.
Pola eleminasi
Pada pasien pos partum sering terjadi adanya perasaan sering /susah kencing
selama masa nifas yang ditimbulkan karena terjadinya odema dari trigono,
yang menimbulkan inveksi dari uretra sehingga sering terjadi konstipasi
karena penderita takut untuk melakukan BAB.
Istirahat dan tidur
Pada klien nifas terjadi perubahan pada pola istirahat dan tidur karena adanya
kehadiran sang bayi dan nyeri epis setelah persalinan
Pola hubungan dan peran
Peran klien dalam keluarga meliputi hubungan klien dengan keluarga dan
orang lain.
Pola penagulangan stress
Biasanya klien sering melamun dan merasa cemas
Pola sensori dan kognitif
Pola sensori klien merasakan nyeri pada prineum akibat luka janhitan dan
nyeri perut akibat involusi uteri, pada pola kognitif klien nifas primipara
terjadi kurangnya pengetahuan merawat bayinya
Pola persepsi dan konsep diri
Biasanya terjadi kecemasan terhadap keadaan kehamilanya, lebih-lebih
menjelang persalinan dampak psikologis klien terjadi perubahan konsep diri
antara lain dan body image dan ideal diri.
Pola reproduksi dan sosial
Terjadi disfungsi seksual yaitu perubahan dalam hubungan seksual atau fungsi
dari seksual yang tidak adekuat karena adanya proses persalinan dan nifas.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Risiko perdarahan
Factor risiko : komplikasi pascapartum (missal atonia uteri, retensi plasenta),
komplikasinterkait kehamilan (missal plasenta previa, kehamilan mola, sulosio
placenta), trauma, efek samping terkait terapi ( missal pembedahan, pemberian
obat, pemberian produk darah defisiensi trombosit, keoterapi).
b. Resiko infeksi
Factor risiko : prosedur invasive, malnutrisi, pertahanan tubuh primer yang tidak
adekuat (gangguan peristaltic, kerusakan integritas kulit, KPD, trauma jaringan),
ketidakadekuatan pertahanan sekunder (penurunan HB, imunosupresi,
leukopenia).
c. Nyeri akut berhubungan dengan trauma jaringan ditandai dengan luka episiotomi;
hemoroid; pembengkakan payudara.
d. Kesiapan meningkatkan menjadi orang tua ditandai dengan kebutuhan anak
terpenuhi, mengekspresikan keinginan untuk meningkatkan peran menjadi orang
tua.
e. Resiko kekurangan volume cairan ditandai dengan pengeluaran cairan yang
berlebihan; keringat berlebihan.
3. Intervensi Keperawatan
a. Risiko perdarahan
NOC
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selam 1x24 jam masalah risiko
perdarahan dapat teratasi dengan criteria hasil:
- Tekanan darah normal
- Nadi normal
- Akral hangat
- Konjungtiva tidak pucat
NIC
- Monitor TTV pasien
- Kolaborasi pemasangan infus
- Kolaborasi tranfusi darah jika diperlukan
b. Resiko infeksi
NOC:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jm, masalah resiko infeksi
dapat teratasi dengan criteria:
- Tidak terdapat tanda-tanda infeksi
- Pasien dapat menyebutkan tanda-tanda infeksi
NIC:
- Observasi tanda-tanda infeksi
- Lakukan perawatan luka dengan benar untuk mencegah infeksi
- Edukasikan kepada pasien tanda dan gejala infeksi
- Edukasikan kepada pasien makanan tinggi protein untuk mempercepat
penyembuhan luka
- Kolaborasikan dengan dokter untuk pemberian antibiotic dan anti inflamasi
unntuk mencegah infeksi.
c. Nyeri akut
NOC: pain control
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1x24 jam,masalah nyeri akut dapat
teratasi dengan criteria hasil:
- Pasien mengatakan nyeri berkurang
- Nyeri berkurang dari skala 7 ke 3-4
- Nyeri dapat di kontrol
NIC: pain management
- Kaji nyeri secara komprehensif (OPQRSTUV)
- Berikan posisi yang nyaman
- Berikan lingkungan yang nyaman
- Edukasikan tehnik relaksasi napas dalam, massage untuk mengurangi nyeri.
- Kolaborasikan dengan dokter untuk pemberian analgesic
G. Daftar Pustaka
Carpenito-Moyet, L. J. (2007). Buku Saku Diagnosis Keperawatan, Edisi 10. Jakarta:
EGC.
Herdman, T. Diagnosa Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2012-2014. Jakarta. EGC.
Mitayani. (2009). Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta: EGC
Saifuddin. (2006). Pelayanan Kesehatan Maternal & Neonatal. Jakarta : Yayasan Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo.