Anda di halaman 1dari 27

I.

Konsep Medis
A. Definisi
Post partum adalah masa sesudah persalinan dapat juga disebut masa
nifas (puerperium) yaitu masa sesudah persalinan yang diperlukan untuk
pulihnya kembali alat kandungan yang lamanya 6 minggu. Post
partum adalah masa 6 minggu sejak bayi lahir sampai organ-organ
reproduksi sampai kembali ke keadaan normal sebelum hamil (Bobak, 2010).
Masa puerperium atau masa nifas (post partum) adalah jangka waktu 6
minggu yang dimulai setelah kelahiran bayi sampai pemulihan kembali
organ-organ reproduksi seperti sebelum kehamilan (Dewi, 2011).
Masa nifas (puerperium) dimulai setelah kelahiran plasenta dan berahir
ketika alat–alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa
nifas atau puerpenium dimulai 2 jam setelah melahirkan plasenta sampai
dengan 6 minggu (42 hari) setelah itu, dalam bahasa latin, waktu mulai
tertentu setelah melahirkan anak ini dsebut puerperium yaitu dari kata puer
yang artinya bayi dan parous melahirkan. Jadi puerperium berarti masa
setelah melahirkan bayi. Puerperium adalah masa pulih kembali, mulai dari
persalinan selesai sampai alat–alat kandungan kembali seperti sebelum hamil,
sekitar 50% kematian ibu terjadi dalam 24 jam pertama postpartum sehingga
pertolongan pasca persalinan yang berkualitas harus terselenggara pada masa
itu untuk memenuhi kebutuhan ibu dan bayi (Dewi, 2011).
Post partum (nifas) secara harafiah adalah sebagai masa persalinan dan
segera setelah kelahiran, masa pada waktu saluran reproduktif kembali ke
keadaan semula (tidak hamil).
B. Etiologi
Penyebab timbulnya persalinan sampai sekarang belum diketahui secara
pasti atau jelas terdapat beberapa teori antara lain (Rustma Muchtar, 2010) :
1. Penurunan kadar progesterone
Progesteron menimbulkan relaksasi otot-otot rahim, sebaliknya estrogen
meninggikan ketentraman otot rahim.
2. Penurunan kadar progesterone

1
Pada akhir kehamilan kadar oxytocinbertambah, oleh karena itu timbul
kontraksi otot rahim.
3. Keregangan otot-otot
Dengan majunya kehamilan makin regang otot-otot dan otot-otot rahim
makin rentan.
4. Pengaruh janin
Hypofisis dan kelenjar suprarenal janin rupa-rupanya juga memegang
peranan oleh karena itu pada enencephalus kehamilan sering lebih lama
dan biasa.
5. Teori prostaglandin
Teori prostaglandin yang dihasilkan dan decidua, disangka menjadi salah
satu sebab permulaan persalinan.
C. Patofisiologi
Dalam masa post partum atau masa nifas, alat-alat genetalia interna
maupun eksterna akan berangsur-angsur pulih kembali seperti keadaan
sebelum hamil. Perubahan-perubahan alat genetal ini dalam keseluruhannya
disebut “involusi”. Disamping involusi terjadi perubahan-perubahan penting
lain yakni memokonsentrasi dan timbulnya laktasi yang terakhir ini karena
pengaruh lactogenik hormon dari kelenjar hipofisis terhadap kelenjar-kelenjar
mama.
Otot-otot uterus berkontraksi segera post psrtum, pembuluh-pembuluh
darah yang ada antara nyaman otot-otot uretus akan terjepit. Proses ini akan
menghentikan pendarahan setelah plasenta lahir. Perubahan-perubahan yang
terdapat pada serviks ialah segera post partum bentuk serviks agak menganga
seperticorong, bentuk ini disebabkan oleh korpus uteri terbentuk semacam
cincin. Peruabahan-perubahan yang terdapat pada endometrium ialah
timbulnya trombosis, degenerasi dan nekrosis ditempat implantasi plasenta
pada hari pertama endometrium yang kira-kira setebal 2-5 mm itu
mempunyai permukaan yang kasar akibat pelepasan desidua dan selaput janin
regenerasi endometrium terjadi dari sisa-sisa sel desidua basalis yang
memakai waktu 2 sampai 3 minggu. Ligamen-ligamen dan diafragma palvis

2
serta fasia yang merenggang sewaktu kehamilan dan pertu setelah janin lahir
berangsur-angsur kembali seperti sedia kala.
D. Manifestasi Klinis
Periode post partumialah masa enam minggu sejak bayi lahirsampai
organ-organ reproduksi kembali ke keadaan normal sebelumhamil. Periode ini
kadang-kadang disebut puerperiumatau trimesterkeempat kehamilan :
1. Sistem reproduksi
a. Proses involusi
Proses kembalinya uterus ke keadaan sebelum hamil setelah
melahirkan, proses ini dimulai segera setelah plasenta keluar akibat
kontraksi otot-otot polos uterus. Uterus, pada waktu hamil penuh
baratnya 11 kali berat sebelum hamil, berinvolusi menjadi kira-kira
500 gr 1 minggu setelah melahirkan dan 350 gr dua minggu setelah
lahir. Seminggu setelah melahirkan uterus berada di dalam panggul.
Pada minggu keenam, beratnya menjadi 50-60gr. Pada masa pasca
partum penurunan kadar hormone menyebapkan terjadinya autolisis,
perusakan secara langsung jaringan hipertrofi yang berlebihan. Sel-sel
tambahan yang terbentuk selama masa hamil menetap. Inilah penyebap
ukuran uterus sedikit lebih besar setelah hamil.
b. Kontraksi
Intensitas kontraksi uterus meningkat secara bermakna segera
setelah bayi lahir, hormon oksigen yang dilepas dari kelenjar hipofisis
memperkuat dan mengatur kontraksi uterus, mengopres pembuluh
darah dan membantu hemostasis. Salama 1-2 jam pertama pasca
partum intensitas kontraksi uterus bisa berkurang dan menjadi tidak
teratur. Untuk mempertahankan kontraksi uterus, suntikan oksitosin
secara intravena atau intramuskuler diberikan segera setelah plasenta
lahir.
c. Tempat plasenta
Segera setelah plasenta dan ketuban dikeluarkan, kontraksi
vaskular dan trombus menurunkan tempat plasenta ke suatu area yang

3
meninggi dan bernodul tidak teratur. Pertumbuhan endometrium ke
atas menyebapkan pelepasan jaringan nekrotik dan mencegah
pembentukan jaringan parut yang menjadi karakteristik penyembuha
luka. Regenerasi endometrum, selesai pada akhir minggu ketiga masa
pasca partum, kecuali pada bekas tempat plasenta.
d. Lochea
Rabas uterus yang keluar setelah bayi lahir, mula-mula
berwarna merah, kemudian menjadi merah tua atau merah coklat.
Lochea rubra terutama mengandung darah dan debris desi dua dan
debristrofoblastik. Aliran menyembur menjadi merah setelah 2-4 hari.
Lochea serosa terdiri dari darah lama, serum, leukosit dan denrus
jaringan. Sekitar 10 hari setelah bayi lahir, cairan berwarna kuning
atau putih. Lochea alba mengandung leukosit, desidua, selepitel,
mukus, serum dan bakteri. Lochea alba bisa bertahan 2-6 minggu
setelah bayi lahir.
e. Serviks
Serviks menjadi lunak segera setelah ibu melahirkan. 18 jam
pasca partum, serviks memendek dan konsistensinya menjadi lebih
padat dan kembali ke bentuk semula. Serviks setinggi segmen bawah
uterus tetap edematosa, tipis, dan rapuh selama beberapa hari setelah
ibu melahirkan.
f. Vagina dan perineum
Vagina yang semula sangat teregang akan kembali secara
bertahap ke ukuran sebelum hami, 6-8 minggu setelah bayi lahir.
Rugae akan kembali terlihat pada sekitar minggu keempat, walaupun
tidak akan semenonjol pada wanita nulipara.
2. Sistem endokrin
a. Hormon plasenta
Penurunan hormon human plasental lactogen, esterogen dan
kortisol, serta placental enzyme insulinase membalik efek diabetagenik
kehamilan. Sehingga kadar gula darah menurun secara yang bermakna

4
pada masa puerperium. Kadar esterogendan progesteron menurun
secara mencolok setelah plasenta keluar, penurunan kadar esterogen
berkaitan dengan pembengkakan payudara dan diuresis cairan ekstra
seluler berlebih yang terakumulasi selama masa hamil.
b. Hormon hipofisis
Waktu dimulainya ovulasi dan menstruasi pada wanita
menyusui dan tidak menyusui berbeda. Kadar prolaktin serum yang
tinggi pada wanita menyusui tampaknya berperan dalam menekan
ovulasi. Karena kadar follikel-stimulating hormone terbukti sama pada
wanita menyusui dan tidak menyusui di simpulkan ovarium tidak
berespon terhadap stimulasi FSH ketika kadar prolactin meningkat.
3. Abdomen
Apabila wanita berdiri di hari pertama setelah melahirkan,
abdomenya akan menonjol dan membuat wanita tersebut tampak seperti
masih hamil. Diperlukan sekitar 6 minggu untuk dinding abdomen
kembali ke keadaan sebelum hami.

4. Sistem urinarius
Fungsi ginjal kembali normal dalam waktu satu bulan setelah
wanita melahirkan. Diperlukan kira-kira dua smpai 8 minggu supay
hipotonia pada kehamilan dan dilatasi ureter serta pelCvis ginjal kembali
ke keadaan sebelum hamil.
5. Sistem pencernaan
a. Nafsu makan
Setelah benar-benar pulih dari efek analgesia, anesthesia,
keletihan, dan, ibu merasa sangat lapar.
b. Mortilitas
Secara khas, penurunan tonus dan motilitas otot traktus cerna
menetap selam waktu yang singkat setelah bayi lahir.
c. Defekasi

5
Buang air besar secara spontan bias tertunda selama dua sampai
tiga hari setelah ibu melahirkan.
6. Payudara
Konsentrasi hormon yang menstimulasai perkembangan payudara
selama wanita hamil (esterogen, progesteron, human chorionic
gonadotropin, prolaktin, krotison, dan insulin) menurun dengan cepat
setelah bayi lahir.
a. Ibu tidak menyusui
Kadar prolaktin akan menurun dengan cepat pada wanita yang
tidak menyusui. Pada jaringan payudara beberapa wanita, saat palpasi
dilakukan pada hari kedua dan ketiga. Pada hari ketigaatau keempat
pasca partum bisa terjadi pembengkakan. Payudara teregang keras,
nyeri bila ditekan, dan hangat jika di raba.
b. Ibu yang menyusui
Sebelum laktasi dimulai, payudara teraba lunak dan suatu
cairan kekuningan, yakni kolostrum. Setelah laktasi dimula, payudara
teraba hangat dan keras ketika disentuh. Rasa nyeri akan menetap
selama sekitar 48 jam. Susu putih kebiruan dapat dikeluarkan dari
puting susu.
7. Sistem kardiovaskuler
a. Volume darah
Perubahan volume darah tergantung pada beberapa faktor
misalnya kehilangan darah selama melahirkan dan mobilisasi serta
pengeluaran cairan ekstravaskuler. Kehilangan darah merupakan akibat
penurunan volume darah total yang cepat tetapi terbatas. Setelah itu
terjadi perpindahan normal cairan tubuh yang menyebapkan volume
darah menurun dengan lambat. Pada minggu ketiga dan keempat
setelah bayi lahir, volume darah biasanya menurun sampai mencapai
volume sebelum lahir.
b. Curah jantung

6
Denyut jantung volume sekuncup dan curah jantung meningkat
sepanjang masa hamil. Segera setelah wanita melahirkan, keadaan ini
akan meningkat bahkan lebih tinggi selama 30 sampai 60 menit karena
darah yang biasanya melintasi sirkuit utero plasenta tiba-tiba kembali
ke sirkulasi umum (Salehah, 2012).
c. Tanda-tanda vital
Beberapa perubahan tanda-tanda vital bisa terlihat, jika wanita
dalam keadaan normal. Peningkatan kecil sementara, baik peningkatan
tekanan darah sistol maupun diastol dapat timbul dan berlangsung
selama sekitar empat hari setelah wanita melahirkan
8. Sistem neurologi
Perubahan neurologis selama puerperium merupakan kebalikan
adaptasi neurologis yang terjadi saat wanita hamil dan disebabkan trauma
yang dialami wanita saat bersalin dan melahirkan.
9. Sistem muskuluskeletal
Adaptasi sistem muskuluskeletal ibu yang terjadi selama masa
hamil berlangsung secara terbalik pada masa pasca partum. Adaptasi ini
mencakup hal-hal yang membantu relaksasi dan hipermobilitas sendi dan
perubahan pusat berat ibu akibat pemsaran rahim.
10. Sistem integumen
Kloasma yang muncul pada masa hamil biasanya menghilang saat
kehamilan berakhir. Pada beberapa wanita, pigmentasi pada daerah
tersebut akan menutap. Kulit kulit yang meregang pada payudara,
abdomen, paha, dan panggul mungkin memudar, tapi tidak
hilangseluruhnya (Prawirohardjo, 2011).

7
E. Perubahan Fisiologis Masa Nifas
1. Perubahan fisik
a. Uterus
Secara berangsur–angsur menjadi kecil (involusi) sehingga
akhirnya kembali seperti sebelum hamil, setelah plasenta lahir
uterus merupakan alat yang keras, karena kontraksi dan retraksi
otot-ototnya. Fundus uteri ± 3 jari dibawah pusat. Selama 2 hari
berikutnya, besarnya tidak seberapa berkurang tetapi sesudah 2 hari
ini uterus mengecil dengan cepat sehingga pada hari ke-10 tidak
teraba dari luar. Setelah 6 minggu tercapainya lagi ukurannya yang
normal.
b. Serviks
Setelah persalinan, bentuk serviks agak mengganggu seperti corong
berwarna merah kehitaman. Konsistensinya lunak, kadang-kadang
terdapat perlukaan-perlukaan kecil setelah bayi lahir, tangan masih
bisa masuk rongga rahim, setelah 2 jam dapat dilalui oleh 2-3 jari
dan setelah 7 hari hanya dapat dilalui 1 jari.
c. Endometrium
Timbul trombosis, degenerasi dan nekrosis, di tempat implantasi
plasenta. Pada hari-hari pertama, endometrium setebal 12,5 mm
akibat pelepasan desidua dan selaput janin (Sarwono, 2011).
d. Lochea
Lochea adalah cairan sekret yang berasal dari kavum uteri dan
vagina dalam masa nifas. Pada hari pertama dan kedua lochea rubra
atau lochea cruenta, terdiri atas darah segar bercampur sisa-sisa
selaput ketuban, (Rustam, 2010).
e. Pembuluh darah rahim

8
Dalam kehamilan, uterus mempunyai banyak pembuluh-pembuluh
darah yang besar, karena setelah persalinan tidak diperlukan lagi
peredaran darah yang banyak.
f. Dinding perut dan peritoneum
Setelah persalinan dinding perut longgar karena disebabkan lama,
tetapi biasanya akan pulih kembali dalam 6 minggu..
g. Bekas implantasi placenta
Placental bed mengecil karena kontraksi dan menonjol ke kavum
uteri dengan diameter 7.5 cm. Sesudah 2 minggu menjadi 3,5 cm,
pada minggu ke enam 2,4 cm dan akhirnya pulih ( Hellen, 2011).
2. Perubahan psikologis
Adaptasi psikologis post partum menurut teori rubin dibagi dalam 3
periode yaitu sebagai berikut :
a. Periode Taking In
1) Berlangsung 1-2 hari setelah melahirkan
2) Ibu pasif terhadap lingkungan. Oleh karena itu, perlu menjaga
komunikasi yang baik.
3) Ibu menjadi sangat tergantung pada orang lain, mengharapkan
segala sesuatru kebutuhan dapat dipenuhi orang lain.
4) Perhatiannya tertuju pada kekhawatiran akan perubahan
tubuhnya
5) Ibu mungkin akan bercerita tentang pengalamannya ketika
melahirkan secara berulang-ulang.
6) Diperlukan lingkungan yang kondusif agar ibu dapat tidur
dengan tenang untuk memulihkan keadaan tubuhnya seperti
sediakala. 
7) Nafsu makan bertambah sehingga dibutuhkan peningkatan
nutrisi, dan kurangnya nafsu makan menandakan
ketidaknormalan proses pemulihan.
b. Periode Taking Hold
1) Berlangsung 3-10 hari setelah melahirkan.

9
2) Pada fase ini ibu merasa khawatir akan ketidakmampuannya
dalam merawat bayi.
3) Ibu menjadi sangat sensitive, sehingga mudah tersinggung.
4) Saat ini merupakan saat yang baik bagi ibu untuk menerima
berbagai penyuluhan dalam merawat diri dan bayinya. Dengan
begitu ibu dapat menumbuhkan rasa percaya dirinya.
5) Pada periode ini ibu berkonsentrasi pada pengontrolan fungsi
tubuhnya, misalkan buang air kecil atau buang air besar, mulai
belajar untuk mengubah posisi seperti duduk atau jalan, serta
belajar tentang perawatan bagi diri dan bayinya.
c. Periode Letting Go
1) Berlangsung 10 hari setelah melahirkan. 
2) Secara umum fase ini terjadi ketika ibu kembali ke rumah
3) Ibu menerima tanggung jawab sebagai ibu dan mulai
menyesuaikan diri dengan ketergantungan bayinya
4) Keinginan untuk merawat bayi meningkat
5) Ada kalanya ibu mengalami perasaan sedih yang berkaitan
dengan bayinya, keadaan ini disebut baby blues (Mansur,
2012).
F. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan post partum menurut Siswosudarmo, 2012:
1. Pemerikasaan umum: tensi,nadi,keluhan dan sebagainya
2. Keadaan umum: TTV, selera makan dll
3. Payudara: air susu, putting
4. Dinding perut, perineum, kandung kemih, rectum
5. Sekres yang keluar atau lochea
6. Keadaan alat kandungan
G. Komplikasi
1. Pembengkakan payudara
2. Mastitis (peradangan pada payudara)
3. Endometritis (peradangan pada endometrium)

10
4. Post partum blues
5. Infeksi puerperalis ditandai dengan pembengkakan, rasa nyeri,
kemerahan pada jaringan terinfeksi atau pengeluran cairan berbau dari
jalan lahir selam persalinan atau sesudah persalinan.
H. Penatalaksanaan Medis
1. Observasi ketat 2 jam post partum (adanya komplikasi perdarahan).
2. 6-8 jam pasca persalinan : istirahat dan tidur tenang, usahakan miring
kanan kiri.
3. Hari ke- 1-2 : memberikan KIE kebersihan diri, cara menyusui yang
benar dan perawatan payudara, perubahan-perubahan yang terjadi pada
masa nifas, pemberian informasi tentang senam nifas.
4. Hari ke- 2 : mulai latihan duduk.
5. Hari ke- 3 : diperkenankan latihan berdiri dan berjalan.

BAB II

11
KONSEP KEPERAWATAN

1. Pengkajian
a. Data Subyektif
1) Biodata
2) Keluhan Utama
3) Riwayat Haid
4) Riwayat Perkawinan
5) Riwayat Kesehatan Sekarang
6) Riwayat Kesehatan yang Lalu
7) Riwayat Kesehatan Keluarga
8) Riwayat Kehamilan, Persalinan, dan Nifas yang lalu
9) Riwayat Kehamilan, Persalinan Sekarang
10) Riwayat KB
11) Pola Kebiasaan Sehari-hari
a) Nutrisi, Istirahat, Aktivitas, Eliminasi, Kebersihan, Seksua,
Pola rekresi dan Pola kebersihan lain
12) Data Psikologis
a) Taking in (ketergantungan)
b) Letting go (ketidak tergantungan)
13) Sosial dan Budaya
14) Data Spiritual
b. Data obyektif
1) Pemeriksaan fisik
a) Keadaan Umum     :  Baik sampai lemah
b) Kesadaran umum   :  Composmentis / Somnolen
c) Postur tubuh          :  Skoliosis / Lordosis
d) Cara berjalan          :  Lurus, bentuk kaki o / x
e) Tinggi badan          :  Tidak kurang dari 145 cm
f) Berat badan            :  Cenderung turun

12
g) Tekanan darah       :  100/60 – 130/60 mmHg (kenaikan sistol
tidak lebih dari 30 mmHg, distole tidak lebih dari 15 mmHg)
h) Nadi                        :  70 – 90 x/menit
i) Suhu                       :  36 – 37o C
j) Pernafasan              :  16 – 24 x/menit
2) Pemeriksaan Khusus
a) Kepala:  bersih, tidak berketombe, rambut tidak rontok.
b) Muka :  hiperpigmentasi muka, tidak pucat, terdapat cloasma
gravidarum
c) Mata : Simetris, konjungtiva tidak pucat, sklera tidak icterus
(kuning)
d) Hidung : Tidak ada sekret, tidak ada pernafasan cuping
hidung, penciuman normal
e) Telinga : Simetris, tidak ada sekret, tidak ada gangguan
pendengaran
f) Mulut : Bibir tidak pucat, tidak kering, gigi tidak lubang,
tidak ada caries gigi
g) Leher : tidak ada benjolan kelenjar tiroid, tidak ada
bendungan jugularis.
h) Ketiak : tidak berjalan abnormal, tidak ada luka
i) Payudara : Puting susu menonjol / datar / tenggelam,
hypervaskularisasi areola mammae, payudara membesar,
hipervaskularisasi pembuluh darah, colustrum sudah keluar
atau belum.
j) Abdomen : tidak ada luka bekas operasi, hiperpigmentasi,
strie gravidarum, tidak ada benjolan abnormal.
k) Genetalia : Bersih, tidak ada tumor dan condiloma, tidak
oedema dan varises, terdapat luka perneum atau tidak, lochea
rubra.
l) Anus :  tidak ada hemorrhoid, anus bersih.

13
m) Ekstremitas : Tidak oedema / varises pada ekstremitas atas
dan bawah.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri Akut berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan,
kontraksi uterus, distensi abdomen, luka episiotomi
b. Menyusui tidak efektif berhubungan dengan, belum berpengalaman
menyusui, pembengkakan payudara, lecet puting susu, kurangnya
produksi ASI.
c. Gangguan  eliminasi urin berhubungan dengan distensi kandung
kemih, perubahan-perubahan jumlah / frekuensi berkemih.
d. Gangguan pola tidur berhubungan dengan kecemasan hospitalisasi,
waktu perawatan bayi.
e. Risiko infeksi berhubungan dengan trauma jaringan, penurunan
sistemkekebalan tubuh.
f. Risiko hipovolemia berhubungan dengan kehilangan cairan berlebih
(perdarahan).

14
3. Intervensi Keperawatan

Diagnosa
Luaran Keperawatan Intervensi Intervensi Rasional
Keperawatan

Nyeri Akut Setelah dilakukan tindakan 1. Manajemen Nyeri 1. Mengidentifikasi kebutuhan dan
berhubungan dengan keperawatan selama … x …
intervensi yang tepat
terputusnya jam diharapkan nyeri dapat Observasi
kontinuitas teratasi dengan kriteria hasil : 2. Mengetahui tingkat nyeri yang
jaringan,kontraksi a. Keluhan nyeri menurun
a. Lakukan pengamatan pada dirasakan pada ibu
uterus, distensi b. Menringis menurun
abdomen, luka c. Gelisah menurun lokasi, karakteristik, durasi, 3. Mengetahui factor yang
episiotomi d. Kesulitan tidur menurun frekuensi, kualitas dan intensitas
nyeri. menyebabkan nyeri
b. Identifikasi skala nyeri. 4. Mengetahui tingkat pengetahuan
c. Perhatikan respon nyeri pada pada ibu
wajah klien.
5. mengalihkan perhatian ibu dan
d. Identifikasi faktor yang
memperberat serta meringankan rasa nyeri yang dirasakan
nyeri. 6. Mengurangi tekanan pada
e. Identifikasi pengetahuan tentang
perineum
nyeri.
f. Identifikasi budaya terkait respon 7. meningkatkan sirkulasi pada
nyeri. perinium.
g. Pantau keberhasilan terapi
8. melonggarkan system saraf perifer
komplementer yang telah

15
dilakukan. sehingga rasa nyeri berkurang.
h. Pantau efek samping pemberian 9. Agar ibu mengetahui penyebab
obat anti nyeri.
nyeri dan tidak cemas akan nyeri
Terapeutik
yang dialaminya
a. Beri teknik non farmakologis agar 10. Agar ibu bisa mengontrol nyeri
rasa nyeri berkurang.
nya secara mandiri
b. Kontrol lingkungan agar rasa nyeri
bisa menurun. 11. Untuk membantu percepatan
c. Bantu fasilitasi istirahat dan tidur. proses penyembuhan
d. Pada saat pemilihan strategi untuk
mengatasi nyeri itu patut untuk
mempertimbangkan sumber dan
jenis dari nyeri itu sendiri.

Edukasi

a. Beri penjelasan tentang penyebab,


periode dan pemicu timbulnya
rasa nyeri
b. Ajarkan tentang cara meredakan
nyeri
c. Anjurkan untuk memonitor rasa
nyeri sendiri

16
Kolaborasi

a. Kolaborasikan tentang pemberian


analgesic untuk meredakan nyeri

2. Terapi Relaksasi
Observasi
a. Observasi penurunan tingkat
energi, ketidakmampuan
konsentrasi, dan gejala lain
b. Identifikasi Teknik relaksasi
yang pernah efektif digunakan
c. Identifikasi kesediaan,
kemampuan, dan penggunaan
Teknik sebelumnya
d. Periksa ketegangan otot dan
TTV sebelum dan sesudah
Latihan
e. Monitor respon terhadap terapi
relaksasi

Terapiutik
a. Ciptakan lingkungan tenang

17
dan tanpa gangguan dengan
pencahayaan dan suhu yang
nyaman, jika memungkinkan
b. Berikan informasi tertulis
tentang persiapan dan prosedur
Teknik relaksasi
c. Gunakan pakaian longgar
d. Gunakan nada suara lembut
dengan irama lambat dan
berirama
e. Gunakan relaksasi sebagai
strategi penunjang dengan
analgetic atau Tindakan medis
lain yang sesuai
Edukasi
a. Jelaskan tujuan, manfaat,
Batasan, dan jenis relaksasi
yang tersedia
b. Jelaskan secara rinci terapi
relaksasi yang dipilih
c. Anjurkan memilih posisi yang
nyaman
d. Anjurkan rileks dan merasakan
sensasi relaksasi

18
e. Anjurkan sering mengulangi
atau melatih Teknik yang
dipilih
f. Demonstrasikan dan latih
Teknik relaksasi

Menyusui tidak Setelah dilakukan tindakan 1. Edukasi Menyusui 1. Untuk mengidentifikasi


efektif berhubungan keperawatan selama … x…
Tindakan/intervensi
dengan, belum jam diharapkan Proses Observasi
berpengalaman menyusui dapat membaik selanjutnya
menyusui,pembengk dengan kriteria hasil :
a. identifikasi kesiapan dan 2. Untuk pemberian materi
akan payudara, lecet a. Perlekatan bayi pada
putting kemampuan menerima tentang proses dan pentingnya
payudara ibu meningkat informasi
susu,kurangnya
b. Memposisikan bayi b. identifikasi tujuan dan menyusui
produksi ASI.
meningkat keinginan menyusui 3. Untuk meningkatkan
c. Bayi tidur setelah Terapeutik kepercayaan diri ibu dalam
menyusu meningkat
a. Sediakan materi dan media menyusui
d. Lecet pada putting
menurun Pendidikan Kesehatan 4. Agar ibu mengetahui tujuan
e. Kelelahan maternal b. Jadwalkan Pendidikan dan manfaat menyusui
menurun Kesehatan sesuai kesepakatan
5. Agar ibu mengetahui
f. Kecemasan maternal c. Berikan kesempatan untuk
menurun bertanya bagaimana posisi yang baik

19
d. Dukung ibu meningkatkna dalam menyusui
kepercayaan diri dalam 6. Agar ibu mengetahu tata cara
menyusui
perawatan payudara
e. Libatkan system pendukung:
suami, keluarga, tenaga
Kesehatan, dan masyarakat
Edukasi

a. Berikan konseling menyusui


b. Jelaskan manfaat menyusui
bagi ibu dan bayi
c. Ajarkan 4 posisi menyusui dan
perlekatan dengan benar
d. Ajarkan perawatan payudara
antepartum dengan
mengkompres dengan kapas
yang telah diberikan minyak
kelapa

2. Konseling Laktasi
Observasi
1. Untuk mengetahui
a. Identifikasi keadaan emosional
ibu saat akan dilakukan Tindakan/intervensi yang akan
konseling menyusui dilakukan selanjutnya

20
b. Identifikasi kemajuan 2. Untuk mendengarkan keluhan
modifikasi diet secara regular ibu tentang pengalaman dalam
c. Identifikasi permasalahan yang
menyusui
ibu alami selama proses
menyusui 3. Pujian untuk memmberikan
Terapiutik dukungan kepada ibu
a. Gunakan Teknik 4. Agar ibu mengetahui Teknik
mendengarkan aktif (missal, menyusui yang baik dan benar
duduk sama tinggi dan
dengarkan curhatan ibu)
b. Berikan pujian terhadap
terhadap perilaku ibu yang
benar
Edukasi
a. Ajarkan Teknik menyusui yang
tepat sesuai kebutuhan ibu
Gangguan eliminasi Setelah dilakukan tindakan 1. Manajemen eliminasi urine
urin berhubungan keperawatan selama … x… 1. Untuk mengidentifikasi
Observasi
dengan distensi jam diharapkan Eliminasi urin
Tindakan/intervensi
kandung kemih, membaik dengan kriteria hasil : a. Identifikasi tanda dan gejala
perubahan- a. Desakan berkemih retensi atau inkontinensia urine selanjutnya yang akan
perubahan jumlah / (urgensi) menurun b. Identifikasi factor yang dilakukan
frekuensi berkemih.

21
b. Diatensi kandung menyebabkan retensi atau 2. Untuk mengontrol intake dan
kemih menurun inkontinensia urine output cairan
c. Berkemih tidak tuntas c. Monitor eliminasi urine
menurun 3. Untuk dilakukan pemeriksaan
Terapiutik
d. Frekuensi BAK lanjutan sampel urin
a. Catat waktu-waktu dan
membaik haluaran urine 4. Agar klien dan keluarga
b. Batasi asupan cauran mengetahui tanda dan gejala
c. Ambil sampel urine tengah
infeksi saluran kemih
Edukasi
5. Agar keluarga dapat mandiri
a. Ajarkan tanda dan gejala
mengukur haluaran urine
infeksi saluran kemih
6. Pemberian obat analgetic untuk
b. Ajarkan mengukur asupan
membantu mempercepat proses
cairan dan haluaran urine
penyembuhan
c. Ajarkan mengambil specimen
urine midstream
d. Ajarkan mengenali tanda
berkemih dan waktu yang tepat
untuk berkemih
e. Ajarkan terapi modalitas
penguatan otot-otot

22
panggul/berkemih
f. Anjurkan minum yang cukup,
jika tidak ada kontraindikasi
g. Anjurkan mengurangi minum
menjelang tidur
Kolaborasi
a. Kolaborasi pemberian obat
supositoria uretra, jika perlu

Gangguan pola tidur Setelah dilakukan tindakan 1. Edukasi aktivitas/istirahat 2.


keperawatan selama … x…
berhubungan dengan Observasi
jam diharapkan gangguan pola
kecemasan tidur dapat teratasi dengan a. Identifikasi kesiapan dan
kriteria hasil : kemampuan menerima
hospitalisasi, waktu
a. Keluhan kesulitan tidur informasi
perawatan bayi. menurun Terapiutik
b. Keluhan sering terjaga a. Sediakan materi dan media
menurun pengaturan aktivitas dan
c. Keluhan tidak puas istirahat
tidur menurun b. Jadwalkan pemberian
d. Keluhan pola tidur Pendidikan Kesehatan sesuai
berubah menurun kesepakatan

23
e. Keluhan istirahat tidak c. Berikan kesempatan kepada
cukup menurun pasien dan keluarga untuk
bertanya
Edukasi
a. Jelaskan pentingnya
melakukan aktivitas fisik
b. Anjurkan terlibat dalam
aktivitas kelompok, bermain,
atau aktivitas lainnya
c. Anjurkan Menyusun jadwal
aktivitas dan istirahat
d. Ajarkan cara mengidentifikasi
kebutuhan istirahat
e. Ajarkan cara mengidentifikasi
target dan jenis aktivitas sesuai
kemampuan
Resiko infeksi Setelah dilakukan tindakan 1. Pencegahan Infeksi 1. dapat mendeteksi tanda infeksi
berhubungan dengan keperawatan selama … x… lebih dini dan mengintervensi
Observasi
trauma jaringan, jam diharapkan Resiko infeksi dengan tepat.
penurunan sistem menurun dengan kriteria hasil : a. Monitor tanda dan gejala 2. pembalut yang lembab dan banyak
kekebalan tubuh. a. Kebersihan tangan infeksi local dan sistemik darah merupakan media yang
meningkat Terapiutik menjadi tempat
berkembangbiaknya kuman.
b. Kebersihan badan a. Batasi jumlah pengunjung 3. peningkatan suhu > 38C
meningkat b. Berikan perawatan kulit pada menandakan infeksi.
4. memperlancar sirkulasi ke

24
c. Demam menurun area edema perinium dan mengurangi udema.
d. Kemerahan menurun c. Cuci tangan sebelum dan 5. membantu mencegah kontaminasi
sesudah kontak dengan pasien rektal melalui vaginal.
e. Nyeri menurun
dan lingkungan pasien
f. Bengkak menurun
d. Pertahankan Teknik aseptic
pada pasien beresiko tinggi
Edukasi
a. Jelaskan tanda dan gejala
infeksi
b. Ajarkan cara mencuci tangan
dengan benar
c. Ajarkan cara memeriksa
kondisi luka
d. Anjurkan meningkatkan
asupan nutrisi
e. Anjurkan meningkatkan
asupan cairan
Risiko hipovolemia Setelah dilakukan tindakan 1. Manajemen Hipovilemia 1. memberi rangsangan pada uterus
berhubungan dengan keperawatan selama … x… agar berkontraksi kuat dan
Observasi
kehilangan cairan jam diharapkan kekurangan mengontrol perdarahan.
cairan dapat teratasi dengan a. Periksa tanda dan gejala
berlebih 2. mencegah terjadinya dehidrasi.
kriteria hasil : hypovolemia
(perdarahan) 3. peningkatan suhu dapat
a. outpur urine meningkat b. Monitor intake dan output
memperhebat dehidrasi.
b. frekuensi nadi membaik cairan
4. penurunan Hb tidak boleh melebihi

25
c. tekanan darah membaik Terapiutik 2 gram%/100 dL.
d. turgor kulit membaik a. Hitung kebutuhan cairan
b. Berikan posisi modified
trendelemburg
c. Berikan asupan cairan oral
Edukasi
a. Anjurkan memperbanyak
asupan cairan oral
b. Anjurkan menghindari
perubahan posisi mendadak
Kolaborasi
a. Kolaborasi pemberian cairan
IV isotonis
b. Kolaborasi pemberian cairan
IV hipotonis
c. Kolaborasi pemberian cairan
koloid
d. Kolaborasi pemberian produk
darah

26
DAFTAR PUSTAKA

Bobak. 2010. Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Edisi 4. Jakarta: EGC.

Dewi V.N, 2011. Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas. Jakarta: Salemba Medika.

Mansur, Herawati. 2012. Psikologi Ibu dan Anak untuk Kebidanan. Jakarta:
Salemba Medika.

Mitayani. 2015. Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta: EGC

Mochtar, Rustam. 2010. Sinopsis Obstetri. Jilid I. EGC: Jakarta.

Oxorn H, 2010. Ilmu Kebidanan: Patologi dan Fisiologi Persalinan. Yogyakarta:


ANDI; YEM.

PPNI (2017). Standar Diagnosis Kepertawatan Indonesia: Definisi dan Indikator


Diagnostik. Edisi I, Cetakan III. Jakarta: DPP PPNI.

PPNI (2018). Standar Intervensi Kepertawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan


Keperawatan. Edisi I, Cetakan II. Jakarta: DPP PPNI.

Prawirohardjo, Sarwono.2011. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka.

Saleha S, 2012. Asuhan Kebidanan pada Masa Nifas. Jakarta: Salemba Medika.

Varney, Hellen. 2011. Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Edisi 4 Volume1. Jakarta:
EGC.

27

Anda mungkin juga menyukai