Anda di halaman 1dari 26

Departemen Keperawatan Jiwa

LAPORAN PENDAHULUAN KEPERAWATAN


DENGAN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI : HALUSINASI
DI RUANG SAWIT RSKD DADI PROVINSI SULAWESI SELATAN

OLEH:

IKRIMAH SYAM, S.Kep


70900120003

PRESEPTOR LAHAN PRESEPTOR INSTITUSI

(…………………………) (……………………………)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR
2021
GANGGUAN SENSORI PERSEPSI
(HALUSINASI)

1. Kasus : Halusinasi
a. Definisi
Halusinasi adalah ssalaah satu gejala gangguan sensori persepsi yang
dialami oleh pasien gangguan jiwa. Pasien merasakan sensasi berupa suara,
penglihatan, pengecapan, perabaan, atau penghiduan tanpa stimulus yang
nyata (Keliat, Akemat, Helena, & Nurhaeni, 2018).
Halusinasi merupakan gangguan persepsi dimana klien
mempresepsikan sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi. Suatu penerapan
panca indra tanpa ada rangsangan dari luar. Suatu penghayatan yang dialami
suatu persepsi melalui panca indra tanpa stimulus eksteren : Persepsi palsu.
Berbeda dengan ilusi dimana klien mengalami persepsi yang salah terhadap
stimulus, salah persepsi pada halusinasi terjadi tanpa adanya stimulus
eksternal yang terjadi. Stimulus internal dipersepsikan sebagai sesuatu yang
nyata ada oleh klien (Natsir & Muhith, 2011).
b. Etiologi
Halusinasi merupakan salah satu gejala dalam menentukan diagnosis klien
yang mengalami psikotik, khususnya skizofrenia. Halusinasi dipengaruhi
oleh beberapa faktor yakni (Muhith, 2015):
1) Faktor predisposisi
a) Faktor perkembangan
Jika tugas perkembangan mengalami hambatan dan hubungan
interpersonal terganggu, maka individu akan mengalami stres dan
kecemasan
b) Faktor neurobiologi
Ditemukan bahwa korteks prefrontal dan korteks limbik pada klien
dengan skizofrenia tidak pernah berkembang penuh. Selain itu, klien
juga akan mengalami penurunan volume dan fungsi otak abnormal.

2
Neurotransmitter juga ditemukan tidak normal khususnya dopamine,
serotonin dan glutamat.
c) Studi neurotransmitter
Skizofrenia diduga juga disebabkan oleh adanya ketidakseimbaangan
neurotransmitter serta dopamine berlebihan sehingga jumlah
dopamine tidak seimbang dnegan kadar serotonin.
d) Faktor sosiokultural
Seseorang yang merasa tidak terima di lingkungan sejak bayi akan
membekas di ingatannya sampai dewasa dan ia akan merasa di
singkirkan, kesepian dan tidak percaya pada lingkunganya.
e) Faktor biokimia
Adanya stress yang berlebihan yang di alami oleh seseorang maka di
dalam tubuhnya akan di hasilkan suatu zat yang dapat bersifat
halusinogenik neurokimia sehingga menjadi ketidakseimbangan asetil
kolin dan dopamine.
f) Faktor psikologis
Tipe kepribadian yang lemah tidak bertanggung jawab akan mudah
terjerumus pada penyelah guna zat adaptif. Klien lebih memilih
kesenangan sesaat dan lari dari alam nyata menuju alam nyata.
g) Faktor genetik
Telah diketahui bahwa secara genetik skizofrenia diturunkan melalui
kromosom-kromosom tertentu. Namun demikian, kromosom yang
keberapa yang menjadi faktor penentu gangguan ini sampai sekarang
masih dalam tahap penelitian. Anak kembar indentik memiliki
kemungkinan mengalami skizofrenia sebesar 50% jika salah staunya
mengalami skizofrenia, sementara dizygote peluangnya sebesar 15%.
Seorang anak yang salah satu orang tuanya mengalami Skizofrenia
berpeluang 15% mengalami skizofrenia, sementara bila kedua oraang
tuanya mengalami skizofrenia maka peluangnya menjadi 35%.
h) Teori virus
Paparan virus influenza pada trimester ke-3 kehamilan dapat menjadi
faktor predisposisi schizofrenia.

3
i) Psikologis
Beberapa kondisi pikologis yang menjadi faktor predisposisi
schizofrenia antara lain anak yang di pelihara oleh ibu yang suka
cemas, terlalu melindungi, dingin dan tak berperasaan, sementara ayah
yang mengambil jarak dengan anaknya.
2) Faktor presipitasi
a) Dimensi fisik
Halusinasi dapat di timbulkan oleh beberapa kondisi fisik seperti
kelelahan yang luar biasa, pengguanaan obat-obatan, demam hingga
delirium, intoksikasi alkohol dan kesulitan waktu tidur dalam waktu
yang lama.
b) Dimensi emosional
Perasaan cemas yang berlebihan atas dasar problem yang tidak dapat
di atasi merupakan penyebab halusinasi itu terjadi. Isi dari halusinasi
dapat berupa printah memaksa dan menakutkan. Klien tidak sanggup
lagi menentang perintah tersebut sehingga dengan kondisi tersebut
klien berbuat sesuatu terhadap ketakutan tersebut.
c) Dimensi intelektual
Dalam dimensi intelektual ini merangsang bahwa individu dengan
halusinasi akan memperlihatkan adanya penurunan fungsi ego. Pada
awalnya halusinasi merupakan usaha dari ego sendiri untuk melawan
implus yang menekan, namum merupakan suatu hal yang
menimbulkan kewaspadaan yang dapat mengembil seluruh perhatian
klien dan tidak jarang akan mengontrol semua perilaku klien.
d) Dimensi sosial
Klien mengaggap bahwa hidup bersosialisasi di alam nyata itu
sangatlah membahayakan, klien asik dengan halusinasinya. Seolah-
olah dia merupakan tempat akan memenuhi kebutuhan akan interaksi
sosial, kontrol diri dan harga diri yang tidak di dapatkan dalam dunia
nyata. Isi halusinasi di jadikan sistem kontrol oleh individu tersebut,

4
sehingga jika sistem halusinasi berupa ancaman, dirinya maumpun
orang lain. Oleh karna itu, aspek penting dalam melakukan intervensi
keperawatan klien dengan mengupayakan suatu proses interaksi yang
menimbulkan pengalam interpersonal yang memuaskan, serta
menguasakan klien tidak menyendiri sehingga klien selalu
berinteraksi dengan lingkungan dan halusinasi tidak langsung.
e) Dimensi spiritual
Klien mulai dengan kemampuan hidup, rutinitas tidak bermakna,
hilangnya aktifitas ibadah dan jarang berupaya secara spiritual untuk
menysucikan diri. Ia sering memaki takdir tetapi lemah dalam upaya
menjemput rejeki, menyalahkan lingkungan dan orang lain yang
menyebabkan takdirnya memburuk.
c. Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala pada pasien halusinasi bergantung pada jenis halusinasi
yang dialaminya. Yosep (2011) mengungkapkan bahwa beberapa tanda dan
gejala yang dapat dijadikan untuk menegakkan diagnosis pada pasien
halusinasi yaitu:
a) Halusinasi pendengaran
Data subjektif:
1) Mendengar sesuatu yang menyuruh klien melakukan sesuatu yang
berbahaya
2) Mendengar suara yang mengajak bercakap-cakap
3) Mendengar suara atau bunyi
4) Mendengar seseorang yang sudah meninggal
5) Mendengar suara yang mengancam diri klien atau orang lain atau
yang membahayakan
Data Objektif:
1) Mengarahkan telinga pada sumber suara
2) Bicara atau tertawa sendiri
3) Marah-marah tanpa sebab
4) Menutup telinga mulut komat kamit
5) Ada gerakan tangan

5
b) Halusinasi penglihatan
Data subyektif :
1) Melihat orang yang sudah meninggal
2) Melihat makhluk tertentu
3) Melihat bayangan
4) Melihat sesuatu yang menakutkan
5) Melihat cahaya yang sangat terang
Data obyektif :
1) Tatapan mata pada tempat tertentu
2) Menunjuk kea rah tertentu
3) Ketakutan pda objek yang dilihat
c) Halusinasi penghidu
Data subyektif :
1) Mencium sesuatu seperti bau mayat, darah, bayi, fase, bau
masakan, dan parfum yan menyengat
2) Klien mengatakan sering mencium bau sesuatu
Data obyektif :
1) Ekspresi wajah seperti sedang mencium
2) Adanya gerakan cuping hidung
3) Mengarahkan hidung pada tempat tertentu
d) Halusinasi peraba
Data subyektif :
1) Klien mengatakan seperti ada sesuatu di tubuhnya
2) Merasakan ada sesuatu di tubuhnya
3) Merasakan ada sesuatu di bawah kulit
4) Merasakan sangat panas, atau dingin
5) Merasakan tersengat aliran litrik

Data obyektif :
1) Mengusap dan menggaruk kulit
2) Meraba permukaan kulit

6
3) Menggerak gerakan badanya
4) Memegangi terus area tertentu
e) Halusinasi pengecap
Data subyektif :
1) Merasakan seperti sedang makan sesuatu
2) Merasakan ada yang dikunyah di mulutnya
Data obyektif :
1) Seperti mengecap sesuatu
2) Mulutnya seperti mengunyah
3) Meludah atau mutah
f) Halusinasi kinestetik
Data subyektif :
1) Klien mengatakan tubuh nya tidak ada fungsinya
2) Merasakan tidak ada denyut jantung
3) perasaan tubuhnya melayang layang
Data obyektif :
1) klien menatap dan melihati tubuhnya sendiri
2) klien memegangi tubuhnya sendiri
d. Jenis-jenis Halusinasi
Pada umumnya halusinasi dibedakan menjadi 5 yakni halusinasi
pendengaran, halusinasi penglihatan, halusinasi penghidu, halusinasi
pengecapan, dan halusinasi perabaan (Keliat, Akemat, Helena, &
Nurhaeni, 2018):

Jenis Halusinasi Data Objektif Data Subjektif


Halusinasi 1. Bicara atau tertawa 1. Mendengar suara-suara
pendengaran sendiri tanpa lawan atau kegaduhan
bicara 2. Mendengar suara yang
2. Marah-marah tanpa mengajak bercakap-cakap
sebab 3. Mendengar suara
3. Mencondongkan telinga menyuruh melakukan
ke arah tertentu sesuatu yang berbahaya
4. Menutup telinga
Halusinasi 1. Menunjuk-nunjuk ke Melihat bayangan, sinar,
Penglihatan arah tertentu bentuk geometris, bentuk
2. Katakutan kepada objek kartun, melihat hantu atau
yang tidak jelas monster
Halusinasi penghidu Menghidu seperti sedang Membauai bau-bauan seperti

7
membaui bau-bauan bau darah, urine, feses,
kadang-kadang bau itu
menyenangkan
Halusinasi Sering meludah atau muntah Merasakan rasa seperti darah,
pengecapan urine atau feses
Halusinasi perabaan Menggaruk-garuk Merasa seperti tersengat
permukaan kulit listrik

e. Fase Halusinasi
Fase halusinasi dibedakan menjadi 4 fase yakni (Stuart dan Laraia dalam
Muhith, 2015) :

Fase Halusinasi Karakteristik Perilaku Klien


FASE 1 Klien mengalami perasaan 1. Tersenyum dan tertawa
Comforting seperti ansietas, kesepian, rasa tidak sesuai
ansietas sebagai bersalah dan takut mencoba 2. Menggerekan bibir tanpa
halusinasi untuk befokus pada pikiran suara
menyenangkan menyenangkan 3. Pergerakan mata yang cepat
untuk meredakan ansietas 4. Respon verbal yang lambat
individu mengenal bahwa jika sedang asyik
pikiran-pikiran dan 5. Diam dan asyik sendiri
pengalaman sensori berada
dalam kondisi kesadaran jika
ansietas dapat ditangani
dengan nonpsikotik
FASE II Pengalaman sensasi menjijikan 1. Ansietas
Complementing dan menakutkan. Klien mulai 2. Peningkatan denyut
ansietas berat lepas kendali dan mungkin jantung, pernafasan dan
halusinasi mencoba untuk mengambil tekanan darah
memberatkan jarak 3. Rentang perhatian
dengan sumber yang menyempit
dipersepsikan. Klien mungkin 4. Asyik dengan pengalaman
mengalami pengalaman sensori sensori
dan menarik diri dari orang 5. Kehilangan kemampuan
lain membedakan halusinasi dan
realita.

FASE III 1. Klien berhenti melakukan 1. Kemauan yang


Controling perlawanan terhadap dikendalikan halusinasi
ansietas berat halusinasi dan menyerah akan lebih diikuti
pengalaman pada halusinasinya 2. Kesukaran hubungan
sensori jadi 2. Isi halusinasi menjadi dengan orang lain
berkuasa menarik 3. Rentang perhatian hanya
3. Klien mengalami beberapa detik / menit
pengalaman kesepian jika adanya
sensori halusinasinya 4. Adanya tanda-tanda fisik

8
berhenti ansietas berat berkeringat,
tremor, tidak mampu
mematuhi perintah
5. Isi halusinasi menjadi
atraktif
6. Perintah halusinasi ditaati
7. Tidak mampu mengikuti
perintah dari perawat,
tremor dan berkeringat.
FASE IV 1. Pengalaman sensori 1. Perilaku error akibat panik
Conquering menjadi mengancam jika 2. Potensi kuat suicide /
Panik klien mengikuti perintah homicide
Umumnya halusinasinya 3. Aktifitas fisik
menjadi 2. Halusinasi berakhir dari merefleksikan isi halusinasi
melebur dalam beberapa jam/ hari jika seperti perilaku kekerasan,
halusinasinya tidak ada intervensi agitasi menarik diri atau
terapeutik katatonic
4. Tidak mampu merespon
perintah yang kompleks
5. Tidak mampu merespon
lebih dari satu orang
6. Agitasi atau kataton

f. Rentang Respon
Halusinasi merupakan salah satu respon maladaptif individu yang berada
dalam rentang respon neurobiologis. Ini merupakan respon neurobiologis
yang paling maladaptif. Jika klien sehat persepsinya akurat, mampu
mengidentifikasi dan menginterpretasikan stimulus berdasarkan informasi
yang diterima melalui panca indera. Klien dengan halusinasi
mempresepsikan sutau stimulus panca indera walaupaun sebenarnya
stimulus tersbeut tidak ada. respon individu (yang karena suatu hal
mengalami kelaian persepsi) yaitu salah mempersepsikan stimulus yang
diterimanya yang disebut sebagai ilusi. Klien mengalami ilusi jika
interpretasi yang dilakukan terhadapp stimulus pancaindera tidak akurat
sesuai dengan stimulus yang diterima. Rentang respon tersebut digambarkan
sebagai berikut (Muhith, 2015).
Respon adaptif Respon maladaptif

1. Pikiran logis 1. Distorsi pikiran 1. Gangguan pikir/delusi


2. Persepsi akurat ilusi 2. Halusinasi
3. Emosi konsisten 2. Reaksi emosi 3. Sulit merespon emosi
dengan berlebihan
9 4. Perilaku disorganisasi
pengalaman 3. Perilaku aneh atau 5. Isolasi sosial
4. Perilaku sesuai tidak biasa
5. Berhubungan 4. Menarik diri
Keterangan rentang respon menurut Farida & Yudi (2010) adalah sebagai
berikut:
1) Pikiran logis yaitu ide yang berjalan secara logis dan koheren
2) Persepsi akurat yaitu proses diterimanya rangsangan melalui panca
indera yang didahului oleh perhatian sebagai individu yang sadar
tentang sesuatu yang ada di dalam maupun diluar dirinya
3) Emosi konsisten adalah manifestasi perasaan yang konsiten atau efek
keluar disertai banyak komponen fisiologik dan biasanya berlangsung
tidak lama
4) Perilaku sesuai yaitu perilaku individu berupa tindakan nyata dalam
menyelesaikan masalah masih dapat diterima oleh norma-normal sosial
dan budaya umum yang berlaku
5) Hubungan sosial yaitu hubungan yang dinamis menyangkut antara
individu dan individu, individu dan kelompok dalam bentuk kerja sama
6) Proses pikiran kadang terganggu (ilusi) yaitu interpretasi yang salah
atau menyimpang tentang penyerapan (persepsi) yang sebenarnya
sungguh-sungguh terjadi karena adanya rangsangan panca indera
7) Menarik diri yaitu percobaan untuk menghindari interaksi dengan
orrang lain.
8) Emosi berlebihan atau kurang yaitu manifestasi perasaan atau efek
keluar berlebihan atau kurang
9) Perilaku tidak sesuai atau tidak biasa yaitu perilaku individu berupa
tindakan nyata dalam menyelesaikan masalahnya tidak diterima oleh
norma-norma sosial atau budaya umum yang berlaku
10) Waham adalah suatu keyakinan yang salah dipertahankan secara kuat
atau terus menerus namun tidak sesuai dengan kebenaran
11) Halusinasi adalah hilangnya kemampuan manusia dalam membedakan
rangsangan internal (pikiran) dan rangsangan eksternal (dunia luar).

10
Klien memberi persepsi atau pendapat tentang lingkungan tanpa ada
objek atau rangsangan yang nyata.
12) Isolasi sosial yaitu menghindari dan dihindari oleh lingkungan sosial
dan berinteraksi

2. Proses Terjadinya Masalah


Halusinasi diawali dengan adanya kebutuhan yang tidakk terpenuhi pada
diri seseorang yang mengakibatkannya merasa cemas dan mencari cara untuk
mengatasi rasa cemasnya. Individu yang tidak memiliki koping yang
adaptifakan mengatasi masalahnya dengan cara yang maladaptif seperti
menarik diri dan membayangkan sesuatu yang berlawanan dari kenyataan yang
dihadapi atau membayangkan sesuatu yang diharapkannya terjadi dan
memenuhi kebutuhannya. Cara yang dilakukannya ini membuatnya merasa
nyaman dan menurunkan rasa cemasnya. Bila tidak dilakukan intervensi
kondisi ini berlanjut, klien terus menggunakan koping yang maladaptif untuk
mengatasi cemasnya. Lama kelamaan rasa nyaman yang diperolehnya berubah
menjadi rasa yang menakutkan karena pada perkembangan selanjutnya klien
mendengar suara-suara yang mengancamnya. Sementara klien sudah tidak
mampu lagi mengontrolnya. Bila tidak diintervensi, akibat dari rasa takut atau
menuruti perintah suara-suara, klien dapat melakukan hal yang
membahayakana dirinya, orang lain atau lingkungan disekitarnya (Videback,
2008).
3. Pohon Masalah dan Masalah Keperawatan yang Perlu di Kaji
a. Pohon Masalah

Risiko perilaku kekerasan


Efek

Gangguan sensori persepsi sensori:


Core problem Halusinasi penglihatan dan pendengaran

Defisit perawatan diri:


Etiologi Isolasi sosial Mandi/kebersihandiri,berpakaian/berhias

Gangguan konsep diri :


Harga diri rendah

11
b. Masalah Keperawatan dan Data yang Dikaji
Dari pohon masalah diatas dapat dirumuskan masalah keperawatan sebagai
berikut:
1. Resiko perilaku kekerasan.
2. Perubahan persepsi sensori: halusinasi pendengaran & penglihatan
3. Isolasi sosial
4. Gangguan konsep diri: harga diri rendah.
5. Defisit perawatan diri.
Adapun data yang perlu dikaji pada pasien halusinasi yaitu (Keliat,
Akemat, Helena, & Nurhaeni, 2018):
1. Jenis dan isi halusinasi. Data objektif dapat anda kaji dengan cara
mengobservasi perilaku pasien, sedangkan data subjektif dapat anda kaji
dengan melakukan wawancara dengan pasien. Melalui data ini perawat
dapat mengetahui isi halusinasinya.
2. Waktu, frekuensi dan situasi yang menyebabkan munculnya halusinasi.
Perawat juga perawat juga perlu mengkaji waktu, frekuensi dan situasi
yang munculnya halusinasi yang dialami oleh pasien. Kapan halusinasi
terjadi? Apakah pagi, siang, sore atau malam? Jika mungkin pukul
berapa? Frekuensi terjadinya apakah terus menerus atau hanya sekali-
kali? Situasi terjadinya apakah ketika sendiri atau setelah terjadi kejadian
tertentu? Hal ini dilakukan untuk menentukan intervensi khusus pada
waktu tertentu terjadinya halusinasi, menghindari situasi yang
menyebabkan munculnya halusinasi, sehingga pasien tidak larut dengan
halusinasinya. Dengan mengetahui frekuensi terjadinya halusinasi dapat
direncanakan frekuensi tindakan untuk mencegah terjadinya halusinasi.
3. Respons terhadap halusinasi. Untuk mengetahui apa yang dilakukan
pasien ketika halusinasi itu muncul. Perawat dapat menanyakan pada

12
pasien hal yang dirasakan atau dilakukan saat halusinasi timbul. Perawat
dapat juga menanyakan kepada keluarga atau orang terdekat pasien.
Selain itu dapat juga dengan mengobservasi perilaku pasien saat
halusinasi timbul.

4. Diagnosis Keperawatan
a. Perubahan persepsi sensori: halusinasi pendengaran dan penglihatan
b. Isolasi sosial: Menarik diri
c. Gangguan konsep diri: harga diri rendah.
d. Resiko perilaku kekerasan.
e. Defisit perawatan diri

13
5. Rencana Tindakan Keperawatan
No. Diagnosa Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi
Keperawatan

1. Gangguan sensori TUM: Klien dapat


persepsi: mengontrol halusinasi
halusinasi yang dialaminya
penglihatan
TUK 1: klien dapat Setelah dilakukan 1× interaksi, Bina hubungan saling percaya dengan ramah baik verbal maupun non
membina hubungan pasien mampu membina hubungan verbal
saling percaya saling percaya dengan perawat
dengan kriteria: ekspresi wajah 1. Sapa pasien dengan ramah baik verbal
bersahabat, menunjukkan rasa maupun nonverbal
senang, ada kontak mata, mau 2. Perkenalkan nama, nama panggilan dan
berjabat tangan, mau menyebutkan tujuan perawat berkenalan
nama, mau duduk berdampingan 3. Tanyakan nama lengkap dan nama panggilan
dengan perawat, mau yang disukai pasien
mengungkapkan perasaaannya 4. Buat kontrak waktu yang jelas
5. Tunjukkan sikap yang jujur dan
menunjukkan sikap empati serta menerima apa adanya
6. Beri perhatian kepada pasien dan perhatikan
kebutuhan dasar pasien
7. Beri kesempatan pasien untuk
mengungkapkan perasaannya
8. Dengarkan ungkapan pasien dengan penuh
perhatian ada ekspresi perasaan pasien
TUK 2: pasien dapat Setelah dilakukan 2× interaksi, 1. Adakan kontak sering dan singkat secara
mengenal halusinasinya pasien dapat menyebutkan: isi, bertahap
waktu, frekuensi, situasi dan 2. Observasi tingkah laku yang terkait dengan
halusinasi (verbal dan non verbal)

14
kondisi yang menimbulkan 3. Jika pasien tidak sedang berhalusinasi
halusinasi klarifikasi tentang adanya penglaman halusinasi, diskusikan dengan
pasien isi, aktu, frekuensi halusinasi)
4. Diskusikan tentang pa yang dirasakan saat
terjadi halusinasi
5. Dorong untuk mengungkapkan perasaan saat
terjadi halusinasi
6. Diskusikan tentang dampak yang akan
dialami jika pasien menikmati halusinasinya
TUK 3: pasien dapat Setelah dilakukan 2× interaksi 1. Identifikasi bersama tentang cara tindakan jika terjadi halusinasi
mengontrol pasien mampu menyebutkan 2. Diskusikan manfaat cara yang digunakan pasien
halusinasinya tindakan yang biasanya dilakukan 3. Diskusikan cara baru untuk memutus/mengontrol halusinasi
untuk mengendalikan halusinasinya 4. Bantu pasien untuk memilih cara yang sudah dianjurkan dan latih
untuk mencobanya
5. Pantau pelaksanaan tindakan yang dipilih dan dilatih, jika berhasil
beri pujian
TUK 4: Pasien mendapat Setelah dilakukan 2× interaksi 1. Buat kontak pertemuan dengan keluarga
dukungan dari keluarga keluarga menyatakan setuju untuk (waktu, topik, tempat)
dalam mengontrol mengikuti pertemuan dengan 2. Diskusikan dengan keluarga: pengertian
halusinasinya perawat halusinasi, tanda dan gejala, proses terjadinya, cara yang bisa
dilakukan oleh pasien dan keluarga untuk memutus halusinasi, obat-
obat halusinasi, cara merawat pasien halusinasi di rumah, beri
informasi waktu follow up atau kapan perlu mendapat bantuan.
3. Beri reinforcement positif atas keterlibatan
keluarga
TUK 5: Pasien dapat Setelah dilakukan 2× interaksi 1. Diskusikan tentang manfaat dan kerugian
menggunakan obat pasien mendemonstrasikan tidak minum obat, dosis, efek samping minum obat
dengan benar penggunaan obat dengan benar 2. Pantau pada saat pasien minum obat
3. Anjurkan pasien minta sendiri obatnya pada
perawat

15
4. Beri reinforcemen jika pasien menggunakan
obat dengan benar
5. Diskusikan akibat berhenti minum obat tanpa
konsultasi dengan dokter
6. Anjurkan pasien berkonsultasi dengan
dokter/perawat jika terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.
7. Isolasi Sosial TUM: Klien dapat
berinteraksi dengan
orang lain

TUK 1:Klien dapat Setelah dilakukan 1× interaksi a. Sapa Klien dengan ramah.
membina hubungan Ekspresi wajah klien bersahabat, b. Perkenalkan diri dengan sopan.
saling percaya menunjukkan rasa senang, ada c. Tanyakan nama lengkap dan nama panggilan yang disukai.
kontak mata, mau berjabat tangan, d. Jelaskan tujuan pertemuan kepada klien.
mau menyebut nama, mau e. Jujur dan menepati janji.
menjawab salam, klien mau duduk f. Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya.
berhadapan dengan perawat, mau g. Berikan perhatian kepada klien dan perhatikan kebutuhan dasar klien
mengutarakan masalah yang
dihadapi
TUK 2: Klien dapat Setelah dilakukan 2× interaksi klien a. Kaji pengetahuan klien tentang perilaku menarik diri, dan tanda-
menyebutkan penyebab dapat menyebutkan penyebab tandanya.
menarik diri. menarik diri yang berasal dari diri b. Beri kesempatan klien untuk mengungkapkan perasaan penyebab
sendiri, orang lain, dan lingkungan. menarik diri.
c. Diskusikan bersama klien tentang perilaku menarik diri, dan tanda-
tandanya.
d. Beri pujian kepada klien tentang ungkapan perasaannya
TUK 3: Klien dapat Setelah dilakukan 2× interaksi klien a. Kaji pengetahuan klien tentang keuntungan dan kerugian tidak
menyebutkan euntungan dapat menyebutkan keuntungan berhubungan dengan orang lain.
berhubungan dengan berhubungan dengan orang lain b. Beri kesempatan klien untuk mengungkapkan perasaan tentang
orang lain dan kerugian misalnya banyak teman, tidak keuntungan dan kerugian tidak berhubungan dengan orang lain.

16
tidak berhubungan sendiri, dan klien dapat melakukan c. Diskusikan dengan klien tentang keuntungan dan kerugian tidak
dengan orang lain diskusi. Klien dapat menyebutkan berhubungan dengan orang lain.
kerugian tidak berhubungan dengan d. Beri pujian positif tentang kemampuan klien mengungkapkan
orang lain misalnya sendiri, tidak perasaannya tentang keuntungan dan kerugian tidak berhubungan
memiliki teman, dan sepi dengan orang lain.
TUK 4: Klien dapat Setelah dilakukan 2× interaksi, a. Kaji kemampuan klien membina hubungan dengan orang lain.
berhubungan dengan Klien dapat mendemonstrasikan b. Ajarkan klien berkenalan
orang lain berhubungan dengan orang lain c. Beri pujian positif terhadap keberhasilan yang telah dicapai
secara bertahap. (klien-perawat) d. Bantu klien untuk mengevaluasi keuntungan berhubungan dengan
orang lain dan kerugian tidak berhubungan dengan orang lain.
e. Motivasi klien untuk berhubungan dengan orang lain
TUK 5: Klien dapat Setelah dilakukan 2× interaksi , a. Beri kesempatan klien untuk berkenalan dengan seorang perawat.
berhubungan dengan Klien dapat mendemonstrasikan b. Diskusikan dengan klien tentang perasaan bila berhubungan dengan
orang lain (klien- berhubungan dengan orang lain orang lain.
perawat lain) (klien perawat lain). c. Beri pujian positif atas kemampuan klien mengungkapkan perasaan
tentang manfaat berhubungan dengan orang lain.

TUK 6: Klien dapat Setelah dilakukan 2× interaksi, a. Beri kesempatan klien untuk berhubungan dengan orang lain (klien-
berhubungan dengan Klien dapat mendemonstrasikan kelompok perawat/klien lain).
orang lain (klien berhubungan dengan orang lain b. Beri pujian positif atas kemampuan klien berhubungan dengan orang
kelompok perawat/klien (klien-perawat-klien lain) lain (klien-kelompok perawat/klien lain).
lain). c. Motivasi klien untuk berhubungan dengan orang lain.

TUK 7: Klien dapat Setelah dilakukan 2× interaksi a. Bina hubungan saling percaya dengan keluarga.
memberdayakan sistem Keluarga dapat menjelaskan b. Diskusikan dengan keluarga tentang perilaku menarik diri, penyebab
pendukung atau keluarga perasaannya, cara merawat klien menarik diri, dan cara menghadapi klien menarik diri.
mampu mengungkapkan menarik diri, mendemonstrasikan c. Dorong keluarga untuk memberikan dorongan kepada klien untuk
kemampuan klien untuk perawatan klien menarik diri, berhubungan dengan orang lain.
berhubungan dengan berpartisipasi dalam perawatan d. Anjurkan anggota keluarga secara rutin atau bergantian untuk

17
orang lain klien menjenguk klien di rumah sakit, minimal 1 minggu sekali.
e. Beri pujian positif atas hal yang telah dicapai keluarga.

15. Gangguan konsep TUM: Klien dapat


diri: HDR bersosialisasi dengan
orang lain disekitar
Secara optimal
TUK 1: Klien mengidentifikasi kemampuan a. Diskusikan kemampuan dan aspek positif
Klien dapat dan aspek positif yang dimiliki. yang dimiliki klien.
mengidentifikasi b. Setiap bertemu klien hindarkan dari memberi
kemampuan dan aspek penilaian negatif.
positif yang dimiliki c. Utamakan memberi pujian yang realistik

TUK 2: Klien memiliki daftar a. Diskusikan dengan klien kemampuan yang masih dapat digunakan
Klien dapat memiliki kemampuan/kegiatan yang dapat selama sakit.
kemampuan yang dapat dilakukan b. Diskusikan kemampuan yang dapat dilanjutkan penggunaannya.
dilakukan

TUK 3: Klien memiliki rencana ADL yang a. Rencanakan bersama klien aktivitas yang
Klien dapat tersusun dapat dilakukan dengan menyusun ADL.
merencanakan kegiatan b. Beri contoh kegiatan yang dapat dilakukan
yang akan dilakukan klien
c. Tingkatkan kegiatan yang dapat dilakukan
sesuai kondisi
TUK 4: Klien melakukan kegiatan sesuai a. Beri kesempatan kepada klien untuk mencoba kegiatan yang telah
Klien dapat melakuakan rencana dan kondisi direncanakan
kegiatan yang telah b. Beri pujian atas keberhasilan klien
direncanakan sesuai
kemampuan

18
20. Risiko perilaku TUM 1:
kekerasan Klien dapat mengontrol
perilaku kekerasan
TUK 1: Setelah dilakukan 1× pertemuan a. Bina hubungan saling percaya dengan klien
klien menunjukkan tanda-tanda 1. Beri
Klien dapat membina percaya kepada perawat yang salam setiap kali interaksi
hubungan salng percaya ditunjukkan dengan: 2. Perkenal
dengan perawat a. Wajah cerah, tersenyum an nama, nama panggilan perawat dan tujuan perawat berinteraksi
b. Mau berkenalan 3. Tanyaka
c. Ada kontak mata n panggilan nama kesukaan klien
d. Bersedia menceritakan perasan 4. Tunjukka
n sikap empati, jujur dan menepati janji setiap kali berinteraksi
5. Tanyak
perasaan klien dan masalah yang dihadapi klien
6. Buat
kontrak interaksi yang jelas
7. Dengark
an dengan penuh perhatian
TUK 2: Setelah dilakukan interkasi dengan a. Bantu klien mengungkapkan perasaan kesalnya
klien, klien dapat menceritakan b. Motivasi klien untuk mencerritakan penyebab rasa kesal atau
Klien dapat penyebab perilaku kekerasan yang jengkelnya
mengidentifikasi tanda- dilakukannya baik pada diri sendiri, c. Dengarkan tanpa menyela atau memberi penialai setiap
tanda perilaku kekerasan orang lain maupun dilingkungan ungkapan perasaan klien
sekitarnya

TUK 3: Setelah dilakukan interaksi klien a. Bantu klien mengungkapkan tanda-tadan perilaku kekerasan yang
mampu menceritakan tanda-tanda dialaminya
Klien dapat saat terjadi perilaku kekerasan: b. Motivas klien menceritakan kondisi fisik (tanda-tanda fisik) saat
mengidentifikasi tanda- a. Tanda fisik: mata merah, tangan perilaku kekerasan terjadi
tanda perilaku kekerasan mengepal, ekspresi tegang dl c. Motivasi klien menceritakan kondisi hubungan dengan orang lain

19
b. Tanda emosional: perasaan (tanda-tanda sosial) saat terjadi perilaku kekerasan
marah, jengkel, bicara kasar.
c. Tanda sosial: bermusuhan yang
dialami saat terjadi kekerasan
TUK 4: Klien dapat Setelah dilakukan interaksi, klien a. Diskusikan dengan klien perilaku kekerasan yang dilakukannya
mengidentifikasi jenis dapat menjelaskan: selama ini
perilaku kekerasan yang a. Jenis- jenis ekspresi kemarahan b. Motivasi klien untuk menceritakan perasaan klien setelah tindakan
pernah dilakukannya yang selami ini telah kekerasan tersebut terjadi
dilakukannya c. Diskusikan apakah dengan tindakan kekerasan yang dilakukannya
b. Perasaan saat melakukan masalah yang dialami teratasi
kekerasan
c. Efektifitas cara yang dipakai
dalam menyeelesaikan masalh

Tuk 5: setelah dilakuukan pertemuan klien Diskusikan dnegan klien dampak negative dari cara yang dilakukan
Klien dapat mampu menjelaskan akibat pada diri sendiri, orang lain/keluarga dan lingkungan di sekitarnya
mengidentifikasi akibat tindakan kekerasan yang
perilaku kekerasan. dilakukannya
a. Diri sendiri: luka, diajuhi teman,
dll
b. Orang lain/keluarga: luka,
tersinggung, ketakutan, dll
c. Lingkungan: barang atau benda
rusak, dll
TUK 6: setelah dilakukan pertemuan Diskusikan dengan klien:
Klien dapat dengan klien, klien dapat a. Apakah klien mau mempelajari cara baru mengungkapakan marah
mengidentifikasi cara mengungkapkan cara-cara sehat dengan sehat
konstruktif dalam untuk mnegungkapkan kemarahan b. Jelaskan berbai alternatif untuk mengungkapkan kemaraham selain
mengungkapkan perilku kekerasan yang diketahui oleh klien
kemarahan c. Jelaskan cara-cara sehat untuk mengungkapakan marah:

20
1. cara
fisik: nafas dalam, pukul bantal atau kasur dan olahraga.
2. Verbal:
mengungkapakn bahwa dirinya sedang kesal kepada orang lain
3. Sosial:
latihan asertif dengan orang lain
4. Spiritual:
sembahyang/doa, zikir meditasi, dll sesuai dengan keyakinan
masing-masing
TUK 7: Setelah dilakukan interaksi dengan a. Diskusikan cara yang mungkin dipilih dan dianjurkan lien memilih
Klien dapat klien, klien mampu memperagakan cara yang mungkin untuk mengungkapkan kemarahan
mendemonstrasikan cara cara mengontrol perilaku b. Latih klien cara yang dipilih
mengontrol perilaku kekerasan: c. Peragakan cara melaksanakan yang dipilih
kekerasan a. d. Anjurkan klienn menirukan peragaan yang sudah dilakukan
bantal atau kasur dan olahraga. e. Beri penguatan pada klien, perbaiki cara yang masih belum sempurna
b. f. Anjurkan klien menggunakan cara yang sudah dilatih
dirinya sedang kesal kepada
orang lain
c.
orang lain
d.
meditasi, dll sesuai dengan
keyakinan masing-masing
TUK 8: setelah dilakukan pertemuan a. Diskusikan pentingnya peran serta keluarga sebagai pendukung
dengan keluarga, kelurga dapat klien untuk mengatasi perilaku kekerasan.
Klien mendapat menjelaskan cara merawat klien b. Diskusikan potensi keluarga untuk membantu klien untuk mengatasi
dukungan kelarga untuk dengan risiko perilaku kekerasan perilaku kekerasan.
mengontrol perilaku dan keluarga mampu c. Jelaskan pengertian, pernyebab, akibat dan cara merawat klien
kekerasan mnegungkapkan rasa puas dalam perilaku kekerasan yang dapat dilaksanakan keluarga.
merawat klien d. Peragakan cara merawat klien (menangani perilaku kekerasan).

21
e. Beri kesempatan keluarga untuk memperagakan ulang.
f. Beri pujian kepada keluarga setelah memperagakan.
g. Tanyakan perasaan keluarga setelah mencoba cara yang dilatihkan.
TUK 9: Setelah dilakukan pertemuan a. Jelaskan manfaat minum obat secara teratur
Klien menggunakan obat dengan klien, klien mamou b. Jelaskan kepada klien mengenai jenis pbat, dosis, waktu pemakaian,
sesuai program yang menjelaskan: cara pemakaian, dan efek samping yang bisa muncul
telah di tetapkan a. Manfaat minum obat c. Anjurkan klien untuk minum obat tepat waktu, melaporkan kepada
b. Bentuk dan warna obat perawat/dokter jika terjadi efek yang tidak biasa dan beri pujian
c. Dosis obatnya kepada pasien terhadap kedisiplinan klien menggunakan obat
d. Waktu pemberian obat
e. Cara pemakaian
f. Efek samping
30. Defisit Perawatan TUM: Klien dapat
Diri meningkatkan minat dan
motivasinya untuk
memperhatikan
kebersihan diri
TUK 1: Klien dapat Klien mengetahui pentingnya a. Diskusik
mengenal tentang kebersihan diri an bersama klien tentang pentingnya menjaga kebersihan diri
pentingnya kebersihan b. Dorong
diri. klien untuk menyebutkan 3 dari 5 tanda kebersihan diri
c. Dorong
klien untuk menjelaskan pentingnya menjaga kebersihan diri
TUK 2: Klien melaksanakan kebersihan diri a. Motivasi
Klien dapat melakukan dengan bantuan perawat klien untuk mandi
kebersihan diri dengan b. Anjurkan
bantuan perawat. klien untuk mengganti baju setiap hari
c. Kaji
keinginan klien untuk memotong kuku dan merapikan rambut
d. Menngad

22
akan alat penunjang kebersiha diri: Sabun mandi, Shampo, Sikat dan
pasta gigi.
TUK 3: Klien melakukan prosedur Beri pujian jika berhasil melakukan tindakan menjaga kebersihan diri
Klien dapat melakukan kebersihan diri secara mandiri
kebersihan perawatan setiap hari
diri secara mandiri Klien mendapatkan dukungan dari a. Jelaskan
keluarga kepada keluarga tentang kurangnya minat untuk menjaga kebersihan
diri
b. Anjurkan
keluarga untuk menyiapkan alat yang dapat mendukung kebersihan
diri
c. Diskusik
an dengan keluarga cara membantu klien menjaga kebersihan diri.
TUK 4: Klien melakukan prosedur a. Menyus
Klien dapat melakukan kebersihan diri secara mandiri un ADL yang berisi waktu membersihkan diri
kebersihan perawatan b. Menging
diri secara mandiri atkan klien tentang waktu kebersihan diri menurut ADL
TUK 5: Klien melakukan prosedur Beri pujian jika berhasil melakukan tindakan menjaga
Klien dapat kebersihan diri secara mandiri
mempertahankan setiap hari
kebersihan diri secara
mandiri

TUK 6: Klien mendapatkan dukungan dari 1. Jelaskan


Klien dapat dukungan keluarga kepada keluarga tentang kurangnya minat untuk menjaga kebersihan
keluarga dalam diri
meningkatkan 2. Anjurkan
kebersihan diri. keluarga untuk menyiapkan alat yang dapat mendukung kebersihan
diri
3. Diskusik

23
an dengan keluarga cara membantu klien menjaga kebersihan diri.

24
STRATEGI PELAKSANAAN KOMUNIKASI PADA PASIEN DENGAN
HALUSINASI
NO Pasien Keluarga

1. SP I P SP I K
1. Mengidentifikasi jenis halusinasi 1. Mendiskusikan masalah yang
pasien dirasakan keluarga dalam merawat
2. Mengidentifikasi isi halusinasi pasien
pasien 2. Menjelaskan pengertian, tanda dan
3. Mengidentifikasi waktu halusinasi gejala halusinasi, dan jenis
pasien halusinasi yang dialami pasien
4. Mengidentifikasi frekuensi beserta proses terjadinya
halusinasi pasien 3. Menjelaskan cara-cara merawat
5. Mengidentifikasi situasi yang pasien halusinasi
menimbulkan halusinasi
6. Mengidentifikasi respons pasien
terhadap halusinasi
7. Mengajarkan pasien menghardik
halusinasi
8. Menganjurkan pasien memasukkan
cara menghardik halusinasi dalam
jadwal kegiatan harian
2. SP II P SP II K
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan 1. Melatih keluarga mempraktekkan
harian pasien cara merawat pasien dengan
2. Melatih pasien mengendalikan Halusinasi
halusinasi dengan cara bercakap- 2. Melatih keluarga melakukan cara
cakap dengan orang lain merawat langsung kepada pasien
3. Menganjurkan pasien memasukkan Halusinasi
dalam jadwal kegiatan harian

3. SP III P SP III K
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan 1. Membantu keluarga membuat
harian pasien jadwal aktivitas di rumah termasuk
2. Melatih pasien mengendalikan minum obat (discharge planning)
halusinasi dengan melakukan 2. Menjelaskan follow up pasien
kegiatan setelah pulang
3. Menganjurkan pasien memasukkan
dalam jadwal kegiatan harian
4. SP IV P
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan
harian pasien
2. Memberikan pendidikan
kesehatan tentang penggunaan
obat secara teratur
3. Menganjurkan pasien
memasukkan dalam jadwal
kegiatan harian

25
DAFTAR PUSTAKA

Farida, & Yudi. (2010). Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: Salemba Medika.
Keliat, B. A., Akemat, Helena, N. C., & Nurhaeni, H. (2018). Keperawatan
Kesehatan Jiwa Komunitas CMHN (Basic Course). Jakarta: EGC.
Muhith, A. (2015). Pendidikan Keperawatan Jiwa Teori dan Aplikasi.
Yogyakarta: CV ANDI OFFSET.
Natsir, A., & Muhith, A. (2011). Dasar-dasar Keperawatan Jiwa Pengantar dan
Teori. Jakarta: Salemba Medika.
Videback, S. J. (2008). Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC.
Yosep, I. (2011). Keperawatan Jiwa Edisi 4. Jakarta: Refika Aditama.

26

Anda mungkin juga menyukai