Anda di halaman 1dari 10

SATUAN ACARA PENGAJARAN

KEBERSIHAN ORGAN REPRODUKSI

Di Susun oleh Kelompok 2

Amalia Pebriyanti 220112170067


Nina Putri Asih 220112170060
Dinda Noviyanti 220112170
Annida Nur Shalihah 220112170065
Shinta Galih Kartika 220112170048
Lisa Mutiara Anissa 220112170093
Yuanita Wulansari 220112170014
Sabila Rosadi 220112170
Suryati 220112170
Sari Lestari 220112170063
Rega Dwi Putri A. S. 220112170
Dadang Yopan Ginanjar 220112170

FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2017
Satuan Acara Pengajaran
Kebersihan Organ Reproduksi

TOPIK BAHASAN : Kebersihan Organ Reproduksi


SASARARAN DAN KRITERIA : 30 orang wanita yang berada di poli kebidanan
WAKTU : Jumat, 15 Desember 2017 Pukul 12.00-12.30
TEMPAT : Ruang Tunggu Poli Kebidanan RSUP Dr.
Hasan Sadikin Bandung
TUJUAN INTRUKSIONAL UMUM
Setelah dilakukan penyuluhan, sasaran mengetahui informasi mengenai kebersihan
organ reproduksi.
TUJUAN INTRUKSIONAL KHUSUS
Setelah diberikan penyuluhan, sasaran dapat menyebutkan kembali apa yang dibahas
dalam pemaparan materi mengenai kebersihan organ reproduksi (C2).
POKOK BAHASAN : kebersihan organ reproduksi
SUB POKOK BAHASAN : Manfaat vulva hygiene
Cara memelihara kebersihan alat
reproduksi secara umum
Cara membersihkan organ reproduksi
wanita
Akibat Tidak Menjaga Kebersihan
Organ Reproduksi Luar
MATERI : Terlampir
ALOKASI WAKTU : 1 x 30 menit
STRATEGI INSTRUKSIONAL : Ceramah dan Diskusi
PROSES BELAJAR-MENGAJAR

Kegiatan Kegiatan
No Waktu Alokasi waktu Metode Media
utama Pemberi materi Peserta didik
Memberi salam dan Menjawab salam
1. 12.00-12.02 2 Pembukaan Tanya jawab -
memperkenalkan diri
Memaparkan materi Menyimak dengan
3. 12.02-12.12 10 mengenai vulva hygiene seksama materi yang Ceramah Power point
disampaikan
Memberi kesempatan Mengajukan pertanyaan
Isi kepada peserta untuk kepada pemateri Tanya jawab
4. 12.12-12.18 6 -
bertanya tentang materi (diskusi)
yang disampaikan
Memberikan pertanyaan Menjawab prtanyaan Tanya jawab
5. 12.18-12.23 5 -
akhir sebagai evaluasi yang diberikan pemateri (diskusi)
Menyimpulkan bersama Mendengarkan dengan
6. 12.23-12.28 5 Diskusi -
materi penyuluhan seksama
Penutupan
Menutup penyuluhan dan Menjawab salam
7. 12.28-12.30 2 Tanya jawab -
mengucapkan salam
EVALUASI:

1. Evaluasi Proses

a. Di 5 menit pertama sasaran sudah berkumpul dan memberikan


perhatian kepada pembawa acara
b. Sasaran 100% menjawab salam.
c. Pada saat pemberian materi sasaran fokus dan menyimak.
d. Pada saat tanya jawab sasaran berantusias dan memiliki inisiatif
untuk bertanya , maksimal 5 orang dari 30 orang.
e. Sasaran mampu menyebutkan kembali materi yang sudah di
jelaskan.
f. Sasaran 100% sasaran menjawab salam.
g. Sasaran 100% mendapatkan leaflet

2. Evaluasi Isi

a. Sasaran dapat menjawab pertanyaan yang diajukan oleh pemateri min


5 mengenai manfaat vulva hygiene.
b. Sasaran dapat menjawab pertanyaan yang diajukan oleh pemateri
masing masing min 3 mengenai akibat tidak menjaga organ
reproduksi luar.
c. Sasaran dapat menjawab pertanyaan yang diajukan oleh pemateri
mengenai cara memelihara dan membersihkan organ reproduksi.
LAMPIRAN

Kebersihan Organ Reproduksi

Vulva hygiene merupakan suatu tindakan untuk memelihara kebersihan


organ kewanitaan bagian luar (vulva) yang dilakukan untuk mempertahankan
kesehatan dan mencegah infeksi (Ayu, 2010).

Menurut Siswono (2011), perawatan vagina memiliki beberapa manfaat


yaitu :

a. Menjaga vagina dan daerah sekitarnya tetap bersih dan nyaman


b. Mencegah munculnya keputihan, bau tak sedap dan gatal-gatal
c. Menjaga agar Ph vagina tetap normal (3,5 4,5)
d. Menjaga kesehatan dan kebersihan vagina.
e. Membersihkan bekas keringat dan bakteri yang ada di sekitar vulva di
luar vagina.
f. Mempertahankan Ph derajat keasaman vagina normal, yaitu 3,5sampai
4,5.
g. Mencegah rangsangan tumbuhnya jamur, bakteri, protozoa.
h. Mencegah munculnya keputihan dan virus

Cara memelihara kebersihan alat reproduksi secara umum menurut


(Kusriman, 2012).
adalah :

1. Mengganti celana dalam minimal dua kali sehari


2. Membersihkan kotoran yang keluar dari alat kelamin atau anus dengan
menggunakan air bersih atau kertas pembersih (tisu). Gerakkan cara
membersihkan alat kelamin adalah dari arah vagina kearah anus, untuk
mencegah kotoran anus masuk ke vagina.
3. Tidak menggunakan air yang kotor untuk membersihkan vagina
4. Dianjurkan untuk mencukur atau merapikan rambut kemaluan karena
bisa ditumbuhi jamur atau kutu yang dapat menimbulkan rasa gatal dan
tidak nyaman
5. Tidak memasukkan benda asing kedalam vagina
6. Menggunakan celana dalam yang menyerap keringat
7. Tidak menggunakan celana yang terlalu ketat

Cara membersihkan organ reproduksi wanita (manuaba, 2006) :


1. Secara teratur bersihkan keringat yang ada disekitar alat kelamin dengan
air bersih, lebih baik air hangat, dan gunakan sabun terutama untuk
setelah buang air besar (BAB). Caara membasuh vagina yang benar
adalah dari arah depan (vagina) kebelakang (anus). Jangan terbalik
karena bakteri yang ada disekitar anus bisa membawa ke dalam vagina.
Setelah dibersihkan gunakan handuk bersih atau tissue kering untuk
mengeringgkannya.
2. Hati-hati ketika menggunakan kamar mandi umum, apabila akan
menggunakan kloset duduk maka siramlah terlebih dahuli untuk
mencegah terjadinya penularan penyakit menular.
3. Tidak perlu sering menggunakan sabun khusus pembersih vagina. vagina
sendiri sudah mempunyai organisme alami untuk mempertahankan
keasamannya. Keseringan menggunakan sabun dapat mematikan bakteri
baik dan memicu berkembang biaknya bakteri jahat yang dapat
menyebabkan infeksi.
4. Jangan sering-sering menggunakan Pantylinier walau dalam keadaan
darurat sekalipun, dan apabila keputihan terlalu banyak cukup mengganti
celana dalam saja. Kebersihan daerah kewanitaan juga bisa dijaga dengan
sering mengganti pakaian dalam. Minimal mengganti pakaian dalam dua
kali sehari, untuk menjaga vagina dari kelembaban yang berlebihan.
5. Bahan celana dalam yang baik harus menyerap keringat, misalnya katun.
Hindari memakai celana dalam atau celana jeans yang ketat sehingga
kulit susah bernafas dan akhirnya menyebabkan daerah kewanitaan jadi
lembab, mudah berkeringat dan mudah menjadi tempah berkembang biak
jamur yang dapat menimbulkan iritasi. Infeksi sering kali terjadi akibat
pemakaian celana dalam yang tidak bersih.
6. Haid merupakan mekanisme tubuh untuk membuang darah kotor.
Dianjurkan pada waktu haid harus sering mengganti pembalut karena
pembalut juga menyimpan bakteri kalau lama tidak diganti. Apabila
permukaan pembalut sudah ada segumpal darah meskipun sedikit,
sebaiknya segera mengganti pembalut. Gumpalan darah haid yang ada
dipermukaan pembalut menjadi tempat yang sangat baik untuk
perkembangan bakteri dan jamur. Oleh karena itu gantilah pembalut
setiap kali terasa basah atau sekitar tiga jam sekali.
7. Rambut yang tumbuh disekitar daerah kemaluan dapat diperhatikan
keadaannya. Jangan mencabut-cabut rambut kemaluan, sebab lubang ini
bisa menjadi jalan masuk bakteri, kuman, dan jamur, yang dikhawatirkan
dapat menimbulkan iritasi dan penyakit.

Akibat Tidak Menjaga Kebersihan Organ Reproduksi Luar


1. Flour Albus atau Keputihan
Fluor albu satau keputihan adalah cairan yang keluar berlebihan dari
vagina bukan merupakan darah.Fluor albus adalah nama gejala yang
diberikan kepada cairan yang dikeluarkan dari alat alat genitalia yang
tidak berupa darah. Fluor albus terbagi atas dua macam, yaitu fluor albus
fisiologis (normal) dan fluor albus patologis (abnormal).
a. Fluor Albus Fisiologis
Fluor albus fisiologis terdiri dari cairan yang kadang kadang berupa
muskus yang mengandung banyak epitel dengan leukosit yang jarang,
sedangkan fluor albus patologis banyak mengandung leukosit. Alat
kelamin wanita dipengaruhi oleh berbagai hormone yang dihasilkan
berbagai organ yakni : hipotalamus, hipofisis, ovarium, dan adrenal.
Estrogen dapat mengakibatkan maturasi epitel vagina, serviks,
prolefirasi stroma dan kelenjar sedangkan progesterone akan
mengakibatkan fungsi sekresi. Keputihan normal dapat terjadi pada
masa menjelang dan sesudah mentruasi, sekitar fase eksresi antara
hari ke 10 16 siklus menstruasi, saat terangsang, hamil, kelelahan,
stress dan sedang mengkonsumsi obat obatan hormonal seperti pil
KB. Keputihan ini tidak berwarna atau jernih, tidak berbau dan tidak
menyebabkan rasa gatal. Flour Albus Fisiologi ditandai dengan ciri ;
tidak gatal, tidak bau, lendir berwarna bening, terjadi hanya pada
masa subur, terjadi menjelang haid, karena stres, kelelahan, celana
dalam terlalu ketat.
b. Flour Albus Patologis
Fluor albus patologis merupakan cairan eksudat dan cairan ini
mengandung banyak leukosit.Eksudat terjadi akibat reaksi tubuh
terhadap adanya jejas (luka).Jejas ini dapat diakibatkan oleh infeksi
mikroorganisme, benda asing, neoplasma jinak, lesi, prakanker dan
neoplasma ganas.Kuman penyakit yang menginfeksi vagina seperti
jamur kandidia albikan, parasit tricomonas, E.coli, staphylococcus,
treponema pallium, kondiloma aquminata dan herpes serta luka
didaerah vagina, benda asing yang tidak sengaja atau sengaja masuk
ke vagina dan kelainan serviks.Akibatnya, timbulgejala gejala yang
sangat mengganggu, seperti berubahnya cairan yang berwarna jernih
menjadi kekuningan sampai kehijauan, jumlahnya berlebihan, kental,
berbau tidak sedap, terasa gatal atau panas dan menimbulkan luka
didaerah mulut vagina (Ellya, 2010). Flour Albus Patologisditandai
dengan ciri ; keluar lendir berlebihan disertai infeksi, gatal dan pedih,
vagina kemerahan, lendir berubah warnanya.

2. Iritasi
Iritasi adalah kulit meradang, merah, terasa gatal, panas, perih, dan
bengkak.Hal ini dapat terjadi karena banyaknya keringat yang keluar,
terlambat mandi, gesekan celana yang terlalu ketat, dan garukan
kuku.Masalah iritasi juga dapat terjadi karena orang terobsesi ingin selalu
terlihat bersih, sehingga terlalu banyak menggunakan sarana pembersih
organ intim, seperti mencuci dengan air panas, membilas denga sabun
yang terlalu banyak, dan menggunakan kompres larutan obat yang terlalu
pekat. Oleh sebab itu kulit organ intim lebih tipis dan lembut dari pada
daerah lain, sehingga membersihkannya pun hati-hati
Daftar Pustaka

Ayu HK. 2010. Aplikasi Praktis Asuhan Keperawatan Keluarga. Jakarta: Sagung
Seto.
Kusmiran E. 2012. Kesehatan Reproduksi Remaja dan Wanita. Jakarta: Salemba
Medika.
Manuaba, I.G.B. (2006). Buku Ajar Patalogi Obstetri Untuk Mahasiswa
Kebidanan. Jakarta. EGC.
Siswosudarmo, R., Emilia, O. (2008). Obstetri Fisiologi. Yogyakarta: Pustaka
Cendekia Press.

Anda mungkin juga menyukai