Anda di halaman 1dari 17

SATUAN ACARA PENYULUHAN PERSONAL HYGIENE

Diajukan Untuk Acara Penyuluhan di RSUD Lawang

“Diajukan Untuk Acara Penyuluhan Pendidikan Kesehatan di RSUD Lawang“

Disusun Oleh

Mahasiswa Poltekkes :

1. Silvia Ochta Ayunda (P17311193041)

2. Cantika Novendianta Rovisyaputri (P17311193042)

3. Inggrit Rhena A (P17311193043)

4. Revarizqi Nurhabibah Alfaradis (P17311193044)

5. Nadhila Rifky Vania (P17311193045)

6. Dwi Alfiyatul Ma’rifah (P17311193046)

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG

JURUSAN KEBIDANAN

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN DAN PENDIDIKAN PROFESI


KEBIDANAN MALANG

TAHUN 2022
LEMBAR PENGESAHAN

Satuan Acara Penyuluhan ini telah disetujui di Malang pada tanggal 2 November 2022

Ketua Kelompok,

Dwi Alfiyatul Ma’rifah

NIM.P17311193046

Kabid Humas dan Diklat Pembimbing Lahan

RSUD Lawang

Y. Pambudidoyo, A.Md. Farm Rini Sulistina. S. Tr. Keb

Nip 19760907 199703 1 002 NIP.1983040620052010


SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

PENDIDIKAN KESEHATAN MENGENAI PERSONAL HYGIENE

A. IDENTITAS SAP

Topik : Pendidikan Kesehatan Pada Wanita

Sub Topik : Keputihan (Fluor Albus)

Sasaran : Wanita Usia Subur

Penyuluh : Kelompok PKL RSUD Lawang

Hari/Tanggal : Rabu, 2 November 2022

Pukul : 08.30- 08.45 WIB

Waktu : 15 Menit

Tempat : Poli Obgyn

B. IDENTITAS MASALAH

World Health Organization (WHO) kesehatan reproduksi merupakan keadaan


fisik, mental dan sosial yang utuh, bukan hanya bebas dari penyakit atau kecacatan
dalam segala aspek yang berhubungan dengan sistem reproduksi, fungsi serta
prosesnya atau keadaan dimana manusia dapat menikmati kehidupan seksualnya serta
mampu menjalankan fungsi dan proses reproduksinya secara sehat dan aman (Sari,
2012).

Keputihan (Flour albus) adalah keluarnya cairan berlebihan dari jalan lahir
atau vagina. Keputihan dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu keputihan normal
(fisiologis) dan keputihan abnormal (patologis). Keputihan fisiologis terdiri atas
cairan yang kadang - kadang berupa mukus yang mengandung banyak epitel dengan
leukosit yang jarang sedangkan keputihan patologis terdapat banyak leukosit.
Penyebab paling penting dari keputihan patologis ialah infeksi. Disini cairan
mengandung banyak leukosit dan warnanya agak kekuning - kuningan sampai hijau,
seringkali lebih kental dan berbau (Rembang, Maramis, & Kapantow, 2013)
Menurut Kemenkes RI 2015 banyak penyakit yang terjadi berawal dari
keputihan salah satunya adalah CA Cervix.Sekitar 40.000 kasus ca serviks terjadi di
Indonesia setiap tahunnya.Penyebab ca serviks utamanya adalah infeksi kronik oleh
HPV (Human Papilloma Virus) namun faktor risiko ca serviks yang memicu
sangatlah beragam salah satunya kebersihan diri yang buruk.Kebersihan diri yang
buruk merupakan salah satu faktor risiko ca serviks, wanita yang memiliki kebersihan
diri yang buruk memiliki risiko ca serviks 19,386 kali lebih besar daripada wanita
yang memiliki kebersihan diri yang baik.Di Indonesia sendiri, ca serviks merupakan
penyakit dengan prevalensi tertinggi pada wanita yaitu sebesar 0,80/00 (Dianti &
Isfandiari, 2017).

Di Indonesia sebanyak 75% wanita pernah mengalami keputihan minimal satu


kali dalam hidupnya dan 45% di antaranya mengalami keputihan dua kali atau lebih.
Perawatan genetalia eksterna yang kurang tepat dapat menjadi pemicu terjadinya
keputihan terutama keputihan yang bersifat patologis.

Personal Hygiene adalah suatu tindakan untuk memelihara kebersihan dan


kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikis (Iis, 2012). Masalah fisik
yang mungkin timbul dari kurangnya pengetahuan adalah kurangnya Personal
Hygiene karena tidak memiliki pengetahuan yang memadai tentang cara perawatan
organ genetalia yang benar. Jika seseorang memiliki pengetahuan tentang cara
perawatan organ genetalia yang benar akan lebih memilih berperilaku yang tepat
dalam menjaga kebersihan alat reproduksinya (Dewi, 2013)

Menjaga kesehatan berawal dari menjaga kebersihan. Hal ini juga berlaku bagi
kesehatan organ – organ seksual. Cara memelihara organ intim tanpa kuman
dilakukan sehari – hari. Alat reproduksi dapat terkena sejenis jamur atau kutu yang
dapat menyebabkan rasa gatal atau tidak nyaman apabila tidak dirawat kebersihannya.
Penyebabnya yaitu mencuci vagina dengan air kotor, penggunaan pembilas vagina
yang berlebihan, pemeriksaan yang tidak higienis dan adanya benda asing dalam
vagina (Kusmiran, 2012)

Metode penyampaian pesan atau informasi dibutuhkan media yang tepat, salah
satu media yang tepat yaitu leaflet serta demonstrasi. Penyuluhan dengan media
demonstrasi dapat meningkatkan perilaku untuk melakukan personal hygiene dan
leaflet digunakan untuk memebangun semangat ibu dalam memperdalam materi. Hal
ini sependapat dengan pendekatan green bahwa dengan pendekatan edukasional dapat
merubah perilaku seseorang termasuk pengetahuan, dimana intervensi yang diberikan
merupakan proses pendidikan kesehatan untuk merubah perilaku. Setelah seseorang
mengetahui objek atau stimulus, proses selanjutnya adalah bersikap dan berperilaku
terhadap stimulus atau objek tersebut.

Berdasarkan pada permasalahan tersebut, maka untuk meningkatkan


kesadaran dalam melakukan personal hygiene dengan benar maka diperlukan
penyuluhan dengan model pemberdayaan yang lebih operasional dan mengedepankan
kebersihan diri. Kegiatan penyuluhan biasanya dilakukan bidan dan tenaga kesehatan
dengan bentuk ceramah dan diskusi serta demonstrasi diharapkan dapat meningkatkan
kebersihan diri.

C. TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM (TIU).

Setelah dilakukan pendidikan kesehatan diharapkan mampu memahami


mengenai personal hygiene

D. TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS (TIK)

Setelah dilakukan pendidikan kesehatan selama 15 menit diharapkan :

1. Memahami dan menjelaskan pengertian, faktor-faktor, jenis, serta dampak dari


personal hygiene.
2. Mengetahui dan dapat mempraktekkan cara personal hygiene dengan benar
3. Memperagakan Ulang langkah-langkah personal hygiene
4. Mengerti Waktu serta cara yang tepat untuk melakukan personal hygiene
E. MATERI
1. Pengertian Personal Hygiene
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi
3. Jenis-jenis Personal Hygiene
4. Dampak kurangnya Personal Hygiene
5. Langkah - langkah melakukan Personal hygiene
F. KEGIATAN PENYULUHAN

Kegiatan
No Tahap Waktu
Penyuluhan Sasaran

1. Pendahuluan
1. Mengucapkan salam 1. Menjawab salam
2. Perkenalan diri 2. Mendengarkan
3. Menjelaskan tujuan dari 3. Mendengarkan dan
penyuluhan yang memperhatikan
dilaksanakan 4. Mendengarkan dan
4. Kontrak waktu dan termotivasi untuk aktif
motivasi peserta untuk dalam berdiskusi
aktif dalam diskusi

2. Penyajian
1. Menjelaskan materi 1. Mendengarkan dan
langkah-langkah cuci memperhatikan
tangan pemaparan materi
2. Mendemonstrasikan 2. Memperagakan
Langkah-langkah Kembali langkah-
mencuci tangan langkah mencuci
3. Memberi kesempatan tangan
pada peserta untuk 3. Mengajukan
bertanya terkait materi pertanyaan terkait
yang disampaikan. materi yang
disampaikan

3. Penutup 1. Mendengarkan hasil


1. Penyampaian
kesimpulan kegiatan.
kesimpulan hasil
2. Menjawab salam
kegiatan penyuluhan
penutup
2. Mengucapkan salam
penutup
G. METODE

Metode yang digunakan dalam implementasi ini adalah ceramah, demonstrasi,


diskusi, dan tanya jawab

H. MEDIA
1. Poster
2. Leaflet
3. Phantom
I. EVALUASI
1. Evaluasi Struktur
a. SAP sudah siap satu hari sebelum dilaksanakan kegiatan
b. Adanya koordinasi antara pemateri, peserta penyuluhan dan panitia
penyelenggara selama acara penyuluhan berlangsung

c. Persiapan pendidikan kesehatan dapat dilakukan dengan baik

d. Penyampaian materi dan estimasi waktu sesuai dengan rundown acara


penyuluhan

2. Evaluasi Proses
a. Alat dan tempat dapat digunakan sesuai rencana
b. Peserta menyimak dan mendengarkan dengan seksama ketika acara
penyuluhan
c. Peserta bertanya topik yang dibahas ketika sesi Tanya jawab
d. Peserta mampu merespon pertanyaan yang diberikan pemateri
e. Peserta mengikuti demonstrasi yang diberikan oleh demonstrator
3. Evaluasi Hasil

a. Peserta mengerti dan mampu menjelaskan kembali materi yang telah


disampaikan tentang Personal Hygiene

b. Peserta mampu mendemonstrasikan dan melakukan personal hygiene


yang tepat dan benar
J. PENGORGANISASIAN

1. Penanggung jawab acara : Dwi Alfiyatul Ma’rifah


Tugas
● Membuat satuan acara penyuluhan
● Bertanggung jawab atas semua kegiatan
Tugas

● Membuka dan menutup acara


● Memperkenalkan diri dan tim penyuluh
● Mengatur proses jalannya pendidikan kesehatan
● Mengatur tanya jawab
2. Penyaji : Inggrit Rhena Anggraeni
Tugas
● Menjelaskan Materi mengenai Personal Hygiene
4. Demonstrasi : Reva Rizki Nurhabiba Alfaradis
Tugas
● Mendemonstrasikan cara melakukan personal hygiene terutama
kebersihan genetalia
5. Fasilitator : Dwi Alfiyatul Ma’rifah
Tugas

● Membantu peserta apabila terdapat kendala.


● Mengamati jalannya pelaksanaan kegiatan pendidikan kesehatan
mulai dari persiapan, pelaksanaan sampai evaluasi penyuluh,
moderator, peserta dan jalannya proses pendidikan kesehatan.
6. Notulen : Nadhila Rifky Vania
Tugas
● Mencatat pertanyaan yang diajukan peserta, saran fasilitator, diskusi
dan kesimpulan pada pendidikan kesehatan ini.
7. Peserta
Mendengarkan, memperhatikan, dan mengajukan pertanyaan.
Lampiran

MATERI

A. Personal Hygiene
1. Pengertian
Menurut World Health Organization (WHO) (2020) menyatakan
bahwa hygiene atau kebersihan adalah tindakan kebersihan yang mengacu
pada kondisi untuk menjaga kesehatan dan mencegah penyebaran penyakit.
Personal hygiene atau kebersihan diri merupakan tindakan merawat diri
sendiri termasuk dalam memelihara kebersihan bagian tubuh seperti rambut,
mata, hidung, mulut, gigi, dan kulit (Nurudeen dan Toyin, 2020). Personal
hygiene merupakan upaya yang dilakukan oleh seseorang untuk menjaga dan
merawat kebersihan dirinya agar kenyamanan individu terjaga (Asthiningsih
dan Wijayanti, 2019).
Kebutuhan personal hygiene tidak memandang usia, karena organisme
penyebab penyakit bisa berkembang biak dimanapun. Maka dari itu, personal
hygiene harus ditanamkan sejak dini agar anak-anak terbiasa melakukannya di
lingkungan rumah, sekolah maupun bermainnya hingga dewasa (Kusmiyati
dan Muhlis, 2019). Pentingnya pemeliharaan personal hygiene bertujuan untuk
meningkatkan derajat kesehatan, memelihara kebersihan diri sendiri,
memperbaiki personal hygiene, mencegah timbulnya penyakit, meningkatkan
rasa percaya diri dan kenyamanan (Irnawati dan Widnyana, 2018).

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi personal hygiene


a. Citra tubuh (body image)
Citra tubuh merupakan konsep subjektif seseorang tentang
penampilan fisiknya. Personal hygiene yang baik akan berpengaruh
terhadap peningkatan citra tubuh individu. Citra tubuh ini dapat
berubah misalnya oleh karena pembedahan atau penyakit fisik.
b. Praktik sosial
Praktik sosial mempengaruhi kebersihan diri seseorang, salah
satunya kebiasaan keluarga. Anak-anak prasekolah sedang mengalami
perkembangan sosial dan mengikuti pola kebersihan yang sama dengan
orang tua sebagai sosok figurnya (Puspita et al., 2017).
c. Status sosial ekonomi
Status ekonomi setiap individu mempengaruhi jenis dan tingkat
praktik kebersihan seseorang karena dalam praktiknya personal
hygiene memerlukan alat dan bahan seperti sabun, pasta gigi, sampo,
dan alat lainnya, alat-alat tersebut tentu saja memerlukan uang untuk
menyediakan alat tersebut.
d. Pengetahuan
Pengetahuan personal hygiene penting karena pengetahuan
yang baik dapat meningkatkan kesehatan. Meskipun demikian, jika
hanya berpedoman pada pengetahuan saja tidak akan cukup dan
seseorang harus memiliki motivasi dalam dirinya untuk merawat
kebersihan diri. Berdasarkan temuan dalam penelitian menyatakan
bahwa pengetahuan sangat berperan dan berpengaruh terhadap
perilaku personal hygiene, karena pengetahuan merupakan domain
yang penting untuk terbentuknya tindakan/perilaku. Dengan demikian
untuk mendapatkan

3. Jenis-jenis personal hygiene


a. Kebersihan tangan, kaki dan kuku
Mencuci tangan merupakan suatu proses membuang kotoran
secara mekanis dari kulit kedua belah tangan menggunakan sabun dan
air bersih sehingga mengurangi jumlah mikroorganisme penyebab
penyakit pada tangan (Kahusadi et al.,2018). Adapun momen penting
untuk membersihkan tangan yaitu sebelum makan, sesudah buang air
besar dan menggunakan toilet, sebelum memegang bayi, saat
menyiapkan makanan (sebelum dan sesudah) dengan tujuh langkah
yang benar. (Kemenkes RI, 2020). Menjaga kebersihan kaki dapat
dilakukan dengan menggunakan alas kaki yang nyaman dan aman.
Mencuci kaki saat setelah beraktivitas sebelum tidur dan saat kotor.
Kebersihan kuku juga harus tetap dipertahankan karena berbagai
kuman dapat masuk ke dalam tubuh melalui kuku maka penting untuk
memotong kuku setiap seminggu sekali atau saat sudah merasa kuku
panjang.
b. Kebersihan rambut
Kebersihan rambut dapat dijaga dengan mencuci rambut secara
teratur paling sedikit 2-3 hari sekali atau saat rambut kotor dengan
menggunakan sampo pencuci rambut dan air bersih.
c. Kebersihan gigi dan mulut
Keteraturan dalam menjaga kebersihan gigi dan mulut harus
dilatih sejak kecil sehingga akan menjadi kebiasaan yang baik hingga
dewasa. Menggosok gigi menggunakan pasta gigi adalah salah satu
cara merawat gigi yang baik. Upaya kebiasaan yang baik untuk
perawatan gigi dilakukan paling sedikit dua kali dalam sehari yaitu
pagi hari dan malam hari sewaktu akan tidur. Cara menggosok gigi
yang baik dan benar yaitu pada seluruh permukaan gigi baik pada
bagian luar gigi depan atas, bagian dalam gigi depan atas, bagian luar
gigi belakang, bagian dalam gigi belakang, dan juga pada permukaan
kunyah gigi.
d. Kebersihan mata, hidung dan telinga
Kebersihan hidung dapat dilakukan saat mandi namun tidak
terlalu keras agar tidak menimbulkan luka.
e. Kebersihan kulit
Tindakan yang dapat dilakukan untuk menjaga kebersihan kulit
yaitu dengan mandi dan memakai baju bersih. Mandi menggunakan air
bersih dan pakai sabun paling sedikit dua kali sehari.
f. Kebersihan genetalia
Suatu tindakan membersihkan bagian genetalia untuk
mencegah terjadinya infeksi ataupun jamur yang menempel pada
bagian genetalia. Manfaat kebersihan genetalia pada anak prasekolah
yaitu untuk mencegah terjadinya infeksi, mempertahankan supaya
genetalia tetap bersih, dan juga meningkatkan kenyamanan anak pada
kebersihannya. Kebersihan genetalia penting dilakukan saat mandi,
setelah buang air besar dan setelah buang air kecil. Adapun cara
membersihkan genetalia anak menurut Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan (2020) yaitu:
1) Setelah BAB (Buang Air Besar) Cebok menggunakan sabun
dan air yang bersih dari arah depan ke belakang.
2) Setelah BAK (Buang Air Kecil)
a) Laki-laki
Membersihkan ujung penis dan area di dalam
kulit kulup secara lembut dengan air yang bersih tanpa
menggunakan sabun, karena sisa air kencing yang
menempel bisa menjadi sarang kuman.
b) Perempuan
Membersihkan bagian luar vagina dengan air
bersih, karena bagian dalam vagina memiliki
kemampuan untuk membersihkan sendiri. Mencuci
bagian depan ke belakang adalah prinsip yang juga
harus diajarkan. Cara ini untuk mencegah kuman dari
dubur masuk ke dalam vagina
4. Dampak kurangnya personal hygiene
Personal hygiene yang terjaga dengan baik akan membuat anak
menjadi sehat dan terhindar dari berbagai penyakit. Dampak yang sering
timbul akibat kurangnya menjaga personal hygiene yaitu (Ambarawati dan
Sunarsih, 2011):
a. Dampak fisik
Banyak gangguan kesehatan yang diderita seseorang karena
tidak menjaga personal hygiene dengan baik. Gangguan fisik yang
sering muncul akibat kurangnya kebersihan diri seperti munculnya
kutu dan ketombe, integritas kulit, gangguan membrane mukosa mulut,
gigi berlubang dan gusi yang tidak sehat, infeksi pada mata dan
telinga, dan gangguan fisik pada kuku.
b. Dampak psikososial
Masalah sosial yang berhubungan dengan personal hygiene
adalah gangguan kebutuhan rasa nyaman, kebutuhan dicintai dan
mencintai, aktualisasi diri, gangguan interaksi sosial.

B. Vulva Hygiene
1. Pengertian
Vulva hygiene adalah perilaku memelihara alat kelamin bagian luar
(vulva) guna mempertahankan kebersihan dan kesehatan alat kelamin, serta
untuk mencegah terjadinya infeksi. Perilaku tersebut seperti melakukan cebok
dari arah vagina ke arah anus menggunakan air bersih, tanpa memakai
antiseptik, mengeringkannya dengan handuk kering atau tisu kering, mencuci
tangan sebelum membersihkan daerah kewanitaan (Darma, 2017). Menurut
Mumpuni (2013) menyatakan bahwa organ reproduksi perempuan memang
membutuhkan perhatian khusus. Bentuknya yang terbuka, memudahkan
masuknya kuman melalui mulut vagina. Tubuh dan organ intim yang sehat
dapat pula memicu kepercayaan diri seseorang.

2. Manfaat vulva hygiene


Menurut Andira (2012), perawatan vagina mempunyai beberapa
manfaat diantaranya :
a. Menjadikan vagina tetap dalam keadaan bersih dan nyaman.
b. Dapat mencegah munculnya keputihan, gatal-gatal, dan bau tak sedap.
c. Dapat menjaga pH vagina dalam kondisi normal (3,5 – 4,5).

3. Hal-hal yang mempengaruhi perilaku vulva hygiene


Menurut Lawrence Green (1980) dalam Notoatmodjo (2010) perilaku
manusia dipengaruhi oleh 3 faktor yaitu :
a) Faktor predisposisi (Predisposing Factors)
Faktor-faktor yang dapat memudahkan terbentuknya suatu
perilaku seseorang adalah pengetahuan, sikap, dan kebiasaan.
Seseorang akan mampu melakukan vulva hygiene yang benar jika
seseorang tersebut tahu bagaimana cara melakukannya. Tanpa adanya
pengetahuan tentang vulva hygiene yang benar seseorang tersebut
tidak akan mampu melakukan prosedur dengan baik. Sedangkan, sikap
merupakan reaksi yang secara tidak langsung muncul ketika seseorang
mendapat stimulus tertentu. Sikap tersebut akan terbentuk jika
seseorang terbiasa.
Maka secara tidak langsung sikap seseorang yang terus-
menerus dilakukan akan menjadi sebuah kebiasaan. Sebagai contoh,
seorang remaja tahu bagaimana cara cebok yang benar yaitu
membasuh kemaluan dari arah depan (vagina) ke belakang (anus),
namun remaja tersebut tidak menerapkan ilmu yang ia miliki, justru
remaja tersebut membasuh kemaluannya dari arah belakang (anus) ke
depan (vagina). Sehingga perilaku buruk tersebut dilakukan secara
terus-menerus dan menjadi kebiasaan.
b) Faktor Pemungkin (Enabling Factors)
Faktor-faktor yang mendukung atau yang menjadi pemungkin
terjadinya suatu perilaku seseorang adalah tersedianya sarana dan
prasarana yang memfasilitasi untuk terjadinya suatu perilaku. Baik
buruknya seseorang dalam melakukan vulva hygiene tergantung pada
sarana dan prasarana yang ada. Sebagai contoh, seseorang akan
membersihkan alat kelaminnya menggunakan air bersih jika tersedia
air bersih. Tetapi jika tidak tersedia air bersih maka dengan terpaksa
menggunakan air seadanya, misalnya air sungai. Berdasarkan contoh
tersebut terlihat jelas bahwa keberadaan sarana dan prasarana menjadi
faktor pendukung terbentuknya suatu perilaku.
c) Faktor Penguat (Reinforcing Factors)
Faktor-faktor yang dapat menjadi pendorong atau faktor yang
memperkuat terjadinya perilaku adalah sikap dan perilaku seseorang
yang menjadi panutan. Seorang panutan yang dimaksud adalah seperti
teman, keluarga, lingkungan sekitar, atau tokoh masyarakat. Sebagai
contoh, seorang remaja tahu jika sering menggunakan sabun antiseptik
untuk membersihkan vagina akan memicu terjadinya keputihan, namun
tetap saja ia membersihkan vagina dengan sabun antiseptik karena
ibunya juga menggunakan sabun antiseptik untuk membersihkan
vagina. Dari contoh tersebut terlihat jelas bahwa seorang panutan
merupakan faktor penguat terjadinya perilaku pada seseorang.

4. Cara melakukan vulva hygiene yang benar


Memelihara kebersihan alat kelamin Wijayanti (2009) menyatakan
bahwa memelihara kebersihan alat kelamin dapat dilakukan dengan cara :
1) Mencuci tangan sebelum menyentuh vagina. Tujuannya untuk
mencegah alat kelamin terkontaminasi oleh bakteri yang ada pada
tangan (Kusyati, 2012).
2) Melakukan cara cebok dari arah depan (vagina) ke belakang (anus).
Supaya bibit penyakit yang bersarang di sekitar anus tidak terbawa ke
dalam vagina, karena hal tersebut dapat menimbulkan infeksi,
peradangan, dan rangsangan gatal.
3) Selalu mengusahakan agar vagina tetap kering dan tidak lembab,
karena keadaan basah akan mempermudah berkembangnya bakteri
patogen.
4) Tidak menggunakan bedak pada vagina karena bedak akan
menyebabkan jamur dan bakteri tumbuh di sekitar vagina.
5) Tidak sembarangan menggunakan cairan pembersih organ kewanitaan
karena dapat merusak keasaman vagina. Keasaman vagina ini
berfungsi untuk mencegah pertumbuhan kuman atau bakteri patogen
yang masuk. Kebanyakan wanita Indonesia membersihkan vagina
dengan cairan pembersih (antiseptic) agar vagina kesat dan terbebas
dari bakteri penyebab keputihan, namun kandungan antiseptic pada
sabun justru dapat memudahkan kuman dan bakteri masuk ke dalam
liang vagina. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Suryandari
(2013) pembersih organ kewanitaan pada umumnya mengandung
berbagai senyawa kimia meliputi petroleum, syntetic chemical, dan
petrocheminal yang dapat merusak kulit dan lingkungan. Sabun
pembersih organ kewanitaan juga mengandung natrium dan kalium
yang dapat menyebabkan vagina dalam keadaan basa, akibatnya
tingkat keasaman vagina akan rusak dan menyebabkan mudah
berkembangbiaknya bakteri pathogen di vagina. Cara terbaik untuk
membersihkan organ kewanitaan adalah membasuhnya menggunakan
air bersih dari arah depan (vagina) ke arah belakang (anus). Apabila
ingin menggunakan sabun sebaiknya pilih sabun pembersih organ
kewanitaan yang mengandung pH tidak lebih dari 3,5-4,5 misalnya
sabun bayi atau membersihkan organ intim dengan sabun yang tidak
mengubah kestabilan pH di sekitar vagina, salah satunya produk yang
berbahan dasar dari susu.
6) Pada saat menstruasi diwajibkan mengganti pembalut 2-3 kali dalam
sehari atau setiap 4 jam sekali secara teratur. Andira (2012)
mengungkapkan bahwa pada saat haid, kuman-kuman lebih mudah
masuk ke dalam organ reproduksi. Pembalut dengan gumpalan darah
yang banyak akan menjadi tempat tumbuh dan berkembangnya jamur
maupun bakteri. Oleh sebab itu, pada saat menstruasi dianjurkan untuk
mengganti pembalut 2-3 kali dalam sehari atau setiap 4 jam sekali, atau
setiap saat jika sudah merasa tidak nyaman. Sebelum mengganti
pembalut wajib membersihkan vagina terlebih dahulu.
7) Tidak sering memakai pantyliner. Pantyliner adalah salah satu jenis
pembalut wanita yang digunakan di luar periode menstruasi, dan
ukurannya lebih kecil. Pantyliner jika digunakan terlalu lama dapat
menyebabkan peningkatan jumlah bakteri patogen dan membunuh
lactobacillus dalam vagina, pantyliner juga dapat mentransfer flora
intestinal seperti Escherichia Coli ke dalam vagina. Sebaiknya gunakan
pantyliner saat perlu saja dan jangan terlalu lama, paling tidak 3-6 jam
sehari.
8) Mengganti pakaian dalam dua kali sehari saat mandi.
9) Memakai pakaian dalam dari bahan yang mudah menyerap keringat
misalnya katun. Bahan lain yang tidak menyerap keringat seperti nylon
atau polyester menyebabkan alat kelamin terasa gerah dan panas,
sehingga vagina menjadi lembab dan menjadi tempat
berkembangbiaknya bakteri dan jamur.
10) Memakai celana dalam yang tidak ketat. Celana dalam yang terlalu
ketat menyebabkan tidak adanya sirkulasi udara di sekitar alat kelamin
sehingga daerah sekitar vagina menjadi lembab.
DAFTAR PUSTAKA

Ambarwati, E. R. dan Sunarsih, T. 2011. KDPK Kebidanan: Teori dan Aplikasi. Nuha
Medika. Yogyakarta.
Asthiningsih, N. W. W. Dan Wijayanti, T. (2019) “Edukasi Personal Hygiene Pada
Anak Usia Dini Dengan G3CTPS,” Jurnal Pesut: Pengabdian Untuk Kesejahteraan Umat,
1(2), Hal. 84–92.
Irnawati, C. dan Widyana, R. 2018. Hipnoterapi untuk Peningkatan Perilaku
Personal Hygiene Anak Jalan. Jurnal Psikologi. 14(1): 28-32.
Kahusadi, O. A., Tumurang, M. N., Punuh, M. I. 2018. Pengaruh Penyuluhan
Kebersihan Tangan (Hand Hygiene) Terhadap Perilaku Siswa SD GMIM 76 Maliambao
Kecamatan Likupang Barat Kabupaten Minahasa Utara. Jurnal Kesmas. 7(5)
Kusmiran. 2012. Kesehatan Reproduksi Remaja dan Wanita. Jakarta: Salemba
Medika.
Kusmiyati, Muhlis, I. B. 2019. Penyuluhan tentang Kebersihan Diri untuk
Menunjang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat pada Siswa SMPN 2 Gunungsari. Jurnal
Pengabdian Masyarakat. 2(1): 13-16.
Luthfiana, Ana Dewi. 2014. Hubungan Pengetahuan Tentang Personal Hygiene
Dengan Perilaku Personal Hygiene Remaja Saat Menstruasi di Sekolah Menengah Pertama
Islam Terpadu Harapan Bunda Pedurungan Semarang[Jurnal]. STIKES Ngudi Waluyo
Ungaran.
Puspita, D., Messakh, S. T., Nuarika, C. 2017. Gambaran Personal Hygiene Anak
Usia Sekolah Dasar yang Tinggal di Sekitar TPA Ngronggo Salatiga. Jurnal Studi
Pembangunan Interdisiplin. 26(1): 92-110.
Rembang, M., Maramis, F. R. R., & Kapantow, G. 2013. Hubungan antara
pengetahuan dan sikap dengan tindakan pencegahan keputihan pada pelajar putri SMA
Negeri 9 Manado.

Anda mungkin juga menyukai