KEPERAWATAN KOMUNITAS II
SATUAN ACARA PENYULUHAN JAMBAN SEHAT
DOSEN PEMBIMBING :
Ns. Yusnilawati S.Kep.,M.Kep
DISUSUN OLEH :
Nur Ayu Hijratun Nikmah (G1B118011)
A. Latar Belakang
PHBS adalah semua perilaku kesehatan yang dilakukan atas kesadaran
sehingga anggota keluarga atau keluarga dapat menolong dirinya sendiri di bidang
kesehatan, dan berperan aktif dalam kegiatan-kegiatan kesehatan di masyarakat
(Dinkes Kota Semarang, 2006).
PHBS Tatanan Rumah Tangga adalah upaya untuk memberdayakan anggota
rumah tangga agar sadar, mau dan mampu melakukan PHBS untuk memelihara dan
meningkatkan kesehatannya, mencegah resiko terjadinya penyakit dan melindungi
diri dari ancaman penyakit serta berperan aktif dalam gerakan kesehatan masyarakat.
Rumah tangga dapat menjadi ancaman penularan penyakit jika tidak dikelola dengan
baik. Penerapan PHBS di rumah tangga merupakan kebutuhan mutlak seiring
munculnya berbagai penyakit yang sering menyerang anak usia sekolah (6-10 tahun),
yang ternyata umumnya berkaitan dengan PHBS, khususnya berkaitan dengan
menggunakan jamban di rumah sebagai salah satu indikator PHBS di Rumah tangga.
berdasarkan Profil Departemen Kesehatan tahun 2005, 40- 60 % anak sekolah dasar
kedapatan menderita cacingan, sedangkan Yayasan Kusuma Buana mencatat 23,2%
anak SD menderita anemia pada tahun 2007, begitu juga dengan kasus diare. Hal ini
dapat disebabkan karena perilaku tidak menggunakan jamban dan juga perilaku tidak
mencuci tangan pakai sabun sebelum makan (Depkes RI, 2008).
Data World Health Organization menunjukan setiap tahun 100.000 anak
Indonesia meninggal karena diare, sedangkan data Departemen Kesehatan RI sendiri
menyatakan diantara 1000 penduduk terdapat 300 orang yang terjangkit penyakit
diare sepanjang tahun (Nadesul, H, 2007).
Data dari profil kesehatan Indonesia tahun 2000-2010 terlihat kecenderungan
insiden diare pada anak meningkat. Pada tahun 2000 IR (incidence rate) penyakit
diare 301/1000 penduduk, tahun2003 naik menjadi 374/1000 penduduk, tahun 2006
naik menjadi 423/1000 penduduk dan tahun 2010 menjadi 411/1000 penduduk. Pada
tahun 2010 dilaporkan terjadi KLB dengan jumlah kasus 2.580 dengan kematian
sebanyak 77 kasus (CFR: 2,98%) (Kemenkes RI, 2013).
Di Indonesia, penduduk pedesaan yang menggunakan air bersih baru
mencapai 67,3%. Dari angka tersebut hanya separuhnya (51,4%) yang memenuhi
syarat bakteriologis. Sedangkan penduduk yang menggunakan jamban sehat (WC)
hanya 54%. Itulah sebabnya penyakit diare sebagai salahsatu penyakit yang
ditularkan melalui air masih merupakan masalah kesehatan masyarakat dengan angka
kesakitan 374 per 1000 penduduk.Penggunaan jamban di berbagai daerah di
Indonesia masih menggunakan pembuangan air yang tidak sehat. Hal tersebut terlihat
dari hasil penelitian yang dilaksanakan antara lain oleh Badan Pusat Statistik (BPS)
dimana datayang tercatat pada penduduk yang menggunakan jamban pada tahun
2002 memperlihatkan rumah tangga (RT) yang memakai jamban leher angsa didaerah
perkotaan sebesar 79,14% dan tinggal di pedesaan sebesar 42,16%,yang
menggunakan jamban plengsengan, di daerah perkotaan sebesar 11,41%dan di daerah
pedesaan sebesar 11,23%. Sedangkan yang menggunakan jamban cemplung di daerah
perkotaan sebesar 1,96% dan di daerah pedesaan sebesar 10,56%. Bila dilihat secara
keseluruhan (perkotaan dan perdesaan), RT yang memakai jamban leher angsa
sebesar 61,64%, jamban cemplung 21,01%,jamban plengsengan 11,32%, dan yang
tidak memakai jamban 6,03% (Kemenkes RI, 2013).
B. Tujuan
1. Tujuan Instruksional Umum
Setelah mengikuti penyuluhan peserta dapat mewujudkan lingkungan
sehat dan mampu mencegah serta menanggulangi penyakit dan masalah kesehatan
akibat kurangnya perhatian terhadap penggunaan jamban sehat.
2. Tujuan Instruksional Khusus
Setelah mengikuti penyuluhan hasil yang diharapkan :
1) Peserta dapat memahami penggunaan jamban sehat.
2) Peserta dapat memahami syarat penggunaan jamban sehat.
3) Peserta dapat menggunakan jamban sehat dengan bersih.
E. Tim Pelaksanaan
Presentator : Nur Ayu Hijratun Nikamah
Moderator : Chantika Septidianti
Notulen : Rani Alfiyah
Fasilitator : Lian Sagita Dan Tania
Observer : Heydi Regina
Dokumentasi : Indah Eka
F. Setting Tempat
: Presentator : Observer
: Moderator : Fasilitator
: Notulen : Audiens
G. Pelaksanaan Kegiatan
H. Evaluasi
1. Evaluasi struktur
a. Seluruh persiapan penyuluhan sudah siap satu hari sebelum dilaksanakan
kegiatan
b. Alat dan tempat sudah siap
c. Penyuluh dan peserta sudah siap
2. Evaluasi proses
a. Alat dan tempat sesuai rencana
b. Peserta bersedia mengikuti kegiatan yang telah direncanakan, peserta yang
hadir sebanyak 76 orang
c. Proses penyuluhan berjalan lancar
3. Evaluasi hasil
a. Peserta dapat memahami pengertian jamban sehat
b. Peserta dapat memahami dan bersedia meningkatkan manfaat jamban sehat
c. Peserta dapat memahami kreteria jamban sehat
d. Peserta dapat memahami cara merawat jamban sehat
KONSEP
JAMBAN SEHAT
A. Definisi Jamban
Menurut Soeparman (2003), jamban adalah suatu ruangan yang mempunyai
fasilitas pembuangan kotoran manusia yang terdiri atas tempat jongkok atau tempat
duduk dengan leher angsa atau tanpa leher angsa(cemplung) yang dilengkapi dengan
unit penampungan kotoran dan air untuk membersihkan.
Jamban keluarga adalah suatu bangunan yang dipergunakan untuk membuang
tinja atau kotoran manusia atau najis bagi suatu keluarga yang lazim disebut kakus
atau WC (Madjid, 2009). Jamban keluarga terdiri atas tempat jongkok atau tempat
duduk dengan leher angsa atau tanpa leher angsa (cemplung) yang dilengkapi
dengan unit penampungan kotoran dan air untuk membersihkannya (Abdullah,
2010).
Jamban adalah suatu bangunan yang dipergunakan untuk membuang tinja atau
kotoran manusia yang lazim disebut kakus/WC dan memenuhi syarat jamban sehat
atau baik. Manfaat jamban adalah untuk mencegah terjadinya penularan penyakit
dan kotoran manusia
B. Jenis-jenis Jamban
Menurut Chayatin (2009), jenis-jenis jamban dibedakan berdasarkan kontruksi
dan cara menggunakannya yaitu:
1. Jamban Cemplung
Bentuk jamban ini adalah yang paling sederhana. Jamban cemplung ini
hanya terdiri atas sebuah galian yang di atasnya diberi lantai dan tempat jongkok.
Lantai jamban ini dapat dibuat dari bambu atau kayu, tetapi dapat juga terbuat dari
batu bata atau beton. Jamban semacam ini masih menimbulkan gangguan karena
baunya.
Sumber:
soeparman
2. Jamban Plengsengan
Jamban semacam ini memiliki lubang tempat jongkok yang dihubungkan
oleh suatu saluran miring ke tempat pembuangan kotoran. Jadi tempat jongkok
dari jamban ini tidak dibuat persis di atas penampungan, tetapi agak jauh. Jamban
semacam ini sedikit lebih baik dan menguntungkan daripada jamban cemplung,
karena baunya agak berkurang dan keamanan bagi pemakai lebih terjamin.
3. Jamban Bor
Dinamakan demikian karena tempat penampungan kotorannya dibuat dengan
menggunakan bor. Bor yang digunakan adalah bor tangan yang disebut bor auger
dengan diameter antara 30-40 cm. Jamban bor ini mempunyai keuntungan, yaitu
bau yang ditimbulkan sangat berkurang. Akan tetapi kerugian jamban bor ini
adalah perembesan kotoran akan lebih jauh dan mengotori air tanah.
4. Angsatrine (Water Seal Latrine)
Di bawah tempat jongkok jamban ini ditempatkan atau dipasang suatu alat
yang berbentuk seperti leher angsa yang disebut bowl. Bowl ini berfungsi
mencegah timbulnya bau. Kotoran yang berada di tempat penampungan tidak
tercium baunya, karena terhalang oleh air yang selalu terdapat dalam bagian yang
melengkung. Dengan demikian dapat mencegah hubungan lalat dengan kotoran.
a. Mengotori lingkungan
b. Mencemari lingkungan
d. Menimbulkan penyakit