1, Juni 2018
ABSTRAK: Tidak semua remaja berhasil melalui perubahan-perubahan yang terjadi pada
masa transisi dengan baik, bahkan di antara mereka mulai mengalami berbagai
peristiwa yang tidak mengenakkan. Ketidaksiapan remaja dalam menghadapi
berbagai permasalahan hidup dapat menjadi salah satu faktor yang
menyebabkan potensi risiko remaja mengalami depresi semakin tinggi.
Depresi biasanya tidak terdeteksi sejak awal dan baru diketahui setelah terjadi
beberapa permasalahan, termasuk tindakan bunuh diri yang menjadi penyebab
ketiga kematian terbesar pada remaja. Tujuan dari penelitian ini ingin
mengetahui perilaku yang menjadi gejala depresi yang terjadi pada remaja dan
permasalahan yang menyertai. Metode penelitian ini adalah kuantitatif
deskriptif, dengan subjek penelitian adalah mahasiswa/i baru yang berusia 16-
18 tahun. Sampel penelitian diperoleh dengan menggunakan teknik purposive
sampling. Dari 230 mahasiswa yang diberikan skala CDI (Child Depression
Inventory), diperoleh 17 orang mengalami depresi dan 65 orang berpotensi
mengalami depresi yang kemudian dilibatkan dalam penelitian ini. Beberapa
perilaku yang merupakan gejala depresi yang paling banyak dialami oleh
subjek penelitian, antara lain menganggap diri buruk, sulit berkonsentrasi,
kehilangan minat melakukan aktivitas, perubahan berat badan yang cukup
drastis, dan sulit tidur sepanjang malam. Sementara itu, permasalahan yang
dimiliki oleh subjek penelitian baik yang mengalami depresi maupun yang
masih berpotensi mengalami depresi, sebagian besar terkait dengan
ketidakpuasan terhadap penampilan, prestasi belajar buruk, mendapatkan
perlakuan yang kurang menyenangkan dari orang lain, baik teman maupun
orangtua, dan relasi antar orangtua yang bermasalah. Dengan diketahui
perilaku yang ditunjukkan dan permasalahan yang umum dialami, diharapkan
dapat membuat orangtua lebih peka terhadap perilaku anaknya, mengenali
perilaku yang menjadi gejala depresi dan mengetahui kejadian-kejadian yang
berisiko menyebabkan depresi pada remaja.
ABSTRACT Less of adolescent were able to overcome some obstacles in transitional
periode, many of them experienced some unpleasant events. Lack of
preparedness in dealing with various problems of life, could be a factor
triggered a higher risk of depression. Depression is undetectable from its
occurrence, but usually known after several problems happened, following the
suicide phenomenon as the third biggest cause of adolescents death in the
world. The research purposed of knowing the behavior of adolescents that
occurred as the depression symptom and its problems accompanied. This study
used quantitative descriptive methode. New entry college students (ages 16 -18
years) participated in data collelction. Samples were hired by using purposive
69
Jurnal Psikogenesis, Volume 6, No.1, Juni 2018
sampling methode. Among 230 students who assessed with Child Depression
Inventory (CDI), found 17 depression students and 65 potentially depression
students that participate further in this study. The results showed, there were
some behaviors reflected by its most common symptoms of depression
experienced by the samples, such as consider of low in self-esteem, difficulty in
concentrating, lost of interest in activity, drastic weight changes, and difficulty
in sleeping through the night. Furthermore, the matters attached were mostly
related to body dissatisfaction, poor learning achievement, getting unpleasant
treatment from others, both friends and parents, and the relationship between
parents who problematic. As the problems persisted being aware of, it is
expected to make parents to be more sensitive, and recognize their adolescent
behaviors that might become symptoms of depression and know the events that
were at risk of causing depression. .
70
Jurnal Psikogenesis, Volume 6, No.1, Juni 2018
sembilan kriteria berikut, yaitu (1) adanya masa-masa yang mengalami kekacauan
perasaan depresi yang muncul di sebagian emosi (Hall, dalam Santrock, 2003).
besar waktu, bahkan hampir setiap hari, (2) Mereka memiliki sensitivitas yang tinggi
adanya penurunan minat dan kesenangan di sehingga mudah menjadi stres dan
hampir sebagian besar kegiatan dan hampir cenderung memiliki toleransi stres yang
setiap hari, (3) adanya perubahan berat rendah. Oleh karena itulah masa remaja
badan atau nafsu makan yang signifikan, juga disebut masa Storm and Stress karena
(4) adanya perubahan tidur: menjadi kondisi emosi mereka yang naik dan turun
insomnia atau hipersomnia, (5) adanya secara drastis, mudah bergolak dan sangat
perubahan aktivitas, (6) merasa kelelahan rentan terhadap konflik.
dan kehilangan energi, (7) munculnya Depresi disebabkan oleh beberapa
perasaan bersalah atau tidak berharga yang faktor, baik faktor genetik, biologi,
berlebihan dan sebenarnya tidak pantas lingkungan, dan faktor psikologis. Para
muncul, (8) mengalami penurunan peneliti terdahulu menemukan bahwa
konsentrasi, dan (9) memiliki pikiran depresi melankolis, gangguan bipolar, dan
berulang tentang kematian (tidak hanya depresi postpartum, berkaitan dengan
takut mati), adanya keinginan bunuh diri peningkatan kadar sitoksin yang
berulang tanpa rencana spesifik, usaha berkombinasi dengan penurunan
bunuh diri, atau rencana spesifik untuk sensitivitas kortisol (Brogan, 2014),
melakukan bunuh diri. Sedangkan penelitian lainnya menemukan
Gejala depresi ini muncul dalam bahwa depresi tidak hanya dikarenakan
berbagai perilaku, ada yang menunjukkan oleh terlalu sedikit atau banyaknya bahan
tidak bersemangat ketika di sekolah, tidak kimia tertentu di otak. Banyak
mau berinteraksi dengan teman-teman kemungkinan penyebab dari depresi
sebaya, menangis tanpa sebab, ataupun termasuk terganggunya fungsi otak terkait
menjadi sangat sensitif dan mudah marah. dengan regulasi suasana hati, kerentanan
Berdasarkan penelitian Dopheide (2006) genetik, peristiwa kehidupan yang penuh
diketahui bahwa beberapa gejala yang stres, obat-obatan, dan adanya indikasi
dimuculkan adalah adanya mood depresi medis. Diyakini bahwa interaksi faktor-
atau anhedonia, banyaknya keluhan faktor inilah yang menyebabkan terjadinya
somatik, atau perubahan perilaku seperti depresi (Harvard Health Publication,
bullying, agresi, atau menarik diri dari 2009).
lingkungan sosialnya. Oleh karena perilaku Peristiwa hidup yang negatif, yang
yang ditunjukkan tidak memiliki kekhasan salah satunya berupa pengalaman di-bully
tertentu, seringkali gejala depresi ini tidak juga diduga menjadi salah satu faktor yang
terdeteksi oleh orang-orang di sekitar menyebabkan terjadinya depresi.
remaja. Orangtua, keluarga, ataupun teman Berdasarkan penelitian Uba, Yaacob, dan
seringkali tidak peka terhadap perubahan Juhari (2010), terdapat korelasi yang
yang ditunjukkan oleh remaja yang signifikan antara bullying dan depresi pada
mengalami depresi. remaja. Selain itu, juga ditemukan dari 75
Depresi pada remaja biasanya tidak laporan yang berasal dari 49 penelitian yang
terdiagnosis sejak awal dan baru dilakukan secara longitudinal juga
terdiagnosis setelah mereka mengalami menunjukkan adanya asosiasi antara
kesulitan serius di sekolah maupun pada perilaku bullying yang dialami korban
saat menyesuaikan diri dengan teman dengan depresi di kemudian hari (Lösel,
sebayanya (Blackman dalam Lubis, 2009). Ttofi & Theodorakis, 2012). Selain
Hal ini diperkirakan disebabkan oleh beberapa faktor di atas, tampaknya kondisi
beberapa respon gangguan depresi tidak keluarga juga dapat menjadi salah satu
terlalu berbeda dengan karakteristik kondisi faktor risikonya. Penelitian yang dilakukan
emosi remaja. Remaja digambarkan sebagai Vardanyan (2013) mengidentifikasi potensi
71
Jurnal Psikogenesis, Volume 6, No.1, Juni 2018
faktor risiko yang berkaitan dengan laki dan perempuan. Pengambilan sampel
berkembangnya depresi antara lain dalam penelitian ini menggunakan
perceraian/perpisahan orangtua, memiliki purposive sampling karena memiliki
orangtua tunggal, finansial orangtua, kriteria khusus yaitu partisipan yang
memiliki masalah dengan teman sekolah, memiliki skor cut off CDI (Children
dan tidak puas dengan kondisi keluarga. Depression Inventory) ≥ 19 untuk yang
Penelitian lainnya juga menunjukkan bahwa mengalami depresi dan ≥13 untuk yang
berdasarkan hasil analisis multivariabel masih berpotensi mengalami depresi.
diperoleh bahwa kekerasan yang terjadi di Partisipan awal berjumlah 230 mahasiswa/i
dalam keluarga, komposisi keluarga, yang kemudian dilakukan screening dengan
masalah-masalah yang terjadi pada saat menggunakan CDI dan diperoleh 17 orang
remaja, dan rendahnya kohesivitas keluarga mengalami depresi dan 65 orang yang
menjadi faktor yang dominan terjadinya berpotensi mengalami depresi. Partisipan
depresi (Reinherz, Paradis, Giaconia, dari hasil screening inilah yang akan
Stashwick & Fitzmaurice, 2004). dianalisa dalam penelitian ini.
Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui perilaku yang menjadi gejala Pengukuran
depresi yang ditampilkan oleh remaja yang Penelitian ini menggunakan beberapa
mengalami depresi (maupun yang potensi alat ukur, antara lain:
berisiko mengalami depresi) dan (1) Children Depression Inventory (CDI)
mengetahui gambaran permasalahan yang yang dikembangkan oleh Maria Kovacs
umum dialami oleh subjek penelitian yang pada 1992. CDI dapat digunakan untuk
mengalami maupun yang masih berpotensi individu yang berusia 7-17 tahun,
mengalami depresi. Keutamaan (urgensi) menurut hasil penelitian Retnowati dan
dari penelitian ini adalah kontribusinya Widhiarso (2011), CDI dapat
dalam memberikan gambaran kepada digunakan untuk individu dengan
orangtua ataupun pihak lain yang rentang usia 7-19 tahun. CDI terdiri
menghadapi remaja terkait dengan perilaku dari 27 butir pertanyaan yang setiap
yang menjadi gejala depresi yang butirnya terdiri dari tiga pilihan dengan
ditampilkan remaja, baik pada remaja yang masing-masing pilihan memiliki skor
telah mengalami depresi maupun remaja 0, 1, 2. Butir-butir di alat ukur ini
yang masih berpotensi mengalami depresi. dikelompokkan menjadi lima sub skala
Dengan diketahui gejala tersebut yaitu:
diharapkan dapat mencegah terjadinya negative mood (merefleksikan
permasalahan psikologis yang lebih buruk perasaan sedih, ingin menangis,
pada remaja dengan diberikannya khawatir tenang sesuatu yang
penanganan yang tepat. Selain itu juga buruk, menjadi terganggu dan
dengan diketahui permasalahan yang kecewa terhadap kejadian tertentu,
dialami remaja yang terdeteksi mengalami dan menjadi tidak mampu untuk
depresi maupun yang masih berisiko mengubah pemikirannya),
mengalami depresi, dapat membantu interpersonal problem (berkaitan
orangtua lebih memahami anak remajanya dengan adanya masalah dan
dan memberikan perlakuan yang sesuai. kesulitan dalam berinteraksi
dengan orang lain, termasuk
METODE kesulitan dalam berinteraksi secara
Partisipan berkelanjutan dengan orang lain,
Partisipan dalam penelitian ini adalah adanya keinginan untuk
remaja yang merupakan mahasiswa baru di menghidari dan mengisolasi diri
sebuah universitas swasta di Surabaya, yang dari lingkungan sosial),
berusia 16-18 tahun, berjenis kelamin laki-
72
Jurnal Psikogenesis, Volume 6, No.1, Juni 2018
Terjadi perubahan
Tidak tertarik Tidak dapat tidur serta
Menganggap diri buruk Masalah konsentrasi berat badan yang
melakukan apapun terjaga sepanjang
cukup drastis
malam
Pada remaja yang mengalami depresi diri sebagai pribadi yang benar-benar
menunjukkan gejala depresi berupa merasa buruk (82%), tidak dapat berkonsentrasi
73
Jurnal Psikogenesis, Volume 6, No.1, Juni 2018
sebaik biasanya (65%), tidak tertarik untuk penelitian yang berpotensi mengalami
melakukan apapun (41%) dan terjadi depresi, hanya gejala anhedonia yang
perubahan berat badan yang cukup drastis tampak lebih menonjol dibandingkan
(35%). Sedangkan untuk subjek yang gejala yang lain.
berpotensi mengalami depresi, sebagian Gejala-gejala yang ditunjukkan oleh
besar menunjukkan gejala depresi berupa sebagian besar subjek penelitian ini sesuai
tidak dapat berkonsentrasi sebaik biasanya dengan enam dari sembilan kriteria
(57%), terjadi perubahan berat badan yang diagnostik yang ada pada Diagnostic and
cukup drastis (38%), merasa sebagai Statistical Manual of Mental Disorder,
pribadi yang benar-benar buruk (37%), Revised Fifth Edition (DSM-V) mengenai
tidak tertarik untuk melakukan apapun Major Depression Disorder, antara lain
(31%) dan tidak dapat tidur serta terjaga (1) Perasaan depresi hampir sepanjang hari
sepanjang malam (31%). Apabila dilihat dan hampir setiap hari. Dapat berupa mood
dari gejala-gejala yang terukur oleh alat yang mudah tersinggung pada anak-anak
ukur CDI yang peneliti gunakan dan remaja, (2) Penurunan kesenangan
menunjukkan bahwa dari keseluruhan atau minat secara drastis dalam semua atau
gejala yang tampak lebih tinggi hampir semua aktivitas, hampir setiap hari,
dibandingkan yang lain adalah negative hampir sepanjang hari, (3) Terjadi
mood dan anhedonia. Hal ini berarti pada kehilangan atau pertambahan berat badan
subjek penelitian yang termasuk dalam yang signifikan (5% lebih berat tubuh
kategori depresi tampaknya cukup banyak dalam sebulan tanpa upaya untuk diet
yang merasakan adanya perasaan sedih, maupun penambahan berat badan), atau
ingin menangis, khawatir tentang sesuatu suatu peningkatkan atau penurunan selera
yang buruk, menjadi terganggu dan makan, (4) Setiap hari atau hampir setiap
kecewa terhadap kejadian tertentu, dan hari mengalami insomnia atau hipersomnia
menjadi tidak mampu untuk mengubah (tidur berlebihan), (5) perasaan tidak
pemikirannya dan cukup banyak pula yang berharga atau pun rasa bersalah yang
kesulitan merasakan kegembiraan dalam berlebihan atau tidak tepat hampir setiap
dirinya yang terwujud dalam kehilangan hari, (6) berkurangnya kemampuan untuk
energi dan selera makan serta kesulitan berkonsentrasi atau berpikir jernih atau
untuk tidur. Sedangkan pada subjek membuat keputusan setiap hari.
Permasalahan
Permasalahan
dari luar diri:
dari dalam diri
lingkungan
Bagan 2: Permasalahan yang dialami remaja yang mengalami depresi maupun yang berpotensi
mengalami depresi
74
Jurnal Psikogenesis, Volume 6, No.1, Juni 2018
belajar (53%), mendapatkan perlakuan (64%) dan pada subjek penelitian yang
teman-teman yang tidak sesuai dengan berpotensi mengalami depresi sebagian
harapan (53%), mendapatkan perlakuan besar mendapatkan kekerasan dari orangtua
orangtua yang keras dan membatasi (41%) (49%). Orangtua yang terlalu keras,
dan relasi antar orangtua yang buruk (41%). membatasi dan mengatur menyebabkan
Sedangkan untuk subjek penelitian yang remaja kehilangan sosok pemberi afeksi.
berpotensi yang mengalami depresi, Bagaimanapun, afeksi sangat dibutuhkan
sebagian besar memiliki permasalahan oleh seorang anak sehingga jika anak
terkait dengan ketidakpuasan penampilan kekurangan afeksi akan menimbulkan
(58%), masalah prestasi belajar (58%), permasalahan psikologis pada dirinya.
kehilangan sosok yang disayangi (50%) dan Seperti salah satu temuan dari penelitian
mendapatkan perlakuan orangtua yang Ekundayo, Dodson-Stallworth, Roofe,
keras dan membatasi (32%). Aban, Kempf, Ehiri dan Jolly (2007),
Remaja memiliki fokus yang tinggi kebutuhan afeksi (khususnya dari ibu)
terhadap bentuk tubuh dan penampilannya. berhubungan dengan gejala depresi yang
Mereka mulai membandingkan tubuhnya ditunjukkan oleh anak. Seorang anak yang
dengan tubuh orang lain yang kemudian tumbuh dan berkembang di dalam keluarga
berujung pada penetapan standar tubuh yang tidak memberi cinta dan kasih sayang
ideal. Standar itulah yang pada akhirnya akan menciptakan skema berpikir yang
membuat remaja semakin negatif dalam negatif, khususnya mengenai sebuah
mengevaluasi dirinya. Penilaian tersebut kehilangan. Skema berpikir ini akan dibawa
menimbulkan keyakinan-keyakinan yang terus dalam kehidupannya, dan ketika
negatif, yang jika dalam waktu yang mereka beranjak remaja dan mengalami
panjang akan meningkatkan depresive kehilangan ataupun kegagalan, hal tersebut
mood dan self esteem yang rendah akan memicu terjadinya depresi (Bowlby,
(Neumark-Sztainer, Hannan, & Eisenberg, dalam Santrock 2003). Seperti halnya pada
2006). Ketidakpuasan terhadap penampilan hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
diri termasuk berat badan, tinggi badan, 50% subjek penelitian yang mengalami
warna kulit, rambut, dan wajah tampaknya kehilangan sosok yang disayangi memiliki
menjadi salah satu permasalahan terbanyak potensi mengalami depresi.
yang dialami remaja yang berada pada Gaya pengasuhan autoritarian
kategori mengalami depresi. Hal ini sesuai memiliki korelasi positif yang signifikan
dengan pernyataan Paxton, Neumark- dengan depresi pada remaja (Sharma,
Sztainer, Hannan, & Eisenberg, dalam Sharma & Yadava, 2011). Orangtua dengan
Bucchianeri, Arikian, Hannan, Eisenberg, gaya pengasuhan autoritarian lebih banyak
Neumark-Sztainer, 2013), bahwa memberikan batasan dan kendali yang tegas
ketidakpuasan tubuh diidentifikasi sebagai yang tidak jarang berupa hukuman dan
faktor risiko yang berhubungan dengan kurang memberikan kesempatan bagi
psikopatologi, termasuk gejala depresi. remaja untuk mengungkapkan pendapatnya
Permasalahan terkait dengan orangtua (Santrock, 2003). Gaya pengasuhan yang
juga menjadi salah satu hal yang dialami demikian, selain menyebabkan tidak adanya
oleh subjek penelitian yang mengalami kelekatan yang terbangun antara remaja dan
depresi maupun yang masih berpotensi orangtua, juga menyebabkan remaja
mengalami depresi. Menurut mereka, memiliki keterampilan sosial yang rendah.
perlakuan orangtua yang keras, membatasi, Remaja menjadi kurang bisa memulai
dan mengatur menjadi salah satu masalah hubungan sosial yang baik, kemampuan
yang mengganggu diri mereka. Dari hasil komunikasi yang rendah, dan sulit
penelitian ditemukan bahwa sebagian besar melakukan problem solving di lingkungan
subjek penelitian yang mengalami depresi sosialnya (Santrock, 2003).
mendapatkan kekerasan dari orangtua
75
Jurnal Psikogenesis, Volume 6, No.1, Juni 2018
76
Jurnal Psikogenesis, Volume 6, No.1, Juni 2018
77
Jurnal Psikogenesis, Volume 6, No.1, Juni 2018
78