Anda di halaman 1dari 4

MARAKNYA KASUS BUNUH DIRI DI USIA MUDA

Mata Kuliah: Pendidikan Pancasila

Dosen Pengampu: Dr. Wina Nurhayati Praja. M.Pd

Disusun Oleh:

Nabhila Eka Nursalsabila 2310151

Nanda Juliyanti Nainggolan 2312243

Nurhadi Fajar Sandiwara 2312216

Razan Aira Bachtiar 2311800

Risa Adistia Fitriani 2304588

PRODI DESAIN KOMUNIKASI VISUAL FAKULTAS PENDIDIKAN SENI DAN DESAIN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BANDUNG
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Atas semua kehendaknya, sehingga
laporan penelitian yang berjudul “Maraknya Bunuh Diri di Usia Remaja” dapat tersusun dan
terselesaikan dengan tepat waktu.

Terima kasih kepada Dosen Pembimbing mata kuliah Pendidikan Pancasila, tidak lupa kami juga
mengucapkan banyak terima kasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan
memberikan ide-ide dan waktunya. Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah
pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk
maupun menambah isi laporan agar menjadi lebih baik lagi.

Penyusunan laporan penelitian ini ditulis berdasarkan riset terhadap maraknya kasus bunuh diri
yang terjadi di usia remaja. Penulis berharap, pemaparan dalam isi penelitian sederhana ini bisa
mempermudah pembaca untuk memahami dan mengetahui permasalahan kasus bunuh diri yang
terjadi pada usia remaja. Dan dapat mengantisipasi serta mendorong lebih banyak tindakan untuk
melakukan pencegahan atau meminimalisir kasus tersebut.

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, Kami menyadari bahwa laporan
hasil penelitian yang dibuat masih jauh dari kata sempurna, dan memiliki kekurangan dari berbagai
aspek. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun demi
perbaikan dan kesempurnaan laporan penelitian ini.
LATAR BELAKANG

Kesehatan mental sama pentingnya seperti kesehatan fisik dan memiliki arti penting dalam
kehidupan seseorang, dengan mental yang sehat maka seseorang dapat melakukan aktivitas sebagai
makhluk hidup. Kesehatan mental adalah keadaan dimana seseorang mampu menyadari
kemampuannya sendiri, dapat mengatasi tekanan hidup yang normal, dapat bekerja secara produktif
dan mampu memberi kontribusi terhadap lingkungannya (WHO, 2016). Sedangkan masalah
kesehatan mental diartikan sebagai ketidakmampuan seseorang menyesuaikan diri terhadap
tuntutan dan kondisi lingkungan yang mengakibatkan ketidakmampuan tertentu (Kartono, 2000).

Depresi dan kecemasan dapat memiliki efek buruk pada perkembangan remaja, termasuk
pencapaian pendidikan yang rendah, putus sekolah, gangguan sosial dan peningkatan risiko
kecanduan, masalah kesehatan mental, dan bunuh diri. Tingkat bunuh diri pada remaja cukup tinggi,
yang merupakan kematian nomor dua tertinggi ialah pada usia 15-29 tahun. Banyak perubahan yang
terjadi pada remaja seperti dari perubahan hormon, fisik hingga lingkungan sosialnya yang dapat
mempengaruhi kemungkinan seorang individu untuk melakukan tindakan ini. Data survei yang
dilakukan National Adoles Health Information Center NAHIC (2005) menunjukkan bahwa remaja dan
dewasa muda pada usia 10-24 tahun baik pria maupun wanita pernah melakukan rawat jalan
gangguan kesehatan mental, sebesar 1,9 juta pria melakukan rawat jalan kesehatan mental
sedangkan wanita sebesar 1,6 juta jiwa. Survei Riset Kesehatan Dasar menunjukkan bahwa 11,6%
penduduk Indonesia dengan usia diatas 15 tahun mengalami gangguan kesehatan mental dan
emosional, sekitar 19 juta anak mengalami kesehatan mental dan sosial (Riskesdas, 2007). Data
survei yang dilakukan oleh World Health Organization WHO (2011) menunjukkan bahwa 20% remaja
mengalami masalah kesehatan mental khususnya kecemasan dan depresi.

A. FAKTOR MENGAPA BUNUH DIRI REMAJA DAPAT TERJADI

Banyak sekali faktor penyebab menurunnya kesehatan mental remaja, misalnya kekhawatiran
yang berlebihan, kecemasan, masalah keluarga, atau faktor dari teman sebaya. Dengan banyaknya
masalah yang timbul dan terus menerus dipendam, hal tersebut akan semakin menimbulkan stres
yang berat sehingga akan mencapai titik yang paling tinggi yaitu terjadinya depresi berat. Ditambah
dengan situasi dan keadaannya kurang baik, permasalahan-permasalahan tersebut tidak dapat
diatasi atau ditangani dengan baik. Hal yang paling fatal terjadi adalah akan timbulnya keinginan
bunuh diri. Kurangnya dukungan dari keluarga atau bahkan dari teman sebayanya juga sangat
berpengaruh terhadap seberapa tinggi keinginan para remaja untuk bunuh diri. Adapun beberapa
faktor yang menyebabkan bunuh diri yaitu dari faktor psikologis, dari lingkungan sosialnya, dan juga
faktor biologis.

B. SOLUSI UNTUK KASUS BUNUH DIRI REMAJA

• Perhatian Orang Tua, dan Bercerita pada Orang Tua

Melansir dari Mental Health Foundation, orang tua dengan kondisi kesehatan mental yang kurang
baik akan mengalami kesulitan dalam menentukan pola asuh. Ada beberapa dampak pada anak
ketika orang tua salah melakukan pola asuh atau parenting, seperti gangguan emosi dan perilaku.
Orang tua yang lebih sering berteriak, marah, maupun melakukan kekerasan fisik pada anak dapat
meningkatkan risiko gangguan emosi dan perilaku yang serupa pada anak. Kondisi ini biasanya akan
mereka tunjukkan di lingkungan sekolah atau tempat mereka bermain.

Hal ini bisa terjadi akibat situasi dan juga lingkungan mereka bertumbuh. Gangguan kecemasan
merupakan masalah umum yang dirasakan oleh anak-anak saat orang tua mereka mengalami
gangguan kesehatan mental. Bahkan, tidak jarang anak juga dapat mengalami kondisi stres hingga
depresi.

Perhatian yang positif dari orang tua adalah yang paling dibutuhkan seorang anak saat memasuki
masa remaja. Karena itu, luangkan waktu untuk bersama anak remaja untuk menunjukkan
kepadanya bahwa orang tua peduli. Dengarkan mereka ketika mereka sedang berbicara atau
bercerita, dan hormati perasaannya.

• Punya teman, bercerita pada teman. Terbuka untuk menceritakan hal yang dialami pada
orang terdekat akan membuat beban terasa berkurang.
• Mempunyai hobi atau aktivitas baru. Misalnya Kpop dan anime.
• Menghargai setiap kemajuan yang dicapai, dengan self-reward.
• Menangis, dengan menangis dapat mengurangi beban perasaan, dan akan lebih lega karena
sudah meluapkan emosi dengan menangis.
• Berpikir positif dan menyemangati diri.
• Berusaha memahami dan menyadari bahwa kecewa adalah bagian dari kehidupan, sama
halnya dengan kegagalan yang juga merupakan bagian dari kehidupan dan berdamai dengan
diri sendiri.

C. ANALISIS SWOT KASUS

• Strenght : Untuk menambah wawasan dan mengetahui apa itu bunuh diri, penyebab dan
cara mengatasinya
• Weakness : Penelitian hanya terbatas pada kasus berumur kisaran 15-29 tahun.
• Opportunity :
1. Kasus bunuh diri pada seseorang yang hidup sendiri dibanding yang sudah menikah,
berpisah, ataupun berkeluarga.
2. Kasus bunuh diri dewasa akhir usia 65 ke atas.
3. Kasus bunuh diri berjenis kelamin wanita
4. Bunuh diri karena status sosial.
• Threat : Kurangnya kepedulian akan kesehatan mental pada remaja membuat tak banyak
orang yang mencari topik terkait di zaman ini.

Anda mungkin juga menyukai