Anda di halaman 1dari 17

KARYA TULIS ILMIAH

Permasalahan Kesehatan Mental Remaja

Disusun Oleh:
Nama : Brilliyani Ezraputri Dabungke
Kelas : XII MS 4

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.....................................................................................................................4
BAB I Pendahuluan........................................................................................................................5
1.1 Latar Belakang..................................................................................................................5
1.2 Rumusan Masalah.............................................................................................................6
1.3 Tujuan Penulisan.....................................................................................................................6
1.4 Manfaat Penulisan...................................................................................................................6
BAB II KAJIAN TEORI...............................................................................................................7
2.1 Hakikat Permasalahan Kesehatan Remaja...............................................................................7
BAB III PEMBAHASAN.............................................................................................................10
3.1 Permasalahan Mental Remaja................................................................................................10
3.2 Dampak Kesehatan Mental Remaja terhadap Pembangunan...........................................12
BAB 4 KESIMPULAN..................................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................17

2
KATA PENGANTAR

Puji Syukur segala puji syukur atas kehadirat Tuhan YMET yang telah
memberikan rahmat dan kasih karunia-Nya, sehingga saya dapat
menyelesaikan makalah mengenai salah satu topik pembahasan materi dari
mata pelajaran PPKn yaitu “Permasalahan Kesehatan Mental Remaja”.

Terima kasih banyak saya ucapkan kepada Ibu (nama buk mimi)
selaku guru pembibing dalam membantu saya baik secara moral maupun
materi. Terima kasih juga saya ucapkan kepada teman-teman seperjuangan
yang telah mendukung saya sehingga bisa menyelesaikan tugas ini tepat
waktu.

Saya berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah


wawasan serta pengetahuan kita semua. Saya juga menyadari sepenuhnya
bahwa di dalam penulisannya masih terdapat kekurangan-kekurangan dan
jauh dari kata sempurna. Untuk itu, Saya berharap adanya kritik, saran atau
masukan demi perbaikan di masa yang akan datang. Sekali lagi saya
mengucapkan mohon maaf atas segala kekurangan dan terimakasih atas
perhatian.

Pekanbaru, 3 September 2023

3
BAB I Pendahuluan

1.1 Latar Belakang

Mental adalah hal yang bersangkutan dengan batin dan watak manusia, yang
bukan bersifat badan atau tenaga. Kita dapat mengartikannya juga sebagai "tindakan yang
dipengaruhi pikiran". 'Mental' memiliki arti yang berhubungan dengan watak dan batin
manusia. Dari kata Latin “mens” (mentis) berarti jiwa, nyawa, suksma, roh, semangat.
Menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) mental bermakna aktivitas jiwa, cara
berpikir, dan berperasaan. Mental diartikan sebagai suasana kejiwaan dan pola pikir
(mindset) seseorang atau sekelompok orang. Sejak beberapa tahun terakhir, terjadi
peningkatan yang signifikan dalam kasus gangguan kesehatan mental remaja.
Indonesia National Adolescent Mental Health Survey (I-NAMHS), survei
kesehatan mental nasional pertama yang mengukur angka kejadian gangguan mental pada
remaja 10 – 17 tahun di Indonesia, menunjukkan bahwa satu dari tiga remaja Indonesia
memiliki masalah kesehatan mental sementara satu dari dua puluh remaja Indonesia
memiliki gangguan mental dalam 12 bulan terakhir. Angka ini setara dengan 15,5 juta dan
2,45 juta remaja. Remaja dalam kelompok ini adalah remaja yang terdiagnosis dengan
gangguan mental sesuai dengan panduan Diagnostic and Statistical Manual of Mental
Disorders Edisi Kelima (DSM-5) yang menjadi panduan penegakan diagnosis gangguan
mental di Indonesia.
I-NAMHS berfokus untuk menghitung beban penyakit atau prevalensi enam
gangguan mental yang paling umum di antara remaja, yaitu fobia sosial, gangguan cemas
menyeluruh, gangguan depresi mayor, gangguan perilaku, gangguan stres pasca trauma
(PTSD), dan gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktivitas (ADHD). I-NAMHS juga
mengidentifikasi faktor risiko dan pelindung yang berhubungan dengan gangguan mental
remaja seperti perundungan, sekolah dan pendidikan, hubungan teman sebaya dan
keluarga, perilaku seks, penggunaan zat, pengalaman masa kecil yang traumatis, dan
penggunaan fasilitas kesehatan.Perubahan dalam lingkungan sosial remaja, seperti
penggunaan media sosial yang intens, tekanan akademik, dan isu-isu sosial, dapat

4
berkontribusi pada stres dan gangguan kesehatan mental. Pandemi COVID-19 juga telah
memberikan dampak serius pada kesehatan mental remaja. Keterbatasan sosial,
kekhawatiran tentang kesehatan, dan pembelajaran jarak jauh adalah beberapa faktor yang
dapat memengaruhi kesejahteraan mental mereka. Kesehatan mental remaja sering kali
tidak terlihat dengan jelas dan sering diabaikan. Oleh karena itu, penting untuk
meningkatkan pemahaman dan kesadaran masyarakat tentang masalah ini.
Berdasarkan pengamatan dilingkungan sekitar banyak jugu remaja yang
mengalami gangguan mentar dalam nerbagai tingkatan. Sebagai contoh remaja pada masa
sekarang cenderung manja dan menghabiskan waktu hanya untuk hilling-hiling saja.

1.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dari latar belakang di atas:

1. Bagaimana Kesehatan mental remaja pada masa sekarang?


2. Bagaimana dampak Kesehatan remaja terhadap Pembangunan negara?

1.3 Tujuan Penulisan

Karya ilmiah ini bertujuan untuk:


1. Mengetahui keadaan kesehatan remaja zaman sekarang beserta segala faktor yang
memengaruhinya
2. Mengetahui pengaruh kesehatan mental remaja terhadap pembangunan negara

1.4 Manfaat Penulisan

Penelitian tentang permasalahan kesehatan remaja memiliki banyak manfaat yang


penting bagi masyarakat, pemerintah, dan individu. Beberapa manfaat utama dari
penelitian ini termasuk:

1. Peningkatan Kesehatan Remaja: Penelitian ini dapat membantu mengidentifikasi


masalah kesehatan yang umumnya dihadapi oleh remaja, seperti depresi, infeksi

5
menular seksual (IMS), dan lain sebagainya. Dengan pemahaman yang lebih baik
tentang masalah-masalah ini, intervensi yang lebih efektif dapat dirancang untuk
membantu remaja menjaga kesehatan mereka.
2. Pengambilan Keputusan yang Lebih Baik: Penelitian ini juga dapat membantu
remaja dan orang tua mereka membuat keputusan yang lebih baik terkait kesehatan.
Misalnya, informasi tentang risiko penggunaan narkoba atau perilaku seksual yang
berisiko dapat membantu remaja membuat keputusan yang lebih bijak.
3. Kebijakan Publik: Hasil penelitian dapat digunakan oleh pemerintah dan organisasi
kesehatan untuk merancang kebijakan yang lebih baik terkait kesehatan remaja. Ini
termasuk alokasi sumber daya yang lebih baik untuk layanan kesehatan remaja dan
program pencegahan.

BAB II KAJIAN TEORI

2.1 Hakikat Permasalahan Kesehatan Remaja

1. Permasalahan
George A. Kelly, seeorang psikolog terkenal, mendefinisikan permasalahan
sebagai "situasi yang tidak diketahui." Menurutnya, individu menghadapi permasalahan
ketika mereka mengalami ketidakpastian atau tidak memiliki informasi yang cukup untuk
membuat keputusan atau tindakan yang tepat.
Herbert A. Simon, seorang ahli dalam ilmu kognitif dan ilmu manajemen,
mendefinisikan permasalahan sebagai situasi di mana seseorang memiliki tujuan yang
diinginkan dan harus menentukan bagaimana mencapainya ketika jalan menuju tujuan
tersebut tidak jelas atau ada hambatan.
Abraham Maslow, seorang psikolog yang dikenal dengan Hierarki Kebutuhan,
menganggap permasalahan sebagai ketidaksesuaian antara kebutuhan individu dan
lingkungannya. Ketika kebutuhan tidak terpenuhi atau ada hambatan dalam mencapainya,
itu dianggap sebagai permasalahan.
Permasalahan dapat bervariasi dari yang sederhana hingga yang kompleks, dan
mereka ada dalam berbagai bidang kehidupan, termasuk ilmu pengetahuan, bisnis, sosial,

6
dan pribadi. Penting untuk memahami dan mengatasi permasalahan dengan cara yang
tepat, baik melalui analisis kritis, penelitian, atau kerja sama dengan orang lain, tergantung
pada jenis permasalahan yang dihadapi.

2. Mental

Sigmund Freud (1856-1939), seorang bapak psikoanalisis, menggambarkan


mental sebagai wilayah yang mencakup pikiran, perasaan, dan proses bawah sadar. Dia
mengembangkan teori-teori yang mendalam tentang struktur mental manusia, seperti id,
ego, dan superego.
Carl Rogers (1902-1987), seorang psikolog humanistik, mendefinisikan mental
sebagai aspek individu yang melibatkan pengalaman dan persepsi tentang diri sendiri dan
dunia sekitarnya. Ia mengembangkan konsep "konsep diri" pada tahun 1950-an.
Aaron T. Beck (1921-sekarang), seorang psikolog kognitif, mengkhususkan diri
dalam pemahaman gangguan mental, khususnya depresi. Ia mendefinisikan mental sebagai
proses berpikir individu dan mengembangkan terapi kognitif pada tahun 1960-an.
Jean Piaget (1896-1980), seorang ahli perkembangan anak, menggambarkan
mental sebagai proses intelektual yang berkembang seiring waktu. Ia mengidentifikasi
tahap-tahap perkembangan kognitif pada anak-anak dan merumuskan teori perkembangan
kognitifnya sejak tahun 1920-an.
William James (1842-1910), seorang psikolog dan filsuf Amerika,
menggambarkan mental sebagai aliran kesadaran yang terus menerus berubah, termasuk
pikiran, perasaan, dan pengalaman subjektif. Dia mengembangkan konsep "kesadaran
aliran" pada akhir abad ke-19.

3. Remaja

Anna Freud, seorang psikoanalis terkenal, menggambarkan masa remaja sebagai


periode perkembangan psikoseksual yang berfokus pada perubahan-perubahan dalam
identitas dan orientasi seksual individu.
Erik Erikson, seorang psikolog perkembangan, mengidentifikasi masa remaja
sebagai periode yang disebut "krisis identitas versus peran peran konfusi." Menurutnya,
remaja mencari identitas mereka sendiri dan mencoba mengatasi perasaan bingung
mengenai peran mereka dalam masyarakat.

7
Margaret Mead, seorang antropolog terkenal, menyoroti bahwa pengalaman
remaja berbeda di berbagai budaya. Dia menekankan peran budaya dalam membentuk
perilaku remaja dan menggambarkan konsep "perubahan sosial" dalam pengertian remaja.

4. Permasalahan Mental Remaja

American Academy of Child and Adolescent Psychiatry (AACAP),


permasalahan mental remaja adalah kondisi kesehatan mental yang mengganggu cara
remaja berpikir, merasa, berperilaku, atau berfungsi secara sosial, emosional, atau
pendidikan.
World Health Organization (WHO), menggambarkan permasalahan mental
remaja sebagai ketidakseimbangan antara tuntutan, tekanan, dan beban yang dihadapi oleh
remaja dan sumber daya yang mereka miliki untuk mengatasi masalah-masalah tersebut.
Ini dapat menghasilkan gejala-gejala seperti kecemasan, depresi, atau perilaku berisiko.
David Anderson (2006), seorang ahli kesehatan mental anak dan remaja,
mendefinisikan permasalahan mental remaja sebagai ketidakmampuan untuk mengatasi
konflik emosional atau krisis perkembangan dengan cara yang sehat. Ini dapat
mengakibatkan gejala-gejala seperti depresi, kecanduan, atau perilaku agresif.

8
BAB III PEMBAHASAN

3.1 Permasalahan Mental Remaja

Kesehatan mental remaja sekarang telah menarik perhatian dari berbagai pihak
publik. Bagaimana tidak, dilansir dari Indonesia National Adolescent Mental Health
Survey (I-NAMHS), survei kesehatan mental nasional pertama yang mengukur angka
kejadian gangguan mental pada remaja 10 – 17 tahun di Indonesia, menunjukkan bahwa
satu dari tiga remaja Indonesia memiliki masalah kesehatan mental sementara satu dari dua
puluh remaja Indonesia memiliki gangguan mental dalam 12 bulan terakhir.
Diseminasi hasil penelitian ini dilakukan Kamis (20/10) di Hotel Grand Melia
Jakarta Selatan. Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa gangguan mental yang
paling banyak diderita oleh remaja adalah gangguan cemas (gabungan antara fobia sosial
dan gangguan cemas menyeluruh) sebesar 3,7%, diikuti oleh gangguan depresi mayor
(1,0%), gangguan perilaku (0,9%), serta gangguan stres pasca-trauma (PTSD) dan
gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktivitas (ADHD) masing-masing sebesar 0,5%.
Berbagai faktor mempengaruhi kesehatan mental. Semakin banyak faktor risiko
yang dialami remaja, semakin besar potensi dampaknya terhadap kesehatan mental
mereka. Faktor-faktor yang dapat menyebabkan stres pada masa remaja antara lain paparan
terhadap kesulitan, tekanan untuk menyesuaikan diri dengan teman sebaya, dan eksplorasi
identitas. Pengaruh media dan norma gender dapat memperburuk kesenjangan antara
realitas kehidupan remaja dan persepsi atau aspirasi mereka terhadap masa depan. Faktor
penentu penting lainnya termasuk kualitas kehidupan rumah tangga dan hubungan dengan
teman sebaya. Kekerasan (terutama kekerasan seksual dan intimidasi), pola asuh yang
kasar, serta masalah sosial ekonomi yang parah merupakan risiko yang dapat mengganggu
kesehatan mental.
Beberapa remaja mempunyai risiko lebih besar terhadap kondisi kesehatan mental
karena kondisi kehidupan mereka, stigma, diskriminasi atau pengucilan, atau kurangnya
akses terhadap dukungan dan layanan berkualitas. Kelompok ini termasuk remaja yang
tinggal di lingkungan yang rentan dan rawan bencana; remaja dengan penyakit kronis,
gangguan spektrum autisme, cacat intelektual atau kondisi neurologis lainnya; remaja
hamil, orang tua remaja, atau mereka yang melakukan pernikahan dini atau pernikahan

9
paksa; anak yatim piatu; dan remaja dari latar belakang etnis atau seksual minoritas atau
kelompok diskriminatif lainnya.
Gangguan emosi sering terjadi pada remaja. Gangguan kecemasan (yang mungkin
melibatkan rasa panik atau kekhawatiran yang berlebihan) adalah yang paling umum
terjadi pada kelompok usia ini dan lebih sering terjadi pada remaja yang lebih tua
dibandingkan remaja yang lebih muda. Diperkirakan 3,6% anak usia 10–14 tahun dan
4,6% anak usia 15–19 tahun mengalami gangguan kecemasan. Depresi diperkirakan terjadi
pada 1,1% remaja berusia 10–14 tahun, dan 2,8% pada remaja berusia 15–19 tahun.
Depresi dan kecemasan memiliki beberapa gejala yang sama, termasuk perubahan suasana
hati yang cepat dan tidak terduga.
Gangguan perilaku lebih sering terjadi pada remaja yang lebih muda dibandingkan
remaja yang lebih tua. Gangguan Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD), yang
ditandai dengan kesulitan memperhatikan, aktivitas berlebihan, dan bertindak tanpa
mempedulikan konsekuensinya, terjadi pada 3,1% anak usia 10–14 tahun dan 2,4% anak
usia 15–19 tahun (1 ) . Gangguan perilaku (meliputi gejala perilaku destruktif atau
menantang) terjadi pada 3,6% anak usia 10–14 tahun dan 2,4% anak usia 15–19 tahun (1) .
Gangguan perilaku dapat mempengaruhi pendidikan remaja dan gangguan perilaku dapat
mengakibatkan perilaku kriminal.
Gangguan makan, seperti anoreksia nervosa dan bulimia nervosa, umumnya
muncul pada masa remaja dan dewasa muda. Gangguan makan melibatkan perilaku makan
yang tidak normal dan keasyikan dengan makanan, yang dalam banyak kasus disertai
dengan kekhawatiran tentang berat badan dan bentuk tubuh. Anoreksia nervosa dapat
menyebabkan kematian dini, seringkali karena komplikasi medis atau bunuh diri, dan
memiliki angka kematian yang lebih tinggi dibandingkan gangguan mental lainnya.
Kondisi yang mencakup gejala psikosis paling sering muncul pada masa remaja
akhir atau awal masa dewasa. Gejalanya bisa berupa halusinasi atau delusi. Pengalaman-
pengalaman ini dapat mengganggu kemampuan remaja untuk berpartisipasi dalam
kehidupan sehari-hari dan pendidikan dan sering kali mengarah pada stigma atau
pelanggaran hak asasi manusia.
Bunuh diri adalah penyebab kematian terbesar keempat pada remaja lanjut usia
(15–19 tahun) . Faktor risiko bunuh diri mempunyai banyak aspek, termasuk penggunaan
alkohol yang berbahaya, pelecehan di masa kanak-kanak, stigma terhadap pencarian

10
bantuan, hambatan dalam mengakses layanan kesehatan dan akses terhadap sarana untuk
bunuh diri. Media digital, seperti media lainnya, dapat memainkan peran penting dalam
meningkatkan atau melemahkan upaya pencegahan bunuh diri.

3.2 Dampak Kesehatan Mental Remaja terhadap Pembangunan

Remaja adalah salah satu pondasi negara yang sangat berpengaruh terhadap
pembangunan negara. Bagaimana tidak, yang akan menjalankan seluarah aspek-aspek
mulai dari aspek kehidupan masyarakat bahkan sampai pemerintahan akan diisi posisinya
oleh remaja. Remaja zaman sekarang juga dijuluki sebagai generasi emas yang akan
menentukan kesejahteraan negara. Mereka sangat diharapkan untuk pembangunan
kemajuan dari negara.
Beberapa pendapat mengemukakan kalau misalnya generasi emas ini bagaikan
pisau bermata dua. Dimana mata pisau yang tajam adalah keberhasilan dan mata pisau
yang tumpul adalah bagian ketidakberhasilannya. Artinya, ada dua kemungkinan yang
terjadi tergantung pada kualitas generasinya. Apabila dengan keadaan sekarang dimana
terjadi berbagai gangguan jiwa diberbagai kalangan remaja sudah dipastikan kita akan
mendapat bagian tumpulnya.
Namun, permasalahan-permasalah di atas bisa kita minimalisir keadaannya.Dengan
menerapkan serangkaian pendidikan seperti berikut :
1. Pendidikan yang Berkualitas
Pastikan pendidikan mereka berfokus pada pemahaman konsep daripada
hafalan semata. Dorong pendekatan pembelajaran yang aktif, berpikir kritis, dan
analitis.
2. Kurikulum yang Luas
Perkaya kurikulum dengan pelajaran-pelajaran yang mencakup berbagai
bidang ilmu, termasuk ilmu pengetahuan, seni, humaniora, dan ilmu sosial.
3. Pengembangan Keterampilan Metakognitif
Ajarkan mereka bagaimana belajar dengan efektif, termasuk perencanaan
waktu, pengaturan tujuan, dan refleksi terhadap pembelajaran mereka.
4. Pendidikan Karakter yang Terstruktur

11
Implementasikan program pendidikan karakter yang terstruktur untuk
membentuk etika, nilai-nilai, dan moral yang baik.
5. Dukungan untuk Kreativitas
Sediakan lingkungan yang mendukung kreativitas. Ini dapat mencakup
fasilitas seni dan ruang eksplorasi.
6. Kurikulum Inklusif
Pastikan kurikulum mencerminkan keragaman budaya, etnis, dan sosial. Ini
akan mengajarkan toleransi dan menghormati perbedaan.
7. Pembelajaran Berbasis Proyek
Terapkan pembelajaran berbasis proyek yang mendorong siswa untuk
memecahkan masalah dunia nyata. Ini mengembangkan keterampilan praktis dan
pemahaman mendalam.
8. Kesadaran Teknologi yang Sehat
Ajarkan pemahaman tentang etika digital, cyberbullying, dan penggunaan
teknologi yang aman dan seimbang.
9. Pelatihan Keterampilan Kehidupan
Integrasikan pelatihan keterampilan kehidupan praktis, seperti perencanaan
anggaran, komunikasi interpersonal, dan manajemen konflik.
10. Kesehatan Mental dan Emosional
Sediakan pendidikan tentang kesehatan mental dan strategi pemeliharaan
kesehatan emosional.
11. Pendidikan Seksual yang Sehat
Ajarkan pendidikan seksual yang sehat dan edukatif yang mencakup
hubungan yang aman dan pengambilan keputusan yang bijaksana.
12. Pendidikan Keuangan dan Berwirausaha
Sediakan pengetahuan tentang manajemen keuangan pribadi dan
berwirausaha sebagai bagian dari kurikulum.
13. Pembelajaran Multibahasa
Dorong pembelajaran bahasa asing untuk meningkatkan komunikasi global
dan pemahaman terhadap budaya yang berbeda.
14. Pendidikan Politik dan Sosial yang Mendalam

12
Ajarkan tentang sistem politik, hak-hak warga, dan bagaimana
berpartisipasi dalam proses demokrasi.
15. Pengembangan Keterampilan Sosial dan Kepemimpinan
Berikan kesempatan untuk mengembangkan keterampilan sosial, seperti
berkolaborasi dalam tim dan menjadi pemimpin.
16. Pendekatan Pembelajaran Seumur Hidup
Dorong sikap terbuka terhadap pembelajaran seumur hidup, termasuk
kursus, pelatihan, dan sumber daya yang tersedia secara online.
17. Dukungan Keluarga yang Konsisten
Keluarga adalah fondasi utama. Berikan dukungan emosional dan
bimbingan yang konsisten.
18. Keterlibatan Orang Tua dalam Pendidikan
Aktifkan orang tua untuk terlibat dalam pendidikan anak-anak melalui
konferensi orang tua-guru dan program pendidikan keluarga.
19. Mendorong Kebebasan Berpikir
Dorong anak-anak untuk mengajukan pertanyaan, mengejar minat pribadi,
dan berpikir kritis.
20. Pendidikan Keberlanjutan tentang Lingkungan
Tanamkan kesadaran tentang isu-isu lingkungan seperti perubahan iklim
dan perlindungan alam.
21. Membangun Kemampuan Resilien
Ajarkan strategi untuk mengatasi stres, kegagalan, dan menghadapi
perubahan.
22. Dukungan Terhadap Kesehatan Fisik
Pastikan anak-anak memiliki akses ke aktivitas fisik yang cukup dan
makanan bergizi.
23. Keterlibatan Komunitas yang Aktif
Kolaborasi dengan komunitas lokal untuk memberikan sumber daya
tambahan dan pengalaman pembelajaran yang lebih luas.
24. Mengembangkan Keahlian Digital
Ajarkan keterampilan digital yang relevan, termasuk pemrograman, analisis
data, dan kecerdasan buatan.

13
25. Menjadi Teladan yang Baik
Jadi teladan dalam tindakan dan perilaku Anda sendiri. Tunjukkan nilai-
nilai yang Anda ingin anak-anak pelajari.

Menghasilkan generasi penerus yang kuat dan bijaksana memerlukan komitmen


jangka panjang dan kerja sama dari seluruh masyarakat. Dengan mengimplementasikan
panduan ini, kita dapat membantu generasi emas menjadi individu yang siap menghadapi
masa depan yang kompleks dan berkontribusi pada perubahan positif dalam masyarakat
dan dunia.

BAB 4 KESIMPULAN

Masalah mental remaja dapat memberikan dampak yang signifikan terhadap


pembangunan negara. Remaja yang mengalami masalah kesehatan mental cenderung
mengalami kesulitan dalam pendidikan, interaksi sosial, dan produktivitas, yang pada
gilirannya dapat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi dan perkembangan masyarakat.

Penting untuk diakui bahwa kesehatan mental remaja bukan hanya masalah
individual, tetapi juga merupakan isu sosial dan ekonomi. Dalam jangka panjang, dampak
ini dapat mencakup penurunan produktivitas tenaga kerja, peningkatan biaya perawatan
kesehatan, dan potensi peningkatan angka pengangguran.

Oleh karena itu, solusi untuk masalah ini tidak hanya bersifat medis, tetapi juga
memerlukan pendekatan holistik yang melibatkan sektor pendidikan, sosial, dan ekonomi.
Investasi dalam layanan kesehatan mental, peningkatan kesadaran masyarakat, dan
peningkatan dukungan sosial dapat membantu menciptakan lingkungan yang mendukung
perkembangan mental yang sehat pada remaja.

Jika masalah mental remaja diabaikan, hal ini dapat menciptakan generasi yang
mungkin mengalami kesulitan mengatasi tantangan, berkontribusi pada pembangunan
negara dengan potensi penuh, dan menciptakan masyarakat yang berdaya saing. Dengan
memahami dan mengatasi permasalahan mental remaja, kita dapat memastikan bahwa
sumber daya manusia negara berkembang secara optimal.

14
15
DAFTAR PUSTAKA

Fardiaz, S. (2010). Psikologi Remaja. Rajawali Press.

Sarwono, S. W. (2017). Psikologi Remaja: Sebuah Pengantar. Salemba Humanika.

Setiawan, A., & Handayani, L. (2015). Hubungan antara Pola Asuh Orang Tua dengan
Kesehatan Mental Remaja. Jurnal Psikologi, 42(2), 146-157.

Kusumawardani, N., & Dewi, R. S. (2018). Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kesehatan


Mental Remaja di Sekolah Menengah Atas. Jurnal Psikologi Kepribadian dan Sosial, 7(2),
120-130.

Suryani, L. K., & Jensen, G. D. (2008). Mental Health of Indonesian Children: A


Triangular Perspective. Universitas Indonesia Press.

Supriadi, D., & Tirtawijaya, G. (2016). Hubungan antara Dukungan Sosial dan
Kemandirian dengan Kesehatan Mental Remaja di Sekolah Menengah Atas. Jurnal
Psikologi, 43(1), 35-45.

Hamdani, D. (2019). Menuju Kesehatan Jiwa yang Mandiri. Prenada Media.

Maharani, A., & Hadi, S. (2012). Psikologi Remaja Kontemporer. Salemba Humanika.

Azhari, F., & Perdana, A. (2017). Pola Asuh Orang Tua dan Kesehatan Mental Remaja.
Jurnal Psikologi Pendidikan dan Konseling, 3(1), 45-53.

Wicaksono, A. (2015). Kesehatan Mental Remaja. Gadjah Mada University Press.

Rahayu, F., & Wahyuni, S. (2018). Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kesehatan
Mental Remaja di Sekolah Menengah Atas. Jurnal Psikologi Pendidikan dan Bimbingan,
5(2), 150-158.

Hardiyanti, R., & Rosyada, D. (2014). Psikologi Kesehatan Mental Remaja. PT Raja
Grafindo Persada.

Prasetyo, Y. T. (2019). Menjadi Remaja: Tentang Cinta, Seks, dan Kesehatan Mental. PT.
Bentang Pustaka.

Adiyanti, M. G., & Maulida, A. (2017). Pola Asuh dan Kesehatan Mental Remaja: Studi
Kasus di Kota Bandung. Jurnal Psikologi Universitas Padjadjaran, 5(2), 98-107.

Cahyadi, D. A., & Adiyanti, M. G. (2018). Hubungan antara Body Image dan Kesehatan
Mental Remaja Putri. Jurnal Psikologi Universitas Diponegoro, 7(1), 12-22.

16
Setiadi, B. (2015). Berkembang Menjadi Remaja yang Tangguh. Indiva Media Kreasi.

Kunto, Y. S., & Pudjiastuti, S. E. (2017). Remaja dan Kesehatan Mental: Perspektif
Multidisipliner. Kencana.

Kurniasih, N., & Hapsari, R. K. (2019). Kecenderungan Depresi pada Remaja Putri: Peran
Body Image dan Social Support. Jurnal Psikologi Universitas Diponegoro, 8(2), 112-120.

Nastiti, A., & Septiani, F. (2016). Hubungan antara Resiliensi dan Kesehatan Mental
Remaja. Jurnal Psikologi UGM, 43(2), 107-118.

Dewi, R. S., & Ariyanto, D. D. (2018). Panduan Praktis Kesehatan Mental Remaja. Mitra
Wacana Media.

Munandar, U. (2016). Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Rineka Cipta.

Wulandari, Y. (2017). Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kesehatan Mental Remaja


di Kota Bandung. Jurnal Psikologi Universitas Padjadjaran, 5(1), 58-69.

Sawyer, S. M., Afifi, R. A., Bearinger, L. H., Blakemore, S. J., Dick, B., Ezeh, A. C., &
Patton, G. C. (2012). Adolescence: A Foundation for Future Health. Cambridge University
Press.

Patton, G. C., Olsson, C. A., Skirbekk, V., Saffery, R., Wlodek, M. E., Azzopardi, P. S., ...
& Sawyer, S. M. (2018). Adolescence and the next generation. Nature, 554(7693), 458-466

Johnson, K. (2019, April). Mental Health in Adolescence. Psychology Today, 42-48.

World Health Organization. (2019). Adolescent mental health. https://www.who.int/news-


room/fact-sheets/detail/adolescent-mental-health

National Institute of Mental Health. (2017). Mental Health in Adolescents: A


Comprehensive Overview. NIH Publication No. 17-xxx.

Evans, D. L., Foa, E. B., Gur, R. E., Hendin, H., O'Brien, C. P., Seligman, M. E., & Walsh,
B. T. (Eds.). (2005). Treating and Preventing Adolescent Mental Health Disorders: What
We Know and What We Don't Know. Oxford University Press.

17

Anda mungkin juga menyukai