Disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Keperawatan Jiwa I dengan Dosen Pengampu
Ibu Ita Apriliyani, S.Kep., Ners., M.Kes
Disusun Oleh :
Kelompok : 06
Kelas : S1 Keperawatan 4A
Nama Anggota:
FAKULTAS KESEHATAN
1
KATA PENGANTAR
Pertama-tama, kami panjatkan puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT, karena atas
segala rahmat, berkah, hidayah, dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul “Asuhan Keperawatan Sehat Jiwa Pada Remaja” dengan tepat waktu.
Makalah ini disusun dan diajukan untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Keperawatan
Jiwa I dengan dosen pengampu Ibu Ita Apriliyani, S.Kep., Ners., M.Kes. Selain itu, makalah
ini bertujuan untuk menambah wawasan bagi pembaca dan penulis tentang asuhan
keperawatan sehat jiwa pada remaja
Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan
bantuan, dorongan, semangat, dan bimbingan yang tak ternilai harganya. Semoga segala
bantuan yang telah diberikan senantiasa mendapat pahala yang berlipat ganda dari Allah
SWT, Amiin.
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik
dan saran yang membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah ini dan semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi semua orang yang memerlukan.
Penulis
2
DAFTAR ISI
COVER…………………………………………………………….. 1
KATA PENGANTAR……………………………………………... 2
DAFTAR ISI………………………………………………………..3
A. PENDAHULUAN…………………………………………….. 4
1.1 Latar Belakang……………………………………………... 4
1.2 Rumusan Masalah…………………………………………..4
1.3 Tujuan……………………………………………………… 5
B. PEMBAHASAN………………………………………………. 6
2.1 Pengertian Kesehatan Jiwa…………………...……………. 6
2.2 Pengertian Remaja…………………………………………. 6
2.3 Kasifikasi Remaja…………………………………………...6
2.4 Ciri Tahap Perkembangan Remaja…………………..…….. 7
2.5 Karakteristik Perilaku Remaja……………………………... 8
2.6 Asuhan Keperawatan Remaja……………………………… 9
2.7 Dialog……………………………………………………….13
C. PENUTUP……………………………………………………...17
3.1 Kesimpulan……………………………………………..….. 17
3.2 Saran……………………………………………………….. 17
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………… 18
3
BAB I
PENDAHULUAN
4
peran, dan seringkali sangat patuh terhadap peran yang diberikan kepada masing-masing
anggota (Potter & Perry, 2012)
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada makalah ini adalah sebagai berikut
1. Apa pengertian kesehatan jiwa
2. Apa pengertian remaja
3. Apa ciri tahap perkembangan remaja
4. Bagaimana karakteristik perilaku remaja
5. Bagaimana asuhan keperawatan remaja
1.3 Tujuan
Tujuan pada makalah ini adalah sebagai berikut
1. Untuk mengetahui pengertian kesehatan jiwa
2. Untuk mengetahui pengertian remaja
3. Untuk mengetahui ciri tahap perkembangan remaja
4. Untuk mengetahui bagaimana karakteristik perilaku remaja
5. Untuk mengetahui bagaimana asuhan keperawatan remaja
5
BAB II
PEMBAHASAN
6
Dalam Sarwono (2011) ada 3 tahap perkembangan remaja dalam proses penyesuaian
diri menuju dewasa :
a. Remaja Awal (Early Adolescence)
Seorang remaja pada tahap ini berusia 10-13 tahun masih terheran-heran akan
perubahan-perubahan yang terjadi pada tubuhnya sendiri dan dorongan-dorongan yang
menyertai perubahan-perubahan itu. Mereka mengembangkan pikiran-pikiran baru, cepat
tertarik pada lawan jenis, dan mudah terangsang secara erotis. Dengan dipegang bahunya
saja oleh lawan jenis, ia sudah berfantasi erotik. Kepekaan yang berlebih-lebihan ini
ditambah dengan berkurangnya kendali terhadap “ego”. Hal ini menyebabkan para remaja
awal sulit dimengerti orang dewasa.
b.Remaja Madya (Middle Adolescence)
Tahap ini berusia 14-16 tahun. Pada tahap ini remaja sangat membutuhkan kawan-
kawan. Ia senang kalau banyak teman yang menyukainya. Ada kecenderungan “narastic”,
yaitu mencintai diri sendiri, dengan menyukai teman-teman yang mempunyai sifat-sifat
yang sama dengan dirinya. Selain itu, ia berada dalam kondisi kebingungan karena ia
tidak tahu harus memilih yang mana : peka atau tidak peduli, ramai-ramai atau sendiri,
optimis atau pesimis, idealis atau meterialis, dan sebagainya. Remaja pria harus
membebaskan diri dari Oedipoes Complex (perasaan cinta pada ibu sendiri pada masa
kanak-kanak) dengan mempererat hubungan dengan kawan-kawan dari lawan jenis.
c. Remaja Akhir (Late Adolescence)
Tahap ini (17-19 tahun) adalah masa konsolidasi menuju periode dewasa dan ditandai
dengan pencapaian lima hal dibawah ini:
1)Minat yang makin mantap terhadap fungsi-fungsi intelek.
2)Egonya mencari kesempatan untuk bersatu dengan orang-orang lain dan dalam
pengalaman-pengalaman baru.
3)Terbentuk identitas seksual yang tidak akan berubah lagi.
4)Egosentrisme (terlalu memusatkan perhatian pada diri sendiri) diganti dengan
keseimbangan antara kepentingan diri sendiri dengan orang lain.
5) Tumbuh “dinding” yang memisahkan diri pribadinya (private self) dan masyarakat
umum (the public).
2.4 Ciri Tahap Perkembangan Remaja
1. Perkembangan Biologis
Papalia & Olds (dalam Jahja, 2012) menjelaskan bahwa perkembangan fisik
adalah perubahan-perubahan pada tubuh, otak, kapasitas sensoris, dan keterampilan
7
motorik. Piaget (dalam Jahja, 2012) menambahkan bahwa perubahan pada tubuh
ditandai dengan pertambahan tinggi dan berat tubuh, pertumbuhan tulang dan otot,
dan kematangan organ seksual dan fungsi reproduksi. Tubuh remaja mulai beralih
dari tubuh kanak-kanak menjadi tubuh orang dewasa yang cirinya ialah kematangan.
Perubahan fisik otak strukturnya semakin sempurna untuk meningkatkan kemampuan
kognitif.
2. Perkembangan psikososial
Teori psikososial tradisional menganggap bahwa krisis perkembangan pada masa
remaja menghasilkan terbentuknya identitas. Selama masa kanak- kanak, individu
telah mengalami proses identifikasi ketika mereka berfokus pada berbagai bagian
tubuh dalam waktu-waktu tertentu. Selama masa bayi, anak mengidentifikasikan
dirinya sendiri sebagai individu yang terpisah dari ibu, selama masa kanak-kanak
awal merekan menetapkan identifikasi peran gendernya dengan orang tua sejenis,
sedangkan pada masa kanak-kanak akhir mereka menetapkan siapa diri mereka di
dalam hubungan dengan orang lain. Pada masa remaja, mereka mulai melihat dirinya
sebagai individu yang berbeda, unik dan terpisah dari setiap individu yang lain.
Periode remaja awal dimulai dengan pubertas dari berkembangnya stabilitas
emosional dan fisik yang relatif pada saat atau ketika hampir lulus dari SMU. Pada
saat ini remaja dihadapkan pada krisis identitas kelompok versus pengasingan diri.
pada periode selanjutnya, individu berharap untuk memperoleh otonomi dari keluarga
dan mengembangkan identitas diri sebagai lawan terhadap difungsi peran. Identitas
kelompok menjadi sangat penting untuk permulaan pembentukan identitas pribadi.
Remaja pada tahap awal harus mampu memecahkan masalah tentang hubungan
dengan teman sebaya sebelum mampu menjawab pertanyaan tentang siapa diri
mereka dalam kaitannya dengan keluarga dan masyarakat.
3. Perkembangan kognitif
Perkembangan kognitif adalah perubahan kemampuan mental seperti belajar,
memori, menalar, berpikir, dan bahasa (Jahja, 2012). Menurut Piaget (dalam Jahja,
2012), seorang remaja termotivasi untuk memahami dunia karena perilaku adaptasi
secara biologis mereka. Dalam pandangan Piaget, remaja secara aktif membangun
dunia kognitif mereka, di mana informasi yang didapatkan tidak langsung diterima
begitu saja ke dalam skema kognitif mereka. Remaja telah mampu membedakan
antara hal-hal atau ide-ide yang lebih penting dibanding ide lainnya, lalu remaja juga
mengembangkan ide-ide ini. Seorang remaja tidak saja mengorganisasikan apa yang
8
dialami dan diamati, tetapi remaja mampu mengolah cara berpikir mereka sehingga
memunculkan suatu ide baru.
4. Perkembangan moral
Anak yang lebih muda hanya dapat menerima keputusan atau sudut pandang
orang dewasa, sedangkan remaja, untuk memperoleh autonomy dari orang dewasa,
mereka harus mengganti seperangkat moral dan nilai mereka sendiri. Ketika prinsip
yang lama ditantang tetapi nilai yang baru dan mandiri belum muncul , remaja
mencari peraturan moral yang memelihara integritas pribadi mereka dan membimbing
tingkah laku mereka , terutama dalam menghadapi tekanan uang kuat untuk
melanggar keyakinan yang lama.
5. Perkembangan spiritual
Pada saat remaja mulai mandiri dari orang tua yang lain, beberapa di
antaranya mulai mempertanyakan nilai dan ideal keluarga mereka. Sementara itu,
remaja lain lain tetap berpegang teguh pada nilai-nilai ini sebagai elemen yang stabil
dalam hidupnya seperti ketika mereka berjuang melawan konflik pada periode
pergolakan ini. Remaja perlu menyelesaikan konflik ini sendiri, tetapi mereka juga
memerlukan dukungan dari figur yang memiliki wewenang dan atau teman sebaya
untuk membantu penyelesaian masalah masalahnya. Sering kali kelompok teman
sebaya lebih berpengaruh dari pada orang tua, walaupun nilai-nilai yang diperoleh
selama masa pertumbuhan biasanya dipertahankan. Remaja mungkin menolak
aktivitas ibadah yang formal tetapi melakukan ibadah secara individual dengan privasi
dalam kamar mereka sendiri. Mereka mungkin memerlukan eksplorasi terhadap
konsep keberadaan tuhan, membandingkan agama mereka dengan orang lain yang
dapat menyebabkan mereka mempertanyakan kepercayaan mereka sendiri tetapi pada
akhirnya menghasilkan permusuhan dan penguatan spiritual mereka (Wong, 2009).
6. Perkembangan sosial
Untuk memperoleh kematangan penuh, remaja harus membebaskan diri
mereka dari dominasi keluarga dan menetapkan sebuah identitas yang mandiri dari
wewenang orang tua, namun proses ini penuh dengan ambivalensi baik dari remaja
maupun orang tua, remaja ingin dewasa dan bebas dari kendali orang tua, tetapi
mereka takut ketika mereka mencoba untuk memahami tanggung jawab yang terkait
dengan kemandirian.
2.5 Karakteristik Perilaku Remaja
Menurut Keliat et.al (2011) perilaku psikososial remaja antara lain:
9
1. Perkembangan yang normal : pembentukan identitas diri
a. Menilai diri secara objektif
b. Merencanakan masa depannya
c. Dapat mengambil keputusan
d. Menyukai dirinya
e. Berinteraksi dengan lingkungannya
f. Bertanggung jawab
g. Mulai memperlihatkan kemandirian dalam keluarga
h. Menyelesaikan masalah dengan meminta bantuan orang lain yang menurutnya
mampu
2. Penyimpangan perkembangan : kebingungan peran
a. Tidak menemukan ciri khas (kekuatan dan kelemahan) dirinya
b. Merasa bingung, bimbang
c. Tidak mempunyai rencana untuk masa depan
d. Tidak mampu berinteraksi dengan lingkungannya
e. Memiliki perilaku anti sosial
f. Tidak menyukai dirinya
g. Sulit mengambil keputusan
h. Tidak mempunyai minat
i. Tidak mandiri
2.6 Asuhan Keperawatan Remaja
1. Pengkajian
Pengumpulan data tentang status kesehatan remaja meliputi observasi dan
interpretasi pola perilaku, yang mencakup informasi sebagai berikut
a. Pertumbuhan dan perkembangan
b. keadaan biofisik (penyakit, kecelakaan)
c. Keadaan emosi (status mental, termasuk proses berpikir)
d. Pikiran tentang bunuh diri atau membunuh orang lain)
e. Latar belakang sosial budaya, ekonomi, agama
f. Penampilan kegiatan kehidupan sehari hari(rumah, sekolah)
g. Pola penyelesaian masalah (pertahanan ego seperti denial, acting out, menarik
diri)
h. Pola interaksi (keluarga, teman sebaya)
i. Persepsi remaja tentang dan atau kepuasan terhadap kesehatannya
10
j. Tujuan kesehatan remaja
k. Lingkungan (fisik, emosi, ekologi)
l. Sumber materi dan narasumber yang tersedia bagi remaja (sahabat, sekolah, dan
keterlibatannya dalam kegiatan dimasyarakat).
Data yang dikumpulkan mencakup semua aspek kehidupan remaja baik pada
masa lalu maupun sekarang yang diperoleh dari diri remaja itu sendiri, keluarga, atau
orang lain. Permasalahannya yang biasanya dihadapi oleh remaja berkaitan dengan
citra diri, identitas diri, kemandirian, seksualitas, peran sosial, dan perilaku seksual
yang menimbulkan perilaku adaptif dan mal adaptif.
2. Diagnosa
Perawat menggunakan hasil pengkajian untuk menentukan diagnosis
keperawatan. Diagnosa yang dapat ditegakkan yaitu asuhan keperawatan pada
psikosial remaja. Diagnosis tersebut ditegakkan berdasarkan beberapa batasan
karakteristik yang dijelaskan sebelumnya.Contoh diagnosa yang biasa didapatkan
antara lain :
a) Ketidakefektifan koping keluarga berhubungan dengan ketidakadekuatan
sumber psikologi untuk beradaptasi terhadap proses meninggalkan rumah,
pilihan karir.
b) Gangguan proses keluarga berhubungan dengan pertambahan anggota
keluarga (mis: pernikahan)
c) Risiko kesepian berhubungan dengan pelepasan anak (anak telah menikah dan
pergi dari rumah
3. Rencana Keperawatan
Rencana keperawatan membantu remaja memperoleh dan mempertahankan
kesehatan, kesejahteraan dan kualitas hidup dapat tercapai. Beberapa rencana
keperawatan yang dapat diterapkan untuk diagnosis kesiapan peningkatan
perkembangan remaja adalah
a. Menjelaskan ciri perkembangan remaja yang normal dan menyimpang
b. Menjelaskan cara yang dapat dilakukan keluarga untuk memfasilitasi
perkembangan remaja yang normal.
1) Fasilitasi remaja untuk berinteraksi dengan teman kelompok sebaya
2) Anjurkan remaja untuk bergaul dengan orang lain yang membuatnya nyaman
mencurahkan perasaannya, perhatian dan kekawatiran
11
3) Anjurkan remaja untuk mengikuti organisasi yang mempunyai kegiatan positif
( olah raga, seni, bela diri, pramuka, pengajian)
4) Berteman sebagai teman curhat bagi remaja
5) Berperan sebagai contoh bagi remaja dalam melakukan interaksi sosial yang
baik
6) Beri lingkungan yang nyaman bagi remaja untuk melakukan aktivitas bersama
kelompoknya.
7) Diskusikan dan demonstrasikan tindakan untuk membantu remaja
memperoleh identitas diri
8) Diskusikan rencana tindakan yang akan dilakukan keluarga untuk
memfasilitasi remaja memperoleh identitas diri.
12
Bina hubungan saling percaya antara anggota keluarga
c.Risiko kesepian berhubungan dengan pelepasan anak (anak telah menikah
dan pergi dari rumah)
Intervensi
1)Identifikasi factor penyebab dan penunjang
2)Beri dorongan individu untuk membicarakan perasaan kesepian
3)Tingkatkan interaksi social
Kerahkan system pendukung tetangga dan keluarga individu
Rujuk pada penyuluhan keterampilan social
Tawarkan umpan balik tentang bagaimana individu menampilkan diri
4. Implementasi
a. Pendidikan pada remaja dan orang tua
Perawat adalah tenaga kesehatan yang paling tepat untuk memberikan
informasi mengenai kesehatan berkaitan dengan penggunaan obat terlarang, masalah
seks, pencegahan bunuh diri, dan tindakan kejahatan, begitu pula informasi
mengenai perilaku remaja dan memahami konflik yang dialami mereka, orang tua,
guru dan masyarakat akan lebih suportif dalam menghadapi remaja, bahwakan dapat
membantu mengembangkan fungsi mandiri remaja dan orang tua mereka, akan
menimbulkan perubahan hubunganyang positif.
b. Terapi keluarga
Terapi keluarga khususnya diperlukan bagi remaja dengan gangguan kronis dalam
interaksi keluarga yang mengakibatkan gangguan perkembangan pada remaja.Oleh
karena itu perawat perlu mengkaji tingkat fungsi keluarga dan perbedaan yang
terdapat didalamnya untuk menentukan cara terbaik bagi perawat berinteraksi dan
membantu keluarga.
c. Terapi kelompok
Terapi kelompok memanfaatkan kecenderungan remaja untuk mendapat
dukungan dari teman sebaya. Konflik antara keinginan untuk mandiri dan tetap
tergantung, serta konflik berkaitan dengan tokoh otoriter, akan mudah dibahas.
d. Terapi individu
Terapi individu oleh perawat spesialis jiwa yang berpengalaman dan mendapat
pendidikan formal yang memadai. Terapi individu terdiri atas terapi yang bertujuan
singkat dan terapi penghayatan. Hal-hal yang perlu diperhatikan perawat ketika
13
berkomunikasi dengan remaja antara lain penggunaan teknik berdiam diri, menjaga
kerahasiaan, negativistic, resistens, berdebat, sikap menguji perawat, membawa
teman untuk terapi, dan minta perhatian khusus.
5. Evaluasi
Evaluasi merupakan pengukuran keberhasilan yang mencakup perubahan atau
respon masyarakat terhadap program kesehatan yang dilaksanakan (Nugroho, 2014).
Dibandingkan dengan kelompok usia lainnya, masalah remaja lebih sering dihadapi
oleh perawat. Perawat harus waspada untuk tidak memihak baik pada remaja
maupun orang tua. Remaja cenderung impulsive dan secara tidak disadarinya
menghambat perkembangan terapi.
Walaupun proses penyembuhan biasanya berjalan lambat, perawat tetap perlu
menyadari kemajuan yang dialami remaja dan bahkan membantu remaja untuk
melihat perbaikan yang telah dicapai, tidak saja dalam perilakunya tetapi juga secara
menyeluruh.Apabila kriteria keberhasilan ditulis secara jelas dengan menggunakan
istilah perubahan yang ingin dicapai, maka kriteria ini dapat dipakai untuk mengukur
efektifivitas intervensi keperawatan.
2.7 Dialog
PERTEMUAN KE 9
1. Kondisi pasien
Mengalami depresi dengan percobaan bunuh diri karena merasa dirinya tidak
berguna dan akan gagal terus setelah beberapakali ditolak oleh Universitas.
2. Diagnosa keperawatan
Ansietas berhubungan dengan kekhawatiran mengalami kegagalan.
3. Tujuan
4. Strategi pelaksanaan
14
Pada pagi hari pukul 08.00 seorang pasien remaja laki laki berusia 17 tahun
datang dengan kondisi lemas bersama dengan ibunya setelah mencoba meminum
larutan sabun cuci piring dikarenakan depresi karena telah gagal dalam berbagai ujian
masuk universitas.Setelah dilakukan beberapa tindakan dan kondisi pasien semakin
pulih,dua orang perawat pukul 11.00 datang menemui pasien untuk memeriksa
keadaannya dan berbicara kepada ibu pasien.
FASE ORIENTASI
Perawat 2 :”Kalo boleh tau dek Pancoro Wahyu lebih suka dipanggil
apa?”
Perawat 1 :”Oke ,baik dek wahyu.Jadi di pagi hari ini kita akan
mengevaluasi masalah yang sedang dialami oleh dek Wahyu bersedia ?
FASE KERJA
15
Perawat 1 :”Bagaimana perasaan dek Wahyu di pagi hari ini?”
Pasien :”Saya masih takut sus,takut saya nggak punya masa depan
karena ngga diterima di universitas pilihan saya.Saya takut saya tidak bisa
membanggakan orang tua saya,saya takut ngga kuliah trus ngga bisa dapet pekerjaan
nantinya,saya sudah selalu mencoba tapi selalu gagal,saya cape sus,pengin mati aja.”
Perawat 2 :”Nah kan,saya yakin kamu anak keren karena kamu aktif di
sekolah,sekarang gapapa deh nikmatin hidup dulu buat jalan jalan sejanak dan nemuin
passion kamu ,sebelum nantinya berjuang lagi kalau kamu bener bener mau masuk
kuliah.Kalau kamu ngga kuliah juga nggak papa kok,bukan berarti nggak kuliah terus
nggak sukses yaa.Kamu juga harus selalu berserah diri kepada Tuhan Yang Maha Esa
agar jalan kamu senantiasa dipermudah.Selain itu,kamu juga senantiasa meminta restu
dan doa kepada orang tuamu agar jalanmu selalu dimudahkan.
FASE TERMINASI
16
Perawat 1 :”Wah mantap deh , jadi gimana nih perasaan kamu sekarang
setelah ada evaluasi dari kami?”
Perawat 2 :”Walau masih sedikit gapapa yaa,coba saya mau tanya apa aja
yang kamu mau lakukan setauh kedepan.”
17
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kesehatan jiwa pada remaja merupakan keadaan sadar pada remaja yang
mengalami perkembangan fisik, mental, spiritual, sosial dan ditandai dengan kesadaran
penuh kemampuan, mampu menangani tekanan hidup dengan baik. Kesehatan jiwa pada
remaja dapat diartikan sebagai perkembangan fisik, intelektual, dan emosional yang
optimal dari seseorang remaja, perkembanganya berjalan selaras dengan keadaan orang
lain.
Remaja mengalami perkembangan pada aspek biologis, psikososial, kognitif,
moral, spiritual, sosial. Karakteristik perilaku remaja meliputi perkembangan normal
yaitu mampu membentuk identitas diri, penyimpangan perkembangan yaitu mengalami
kebingungan peran. Tahap asuhan keperawatan pada remaja meliputi tahap pengkajian,
tujuan, diagnosa, rencana keperawatan, evaluasi.
3.2 Saran
Perawat diharpkan dapat secara kontinu memberikan pendidikan kesehatan jiwa
kepada masyarakat untuk menghilangkan stigma buruk tentang kesehatan jiwa.Perawat
harus banyak membaca dan menelaah referensi mengenai kesehatan jiwa agar dapat
meningkatkan wawasan dan kemampuan menganalisis masalah serta berpikir kritis dalam
menghadapi berbagai masalah di lapangan diantaranya yaitu masalah sehat jiwa pada
remaja.
18
DAFTAR PUSTAKA
Azizah, L., Imam Zainuri, and Amar Akbar. "Buku ajar keperawatan kesehatan
jiwa." Yogyakarta: Indomedia Pustaka (2016).
Buanasari, Andi. Asuhan Keperawatan Sehat Jiwa Pada Kelompok Usia Remaja. TOHAR
MEDIA, 2021.
Nasriati, Ririn. "Kesehatan Jiwa Remaja." Jurnal Florence Vol. II No. 4 Juli 2011 2.4 (2011).
19