Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

KONSEP SEHAT JIWA DAN ASUHAN KEPERAWATAN

DEWASA TENGAH

Disusun Oleh :

Kelompok 1

1. Ika Erlinda (30901900085)


2. Immelda Pitaloka Putri (30901900086)
3. Indah Ayu Rokhmawati (30901900087)
4. Indah Sukmowati (30901900088)
5. Indah Tri Ayu (30901900089)

Dosen :

Ns. Betie Febriana, S.Kep., M.Kep.

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN


S1 ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG SEMARANG

2020
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Kami (Kelompok 1) sebagai calon perawat tertarik untuk membahas tentang konsep
sehat jiwa dan asuhan keperawatan pada usia dewasa pertengahan. Karena pada masa
dewasa tengah/madya terjadi penurunan fungsi tubuh, hal tersebut dapat menyebabkan
kekhawatiran pada seseorang yang telah memasuki masa dewasa tengah. Oleh karena
itu, kesehatan mental atau jiwa sangat penting untuk mengatasi masalah-masalah yang
terjadi pada masa dewasa tengah.
Masa dewasa tengah biasa disebut dengan masa paruh baya. Masa dewasa tengah
tampak lebih awal di usia 30 tahun, tetapi pada beberapa titik di usia 40 tahun.
Menurut Hurlock (1996), usia 52 tahun berada dalam rentang perkembangan dewasa
tengah, yaitu antara usia 40-60 tahun. Ia membagi  2 fase, yaitu  usia tengah baya dini
(40-50 tahun) dan usia tengah baya lanjut (50-60 tahun). Mappiare (1982) sepakat
dengan batasan usia tersebut. Gunarsa (1988) menduga  bahwa usia tengah baya
berlangsung lebih cepat 5 tahun dari perkiraan orang. Menurutnya usia tengah baya
adalah  pada umur 35-60 tahun. Sementara Jim & Sally (1987), membatasi bahwa usia
tengah baya adalah antara 33-70 tahun. Akan tetapi sekalipun terdapat beberapa
perbedaan, yang jelas para ahli umum-nya sepakat bahwa dewasa tengah berlangsung
dari sekitar usia 40 – 45 sampai sekitar usia 65 tahun.
Masa dewasa tengah mencakup waktu yang lama dalam rentang hidup. Pada masa
dewasa tengah, individu melakukan penyesuaian diri secara mandiri terhadap
kehidupan dan harapan sosial. Kebanyakan orang telah mampu menentukan masalah-
masalah mereka dengan cukup baik sehingga menjadi cukup stabil dan matang secara
emosinya. Usia madya atau usia pertengahan pada saat ini, merupakan masa yang
paling sulit dalam rentang kehidupan. Bagaimanapun baiknya individu-individu
tersebut berusaha untuk menyesuaikan diri hasilnya akan tergantung pada dasar-dasar
yang ditanamkan pada tahap awal kehidupan, khusunya harapan tentang penyesuaian
diri terhadap peran dan harapan sosial dari masyarakat dewasa. Kesehatan mental yang
baik yang diperlukan pada masa-masa dewasa, memberikan berbagai kemudian untuk
menyesuaikan diri terhadap berbagai peran baru dan harapan sosial usia pertengahan.
Pada kebanyakan orang tanda dari dewasa tengah ditandai dengan kemajuan
pekerjaan, pekawinan, meningkatnya ekonomi, aktif untuk mengikuti kegiatan sosial,
dan dorongan seks bertambah sehingga disebut masa puber kedua, mengurangi
kegiatan yang banyak dilakukan secara fisik dan masa break down secara fisik seperti
mulai sakit-sakitan. Selaian itu, perilaku penyimpangan pada usia dewasa tengah yaitu
dimana pria dan wanita meninggalkan ciri-ciri jasmani dan perilaku masa dewasanya
dan memasuki suatu priode dalam kehidupan dengan ciri-ciri jasmani dan perilaku
yang baru. Perhatian terhadap agama lebih besar dibandingkan dengan masa
sebelumnya, dan kadang-kadang minat dan perhatiannya terhadap agama ini dilandasi
kebutuhan pribadi dan sosial.
Seperti halnya dengan tugas-tugas perkembangan periode lain, maka tugas-tugas
perkembangan masa dewasa tengah tidaklah sepenuhnya dapat dikuasai dalam waktu
sama oleh setiap orang. Hanya beberapa tugas yang bisa dikuasai sepenuhnya. Kondisi
ini selalu bervariasi untuk setiap individu. Kebanyakan tugas-tugas perkembangan usia
dewasa tengah ialah persiapan penyesuaian diri dalam mengatur dan menentukan
kebahagiaannya di masa tua.
1.2. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian sehat jiwa?
2. Apa yang dimaksud dengan dewasa tengah?
3. Bagaimana ciri-ciri usia dewasa tengah?
4. Bagaimana karakteristik usia dewasa tengah?
5. Bagaimana tahap perkembangan usia dewasa tengah?
6. Bagaimana tugas perkembangan usia dewasa tengah?
7. Apa saja masalah yang dihadapi pada usia dewasa tengah?
8. Bagaimana stimulasi perkembangan sehat jiwa dewasa tengah?

1.3. TUJUAN PENULISAN


1. Tujuan Umum
Tujuan umum penulisan makalah ini agar mahasiswa mampu menjelaskan dan
memahami konsep sehat jiwa dan asuhan keperawatan pada dewasa tengah.
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu menjelaskan pengertian dari sehat jiwa
b. Mahasiswa mampu menjelaskan pentingnya sehat jiwa
c. Mahasiswa mampu menjelaskan pengertian dari dewasa tengah
d. Mahasiswa mampu menjelaskan ciri-ciri usia dewasa tengah
e. Mahasiswa mampu menjelaskan karakteristik usia dewasa tengah
f. Mahasiswa mampu menjelaskan tahap perkembangan usia dewasa tengah
g. Mahasiswa mampu menjelaskan tugas perkembangan usia dewasa tengah
h. Mahasiswa mampu menjelaskan apa saja masalah yang dihadapi pada usia
dewasa tengah.
i. Mahasiswa mampu menjelaskan stimulasi perkembangan sehat jiwa dewasa
tengah
1.4. MANFAAT
Hasil penulisan makalah ini dapat dijadikan sebagai sumber referensi dan informasi
bagi universitas dalam pengembangan dan peningkatan mutu pendidikan khususnya
pada mata kuliah keperawatan jiwa tentang asuhan keperawatan pada dewasa tengah
dan adanya makalah ini mahasiswa dapat mengetahui mengenai definisi dewasa
tengah, ciri-ciri, karakteristik, tahap dan tugas perkembangan, stimulasi perkembangan
sehat jiwa dewasa tengah beserta permasalahan yang dihadapi pada usia dewasa
tengah.

1.5. METODE PENULISAN


Dalam penulisan makalah ini tim penulis menggunakan metode deskriptif yaitu
dengan mengumpulkan data-data yang diambil dari sumber buku dan internet, diskusi
kelompok, serta konsultasi dengan dosen pembimbing.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. SEHAT JIWA


2.1.1. DEFINISI SEHAT JIWA

Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari fisik, mental dan sosial yang
memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi (UU No 23 tahun
1992 tentang kesehatan). Kesehatan jiwa adalah suatu kondisi yang memungkinkan
perkembangan fisik, intelektual dan emosional yang optimal dari seseorang dan
perkembangan itu berjalan selaras dengan keadaan orang lain (UU No 36, 2009). Kesehatan
jiwa menurut World Health Organization (WHO) tahun 2001 yaitu kondisi sejahtera
dimana indivdu menyadari kemampuan yang dimilikinya, dapat mengatasi stress dalam
kehidupannya, dapat bekerja secara produktif dan mempunyai kontribusi dalam kehidupan
bermasyarakat.

Sehat jiwa menurut Jahoda adalah bersikap positif terhadap diri, mengalami
pertumbuhan dan perkembangan sampai aktualisasi diri, memiliki integritas diri, otonomi,
persepsi realitas dan environmental mastery (menguasai lingkungan). Cara memelihara
kesehatan jiwa antara lain bersikap assertive, mampu solitude (menyepi), sehat fisik dan
memiliki mekanisme koping (mekanisme pertahan diri) yang adekuat. Kesehatan jiwa
bukan sekedar terbebas dari gangguan jiwa, tetapi merupakan sesuatu yang dibutuhkan oleh
semua orang. Kesehatan jiwa adalah perasaan sehat dan bahagia, mampu mengolah emosi
dan menjaga diri tetap seimbang, mampu mengatasi tantangan hidup, dapat menerima
orang lain, mempunyai sikap positif terhadap diri sendiri maupun orang lain, sekalipun ada
perbedaan.

“In Mente Sano Corpus Sano” Ungkapan tersebut bisa dimengerti begini dalam
jiwa yang sehat barulah terdapat tubuh sehat. Ada fakta menunjukkan bahwa banyak yang
mengalami cacat tubuh fisiknya tetapi seht jiwanya yang berprestasi ajaib. Ini menunjukkan
bahwa kesehatan jiwa itu sangat penting dipelajari. Dalam keperawatan jiwa digunakan
ilmu perilaku manusia dan diri sendiri secara terapeutik. Menjaga, mempertahankan dan
meningkatkan kesehatan jiwa, menurut beberapa model keperawatan dimulai sejak bayi.

2.1.2. PENTINGNYA SEHAT JIWA

Orang yang sehat jiwanya dapat mempercayai orang lain dan senang menjadi
bagian dari suatu kelompok. Bagi mereka, kehidupan ini penuh arti. Seseorang bisa
dikatakan sehat jiwanya apabila merasa nyaman terhadap dirinya, merasa nyaman
berhubungan dengan orang lain serta mampu memenuhi kebutuhan hidup dan tahu
bagaimana cara menangani tekanan (stress) yang terjadi dalam kehidupannya.

Ciri sehat jiwa menurut WHO adalah dapat menyesuaikan diri secara konstruktif;
merasakan kepuasan dari usaha nyata; lebih puas memberi daripada menerima; hubungan
antar manusia yang saling menolong; menerima kekecewaan untuk pelajaran yang akan
datang; mengarahkan rasa bermusuhan pada penyesalan yang kreatif dan konstruktif; serta
mempunyai kasih saying.

Ada 3 aspek utama penentu pertahanan kesehatan jiwa seseoarang masing-masing


individu, interpersonal dan sosial budaya.

1) Aspek individu, memiliki harga diri positif, vitalitas, hidup berarti, hidup yang
harmonis, identitas yang positif dan factor-faktor biologis terpenuhi.
2) Aspek interpersonal, komunikasi yang efektif, keintiman, menolong orang lain dan
keseimbangan antara kebergantugan dan kemandirian.
3) Aspek budaya, rasa memiliki kelompok, support antara anggota masyarakat, cukupnya
sumber-sumber pemenuhan kebutuhan dalam masyarakat dan tidak ada tindakan
kekerasan dalam masyarakat.

Ketidak harmonisan pada ketiga aspek ini merupakan faktor predisposisi, jika
ada stressor seperti kegagalan dalam hidup, akan timbul perilaku sebagai
mekanisme koping mengatasi stressor. Masalah kesehatan jiwa tidak langsung
menyebabkan kematian (kecuali bunuh diri), namun bisa menyebabkan kerugian besar,
baik secara moral maupun material karena penderita menjadi tidak produktif, bahkan sering
kali bergantung pada keluarga ataupun masyarakat sekitarnya. Oleh karena itu masalah
kesehatan jiwa perlu dipahami, dicegah, dikenali secara dini dan ditangani secara tepat dan
segera mungkin. Kesehatan jiwa sesungguhnya memiliki ruang lingkup yang sangat luas,
yaitu:

1. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia.


2. Mengatasi masalah psikososial.
3. Mengenali dan mengobati gangguan jiwa.

Kesehatan jiwa merupakan fondasi utama dalam upaya membangun manusia


seutuhnya. Sayangnya, masyarakat belum paham benar akan pengertian kesehatan jiwa.
Kesehatan jiwa lebih diartikan sebagai bebas dari gangguan jiwa berat (skizofrenia),
padahal gangguan jiwa lainnya seperti depresi dan kecemasan berlebihan juga sangat
mempengaruhi kehidupan individu yang bersangkutan maupun orang di sekitarnya.

2.2. DEWASA TENGAH


2.2.1. DEFINISI DEWASA TENGAH

Istilah dewasa berasal dari kata latin yaitu adults yang berarti telah tumbuh menjadi
kekuatan dan ukuran yang sempurna atau telah menjadi dewasa. Oleh karena itu, orang
dewasa adalah individu yang telah menyelesaikan pertumbuhannya dan telah siap
menerima kedudukan dalam masyarakat bersamaan dengan orang dewasa lainnya. Usia
dewasa adalah usia ketenangan jiwa, ketetapan hati dan keimanan yang tegas. Secara
sederhana bahwa seseorang yang dapat dikatakan dewasa ialah apabila telah sempurna
pertumbuhan fisiknya dan mencapai kematangan psikologis sehingga mampu hidup dan
berperan bersama-sama orang dewasa lainnya.

Dalam kebudayaan orang amerika, seorang anak dipandang belum mencapai status
dewasa kalau ia belum mencapai usia 21 tahun. Sementara itu dalam kebudayaaan
indonesia, seseorang dianggap resmi mencapai status dewasa apabila sudah menikah,
meskipun usianya belum mencapai 21 tahun. Psikolog menetapkan sekitar usia 20 tahun
sebagai awal masa dewasa dan berlangsung sampai sektitar usia 40-45 tahun.
Dewasa pertengahan adalah masa menyesuaikan diri dan kesedaran bahwa ia bukan
lagi muda dan masa depannya tidak lagi dipenuhi dengan kemungkinan-kemungkinan yang
tidak terhadapi, hasilnya membawa satu masa krisis (Craig, 1976). Dewasa pertengahan
merupakan usia sekitar 35-40 tahun & berakhir sekitar 60 tahun.

Proses menjadi dewasa pertengahan adalah saat individu mengalami perubahan


pada fungsi biologis dan motoris, pengamatan dan berpikir, motif-motif dan kehidupan
afeksi, hubungan sosial serta integrasi masyarakat (Papalia, 2001). Pada usia 60 tahun
biasanya terjadi penurunan fisik, sering pula diiringi oleh penurunan daya ingat. Usia
dewasa pertengahan merupakan periode yang panjang dalam rentang kehidupan manusia,
biasanya usia tersebut dibagi dua sub bagian, yaitu: usia pertengahan dini dari sekitar 35-50
tahun, usia pertengahan lanjut dari 50-60 tahun. Kemudian perubahan fisik dan psikis
menjadi lebih kelihatan.

2.2.2. CIRI-CIRI DEWASA PERTENGAHAN

Individu yang memasuki usia dewasa pertengahan memiliki ciri-ciri sebagai


berikut:

1. Fungsi psikomotorik : mampu berjalan dan meloncat diakhir usia madya kemampuan
kaki mulai mengalami keterbatasan.
2. Intelegensi : kemampuan berfikir masih realistis.
3. Emosional : stabilitas emosi sudah seimbang dan terkontrol.
4. Sosial : masa dewasa madya awal biasanya lebih giat bermasyarakat dan lebih mengenal
tetangga.
5. Moralitas dan keberagamaan : sangat menghargai adat istiadat dan daya tarik kearah
religi mulai terlihat apalagi diusia madya akhir.

Penelitian Nowark (1977) yang dikutip dari Santrock (1995), menemukan bahwa
perempuan yang berusia dewasa pertengahan menganggap tanda-tanda penuaan sebagai
pengaruh negatif terhadap penampilan fisiknya. Ciri-ciri fisik dewasa tengah, yaitu:
a. Berat badan bertambah, bahu sering kali membentuk bulat, dan terjadi penggemukan
seluruh tubuh yang membuat perut kelihatan mnonjol sehingga sesorang kelihatan lebih
pendek.
b. Otot menjadi lembek dan mengendur disekitar dagu, pada lengan bagian atas dan perutc.
c. Mulai menurunnya kekuatan fisik, fungsi motorik dan sensorik.
d. Gangguan pada persendian, tungkai, lengan yang membuat mereka sulit berjalan dan
memegang benda yang jarang terjadi pada usia muda.
e. mulai terjadinya proses menua secara gradual, maksudnya terlihat tanda-tanda bahwa
dirinya mulai tua, seperti tumbuhnya uban dikepala, rambut pada wajah tumbuh lebih
lambat dan kurang subur, adanya kerutan-kerutan pada bagian wajah, kemampuan
fungsi mata berkurang.
f. Rambut pada pria mulai jaranmg, menipis dan terjadi kebotakan pada bagian atas
kepala,rambut dihidung, telinga, dan bulu mata menjadi lebih kaku.
g. Rambut pada wanita semakin tipis dan rambut diatas bibir dan dagu bertambah banyak.
h. Terjadinya perubahan-perubahan seksual. Kaum laki-laki dapat
mengalami Climacterium dan wanita mengalami Menopause.

2.2.3. KARAKTERISTIK USIA DEWASA PERTENGAHAN

a. Menurut WHO :
-Bisa menyesuaikan diri secara konstruktif pada kenyataan, meskipun kenyataan itu
buruk baginya
-Memperoleh kepuasan diri dari hasil jerih payah usahanya
-Merasa lebih puas memberi dari pada menerima
-Secara relatif bebas dari rasa gelisah dan cemas
-Berhubungan dengan individu lain dengan cara tolong menolong dan saling
memuaskan
-Menerima kekecewaan untuk dipakainya sebagai pelajaran untuk kemudian hari
-Menjuruskan rasa permusuhan kepada penyelesaiaan yang kreatif dan konstruktif
-Mempunyai rasa kasih sayang yang besar.
b. Menurut Psikolog Hanna Djumhana Bastaman :
-Bebas dari gangguan dan penyakit jiwa
-Mampu serta luwes menyesuaikan diri dan menciptakan hubungan antar pribadi yang
bermanfaat dan menyenangkan
-Mengembangkan potensi potenbsi pribadi (bakat, kemampuan, sikap, sifat, dan
sebagainya) yang baik dan bermanfaat bagi diri sendiri dan lingkungan
-Beriman dan bertaqwa kepada Tuhan dan berupaya menerapkan tuntunan agama dalam
kehidupan sehari hari.

c. Menurut Psikolog Abdul Aziz el-Quussy :


-Keserasian yang sempurna atau integrasi antara fungsi fungsi jiwa yang bermacam
macam
-Kemampuan untuk menghadapi goncangan goncangan jiwa yang ringan yang biasa
terjadi pada setiap individu
-bisa merasakan kesenangn dan kemampuan dirinya secara positif.

d. Menurut Psikolog D.S. Wright dan A. Taylor:


-Senang dan terhindar dari ketidaksenangan
-Efisien dalam menerapkan dorongan untuk kepuasan kebutuhannya
-Kurang dari kecemasan
-Kurang dari rasa berdosa (rasa berdosa merupakan reflek dari kebutuhan self-
punishment)
-Matang, sejalan dengan perkembangan yang sewajarnya
-Mampu menyesuaikan diri dengan lingkungannya
-Mempunyai otonomi dan harga diri
-Mampu membangun hubungan emosional dengan individu lain dan
-bisa melakukan kontak dengan realitas.
2.2.4. TAHAP PERKEMBANGAN MASA DEWASA PERTENGAHAN

Masa dewasa pertengahan merupakan periode transisi antara masa dewasa muda
dan masa dewasa tua. Selama usia setengah baya, banyak orang yang telah mencapai
puncak karirnya, kesadaran mereka akan siapa diri mereka telah berkembang dengan baik,
anak mereka bertumbuh, dan mereka mempunyai waktu untuk mengejar minat lain. Tahap
perkembangan psikososial masa dewasa pertengahan yaitu sebagai berikut:

 Perkembangan Psikososial

Erikson (1963) menyebut tahap psikososial dimasa dewasa ini sebagai generativitas


versus self-absorption dan stagnasi. Usia dewasa pertengahan menandai suatu titik dimana
orang dewasa menyadari bahwa mereka telah menjalani setengah kehidupannya. Dewasa
pertengahan, kenyataannya, mungkin memilih untuk memodifikasi aspek kehidupan
mereka yang mereka anggap tidak memuaskan atau menerapkan gaya hidup baru sebagai
solusi atas ketidakpuasan. Kepedulian pada kehidupan anak mereka yang sudah dewasa,
mengakui adanya perubahan fisik pada diri mereka, dan melakukan peran baru sebagai
kakek nenek, dan juga memikul tanggunjawab atas orang tua mereka yang kesehatannya
mungkin kurang, merupakan factor-faktor yang mungkin menyadarkan mereka terhadap
kemungkinan kematian mereka sendiri. Disaat ini, mereka lebih besar untuk mengikuti
anjuran kesehatan dengan lebih teliti, atau sebaliknya, mereka mungkin menyangkal atau
mengabaikan praktik-praktik kesehatan (Falvo, 1994).

2.2.5. TUGAS PERKEMBANGAN USIA DEWASA PERTENGAHAN

Tugas perkembangan adalah serangkaian tugas yang harus diselesaikan seseorang


atau individu pada periode kehidupan atau fase atau tahap perkembangan tertentu. Tugas
perkembangan bersumber dari kematangan fisik, tuntutan masyarakat atau budaya dan
nilai-nilai serta aspirasi individu.

Menurut Havighrust tugas perkembangan usia dewasa pertengahan yaitu:

 Menerima dan menyesuaikan diri terhadap perubahan fisik dan fisiologis.


 Menghubungkan diri sendiri dengan pasangan hidup sebagai individu.
 Membantu anak-anak remaja belajar menjadi orang dewasa yang bertanggung jawab dan
berbahagia.
 Mencapai dan mempertahankan prestasi yang memuaskan dalam karir pekerjaan.
 Mengembangkan kegiatan-kegiatan pengisi waktu senggang yang dewasa.
 Mencapai tanggung jawab sosial dan warga negara secara penuh.

Menurut Erick Erikson yaitu :


Psikososial Tahap 7
Generatifitas vs stagnasi
Dalam tahap ini terdapat salah satu tugas yang harus dicapai yaitu dapat mengabdikan
diri guna mencapai keseimbangan antara sifat melahirkan sesuatu (generatifitas) dengan
tidak melakukan apa-apa (stagnasi). Harapan yang ingin dicapai dalam masa ini adalah
terjadinya keseimbangan antara generatifitas dan stagnasi guna mendapatkan nilai positif
yaitu kepedulian.

2.2.6. PERMASALAHAN PADA USIA DEWASA PERTENGAHAN


Permasalahan yang terjadi pada usia dewasa pertengahan tidak semata-mata terjadi
begitu saja, permasalahan yang terjadi pada perkembangan dan karakteristik yang terjadi
pada usia dewasa pertengahan sehingga menimbulkan suatu masalah yang harus
dihadapi oleh individu pada tahap ini.
a) Permasalahan Pada Masa Perkembangan Fisik
Dari karakteristik perubahan fisik terliat jelas kelemahan atau menurunnya penampilan
pada usia dewasa pertengahan ini. Hal ini banyak individu pada usia tersebut berusaha
keras agar terlihat lebih mudah, seperti melakukan bedah kosmetik, mengecat rambut,
menggunakan wig, dan mengkonsumsi jumlah besar vitamin yang diperuntukkan bagi
usia dewasa pertengahan ini, dimana hal ini mencerminkan keinginan untuk
mengendalikan proses penuaan dan merupakan permasalahan yang terjadi diusia dewasa
pertengahan.
b) Permasalahan Pada Perkembangan Kognitif
Pada masa dewasa pertengahan individu akan mulai mengalami permasalahan
penurunan memori dimana kapasitas memori yang sudah dipenuhi dengan memori pada
masa sebelumnya, namun kemampuan memori ini dapat terorganisir jika menggunakan
pemilahan informasi yang secara aktif dilakukan.
Pada masa ini individu terkadang memecahkan masalah sesuai dengan keinginannya
sendiri yaitu dengan melihat pengalaman yang pernah dilakukannya, dan jika tidak
sesuai dengan yang diinginkan individu akan memikirkan lagi pemecahan masalah yang
efektif.
c) Permasalahan Pada Perkembangan Sosio-Emosi
Bagi seorang pria yang memasuki fase ini mengalami ketidakstabilan emosi. Kadang
gembira, bersemangat, kadang murung, tidak mau diajak bicara, keadaan diseputarnya
seakan tawar, sehingga mereka mengeluh dalam banyak hal, masalah anak, pekerjaan
dan lain-lain. Bagi seorang wanita yang memasuki fase ini mengalami kecemasan dan
ketakutan kehilangan suaminya, kesepian dan kadang-kadang kemarahan. Keduanya
bisa mengalami depresi, bagi wanita yang tidak siap akan mengalami depresi yang berat
ketika memasuki masa menopause. Paling berat bagi mereka yang tidak menikah atau
ibu janda yang rentan

2.2.7. STIMULASI PERKEMBANGAN SEHAT JIWA DEWASA TENGAH


Usia dewasa tengah merupakan usia dimana seseorang sudah mulai terjadi
penurunan pada aspek fisik dan bertambahnyan tanggung jawab, pada usia dewaa tengah
ini seseorang lebih dewasa dalam berfikiran, namun ada kalanya terjadi ketidaksiapan
terkait dalam perubahan fisik yang berdampak kepada psikisnya. Pada usia dewasa tengah
ini juga sesorang lebih memaknai hidupnya, melakukan hal, yang positif yang bermanfaat
bagi dirinya dan orang lain (Monks, F.J, Knoers, A.M.P & Haditono S. 2002).
Hasil penelitian Qiang (2005), pada akhir dewasa tengah seseorang memiliki
kecenderungan persoalan yang khas, seperti pekerjaan yang muncul sangat mungkin telah
terselesaikan oleh mereka dalam mencapai pensiun, tetapi dalam situasi-situasi yang
menuntut usia dewasa tengah mencapai status memadai dalam jabatan, banyak diantara
dewasa tengah (khususnya pria) merasa tidak puas dalam pekerjaanya, masalah berkaitan
dengan pola keluarga ada beberapa faktor yang menyulitkan seseorang dewasa tengah
dalam mengadakan (Qiang L. 2005).
Usia dewasa tengah, mulai melakukan kehidupan secara mandiri, lebih peduli
dengan lingkungan sosial, melakukan kegiatan yang bermanfaat. Perubahan psikososial
pada usia dewasa tengah ini terjadi karena masalah yang terjadi dalam kehidupan terkait
pekerjaan dan keluarga. Pengaruh yang besar terhadap perkembangan psikologis dan fisik
seseorang dikarenakan hubungan intim, tahap perkembangan psikososial yang dialami
individu selama pertengahan masa dewasa disebabkan karena generativitas (Desmita R.
2008). Kegiatan yang bermanfaat pada usia dewasa tengah ini yaitu dengan melakukan
kegiatan yang bermanfaat seperti, mengikuti pengajian, mendidik anak dengan baik,
mampu mengontrol emosi, mampu menyelesaikan masalah yang dihadapi dengan cara
konstruktif.

Stimulus generalis dari perawat untuk Kesehatan jiwa dewasa tengah:

a. Menganjurkan pasien membuka diri, menjalin hubungan dengan orang lain.


b. Membantu menemukan pedoman dan nilai-nilai kehidupan serta konsep diri
yang jelas.
c. Tetap menjalin hubungan baik dengan pasien yang bermasalah (criminal,
tidak asusila, narkoba).
d. Memfasilitasi pasien untuk mengikuti kegiatan social di masyarakat.
e. Menganjurkan pasien mengembangkan minat, bakat dan kemampuan yang
dimilikinya.
BAB III

PENUTUP

3.1. KESIMPULAN
Sehat jiwa adalah perasaan sehat dan bahagia, mampu mengolah emosi dan menjaga
diri tetap seimbang, mampu mengatasi tantangan hidup, dapat menerima orang lain,
mempunyai sikap positif terhadap diri sendiri maupun orang lain, sekalipun ada
perbedaan.
Dewasa pertengahan adalah masa menyesuaikan diri dan kesedaran bahwa ia bukan
lagi muda dan masa depannya tidak lagi dipenuhi dengan kemungkinan-kemungkinan
yang tidak terhadapi, hasilnya membawa satu masa krisis (Craig, 1976). Dewasa
pertengahan merupakan usia sekitar 35-40 tahun dan berakhir sekitar 60 tahun.
Peran perawat dalam masalah kesehatan jiwa adalah:
a. Mengidentifikasi, mengklasifikasi dan memetakan permasalahan kesehatan jiwa.
b. Pendidikan kesehatan dalam upaya preventif dan promotif penemuan kasus dini,
dan tindakan secara cepat.
c. Pemberi asuhan kepevawatan pada intevvensi kondisi “krisis”.
3.2. SARAN
1. Untuk pembaca makalah dapat menambah pengetahuan dalam memberikan asuhan
keperawatan sehat jiwa pada usia dewasa pertengahan dan mengetahui bagaimana
cara mengatasi pasien sehat jiwa pada usia dewasa pertengahan dengan belajar
melalui banyak sumber referensi.

2.  Untuk penulis dapat mengimplementasikan intervensi-intervensi yang telah disusun


untuk menangani pasien sehat jiwa usia dewasa pertengahan.

3.  Diharapkan institusi dapat mengembangkan ilmu asuhan keperawatan jiwa


pada usia dewasa pertengahan.
DAFTAR PUSTAKA

 Nasir & Muhith. 2011. Dasar-dasar Keperawatan Jiwa: Pengantar & Teori. Jakarta:
Salemba Medika.
 Muzzaaiyah. 2019. Psikologi Perkembangan Dewasa Tengah. Yogyakarta: Gajah Mada
University Press.
 Saswati, Nofrida., Isti Harkomah, & Sutinah. 2019. “Stimulasi Perkembangan
Psikososial Usia Dewasa Tengah (30-60 Tahun)”. Jurnal Pengabdian Harapan Ibu
(JPHI), 1(1), 24-26.
 akhmadhasbiwayhie.wordpress.com. (2012, 24 September). Makalah Perkembangan
Jiwa Usia Dewasa. Diakses pada 15 Oktober 2020, dari
https://akhmadhasbiwayhie.wordpress.com/2012/09/24/makalah-perkembangan-jiwa-
usia-dewasa/

Anda mungkin juga menyukai