Anda di halaman 1dari 38

KATA PENGANTAR

Puji Syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat
rahmatnya kita dapat menyusun laporan Asuhan Keperawatan . Asuhan
Keperawatan ini adalah berisi mengenai tentang Asuhan Keperawatan Keluarga
Dengan Dewasa yang akan mempermudah dalam penyusunan laporan kasus
sesuai dengan keadaan pasien. Selain itu asuhan keperawatan keluarga ini juga
digunakan sebagai acuan pencapaian target praktek Keperawatan Keluarga. Ilmu
keperawatan kini telah berkembang sangat pesat, oleh karena itu pembaca atau
pembimbimng dengan rendah hati diharapkan dapat memberikan bimbingan
untuk perbaikan.
BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Tingkah laku seseorang dipelajari sepanjang proses kehidupannya


ketika menghadapi krisis dan kecemasan akibat stressor. Menurut teori
keperawatan, sehat dan sakit jiwa merupakan suatu rentangan yang sangat
dinamis dari kehidupan seseorang.

Saat telah menginjak usia dewasa terlihat adanya kematangan jiwa


mereka dimana sudah memiliki tanggung jawab serta sudah menyadari
makna hidup. Menyiapkan diri menjadi dewasa, karena menjadi dewasa
adalah sebuah pilihan, maka tentunya harus direkayasa atau disiapkan.
Tidak bisa dibiarkan alami. Karena memang menjadi dewasa dalam cara
berpikir itu bukan kebetulan, tapi merupakan pilihan.

2. Tujuan Penulisan

Makalah ini ditulis agar pembaca :

1. Mengetahui dan memahami teori perkembangan keluarga dan


unsurunsur yang ada didalamnya

2. Mengetahui dan memahami teori proses keperawatan keluarga dan


unsur-unsur yang ada didalamnya.

3. Mengetahui dan memahami asuhan keperawatan keluarga dengan


dewasa.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1.1. TEORI PERKEMBANGAN KELUARGA

1.1.1. pengertian perkembangan keluarga dewasa

Masa ini sering disebut adult, masa dewasa, masa dimana usia
sudah berkisar ke angka di atas 21 tahun. Masa dewasa merupakan periode
yang penuh tantangan, penghargaan dan krisis. Selain itu masa dimana
mempersiapkan masa depan, penentu karier dan masa usia memasuki
dunia pekerjaan dan masa dunia perkarieran, masa mempersiapkan punya
keturunan dan masa usia matang, masa penentuan kehidupan, dan prestasi
kerja di masyarakat, masa merasa kuat dalam hal fisik, masa energik, masa
kebal, masa jaya dan masa merasakan hasil perjuangan .

Masa dewasa ditandai kemampuan produktif dan kemandirian.


Menurut Prof. Dr. A.E Sinolungan (1997), masa dewasa dapat di bagi
dalam beberapa fase yaitu:

1. Fase dewasa awal

Fase dewasa awal (20/21-24 tahun), seorang mulai bekarya dan


mulai melepaskan ketergantungan kepada orang lain. Tugas-tugas
perkembangan pada masa dewasa awal yaitu:

a. mereka mendapat pengawasan dari orang tua

b. mereka mulai mengembangkan persahabatan yang akrab dan


hubungan yang intim di luar

c. mereka membentuk seperangkat nilai pribadi

d. mereka mengembangkan rasa identitas pribadi

e. mereka mempersiapkan untuk kehidupan kerja

2. Fase Dewasa tengah

Fase dewasa tengah (25-40 tahun) ditandai sikap mantap memilih


teman hidup dan membangun keluarga. Dewasa tengah menggunakan
energy sesuai kemampuannya untuk menyesuaikan konsep diri dan
citra tubuh terhadap realita fisiologis dan perubahan pada penampilan
fisik. Harga diri yang tinggi, citra tubuh yang bagus dan sikap posiif
terhadap perubahn fisiologis muncul jika orang dewasa mengikuti
latihan fisik diet yang seimbang, tidur yang adekuat dan melakukan
hygiene yang baik.

a. Teori-teori tentang masa dewasa tengah

1). Teori Erikson

Menurut teori perkembangan Erikson, tugas perkembangan


yang utama pada usia baya adalah mencapai generatifitas (Erikson,
1982). Generatifitas adalah keinginan untuk merawat dan
membimbing orang lain. Dewasa tengah dapat mencapai
generatifitas dengan anak-anaknya melalui bimbingan dalam
interaksi sosial dengan generasi berikutnya. Jika dewasa tengah
gagal mencapai generatifitas akan terjadi stagnasi. Hal ini
ditunjukkan dengan perhatian yang berlebihan pada dirinya atau
perilaku merusak anak-anaknya dan masyarakat.

2). Teori Havighurst

Teori perkembangan Havighurst telah diringkas dalam


tujuh perkembangan untuk orang dewasa tengah (Havighurst,
1972). Tugas perkembangan tersebut meliputi:

a) Pencapaian tanggung jawab social orang dewasa

b) Menetapkan dan mempertahankan standar kehidupan

c) Membantu anak-anak remaja tanggung jawab dan bahagia

d) Mengembangkan aktivitas luang

e) Berhubungan dengan pasangannya sebagai individu

f) Menerima dan menyesuaikan perubahan fisiologis pada


usia pertengahan

g) Menyesuaikan diri dengan orang tua yang telah lansia.

b. Tahap-tahap perkembangan

1). Perkembangan fisiologis

Perubahan ini umumnya terjadi antara usia 40-65 tahun.


Perubahan yang paling terlihat adalah rambut beruban, kulit mulai
mengerut dan pinggang membesar. Kebotakan biasanya terjadi
selama masa usia pertengahan, tetapi juga dapat terjadi pada pria
dewasa awal. Penurunan ketajaman penglihatan dan pendengaran
sering terlihat pada periode ini.

2). Perkembangan kognitif

Perubahan kognitif pada masa dewasa tengah jarang terjadi


kecuali karena sakit atau trauma. Dewasa tengah dapat
mempelajari keterampilan dan informasi baru. Beberapa dewasa
tengah mengikuti program pendidikan dan kejuruan untuk
mempersiapkan diri memasuki pasar kerja atau perubahan
pekerjaan.

3). Perkembangan psikosial

Perubahan psikososial pada masa dewasa tengah dapat


meliputi kejadian yang diharapkan, perpindahan anak dari rumah,
atau peristiwa perpisahan dalam pernikahan atau kematian teman.
Perubahan ini mungkin mengakibatkan stress yang dapat
mempengaruhi seluruh tingkat kesehatan dewasa.

3. Fase dewasa akhir

Fase dewasa akhir (41-50/55tahun) ditandai karya produktif,


sukses-sukses berprestasi dan puncak dalam karier. Sebagai patokan,
pada masa ini dapat dicapai kalau status pekerjaan dan sosial seseorang
sudah mantap.

Masalah-masalah yang mungkin timbul yaitu:

a. Menurunnya keadaan jasmaniah

b. Perubahan susunan keluarga

c. Terbatasnya kemungkinan perubahan-perubahan baru dalam


bidang pekerjaan atau perbaikan kesehatan yang lalu

d. Penurunan fungsi tubuh

Selain itu, masa dewasa akhir adalah masa pensiun bagi bagi
pegawai menghadapi sepi dan masa masamemasuki pensiun. Biasanya
ada PPS ( Post Power Sindrom) misalnya biasa seseorang menjabat
kemudian tidak, rasanya ada perasaan down sindrom.

Faktor – faktor yang mempengaruhi pengawasan tugas


perkembangan ini, individu mengalami PPS. Misalnya penghalangnya
adalah:
1. Tingkat perkembangan yang mundur

2. Tidak ada kesempatan untuk mempelajari tugas-tugas


perkembangan

3. Tidak ada motivasi

4. Kesehatan yang buruk

5. Cacat tubuh

6. Tingkat kecerdasan yang rendah

7. Tingkat adaptasi yang jelek

8. Selain itu, masa dewasa akhir adalah masa pensiun bagi bagi
pegawai menghadapi sepi dan masa masamemasuki pensiun.
Biasanya ada PPS ( Post Power Sindrom) misalnya biasa
seseorang menjabat kemudian tidak, rasanya ada perasaan down
sindrom, adanya penyakit kronis. Tingkat ketidakmampuan dan
persepsi klien pada penyakit dan ketidakmampuan menentukan
sampai mana perubahan gaya hidup akan terjadi.

9. Tingkat kesejahteraan

Perawat mengkaji status kesehatan pada klien dewasa


tengah. Pengkajian tersebut member arah untuk merencanakan
asuhan keperawatan dan berguna dalam mengevaluasi keefektifan
intervensi keperawatan.

10. Membentuk kebiasaan sehat yang positif

Kebiasaan adalah sikap atau perilaku seseorang yang biasa


dilakukan. Pola perilaku ini didorong oleh seringnya pengulangan
sehingga menjadi cara perilaku individu yang biasa.

1.1.2. Tahap Perkembangan Keluarga dengan Dewasa

Menurut Erikson, tugas perkembangan yang utama pada usia baya


adalah mencapai generatifitas (Erikson, 1982). Generatifitas adalah
keinginan untuk merawat dan membimbing orang lain. Dewasa tengah
dapat mencapai generatifitas dengan anak-anaknya melalui bimbingan
dalam interaksi sosial dengan generasi berikutnya. Jika dewasa tengah
gagal mencapai generatifitas akan terjadi stagnasi. Hal ini ditunjukkan
dengan perhatian yang berlebihan pada dirinya atau perilaku merusak
anak-anaknya dan masyarakat.
Menurut Havighurst, tugas perkembangan adalah tugas-tugas yang
harus diselesaikan individu pada fase-fase atau periode kehidupan tertentu;
dan apabila berhasil mencapainya mereka akan berbahagia, tetapi
sebaliknya apabila mereka gagal akan kecewa dan dicela orang tua atau
masyarakat dan perkembangan selanjutnya juga akan mengalami kesulitan

Masa Usia Dewasa

1. Menerima dan menyesuaikan diri terhadap perubahan fisik dan


fisiologis

2. Menghubungkan diri sendiri dengan pasangan hidup sebagai


individu

3. Membantu anak-anak remaja belajar menjadi orang dewasa yang


bertanggung jawab dan berbahagia

4. Mencapai dan mempertahankan prestasi yang memuaskan dalam


karir pekerjaan

5. Mengembangkan kegiatan-kegiatan pengisi waktu senggang yang


dewasa

6. Mencapai tanggung jawab sosial dan warga Negara secara penuh.

7. Menyesuaikan diri dengan orang tua yang telah lansia.

1.2. TEORI PROSES KEPERAWATAN KELUARGA

1.2.1. Pengkajian

Pengkajian adalah suatu tahapan dimana seorang perawat


mengambil informasi secara terus menerus terhadap anggota
keluarga yang dibinanya.

Sumber informasi dan tahapan pengkajian dapat menggunakan


metode:

a. Wawancara keluarga

b. Observasi fasislitas rumah

c. Pemeriksaan fisik dari anggta keluarga dari ujung rambut


ke ujung kaki.

d. Data sekunder, contoh: hasil laboratorium, hasil X-ray, pap


smear dan sebagainya.
Hal hal yang perlu dikaji dalam keluarga meliputi :

a. Data umum

Pengkajian terhadap data umum keluarga meliputi :

1). Nama kepala keluarga

2). Alamat dan telepon

3). Pekerjaan kepala keluarga

4). Pendidikan kepala keluarga

5). Komposisi keluarga Genogram

6). Tipe keluarga

Menjelaskan mengenai jenis tipe keluarga beserta kendala


atau masalah-masalah yang terjadi dengan jenis tipe keluarga
tersebut.

7). Tipe bangsa

Mengkaji asal suku bangsa keluarga tersebut serta


mengidentifikasi budaya suku bangsa tersebut terkait dengan
kesehatan.

8). Agama

Mengkaji agama yang dianut oleh keluarga serta


kepercayaan yang dapat mempengaruhi kesehatan.

9). Status sosial ekonomi keluarga

Status sosial ekonomi keluarga ditentukan oleh pendapatan


baik dari kepela keluarga maupun anggota keluarga lainnya. Selain
itu status sosial ekonomi keluarga ditentukan pula oleh kebutuhan-
kebutuhan yang dikeluarkan oleh keluarga serta barang-barang
yang dimiliki oleh keluarga.

10). Aktivitas rekreasi keluarga

Rekreasi keluarga tidak hanya dilihat kapan saja keluarga


pergi bersama-sama untuk mengunjungi tempat rekreasi tertentu
namun denganmenonton TV dan mendengarkan radio juga
merupakan aktivitas rekreasi.

b. Riwayat dan tahap perkembangan keluarga

1). Tahap perkembangan ke;luarga saat ini

Tahap perkembangan keluarga ditenrukan dengan anak


tertua dari keluarga inti.

Contoh : keluarga bapak A mempunyai 2 orang anak, anak


pertama berumur 7 tahun dan anak ke dua berumur 4 tahun, maka
keluarga bapak A beradapada tahapan perkembangan keluarga
dengan usia anak sekolah.

2). Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi

Menjelaskan mengenai tugas perkembngan yang belum


terpenuhi oleh keluarga serta kendala mengapa tugas
perkembangan tersebut belum terpenuhi.

3). Riwayat keluarga inti

Menjelaskan mengenai riwayat kesehatan pada keluarga


inti, yang meliputi riwayat penyakit keturunan, riwayat kesehatan
masing-masing anggota keluarga, perhatian terhadap pencegahan
penyakit (status imunisasi), sumber pelayanan kesehatanyang biasa
digunakan keluarga serta pengalamanpengalaman terhadap
pelayanan kesehatan.

4). Riwayat keluarga sebelumnya

Dijelaskan mengenai riwayat kesehatan pada keluarga dari


pihak suami istri.

c. Pengkajian lingkungan

1. Karakteristik rumah

Karakteristik rumah diidentiikasi dengan melihat luas


rumah, tipe rumah, jumlah ruangan, jumlah jendela pemanfaatan
ruangan, peletakan perabotan rumah tangga, jenis septik tank, jarak
septik tank dengan sumber air, air minum yang digunakan serta
denah rumah.
2. Karakteristik tetangga dan komunitas RW

Menjelaskan mengenai karakteristik dari tetangga dan


komunitas setempat, yang meliputi kebiasaan, lingkunagan fisik,
aturan/kesepakatan penduduk setempat, budaya setempat yang
mempengaruhi kesehatan.

3. Mobilitas geografis keluarga

Mobilitas geigrafis keluarga ditentukan dengan kebiasaan


keluarga berpindah tempat.

4. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat

Mennjelaskan mengenai waktu yang digunakan keluarga


untuk berkumpul serta perkumpulan keluarga yang ada dan sejauh
mana keluarga interkasinya dengan masyarakat.

5. Sistem pendukung keluarga

Yang termasuk pada sistem pendukung keluarga adalh


jumlah anggota keluarga yang sehat, fasilitas yang dimiliki
keluarga untuk menunjang kesehatan. Fasilitas mencakup fasilitas
fisik, fasilitas psikologis atau dukungan dari anggota keluarga dan
fasilitas sosial atau dukungan dari masyarakat setempat.

d. Struktur keluarga

1. Pola komunikasi keluarga

Menjelaskan mengenai cara berkomunikasi antar anggota keluarga.

• Apakah mayoritas pesan anggota keluarga sesuai isi dan


instruksi ?

• Apakah anggota keluarga mengutarakan


kebutuhankebutuhan dan perasaan-perasaan mereka dengan
jelas ?

• Apakah anggota keluarga memperoleh dan memeriksakan


respons dengan baik terhadap pesan ?

• Apakah anggota keluarga medengar dan mengikuti pesan ?


• Bahasa apa yang digunakan dalam keluarga ?

• Apakah keluarga berkomunikasi secara langsung atau tidak


langsung ?

• Bagaimana pesan-pesan emosional (afektif) dismapaikan


dalam keluarga ? (langsung atau tidak langsung)

• Jenis-jenis emosi apa yang di sampaikan dalam keluarga ?

• Apakah emosi-emosi yang disampaikan bersifat negatif,


positif atau keduanya ?

• Pola-pola umum apa yang digunakan menyampaikan


pesanpesan penting ? (langsung atau tidak langsung)

• Jenis-jenis disfunggsional komunikasi apa yang nampak


dalam pola-pola komunikasi keluarga ?

• Adakah hal-hal atau masalah dalam keluarga yang tertutup


untuk didiskusikan ?

2). Struktur kekuatan keluarga

Kemampuan anggota keluarga mengendalikan dan


memepengaruhi otang lain untuk mengubah perilaku.

3). Struktur peran

Menjelaskan peran dari masing-masing anggota keluarga


baik secara formal maupun informal.

• Struktur peran formal: posisi peran formal apa pada setiap


anggota keluarga, gambarkan bagaimana setiap anggota
keluarga melakukan peran-peran formal mereka. Adakah
konflik peran dalam keluarga

• Struktur peran informal: adakah peran-peran informal


dalam keluarga, siapa yang memainkan peran-peran
tersebut, berapa kali peran-peran tersebut sering dilakukan
atau bagaimana peran tersebut dilaksanakan secra
konsisten? Tujuan peran-peran informal yang dijalankan
keluarga apa?

4). Nilai atau norma keluarga

Menjelaskan mengenai nilai dan nor


Ma yang dianut oleh keluarga yang berhubungna dengan
kesehatan.

e. Fungsi keluarga

1). Fungsi efektif

Hal yang perlu dikaji yaitu gambaran dari anggota


keluarga, perasaan memiliki dan dimiliki dalam keluarga, dukunga
keluarga terhadap anggota keluarga lainnya, bagaimana kehangtan
tercipta pada anggota keluarga, dan bagaimana keluarga
mengembangkan sikap saling menghargai.

2). Fungsi sosialisasi

Hal yang perlu dikaji bagaimana interaksi atau


hubungandalam keluarga, sejauh mana anggota keluarga belajar
disiplin, norma, budaya dan perilaku.

3). Fungsi perawatan kesehatan

Menjelaskan sejauh mana keluarga menyediakan makanaa,


pakaian, perlindungan serta merawat anggota keluargayang sakit.
Sejauh mana pengetahuan keluarga mengenai sehat sakit.
Kesanggupa keluarga didalam melaksanakan perawata kesehatan
dapat dilihat dari kemampuankeluaraga melaksanakan 5 tugas
kesehatan keluarga, yaitu keluaraga mampu mengenal maslah
kesehatan, mengambil keputusan untuk melakukan tindakan,
melkaukan perawatan terhadap anggota keluarga yang sakit,
menciptakan lingkungan yang dpat meningkatkan kesehatan,
danmkeluarga mampu memanfaatkan fasilitas kesehatan yang
terdapa dilingkungan setempat.

Hal-hal yang dikaji sejauhmana keluarga melakukan


pemenuha tuegas perawtan keluarga adalah:

a) Untuk mengetahui kemampuan keluarga mengenal maslah


kesehata, yang perlu dikaji adalah sejuahmana keluarga
mengetahui mengenai fakta-fakta dari masalah kesehatan
yang meliputi pengertian, tanda dan gejala, faktor penyebab
dan yang mempengaruhinya serta persepsi keluarga
terhadap masalah.
b) Untuk mengetahui kemampuan keluarga mengambil
keputusan mengenai tindakan kesehata yang tepat, hal yang
perlu dikaji adalah:

• Sejauhmana kemampuan keluarga mengerti


mengenai sifat dan luasnya masalah

• Apakah masalah kesehatan dirasakan oleh keluarga

• Apakah keluarga merasa meyerah terhadap masalah


yang dialami

• Apakah keluarga merasa takut akan akibat dari


tindakan pentakit

• Apakah kelurga mempunyai sikap negatif terhadap


masalah kesehatan

• Apakah keluarga dapat menjangkau fasilitas


kesehatan yang ada

• Apakah keluarga kurang percaya terhadap tenaga


kesehatan

• Apakah keluarga mendapat informasi yang salah


terhadap tindakan dalam megatasi masalah.

c) Untuk mengetahui sejauhmana kemampuan keluarga


merawat anggota keluarga yang sakit, yang perlu dikaji
adalah :

• Sejauhmana keluarga mengetahui keadaan penyakit


(sifat, penyebaran, komplikasi, prognosa, dan cara
perawatannya)

• Sejauhmana keluarga mengetahui tentang sikap dan


perkembangan perawatan yang dibutuhkan.

• Sejauhmana keluarga mengetahui keberadaan


fasilitas yang diperlukan untuk perawatan.

• Sejauhmana keluarga mengetahui sumber-sumber


yang ada dalam keluarga (anggota keluarga yang
bertanggung jawab, sumber keuangan/financial,
fasilitas fisik,, psikososial)

• Bagaimana sikap keluarga terhadap yang sakit.


d) Untuk mengetahui sejauhmana kemampuan keluarga
memelihara l ingkungan rumah yang sehat,
hal yang pelu dikaji adalah :

• Sejauhmana keluarga mengetahui sumber-sumber


keluarga yang dimiliki

• Sejauhmana keluarga melihat keuntungan/manfaat


pemeliharaan lingkungan

• Sejauhmana keluarga mengetahui pentingnya


hygene sanitasi

• Sejauhmana keluarga mengetahui upaya


pencegahan penyakit

• Sejauhmana sikap/pandangan keluarga terhadap


hygene sanitasi

• Sejauhmana kekompakan antar anggot keluarga

e) Untuk mengetahui sejauhmana kemampuan keluarga


menggunakan fasilitas/pelayanan kesehatan di masyarakat ,
hal yang perlu dikaji adalah :

• Sejauhmana keluarga mengetahui keberadaan


fasilitas kesehatan

• Sejauhmana keluarga memahami keuntungan


keuntungan yang dapat diperoleh dari fasilitas
kesehatan

• Sejauhmana tingkat kepercayaan keluarga terhadap


petugas dan fasilitas kesehatan

• Apakah fasilitas kesehataan yang ada terjangkau


oleh keluarga.

4). Fungsi reproduksi

Hal yang perlu dikaji mengenai fungsi reproduksi keluarga adalah

a) Berapa jumlah anak

b) Bagaimana keluarga merencanakan jumlah anggota


keluarga
c) Metode apa yang digunakan keluarga dalam upaya
mengendalikan jumlah anggota keluarga

5). Fungsi ekonomi

Hal yang perlu dikaji mengenai fungsi ekonomi keluarga adalah:

a) Sehauhmana keluarga memenuhi kebutuhan sandang,


pangan, dan papan

b) Sejauhmana keluarga memanfaatkan sumber yang ada di


masyarakat dalam upaya peningkatan status kesehatan
keluarga

6. Fungsi pendidikan

Menjelaskan upaya yang dilakukan keluarga dalam


pendidikan selain upaya yang diperoleh dari sekolah atau
masyarakat sekitar.

7. Fungsi religius

Menjelaskan tentang kegiatan keagamaan yang dipelajari


dan dijalankan oleh keluarga yang berhubungan dengan kesehatan.

8. Fungsi rekreasi

Menjelaskan kemampuan keluarga dan kegiatan keluarga


untuk melakukan rekreasi secara bersama baik di luar dan di dalam
rumah, juga tentang kuantitas yang dilakukan.

f. Stress dan koping keluarga

1). Stessor jangka pendek dan panjang

a) Stressor jangka pendek yaitu stressor yang dialami keluarga


yang memerlukan penyelesaian dalam waktu kuran lebih 2
bulan

b) Stressor jangka panjang yaitu stressor yang dialami


keluarga yang memerlukan penyelesaian dalam waktu lebih
dari 6 bulan

2). Kemampuan keluarga berespon terhadap situasi/stressor

Hal yang perlu dikaji adalah sejauhmana keluarga


berespon terhadap situasi/stressor.
3). Strategi koping yang digunakan

Strategi koping apa yang digunakan keluarga bila


menghadapi permasalahan.

4). Strategi adaptasi disfungsional

Dijelaskan mengenai strategi adaptasi disfungsional yang


digunakan keluarga bila menghadapi permasalahan.

g. Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan fisik dilakukan pada semua anggota keluarga.


Metode yang digunakan pada pemeriksaan fisik berbeda dengan
pemeriksaan fisik di klinik.

h. Harapan keluarga

Pada akhir pengkajian, perawat menanyakan harapan


keluarga terhadap petugas kesehatan yang ada.

1.2.2. Perumusan diagnosis keperawatan keluarga

Diagnosa keperawatan adalah keputusan klinis mengenai individu,


keluarga atau masyarakat yang diperoleh melalui suatu proses
pengumpulan data dan analisis cermat dan sistematis, memberikan dasar
untuk menetapkan tindakan-tindakan dimana perawat bertanggng adalah
pernyataan yang menjelaskan status atau masalah kesehatan aktual atau
potensial. Diagnosis keperawatan keluarga dirumuskan berdasarkan data
yang didapatkan pada pengkajian.

Diagnosa keperawatan keluarga dianalisis dari hasil pengkajian


terhadap adanya masalah dalam tahap perkembangan keluarga, lingkungan
keluarga, struktur keluarga, fungsi-fungsi keluarga dan koping keluarga
dan berdasarkan kemampuan dan sumber daya keluarga.

a. Perumusan diagnosa keperawatan

Perumusan diagnosis keperawatan keluarga dapat


diarahkan pada sasaran idividu atau keluarga. Komponen diagnosis
keperawatan meliputi masalah (problem), penyebab (etiologi) dan
atau tanda (sign).

Tipologi dari diagnosis keperawatan:

1. Aktual (terjadi defisit/gangguan kesehatan)


Dari hasil pengkajian didapatkan data mengenai tanda dn
gejala dari gangguan kesehatan.

Contoh:

• Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan pada


balita (Anak N), keluarga bapak Y “berhubungan dengan
ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga
dengan gangguan mobilisasi”.

• Keterbatasan pergerakan pada lanjut usia (Ibu Y)


keluarga Bapak A berhubungan dengan ketidakmampuan
keluarga merawat anggota keluarga dengan keterbatasan
gerak

(rematik).

• Perubahan peran dalam keluarga (Bapak A) berhubungan dengan


ketidakmampuan keluarga mengenal masalah peran sebagai suami.

2. Risiko (ancaman kesehatan)

Sudah ada data yang namun belum terjadi gangguan, misalnya : lingkungan
rumah yang kurang bersih, pola makan yang tidak adekuat, stimulasi tumbuh
kembang yang tidak adekuat.

Contoh:

• Risiko terjadi konflik pada bapak I berhubungan dengan ketidakmampuan


keluarga mengenal masalah komunikasi

• Risiko gangguan perkembangan pada balita (Anak N) keluarga bapak Y


berhubungan dengan dengan ketidakmampuan keluarga melakukan stimulasi
terhadap balita
• Risiko gangguan pergerakan pada lansia (Ibu Y) keluarga Bapak A
berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga
dengan keterbatasan gerak

3. Potensial (keadaan sejahtera/”wellness”)

Suatu keadaan dimana keluarga dalam keadaan sejahtera sehingga kesehatan


keluarga dapat ditingkatkan.

Contoh:

• Potensial terjadi peningkatan kesejahteraan pada ibu hamil (Ibu M)


keluarga Bapak K.

• Potensial peningkatan status kesehatan pada bayi keluarga Bapak X.

• Potensial peningkatan status kesehatan pada pasangan baru menikah


keluarga Bapak I.

Daignosa yang sering muncul dalam asuhan keperawatan kelurga menurut


NANDA:

a. Diagnosa keperawatan keluarga pada masalah lingkungan

1) Kerusakan penatalaksanaan pemeliharaan rumah

Adalah suatu kondisi dimana keluarga mengalami atau berisiko mengalami


kesulitan mempertahankan kebersihan dan menjaga lingkungan rumah.

2) Risiko cedera

Suatu kondisi dimana keluarga mempunyai resiko yang merugikan yang


disebabkan kurangnya kesadaran terhadap bahaya lingkungan atau usia maturasi.

3) Resiko infeksi

Kondisi dimana keluarga beresiko menularkan agen-agen patogen ke anggota


yang lain.

b. Diagnosa keperawatan keluarga pada masalah struktur komunikasi

1) Komunikasi keluarga disfungsional

Keadaan dimana keluarga mengalami atau beresiko terhadap penurunan untuk


mengirim atau menerima pesan.

c. Diagnosa keperawatan keluarga pada maslah struktur peran


1) Berduka dan diantisipasi

2) Berduka disfungsional

3) Isolasi sosial

4) Perubahan dalam proses keluarga (dampak adanya orang yang sakit


terhadap keluarga) 5) Proses keluarga terhenti

6) Resiko terhadap kerusakan kedekatan orang tua/bayi/anak

7) Resiko ketegangan peran pemberi perawatan

8) Penampilan peran tidak efektif

d. Diagnosa keperawatan keluarga pada masalah fungsi sosial

1) Perubahan perkembangan

2) Kurang pengetahuan

3) Isolassi sosial

4) Kerusakan interaksi sosial

5) Resiko kekerasan terhadap orang lain

6) Resiko kekerasan terhadap diri

7) Konflik peran orang tua

e. Diagnosa keperawatan keluarga pada masalah fungsi perawatan kesehatan

1) Manajemen regimenterapeutik keluarg tidak efektif

2) Kerusakan pemeliharaan rumah

3) Perilaku mencari kesehatan

4) Pemeliharaan kesehatan tidak efektif

f. Diagnosa keperawatan keluarga pada masalah koping

1) Koping keluarga melemah

2) Kesiapan dalam peningkatan koping keluarga


3) Koping keluarga cacat

4) Resiko berduka disfungsional.

1.2.3. Perencanaan keperawatan keluarga

Apabila masalah kesehatan ataupun masalah keperawatan telah teridentifikasi,


maka langkah selanjutnya adalah menyusun rencana keperawatan sesuai dengan
urutan prioritas masalahnya. Rencana keperawatan keluarga adalah merupakan
kumpulan tindakan yang direncanakan oleh perawat untuk dilsksankan dalam
menyelesaikan atau mengatasi masalah keshatan/ maslah keperawatan yang telah
diidentifikasi. Rencana keperawatan yang berkualitas akan menjamin keberhasilan
dalam mencapai tujuan serta penyeleaian masalah. Beberapa hal yang perlu
diperhatikan dalam mengenbangkan keperawatan kluarga :

1) Rencana keperawatan harus didasarkan atas analisa yang menyeluruh


tentang masalahatau situasi keluarga.

2) Rencana yang baik harus realistik, artinya dapat dilaksanakandan dapat


menghasilkan apa yang diharapkan.

3) Rencana keperawatan harus sesuai dengan tujuan dan falsafah instansi


kesehatan. Misalnya bila instansi kesehatan pada daerah tersebut tidak
memungkinkan pemberian pelayanan cuma-Cuma maka perawat harus
mempertimbangkan hal tersebut dalam menyususn perencanaan

4) Rencana keperawatan dibuat bersama dengan keluarga. Hal ini sesuai


dengan prinsip bahwa perawat perawat bekerja bersama keluarga bukan untuk
keluarga.

5) Sebaiknya rencana keperawatan dibuat secara tertulis hal ini selain


berguna untuk perawat juga berguna untuk anggota tim kesehatan lainnya,
khususnya dalam mengingat perencanaan yang telah disusun untuk keluarga
tersebut. Disamping itu juga dapat membantu dalam mengevaluasi perkembangan
masalah keluarga.

Langkah-langkah dalam menembangkan rencana keperawatan keluarga: 1.


Menentukan sasaran atau goal

Sasaran adalah tujuan umum yang merupakan tujuan akhir yang akan dicapai
melalui segala upaya. Jika keluarga mengerti dan menerima sasaran yang telah
ditentukan diharapkan mereka dapat berpartisipasi secara aktif dalam mencapai
sasaran tersebut. Contoh: setelah dilakukan tindakan keperawatan keluarga
mampu merawat anggota kelaurga yang menderita hipertensi
2. Menentukan tujuan atau objektif

Objektif merupakan pernyataan yang lebih spesifik atau lebih terperinci tentang
hasil yang diharapkan dari tindakan perawatan yang akan dilakukan. Ciri tujuan
atau objektif yang baik adalah : spesifik, dapat di ukur, dapat dicapai, realistik dan
ada batasan waktu. Contoh: seteleh dilakukan tindakan keperawatan diharapkan
anggota keluarga yang sakit hipertensi mengerti tentang cara pencegahan dan
pengobatan hipertensi dan tekanan darah : 120/80 mmHg.

3. Menentukan pendekatan dan tindakan keperawatan yang akan dilakukan

Dalam menilih tindakan keperawatan sangat tergantung kepeda sifat masalahdan


sumber-sumber yang tersedia untuk memecahkan masalah. Dalam perawatan
kesehatan keluarga tindakan keperawatan yang dilakukan ditujukan untuk
mengurangi atau mnghilangkan sebab-sebab yang mengakibatkan timbulnya
ketidaksanggupan keluarga dalam melaksanakan tugas-tugas kesehatan. Perawat
dapat melekukan tindakan keperawatan dalam rangka menstimulasi kesadaran dan
penerimaanterhadap masalah atau kebutuhan kesehatan keluarga dengan jalan :

a. Memperluas informasi atau pengetahuan keluarga

b. Membantu keluarga untuk melihat dampak atau akibat dari situasi yang
ada

c. Menghubungkan antara kebutuhan kesehatan dengan sasaran yang telah


ditentukan

d. Menunjang sikap atau emosi yang sehat dalam menghadapi masalah.

Perawat dalam menolong keluarga agar dapat menentukan keputusan yang tepat
dalam rangka menyelesaikan masalahnya, dapat melakukan tindakan antara lain :

a. Mendiskusikan tentang konsekuensi yang akan timbul jika tidak


melakukan tindakan

b. Memperkenalkan kepada keluarga tentang alternatif kemungkinan yang


dapat diambil serta sumber-sumber yang diperlukan untuk melaksanakan
alternatif tersebut

c. Mendiskusikan dengan keluarga tentang manfaat dari masingmasing


alternatif atau tindakan.

Untuk meningkatkan kepercayaan diri keluarga dalam memberikan keperawatan


terhadap anggota keluarga yang sakit, perawat dapat melakukan tindakan antara
lain :

a. Mendemonstrasikan tindakan yang dipperlukan


b. Memanfaatkan fasilitas atau sarana yang ada dirumah keluarga

c. Menghindarkan hal-hal yang mengganggu keberhasilan keluarga dalam


merujuk pasien pasien atau mencari pertolongan kepada tim kesehatan yang ada.

Perawat dapat meningkatkan kemampuan keluarga dalam rangka menciptakan


lingkungan yang menunjang kesehatan keluarga antara lain dengan cara :

a. Membantu mencari cara untuk menghindarkan adanya ancaman kesehatan


dan perkembangan kepribadian anggota keluarga

b. Membantu keluarga dalam rangka memperbaiki fasilitas fisik yang sudah


ada

c. Menghindarkan ancaman psikologis dalam keluarga antara lain dengan


cara memperbaiki pola komunikasi keluarga, memperjelas masing-masing
anggota dan lain-lain.

d. Mengembangkan kesanggupan keluarga dalam rangka penemuan


kebutuhan psikososial.

Agar dapat membantu keluarga dalam rangka memanfaatkan fasilitas kesehatan


yang ada, maka perawat harus mempunyai pengetahuan yang luas dan tepat
tentang sumber daya yang ada dimasyarakat dan cara memanfaatkannya. Sumber-
sumber yang terdapat dimasyarakat antara lain : instansi-instansi kesehatan,
program-program peningkatan kesehatan, organisasi-organisasi masyarakat.

4. Menentukan kriteria dan standart kriteria

Kriteria merupakan tanda atau indikator yang digunakan untuk mengukur


pencapaian tujuan, sedangkan standart menunjukan tingkat perfomance yang
diinginkan untuk membandingkan bahwa perilaku yang menjadi tujuan tindakan
keperawatan telah tercapai. Pernyataan tujuan yang tepat akan menentukan
kejelasan kriteria dan standart evaluasi. Sebagai contoh :

a. Tujuan

Sesudah perawat kesehatan masyarakat melakukan kunjungan rumah, keluarga


akan memanfaatkan puskesmas atau poliklinik sebagai tempat mencari
pengobatan.

b. Kriteria

Kunjungan ke puskesmas atau poliklinik.


c. Standart

Ibu memeriksakan kehamilannya ke puskesmas atau poliklinik, keluarga


membawa berobat anaknya yang sakit ke puskesmas.

5. Tahapan pelaksanaan keperawatan keluarga

Pelaksanaan merupakan salah satu tahap dari proses keperawatan keluarga dimana
perawat mendapatkan kesempatan untuk membangkitkan minat keluarga untuk
mengadakan perbaikan kearah perilaku hidup sehat. Adanya kesulitan,
kebingungan, ketidakmampuan yang dihadapi keluarga, hal tersebut harus
menjadikan suatu perhatian, sehingga perawat diharapkan dapat memberikan
kekuatan dan membantu mengembangkan potensipotensi yang ada sehingga
keluarga dapat mempunyai kepercayaan diri dan mandiri dalam menyelesaikan
masalah. Dalam kondisi ini untuk membangkitkan minat keluarga dalam
berperilaku hidup sehat, maka perawat harus memahami teknik-teknik motivasi.
Tindakan keperawatan keluarga mencakup hal-hal dibawah ini :

a. Menstimulasi kesadaran atau penerimaan keluarga mengenai masalah dan


kebutuhan kesehatan dengan cara : memberikan informasi, mengidentifikasi
kebutuhan dan harapan tentang kesehatan dan mendorong sikap emosi yang sehat
terhadap masalah.

b. Menstimulasi keluarga untuk memutuskan cara cara perawatan yang tepat


dengan cara : mengidentifikasi konsekuensi tidak melakukan tindakan,
mengidentifikasi sumber-sumber yang dimiliki keluarga dan mendiskusikan
tentang konsekuensi tiap tindakan.

c. Memberikan kepercayaan diri dalam merawat anggota keluarga yang sakit


dengan cara : mendemonstrasikan cara perawatan, menggunakan alat dan fasilitas
yang ada dirumah dan mengawai keluarga melakukan perawatan.

d. Membantu keluarga untuk menemukan cara bagaimana membuat


lingkungan menjadi sehat dengan cara : menemukan sumbersumber yang dapat
digunakan keluarga dan melakukan perubahan lingkungan keluarga seoptimal
mungkin.

e. Memotivasi keluarga untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada,


dengan cara : mengenalkan fasilitas kesehatan yang ada dilingkungan keluarga
dan membantu keluarga menggunakan fasilitas kesehatan yang ada.

Faktor penyulit dari keluarga yang dapat menghambat minat keluarga untuk
bekerjasama melakukan tindakan kesehatan :

a. Keluarga kurang memperoleh informasi yang jelas atau mendapatkan


informasi tetapi keliru
b. Keluarga mendapatkan informasi tidak lengkap, sehingga mereka melihat
masalah hanya sebagian.

c. Keliru tidak dapat mengkaitkan antara informasi yang diterima dengan


situasi yang dihadapi

d. Keluarga tidak mau menghadapi situasi.

e. Anggota keluarga tidak mau melawan tekanan dari keluarga atau sosial

f. Keluarga ingin mempertahankan suatu pola tingkah laku

g. Keluarga gagal mengkaitkan tindakan dengan sasaran atau tujuan upaya


keperawatan.

h. Kurang percaya dengan tindakan yang diusulkan perawat. Kesulitan dalam


tahap pelaksanaan dapat pula diakibatkan oleh faktor-faktor yang berasal dari
petugas, antara lain :

1. Petugas cenderung menggunakan satu pola pendekatan atau petugas kaku


dan kurang fleksibel

2. Petugas kurang memberikan penghargaan atau perhatian terhadap faktor-


faktor sosial budaya

3. Petugas kurang mampu dalam mengambil tindakan atau mengguanakan


bermacam-macam teknik dalam mengatasi masalah yang rumit.

6. Tahap Evaluasi

Sesuai rencana tindakan yang telah diberikan, dilakukan penilaian untuk melihat
kebersihannya. Bila tidak/belum berhasil perlu di susun rencana baru yang sesuai.
Semua tindakan keperawatan mungkin tidak dapat di lakukan dalam satu kali
kunjungan kekeluarga. Untuk itu dapat dilaksanakan secara bertahap sesuai
dengan waktu dan kesediaan keluarga. Langkah-langkah dalam mengevaluasi
pelayanan keperawatan yang diberikan baik kepada individu maupun keluarga
adalah :

1) Tentukan garis besar masalah kesehatan yang dihadapi dan bagaimana


keluarga mengatasi masalah tersebut

2) Tentukan bagaimana rumusan tujuan perawatan yang akan dicapai

3) Tentukan kriteria dan standart untuk evaluasi. Kriteria dapat berhubungan


dengan sumber-sumber proses atau hasil, tergantung kepada dimensi evaluasi
yang diinginkan
4) Tentukan metodeatau teknik evaluasi yang sesuai serat sumbersumber data
yang diperlukan

5) Bandingkan keadaan yang nyata (sesudah perawatan) dengan kriteria dan


standart untuk evaluasi

6) Identifikasi penyebab atau alasan penampilan yang tidak optimal atau


pelaksanaan yang kurang memuaskan

7) Perbaiki tujuan berikutnya. Bila tujuan tidak tercapai perlu ditentukan


alasan : mungkin tujuan tidak realistik, mungkin tindakan tidak tepat, atau
mungkin ada faktor lingkungan yang tidak dapat diatasi.

Macam-macam evaluasi : evaluasi kuantitatif dan evalusi kualitatif.

1) Evaluasi kuantitatif

Evaluasi kuantitatif dilaksanakan dalam kuantitas atau jumlah pelayanan atau


kegiatan yang telah dikerjakan. Contoh : jumlah keluarga yang dibina, jumlah
imunisasi yang telah diberikan. Evaluasi kuantitatif sering dipakai dalam
kesehatan karena lebih mudah dikerjakann bila dibandingkan dengan evaluasi
kualitatif. Pada evaluasi kuantitatif jumlah kegiatan dianggap dapat memberikan
hasil yang memuaskan.

2) Evaluasi kualitatif

Evaluasi kualitatif merupakan evaluasi mutu yang dapat difokuskan pada salah
satu dari tiga dimensi yang saling terkait yaitu :

a. Struktur atau sumber

Evaluasi struktur atau sumber terkait dengan tenaga manusia, bahan-bahan yang
diperlukan dalam pelaksanaan kegiatan. Dalam upaya keperawatan hal ini
menyangkut antara lain :

- Kecakapan atau kualifikasi perawat

- Minat atau dorongan

- Waktu atau tenaga yang dipakai

- Macam dan banyaknya peralatan yang dipakai


- Dana yang tersedia

b. Proses

Evaluasi proses berkaitan dengan kegiatan-kegiatan yang dilakukan untk


mencapai tujuan. Misalnya mutu penyuluhan kesehatan yang diberikan kepada
keluarga lansia dengan masalah nutrisi.

c. Hasil

Evaluasi ini difokuskan kepada bertambahnya kesanggupan keluarga dalam


melaksanakan tugas-tugas kesehatan.

a. Luasnya Evaluasi

Evaluasi sebagai proses dipusatkan pada pencapaian tujuan dengan


memperhatikan keberhasilan dari tindakan keperawatan yang telah diberikan.
Evaluasi dapat dipusatkan pada tiga dimensi :

1) Efisiensi atau ketepatgunaan

Evaluasi ini dikaitkan dengan sumber daya yang digunakan misalnya : uang,
waktu, tenaga, atau bahan.

2) Appropriateness atau kecocokan

Evaluasi ini dikaitkan dengan adakah kesesuaian antara tindakan keperawatan


yang dilakukan dengan pertimbangan profesional.

3) Adequacy atau kecukupan

Evaluasi ini dikaitkan dengan kelengkapan tindakan keperawatan yang dilakukan


untuk mencapai tujuan atau hasil yang diinginkan.

b. Kegiatan dan Evaluasi

Kegiatan adalah tindakan untuk mencapai tujuan. Dalam keperawatan kegiatan


adalah hal-hal yang dikerjakan oleh perawat untuk mencapai suatu hasil yang
diinginkan. Sedangkan hasil adalah akibat dari kegiatan yang telah dilakukan.
Hasil dari keperawatan pasien dapat diukur melalui 3 bidang :

1) Keadaan baik

Pada keadaan fisik baik dapat diobservasi melalui suhu tubuh turun, berat badan
naik, perubahan tanda klinik.

2) Psikologik sikap
Seperti perasaan cemas berkurang, keluarga bersikap positif terhadap petugas
kesehatan.

3) Pengetahuan perilaku

Misalnya keluarga dapat menjallankan petunjuk yang diberikan keluarga, dapat


menjelaskan manfaat dari tindakan keperawatan.

Tahapan evaluasi dapat dilakukan pula secara formatif dan sumatif. Wvaluasi
formatif adalah evaluasi yang dilakukan selama proses asuhan keperawatan
sedangkan evaluasi sumatif adalah evaluasi akhir.

BAB III

TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA Bp.Mj

DENGAN ANGGOTA KELUARGA(Bp. Mj) MENDERITA ASAM URAT

1.1. PENGKAJIAN, Senin 23 April 2012

a. Data Umum

1. Nama Kepala Keluarga : Bp.Mj


2. Jenis kelamin : Laki-laki

3. Umur : 43 tahun

4. Alamat : Mijen, Ungaran

5. Pekerjaan Kepala Keluarga : Tani

6. Pendidikan Kepala Keluarga: SD

7. Agama : Islam

8. Suku bangsa : Jawa

9. Komposisi keluarga

No Nama JK Hub dgn

KK Umur Pendidikan Agama Pekerjaan

1. Ny. R P Istri 41 th SD islam Ibu Rumah

tangga

2. An. N P Anak 26 th SMA Islam Swasta

3. An. P L Anak 23 th SMA Islam Swasta

10. Genogram

Keterangan:
Laki-laki

Perempuan

Klien sakit

Meninggal

Menikah

Pisah

Tinggal serumah

11. Tipe keluarga: Nuclear Family

12. Status sosial ekonomi keluarga: Cukup

13. Aktifitas rekreasi keluarga: Keluarga jarang pergi ketempat-tempat


rekreasi, terutama Bp. Mj, karena kondisi kesehatannya. untuk melepaskan
pikiran yang suntuk biasanya dengan mendengarkan radio.
b. Riwayat Tahap Perkembangan Keluarga

1. Tahap perkembangan keluarga saat ini: Keluarga dengan anak dewasa,


karena anak tertua berusia 26 tahun.

2. Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi: Kedua anak Bp. Mj


belum menikah.

3. Riwayat keluarga inti: Bp. Mj menderita asam urat sudah lama (sekitar
lebih dari 10 tahun). Saat ini kondisi sudah lebih baik, tetapi jika digunakan untuk
beraktivitas berlebihan kaki masih terasa nyeri . Istri Bp. Mj menderita sakit
Ginjal dan sekitar 5 bulan yang lalu meninggal. Kedua anak Bp.Mj dalam kondisi
sehat.

4. Riwayat keluarga sebelumnya: Kakak laki-laki Bp.Mj menderita asma.


Sedangkan riwayat penyakit keturunan maupun penyakit kronis yang lain seperti
Jantung, DM dan hipertensi tidak ditemukan.

c. Lingkungan

1. Karakteristik rumah :

a. Denah rumah :

Ruang belakang

Dapur

Kamar tidur

Ruang tamu

kamar tidur

Sumur
d. Keadaan lingkungan dalam rumah

Rumah keluarga Bp.Mj merupakan rumah permanen dengan status kepemilikan


pribadi. Dinding terbuat dari tembok dengan lantai semen. Penerangan yang
digunakan adalah listrik. Kondisi rumah rapi dan bersih.

c. Keadaan lingkungan di luar rumah

Halaman rumah cukup luas, ditanami pohon pisang. Untuk Sumber air bersih dan
air minum keluarga memiliki sumur gali yang digunakan bersama-sama dengan
keluarga kakaknya yang tinggal disebelah rumah Bp. Mj. Air bekas mandi dan
cucian hanya disalurkan ke pekarangan di belakang rumah dan terbuka. Untuk
pengelolaan sampah rumah tangga keluarga membuat lubang sampah terbuka dan
jika sudah penuh sampah dibakar.

2. Karakteristik tetangga dan komunitas: Jarak antar rumah saling dekat


masing-masing halaman tidak dipagar. Antar tetangga saling toleransi dan
mengenal satu sama lain.

3. Mobilitas geografis keluarga: Keluarga tinsggal menetap dirumah, tidak


berpindah-pindah.

4. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat: Keluarga tidak


memiliki acara khusus pertemuan keluarga yang rutin tetapi hanya sewaktu-
sewaktu jika ada acara di salah satu keluarga, atau saat lebaran.

5. Sistem pendukung keluarga: Saat ini anggota keluarga yang lain( An.P dan
An.n) dalam keadaan sehat, sehingga bisa merawat Bp.Mj dan bekerja untuk
mencukupi kebutuhan sehari-hari.

e. Struktur Keluarga

1. Pola komunikasi keluarga: Menurut Bp.Mj, Komunikasi dalam


keluarganya lancar tidak ada hambatan. Mereka terbiasa saling berkomunikasi
secara terbuka, terutama bila sedang berkumpul. Bahasa yang dipergunakan
sehari-hari adalah bahasa jawa.

2. Struktur kekuatan keluarga: Sebagai kepala keluarga, pengambilan


keputusan dipegang oleh Bp.Mj. tetapi mengingat kondisi kesehatannya, Bp.Mj
mempercayakan segala sesuatu kepada anaknya, termasuk juga hal-hal yang
terkait dengan hubungan kemasyarakatan. kedudukan masing-masing anggota
keluarga seimbang, tidak ada yang mendominasi atau mempengaruhi.

3. Struktur peran (formal dan informal): Kepala keluarga tetap dipegang oleh
Bp.Mj, tetapi sebagai pencari nafkah digantikan oleh anak laki-laki Bp.Mj. Tugas
rumah tangga dikerjakan oleh An. N. Selain sudah tua, kondisi kesehatan Bp. Mj
tidak memungkinkan lagi untuk bekerja.

4. Nilai dan norma keluarga: Nilai/norma yang dianut adalah nilai dan norma
suku Jawa, tidak ada norma-norma khusus yang berlaku di keluarga dan tidak ada
norma yang bertentangan dengan kesehatan.

f. Fungsi Keluarga

1. Fungsi biologis keluarga:

a. Kebersihan perorangan

Keluarga memiliki kebiasaan mandi 2 kali sehari, keramas 2 hari sekali, sikat gigi
2 kali sehari.

b. Pola makan dan minum

Keluarga biasa makan 3 kali sehari dengan makanan beraneka ragam. Bp.Mj
menghindari jenis makanan yang menyebabkan penyakitnya kambuh, seperrti
daun so, emping dan mlinjo, juga menghindari makan lele, karena jika makan lele
Bp.Mj merasakan kakinya nyeri-nyeri. Jarang minum susu.

c. Bp. Mj terbiasa istirahat lebih awal, dibandingkan anak-anaknya yaitu,


dari pukul 20.00 sampai dengan pukul 4.30 pagi, sedangkan An.p biasanya tiduur
arut malam sekitar pukul 22.00 WIB, apalagi jika mendapat dinas sore dan pulang
kerumah sudah malam.

2. Fungsi psikologis keluarga:

a. Keadaan emosi

Hubungan antar anggota keluarga baik dan cukup harmonis. Kedua anak Bp.Mj
sangat menyayanggi Bapaknya, mengingat mereka hanya tinggal memiliki Bp.Mj.
Selama ini tidak ada masalah yang menyebabkan hubungan antar anggota
keluarga menjadi renggang.

Keadaan emosi semua anggota keluarga stabil.

b. Pengambilan keputusan

Dalam pengambilan keputusan dibicarakan bersama, biasanya Bp.

Mj lebih menurut apa yang menjadi pendapat anak-anaknya.

c. Mencari pelayanan kesehatan


Dalam mencari pelayanan kesehatan, keluarga berobat ke Puskesmas atau Dokter
praktek tetapi disamping itu juga terbiasanya minum jamu-jamuan jawa/ramuan
tradisional, dalam upaya pencarian pengobatan tradisional ini Bp. Mj dibantu oleh
kakaknya yang tinggal disebelah rumah.

3. Fungsi sosial keluarga:

Hubungan dalam keluarga baik, hubungan dengan orang lain baik, Keluarga
Bp.Mj juga selalu aktif mengikuti kegiatan di masyarakat, seperti kerjabakti,
ronda dll. Tetapi tugas-tugas tersebut digantikan oleh An.P.

4. Fungsi spiritual:

a. Ketaatan beribadah: Keluarga Bp.Mj taat dalam menjalankan ibadah.

b. Keyakinan kesehatan: Keluarga Bp Mj yakin bahwa kesehatan adalah


nikmat dari Tuhan dan merupakan hal yang sangat penting agar aktivitas sehari-
hari dapat berjalan lancar.

5. Fungsi kultural:

a. Pengambilan keputusan: Dalam pengambilan keputusan berdasar


musyawarah, tidak berdasarkan pada adat tertentu.

b. Adat yang berpengaruh terhadap kesehatan: Dalam keluarga Bp Mj tidak


ada adat yang mempengaruhi serta tidak ada hal yang dianggap tabu dalam
masalah kesehatan.

6. Fungsi ekonomi:

Sumber penghasilan keluarga adalah dari kerja An.P dan An.N, karena mereka
belum menikah maka uang gaji digunakan untuk membantu kebutuhan hidup
sehari-hari. Dahulu sewaktu ibu masih ada, ibu berdagang warung kecil-kecilan,
tetapi sekarang warung tersebut diteruskan oleh keluarga kakak Bp.Mj.

8. Fungsi perawatan kesehatan:

a. Kemampuan keluarga mengenal masalah

Keluarga sudah mengetahui jika Bp.Mj menderita Asam urat dan sudah
mengupayakan berbagai macam usaha pengobatan tetapi belum mengetahui
tentang bagaimana perawatan dan pencegahan agar tidak semakin parah.

b. Kemampuan keluarga mengambil keputusan

Keluarga merasakan adanya masalah kesehatan dan menyadari jika penyakit asam
urat sangat dipengaruhi oleh pola makanan seharihari, oleh karena itu keluarga
berusaha untuk menghindari jenis makanan yang dipantang. Jika merasakan
gejala-gejala yang cukup serius keluarga segera membawa Bp. Mj ke Dokter
untuk periksa.

c. Kemampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit An.P dan


An.n sangat telaten merawat ayahnya, jika mendapat masukan baik dari tetangga
ataupun dari saudara-saudaranya, segera dipraktekkan untuk perbaikan kondisi
Bp.Mj. Keluarga juga melarang Bp.Mj untuk bekerja lagi.

d. Kemampuan keluarga memelihara lingkungan rumah

Keluarga memahami bahwa kebersihan rumah penting untuk kesehatan. Rumah


tampak rapi dan bersih. Tidak ada sampah berserakan.

e. Kemampuan keluarga memanfaatkan fasilitas kesehatan

Keluarga selalu membawa anggota keluarga yang sakit ke Puskesmas atau


langsung ke Dokter praktek. Tidak ada pengalaman yang kurang baik dengan
petugas kesehatan.

g. Stres Dan Koping Keluarga

1. Stresor jangka pendek dan jangka panjang: Bp.Mj merasa kondisinya saat
ini membebani kedua anaknya, padahal saat ini mereka seharusnya bisa
memikirkan diri mereka dan hasil kerjanya untuk kebutuhan-kebutuhan mereka.
Tetapi Bp.Mj sangat bersyukur memiliki anak yang sangat menyayanginya.

2. Kemampuan keluarga berespon terhadap situasi/stressor: Menurut Bp.Mj,


masalah yang terjadi sudah menjadi kehendak Tuhan. Keluarga sudah terbiasa
dengan kehidupan yang penuh cobaan sehingga mudah beradaptasi jika mendapat
masalah.

3. Strategi koping yang digunakan: Jika ada masalah dihadapi bersamasama,


berusaha untuk diselesaikan dengan berbagai usaha dan apapun akhirnya
diserahkan kepada Allah yang Maha Berkehendak.

h. Pemeriksaan Fisik Bp.Mj :

KU baik, Postur tubuh kurus, tinggi. Berat Badan : 45 Kg, TB: 166 cm

Tekanan darah : 130/80 mmHg, Nadi : 96x/mnt, Respirasi : 20x/mnt.

Konjuctiva tak tampak anemis,

Gerak reflek :positif


Paru-paru: suara paru bersih, rreguler, tidak ada ronchi,

Persendian kaki tampak mengkilap dan kemerahan, tidak


membengkak.

i. Harapan Keluarga

1. Persepsi keluarga terhadap masalah

Bp.Mj mengatakan bahwa masalah dalam kehidupan adalah hal yang lumrah, dan
sudah menjadi kehendak dari Tuhan. Sebagai manusia diberi kemampuan untuk
memecahkan setiap masalah yang dihadapi.

2. Harapan Keluarga terhadap Masalah

Keluarga mengharapkan agar kondisi kesehatan Bp.Mj semakin membaik,


meskipun tidak bisa sembuh total karena keluarga menyadari penyakit Bp.Mj
memang sudah kronis dan keluarga juga sangat mengharapkan tenaga kesehatan
yang saat ini berkunjung ke rumah bisa memberikan pengetahuan-pengetahuan
atau informasi kesehatan yang bermanfaat untuk meningkatkan status kesehatan
keluarga.

Skala Prioritas Masalah

a. Nyeri Kronis pada Bp. Mj b.d ketidakmampuan keluarga melakukan


perawatan pada anggota keluarga yang sakit

No Kriteria Hitungan Skor Pemberian


1. Sifat masalah : aktual 3/3 x 1 1 Saat ini Bp. Mj masih sering
merasakan nyeri, terutama kalau malam hari atau setelah beraktivitas.

meskipun tidak separah dahulu

2. Kemungkinan masalah dapat diubah: mudah 2/2 x 2 2


Dana ada, ada tindakan untuk mengatasi, fasilitas ada, pengetahuan
keluarga cukup

3. Potensi masalah untuk dicegah: cukup 2/3 x 1 2/3


Masalah sudah lama, ada upaya-upaya yang telah dilakukan, tidak ada
kelompok high risk.

4. Menonjolnya masalah: masalah berat harus segera ditangani 2/2 x 1


1 Bp. Mj menyatakan nyeri yang dirasakan sangat mengganggu dan
ingin diberi tahu bagaimana cara mengatasi.

Jumlah 4 2/3

b. Kurang Pengetahuan tentang perawatan penyakit pada keluarga Bp. Mj

b.d ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan (penyakit asam urat)

No Kriteria Hitungan Skor Pemberian

1. Sifat masalah : aktual 3/3 x 1 1 Saat ini Keluarga belum


mengetahui bagaiman perawatan yang benar bagi penderita asam urat.

2. Kemungkinan masalah dapat diubah: mudah 2/2 x 2 2


Dana ada, ada tindakan untuk mengatasi, fasilitas ada, pengetahuan
keluarga cukup, keluarga sangat tertarik dengan infformasi-informasi kesehatan

3. Potensi masalah untuk dicegah: cukup 2/3 x 1 2/3


Masalah sudah lama, ada upaya-upaya yang telah dilakukan

4. Menonjolnya masalah: masalah berat harus segera ditangani 1/2 x 1


1/2 Keluarga belum mengetahui cara perawatan yang benar tetapi
selama sudah berusaha merawat sesuai dengan saransaran yang diberikan saudara
dan para tetangga.

Jumlah 4 1/6
1.2. Diagnosa keperawatan sesuai dengan prioritas masalah

1. Nyeri Kronis pada Bp. Mj Keluarga Bp. Mj b.d ketidakmampuan keluarga


melakukan perawatan pada anggota keluarga yang sakit

2. Kurang Pengetahuan tentang perawatan penyakit pada keluarga Bp. Mj b.d


ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan (penyakit asam urat)

DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, L J.1997.Nursing Diagnosis: Aplication to Clinical Practice.


Philadelphia:Lippincott

Hurlock, E B.1980.Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang


Kehidupan.Jakarta:Erlangga
Marilyn M. Friedman1998.Keperawatan Keluarga Teori dan Praktik.Jakart:EGC

Mubarak, Wahid Iqbal.2006.Ilmu Keparawatan Komunitas 2 Teori da Aplikasi


dalam Praktik: Dengan Pendekatan Asuhan Keperawatan Komunitas, Gerontik
dan Keluarga.Jakarta:Sagung Seto

Anda mungkin juga menyukai