Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PENDAHULUAN

KESEHATAN JIWA PADA DEWASA

Disusun Oleh :
Windia Ari Ardani (2030031)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KEPANJEN
2020
KESEHATAN JIWA PADA DEWASA

1. Konsep Pertumbuhan dan Perkembangan


a. Pertumbuhan
Pertumbuhan adalah perubahan fisik dan peningkatan ukuran yang dapat
diukur secara kuantitatif. Indikator pertumbuhan meliputi tinggi badan,
berat badan, ukuran tulang, dan pertumbuhan gigi. Pola pertumbuhan
fisiologis sama untuk semua orang. Akan tetapi, laju pertumbuhan
bervariasi pada tahap pertumbuhan dan perkembangan yang berbeda.
b. Perkembangan
Perkembangan adalah peningkatan kompleksitas fungsi dan kemajuan
keterampilan. Perkembangan adalah kemampuan dan keterampilan yang
dimiliki individu untuk beradaptasi dengan linkungan. Perkembangan
merupakan aspek perilaku dari pertumbuhan.

2. Perkembangan Orang Dewasa


a. Karakteristik Perkembangan Orang Dewasa
Karakteristik perkembangan pada orang dewasa diantaranya adalah
sebagai berikut:
1. Perkembangan fungsi aspek-aspek fisik orang dewasa terus berjalan
sesuai dengan jenis pekerjaan, pendidikan, dan latihan serta hobi-hobi
aktivitas fisik. Usia dewasa merupakan usia yang secara fisik sangat
sehat, kuat, dan cekatan dengan tenaga yang cukup besar. Kekuatan dan
kesehatan ini sangat dipengaruhi oleh kemampuan ekonomi, kebiasaan
hidup, kebiasaan makan, dn pemeliharaan kesehatan.
2. Kualitas kemampuan berpikir kelompok dewasa muda terus berkembang
lebih meluas atau komprehensif dan mendalam. Perkembangan ini
tergantung pada pengetahuan dan informasi yang dikuasai. Semakin
tinggi dan luas ilmu pengetahuan, dan informasi yang dimiliki, semakin
tinggi kualitas kemampuan berpikir.
3. Pada masa dewasa, berlangsung pengalaman moral. Melalui pengalaman
moral, orang dewasa mengubah pemikiran-pemikiran moral menjadi
perbuatan moral.
4. Bekerja untuk pengembangan karier merupakan tuntutan dan
karakteristik utama dari masa dewasa.
b. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tumbuh Kembang
Beberapa faktor yang mempengaruhi tumbuh kembang orang dewasa
adalah sebagai berikut:
1. Faktor Genetik
a. Faktor keturunan-masa konsepsi
b. Bersifat tetap atau tidak berubah sepanjang kehidupan
c. Menentukan beberapa karakteristik seperti jenis kelamin, ras, rambut,
warna mata, pertumbuhan fisik, sikap tubuh, dan beberapa keunikan
psikologis seperti temperamen
2. Faktor Eksternal atau Lingkungan
Faktor eksternal mempengaruhi individu setiap hari mulai konsepsi
sampai akhir hayatnya dan sangat menentukan tercapai atau tidaknya
potensi bawaan. Faktor eksternal yang cukup baik akan memungkinkan
tercapainya potensi bawaan, sedangkan yang kurang baik akan
menghambatnya.
a. Keluarga
Fungsi keluarga yaitu sebagai tempat bertahan hidup, rasa aman,
perkembangan emosi dan sosial, penjelasan mengenai masyarakat dan
dunia, serta membantu mempelajari peran dan perilaku.
b. Kelompok teman sebaya
Lingkungan yang baru dan berbeda, memberi pola dan struktur
yang berbeda dalam interaksi dan komunikasi, dan memerlukan gaya
perilaku yang berbeda. Fungsi kelompok teman sebaya adalah sebagai
tempat belajar kesuksesan dan kegagalan, memvalidasi dan
menantang pemikiran dan perasaan, mendapatkan penerimaan,
dukugan dan penolakan sebagai manusia unik yang merupakan bagian
dari keluarga serta untuk mencapai tujuan kelompok dengan
memenuhi kebutuhan dan harapan.
c. Pengalaman hidup
Pengalaman hidup dan proses pembelajaran membiarkan individu
berkembang dengan mengaplikasikan apa yang telah dipelajari.
d. Kesehatan
Tingkat kesehatan merupakan respon individu terhadap lingkungan
dan respon orang lain pada individu. Kesehatan prenatal (sebelum
bayi lahir) memoengaruhi pertumbuhan dan perkembangan dari fetal
(janin). Ketidakmampuan untuk melaksanakan tugas-tugas
perkembangan karena kesehatan terganggu akan mengakibatkan
tumbuh kembang juga terganggu.
e. Lingkungan tempat tinggal
Musim, iklim, kehidupan sehari-hari dan stats sosial ekonomi juga
mempengaruhi perkembangan seseorang.
c. Perbedaan Individual Orang Dewasa
1. Faktor-faktor yang mempengaruhi perbedaan individual orang dewasa
adalah faktor lingkungan, pembawaan, dan pengalaman.
2. Unsur-unsur perbedaan individu yang disebabkan oleh perbedaan
lingkungan dan pembawaan adalah perbedaan dalam minat, kepribadian,
dan kecakapan (kecerdasan).
3. Penerimaan orang dewasa terhadap pengaruh lingkungan (pengalaman)
ditentukan oleh:
a. Kekuatan daya pendukung The IQ dan daya kendali dari super ego.
b. Cita-cita dan hasrat (Alfred Adler)
c. Kadar rasa harga diri (Kunkel)
d. Kesadaran pribadi dalam mempertahankan dan mengembangkan
dirinya (Stern).
e. Dengan subjektif terhadap partisipasinya dengan lingkungan (Rullo
May).
f. Kemampuan membaca situasi atau kerangka berpikir (Lewin).
g. Hubungan sosial di masa lalu (Rotter & Sullivan)

5. Dewasa Muda (20-40 Tahun)


a. Tahap Perkembangan
Dewasa muda disebut sebagai individu yang matur. Mereka sudah dapat
memikul tanggung jawab diri mereka sendiri dan mengharapkan hal uang
sama dari orang lain. Mereka menghadapi berbagai tugas dalam hidup
dengan sikap realistis dan dewasa, membuat keputusan dan bertanggung
jawab atas keputusan tersebut.
1. Perkembangan Fisik
Individu berada pada kondisi fisik yang prima diawal usia 20 tahun.
Semua sistem pada tubuh (seperti kardio vaskuler, penglihatan,
pendengaran, dan reproduktif) juga berfungsi pada efesiensi puncak.
Perubahan fisik pada tahap ini minimal, berat badan, dan masa otot dapat
berubah akibat diet dan olah raga.
2. Perkembangan Psikososial
Idvidu dewasa muda, menghadapi sejumlah pengalaman serta
perubahan gaya hidup yang baru saat beranjak dewasa, mereka harus
membuat pilihan mengenai pendidikan, pekerjaan, perkawinan, memulai
rumah tangga, dan untuk membesarkan anak. Tanggung jawab sosial
meliputi membentuk hubungan pertemanan yang baru dan menjalani
beberapa kegiatan di masyarakat. Beberapa perkembangan psikososial
pada dewasa muda, yaitu:
a. Berada pada tahap genital, yaitu ketika energi diarahkan untuk
mencapai hubungan seksual yang matur (mengacu pada teori Freud).
b. Memiliki tugas perkembangan berikut, mengacu pada pemikiran
Havighurst: memilih pasangan, belajar untuk hidup bersama
pasangan, membentuk sebuah keluarga, membesarkan anak, mengatur
rumah tangga, memulai suatu pekerjaan, memikul tanggung jawab
sebagai warga negara, menemukan kelompok sosial yang cocok.
3. Perkembangan Kognitif
Menurut Piaget meyakini bahwa struktur kognitif sempurna terjadi
kurang lebih sejak usia 11-15 tahun. Sejak periode tersebut, operasi
formal (contoh: membuat hipotesis) menandakan pemikiran selama masa
dewasa, egosentrismenya terus berkurang. Mereka mampu memahami
dan menyeimbangkan argumen yang diciptakan oleh logika dan emosi.
4. Perkembangan Moral
Pada periode ini, individu mampu memisahkan diri dari pengharapan
dan aturan-aturan orang lain, dan mendefinisikan moralitas terkait prinsip
moral. Saat mempersepsikan konflik dengan norma dan hukum
masyarakat, mereka membuat penilaian berdasarkan prinsip pribadi
mereka.
5. Perkembangan Spiritual
Pada periode ini, individu berfokus pada realitas. Individu dewasa
yang berusia 27 tahun dapat mengemukakan pertanyaan yang bersifat
filosofi mengenai spiritualitas dan menyadari akan hal spiritual tersebut.
Ajaran-ajaran agama yang diperoleh semasa kecil, sekarang dapat
diterima atau didefinisikan kembali.
b. Masalah Kesehatan
Masalah kesehatan yang muncul dan seringkali ditemui pada kelompok
usia ini meliputi kecelakaan, bunuh diri, penyalahgunaan zat, hipertensi,
penyakit menular seksual (PMS), penganiayaan terhadap wanita, dan
keganasan tertentu.
1. Kecelakaan
Cedera tidak sengaja (terutama tabrakan kendaraan bermotor)
merupakan penyebab kematian utama pada kelompok usia 1-44 tahun.
Oleh sebab itu pendidikan mengenai tindakan kewaspadaan keselamatan
dan pencegahan kecelaksaan merupakan peran utama perawat dalam
meningkatkan kesehatan orang dewasa muda.
2. Bunuh Diri
Bunuh diri merupakan penyebab kelima kematian pada individu
dewasa muda di AS (Murray & Zentner, 2001 dalam Kozier dkk, 2011).
Secara umum, tindakan bunuh diri disebabkan oleh ketidakmampuan
individu dewasa muda untuk menghadapi berbagai tekanan, tanggung
jawab, dan tuntutan di masa dewasa. Peran perawat dalam mencegah
upaya bunuh diri meliputi mengidentifikasi perilaku yang
mengindikasikan masalah potensial, depresi, bebrbagai keluhan fisik
seperti penurunan berat badan, gangguan tidur, dan gangguan
pencernaan, penurunan minat dalam peran sosial dan pekerjaan, serta
seringnya individu mengurung diri, menyediakan informasi mengenai
tanda awal bunuh diri dalam program pendidikan. Apabila
terindentifikasi berisiko melakukan buh diri maka harus dirujuk ke
profesional kesehatan jiwa atau pusat penenangan kritis.
3. Hipertensi
Masalah ini dipengaruhi oleh faktor keturunan, merokok, obesitas,
diet tinggi-natrium, dan tingkat stres yang tinggi.
4. Penyalahgunaan Zat
Penyalahgunaan zat merupakan ancaman utama terhadap kesehatan
individu dewasa muda. Alkohol, mariyuana, amfetamin, dan kokain
misalnya, dapat menimbulkan perasaan bahagia pada individu yang
memiliki masalah penyesuain dan akan berakibat buruk pada masalah
kesehatan di kemudian hari. Sebagai contoh, penyalahgunaan obat
selama kehamilan dapat menyebabkan gangguan pada janin, penggunaan
alkohol dalam waktu yang lama dapat menimbulkan penyakit berbahaya.
Strategi perawat berkaitan penyalahgunaan obat meliputi penyuluh
tentang komplikasi penggunaan obat itu, upaya pengubahan sikap
individu terhadap penyalahgunaan obat, dan konseling tentang berbagai
masalah yang menyebabkan penyalahgunaan obat.
5. Penyakit Menular Seksual (PMS)
PMS seperti AIDS, sifilis, gonore merupakan jenis infeksi yang umum
terjadi pada individu dewasa muda. Fungsi perawat disini terutama
sebagai pendidik.
6. Kekerasan
Tindakan pembunuhan akibat kekerasan merupakan penyebab kedua
kematian pada kaum muda yang berusia 15-24 tahun.
7. Penganiayaan Terhadap Wanita
Masalah ini terjadi pada keluarga di seluruh tingkat sosioekonomi.
Kondisi stres yang memicu keluarga untuk melakukan penganiayaan
meliputi masalah keuangan, perpisahan keluarga, dan dukungan
masyarakat, serta isolasi fisik dan sosial. Perawat yang menangani wanita
tersebut harus:
a. Memiliki komunikasi terbuka yang mendorong mereka
mengemukakan masalah.
b. Membantu mereka meningkatkan harga dirinya.
c. Terus mendukung dan mendidik wanita agar memahami sebab dan
akibat perilaku kekerasan dan penganiayaan.
8. Keganasan
Masalah kegansan yang sering muncul pada pria usia 20-34 tahun
adalah kanker testis. Pemeriksaan testis harus diadakan sebulan sekali
sebagai identifikasi dini terjadinya kanker skrotum (Barkauskas ddk.,
2020 dalam Kozier, 2011). Sedangkan pada wanita adalah kanker
payudara yang mneingkat setelah usia 30 tahun. Kanker payudara
merupakan penyebab kematian uatama yang terjadi pada wanita.
6. Dewasa Menengah Atau Paruh Baya (40-65 Tahun)
a. Tahap Perkembangan
1. Perkembangan Fisik
Pada perkembangan ini, banyak perubahan fisik yang terjadi, antara
lain sebagai berikut:
a. Penampilan
Rambut mulai tipis dan beruban, kelembapan kulit berkurang, muncul
kerutan pada kulit, jaringan lemak diretribusikan kembali sehingga
menyebabkan deposit lemak di area abdomen.
b. Sistem Muskuloskeletal
Masa otot skeletal berkurang sekiat usia 60 tahun. Penipisan diskus
interverbal menyebabkan penurunan tinggi badan sekitar 1 inci.
Kehilangan kalsium dari jaringan tulang lebih sering terjadi pada
wanita pasca menstruasi. Otot tetap bertumbuh sesuai penggunaan.
c. Sistem Kardiovaskular
Pembuluh darah kehilangan elastisitasnya dan menjadi lebih tebal.
d. Presepsi Sensori
Ketajman visual menurun, seringkali terjadi diakhir usia 40 tahun,
khususnya untuk penglihatan dekat (presbiopia). Ketajaman
pendengaran untuk suara frekuensi tinggi juga menurun (presbikusis),
khususnya pada pria. Sensasi perasa juga berkurang.
e. Metabolisme
Metabolisme lambat, menyebabkan kenaikan berat badan.
f. Sistem Pencernaan
Penurunan tonus usus besar secara bertahap dapat menyebabkan
kecenderungan terjadinya konstipasi pada individu.
g. Sistem Perkemihan
Unit nefron berkurang selama periode ini, dan laju filtrasi glomelurus
menurun.
h. Seksualitas
Perubahan hormonal terjadi pada pria maupun wanita.
2. Perkembangan Psikososial
Menurut Havighurst, individu paruh baya memiliki tugas
perkembangan psikososial sebagai berikut:
1. Memenuhi tanggung jawab sebagai warga negara dewasa dan
tanggung jawab sosial.
2. Memebangun dan mempertahankan standar ekonomi hidup.
3. Memebnatu anak yang beranjak remaja untuk menjadi individu
dewasa yang bahagia dan bertanggung jawab.
4. Mengemabngkan berbagai aktivitas untuk mnegsisi waktu luang.
5. Berinteraksi dengan pasangan sebagai seorang individu.
6. Menerima dan menyesuaikan perubahan fisik di masa paruh baya.
7. Menyesuaikan diri dengan orang tua yang mulai lansia.
3. Perkembangan Kognitif
Kemampuan kognitif dan intelektual di masa paruh baya tidak banyak
mengalami perubahan. Proses kognitif meliputi waktu rekreasi, memori,
persepsi, pembelajran, pemecahan masalah, dan kreativitas.
4. Perkembangan Moral
Pada tahap ini, individu perlu memeliki pengalaman yang luas tentang
pilihan moral personal serta tanggung jawab.
5. Perkembangan Spiritual
Pada tahap ini, individu dapat memandang “kebenaran” dari sejumlah
sudut pandnag. Mereka cenderung tidak terlalu fanantik terhadap
keyakinan agama dan agama seringkali memberikan lebih banyak
kenyamanan pada dari individu di masa ini dibandingkan sebelumnya.
Individu kerap kali bergantung pada keyakinan spiritual untuk membantu
mereka mneghadapi penyait, kematian, dan tragedi.
b. Masalah Kesehatan
Risiko munculnya masalah kesehatan pada kelompok usia ini lebih besar
daripada kelompok usia dewasa muda, antara lain:
1. Kecelakaan
Faktor perubahan fisiologis dan kekhawatiran terhadap tanggung
jawab personal dan pekerjaan dapat meningkatkan angka kecelakaan
pada individu paruh baya, terutama kecelakaan kendaraan bermotor.
2. Kanker
Kanker merupakan penyebab kematian kedua para individu yang
berusia antara 25 dan 64 tahun di AS. pria memiliki insiden penyakit
kanker paru dan kandung kemih yang tinggi. Pada wanita, penyakit
payudara menempati posisi tertinggi, diikuti kanker kolon dan rektum,
uterus, dan kanker paru.
3. Penyakit Kardiovaskular
Penyakit jantung koroner merupakan penyebab kematian utama di AS.
faktor penyebabnya meliputi merokok, obesitas, hipertensi, diabetes
melitus, gaya hidup kurang gerak riawayar keturunan atau riwayat
kematian mendadak pada ayah saat berusia kurang dari 55 tahun atau ibu
saat berusia kurang dari 65 tahun, serta faktor usia individu.
4. Obesitas
Obesitas merupakan faktor risiko untuk banyak penyakit kronis seperti
diabetes dan hipertensi. Klien harus mencegah obesitas dengan
mengurangi asupan kalori dan berolahraga secara teratur.
5. Alkoholisme
Penggunaan alkohol yang berlebihan dapat mengakibatkan masalah
pengangguran, keretakan dalam rumah tangga, kecelakaan, dan berbagai
penyakit.
6. Perubahan Kesehatan Mental
Stresor perkembangan seperti menopause, penuaan, dan masa
pensium yang semakin dekat, serta stresor situasional seperti perceraian,
pengangguran, dan kematian pasangan, dapat memicu peningkatan
depresi di masa paruh baya. Klien dapat memperoleh manfaat dari
kelompok pendukung atau terapi individu untuk mengatasi masalah ini.

7. Dewasa Tua Atau Lansia (Lebih Dari 65 Tahun)


a. Tahap Perkembangan
1. Perkembangan Psikososial
Menurut Erikson, tugas perkembangan di masa ini adalah integritas
ego versus putus asa. Seseorang yang mencapai integritas ego
memandang kehidupan dengan perasaan utuh dan meraih kepuasan dari
keberhasilan yang dicapai di masa lalu. Mereka memandang kematian
sebagai akhir kehidupan yang dapat diterima. Sebaiknya, orang yang
putus asa sering kali merasa pilihannya salah dan berharap dapat
mengulang kembali waktu. Tugas perkembangan lansia menurut Peck
tahun 1968, antara lain:
a. Usia 65-75 tahun
1. Menyesuaikan diri dengan kesehatan dan kekuatan fisik yang
menurun.
2. Menyesuaikan diri dengan masa pensiun dan penghasilan yang
menurun.
3. Menyesuaikan diri dengan kematian orang tua, pasangan, dan
teman.
4. Menyesuaikan diri dengan hubungan yang baru bersama anak-anak
yang sudah dewasa.
5. Menyesuaikan diri dengan waktu luang.
6. Menyesuaikan diri dengan respons fisik dan kognitif yang
melambat.
b. Usia 75 tahun atau lebih
1. Beradaptasi dengan situasi “hidup sendiri”
2. Menjaga kesehatan fisik dan mental
3. Menyesuaikan diri dengan kemungkinan tinggal di panti jompo
4. Tetap berhubungan dengan anggota keluarga lain
5. Menemukan makna hidup
6. Mengurus akan kematiannya kelak
7. Tetap aktif dan terlibat dalam aktivitas
8. Membuat perencanaan hidup yang memuaskan seiring penuaan
2. Perkembangan Kognitif
Perubahan pada struktur kognitif berlangsung seiring bertambahnya
usia. Diyakini bahwa terjadi penurunan jumlah neuron yang progresif.
Selain itu, aliran darah ke otak menurun, dan metabolisme otak
melambat. Penurunan intelktual umumnya mencerminkan proses
penyakit seperti arterosklerosis. Pada lansia, proses penarikan onformasi
dari memori jangka panjang dapat menjadi lebih lambat. Lansia
cenderung melupakan kejadian yang baru saja berlalu. Dan mereka
memerlukan waktu yang lebih banyak dalam belajar.
3. Perkembangan Moral
Kebanyakan lansia berada pada tingkat prakonvensional
perkembangan moral, mereka mematuhi setiap aturan agar tidak
menyakiti atau menyusahkan orang lain. Sedangkan pada tingkat
konvensional, mereka mengikuti kaidah sosial yang berlaku sebagai
respons terhadap harapan orang lain.
4. Perkembangan Spiritual
Carson (1989) mengemukakan bahwa agama “memberi makna baru
bagi lansia, yang dapat memberikan kenyamanan, penghiburan, dan
penguatan dalam kegiatan keagamaan”. Banyak lansia memiliki
keyakinan agama yang kuat dan terus menghadiri pertemuan atau ibadah
keagamaan. Keterkaitan lansia dalam hal keagamaan kerap membantu
mereka dalam mengatasi berbagai masalah yang berkiatan dengan makna
hidup, kesengsaraan, atau nasib baik.
c. Masalah Kesehatan
Masalah kesehatan yang mungkin dialami oleh lansia, diantaranya
sebagai berikut:
1. Kecelakaan
Pencegahan kecelakaan merupakan fokus perhatian utama bagi lansia.
Healthy People (2010) melaporkan bahwa sebanyak 87% dari seluruh
kasus fraktur yang terjadi pada lansia di atas 65 tahun disebabkan oleh
insiden jatuh. Karena penurunan fungsi penglihatan, refleks yang
semakin lambat, dan kondisi tulang yang rapuh, lansia harus selalu
berhati-hati pada saat menaiki anak tangga, mengemudikan mobil, dan
bahkan saat berjalan.
2. Penyakit Ketunadayaan Kronik
Penyakit ini dapat menimbulkan gangguan fungsi yang serius seperti
artritis, osteoporosis, penyakit jantung, stroke, perubahan penglihatan dan
pendengaran, pneumonia, fraktur, trauma akibat jatuh, atau insiden
lainnya yang menyebabkan masalah kesehatan kronis.
3. Penggunaan dan Penggunasalahan Obat
Lansia yang menderita satu jenis penyakit kronis lebih kerap
memerlukan obat-obatan. Kerumitan yang ditemui dalam pemberian
penggunasalahan, seperti mengonsumsi obat terlalu banyak atau terlalu
sedikit, mengonsumsi obat bersama alkohol, mengonsumsi obat resep
bersama obat bebas, atau mengonsumsi obat milik orang lain tanpa
sengaja.
4. Alkoholisme
Mengonsumsi alkohol selama bertahun-tahun membawa pengaruh
buruk pada semua sistem tubuh, menyebabkan kerusakan progresif pada
hati dan ginjal, merusak lambung dan organ lain yang terkait, serta
memperlambat respons mental yang kerap mengakibatkan kecelakaan
dan kematian.
5. Demensia
Demensia merupakan proses yang membahayakan dan berlangsung
lambat, yang mengakibatkan hilangnya fungsi kognitif secara progresif.
Tipe dimensia yang paling sering ditemui adalah penyakit Alzheimer.
6. Penganiayaan Lansia
Penganiayaan lansia yang paling sering terjadi adalah pada wanita di
atas usia 75 tahun yang mengalami gangguan fisik atau mental dan
bergantung pada pelaku dalam perawatan diri. Penganiayaan dapat
berupa penganiayaan fisik, psikologis, atau emosi penganiayaan seksual,
penganiayaan keuangan, dan pelanggaran terhadap HAM. Secara
psikologis, lansia dapat mengalami kekerasan verbal, ancaman,
oenghinaan, atau ejekan. Penganiayaan atau pengabaian lansia dapat
terjadi di rumah pribadi, penampungan lansia, umah sakit, atau fasilitas
layanan jangka panjang.

8. Fase-Fase Interaksi Dalam Asuhan Keperawatn Sehat Jiwa Klien Dewasa


a. Pra-Interaksi
Dimulai sebelum kontak pertama dengan pasien. Perawat
mengeksplorasikan perasaan, fantasi, dan ketakutannya, sehingga kesadaran
dan kesiapan perawat untuk melakukan hubungan dengan klien dapat
dipertanggung jawabkan. Tugas tambahan pada fase ini adalah mendapatkan
informasi tentang klien dan menentukan kontak pertama.
b. Perkenalan atau Orientasi
Dalam memulai hubungan, tugas utama adalah membina rasa percaya,
penrimaan, dan pengertian, komunikasi yang terbuka dan perumusan
kontrak dengan pasien. Elemen-elemen kontrak perlu diuraikan dengan jelas
pada klien sehingga kerjasama perawat-pasien dapat optimal. Diharapkan
pasien berperan serta secara penuh dalam kontrak, namun pada kondisi
tertentu, misalnya pasien dengan gangguan realita maka kontrak dilakukan
sepihak dan perawat perlu mengulang kontrak jika kontrak realitas pasien
meningkat.
c. Fase Kerja
Pada fase kerja, perawat dan pasien mengeksplorasi stessor yang tepat
dan mendorong perkembangan kesadaran diri dengan menghubungkan
persepsi, pikiran, perasaan, dan perbuatan klien. Perawat membantu pasien
mengatasi kecemasan, meningkatkan kemandirian dan tanggung jawab diri
sendiri, serta mengembangkan mekanisme koping yang konstruktif.
Perubahan perilaku yang maladaptif menjadi merupakan fokus fase ini.
d. Terminasi
Terminasi merupakan fase yang sangat sulit dan penting dalam hubungan
terapeutik. Rasa percaya dan hubungan intim yang terapeutik sudah terbina
dan berada dalam tingkat yangboptimal (Dalami, Ernawati, dkk, 2009).
Kriteria penetapan kesiapan pasien untuk terminasi yaitu:
1. Klien mengalami kelegaan dari masalah yang ada
2. Fungsi klien sudah meningkat
3. Harga diri klien meningkat dan rasa identitas diri yang kuat
4. Klien menggunakan respon koping yang lebih adaptif
5. Klien telah mencapai hasil asuhan yang telah direncanakan
6. Kendala sudah ditemukan dalam hubungan perawat-klien yang tidak
dapat diselesaikan (Stuart & Gail, 2016)
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA PADA DEWASA
Pengkajian Diagnosa Kriteria Hasil Intervensi Implementasi Evaluasi
Keperawatan
Data Subjektif: Kesiapan Peran menjadi orang Dukungan koping keluarga Mengobservasi Klien mampu
1. Klien peningkatan tua Definisi: memfasilitasi  Mengidentifikasi mengatasi
mengatakan menjadi orang tua Definisi: kemampuan peningkatan nilai-nilai, respons emosional menerima
merasa berhubungan orang tua memberi minat, dan tujuan dalam terhadap kondisi saat perannya
belum siap dengan lingkungan bagi anak keluarga. ini sebagai
menjadi mengekspresikan atau anggota keluarga Observasi  Mengidentifikasi beban seorang ayah
seorang ayah keinginan untuk yang cukup, untuk  Identifikasi respons prognosis secara (kepala
Data Objektif: meningkatkan memfasilitasi emosional terhadap psikologis keluarga)
1. Klien tampak peran menjadi pertumbuhan dan kondisi saat ini  Mengidentifikasi
bingung akan orang tua ditandai perkembangan  Identifikasi beban pemahaman tentang
perannya dengan klien belum prognosis secara keputusan perawatan
sebagai siap menjadi Tujuan: psikologis stelah pulang
orang tua seorang ayah dan Setelah diberikan  Identifikasi  Mengidentifikasi
tampak bingung tindakan keperawatan pemahaman tentang kesesuaian antara
bagaimana cara selama 3x24 jam keputusan perawatan harapan pasien,
menjadi seorang diharapkan kesiapan stelah pulang keluarga, dan tenaga
ayah peningktan menjadi  Identifikasi kesesuaian kesehatan
orang tua membaik antara harapan pasien, Memberikan terapeutik
keluarga, dan tenaga  Mendengarkan
Kriteria Hasil: kesehatan masalah, perasaan, dan
 Bouding Terapeutik pertanyaan keluarga
attachment  Dengarkan masalah,  Menerima nilai-nilai
 Perilaku positif perasaan, dan keluarga dengan cara
menjadi orang tua pertanyaan keluarga yang tidak menghakimi
 Interaksi  Terima nilai-nilai  Mendiskusikan rencana
perawatan bayi keluarga dengan cara medis dan perawatan
yang tidak menghakimi  Memfasilitasi
Penilaian:  Diskusikan rencana pengungkapan perasaan
1. Menurun=1 medis dan perawatan antara pasien dan
2. Cukup menurun=2  Fasilitasi keluarga atau antar
3. Sedang=3 pengungkapan perasaan anggota keluarga
4. Cukup antara pasien dan  Memfasilitasi
mneingkat=4 keluarga atau antar pengambilan keputusan
5. Meningkat=5 anggota keluarga dalam merencanakan
 Fasilitasi pengambilan perawatan jangka
keputusan dalam panjang, jika perlu
merencanakan  Memfasilitasi anggota
perawatan jangka keluarga dalam
panjang, jika perlu mengidentifikasi dan
 Fasilitasi anggota menyelesaikan konflik
keluarga dalam nilai
mengidentifikasi dan  Memfasilitasi
menyelesaikan konflik pemenuhan kebutuhan
nilai dasar keluarga
 Fasilitasi pemenuhan  Memfasilitasi anggota
kebutuhan dasar keluarga melalui proses
keluarga kematian dan berduka,
 Fasilitasi anggota jika perlu
keluarga melalui proses  Memfasilitasi
kematian dan berduka, memperoleh
jika perlu pengetahuan,
 Fasilitasi memperoleh keterampilan, dan
pengetahuan, peralatan yang
keterampilan, dan diperlukan untuk dapat
peralatan yang memberikan perawatan
diperlukan untuk dapat  Menghargai dan
memberikan perawatan dukung mekanisme
 Hargai dan dukung koping adaptif yang
mekanisme koping digunakan
adaptif yang digunakan  Memberikan
 Berikan kesempatan kesempatan berkunjung
berkunjung bagi bagi anggota keluarga
anggota keluarga Mengedukasi
Edukasi  Menginformasikan
 Informasikan kemajuan kemajuan pasien secara
pasien secara berkala berkala
 Informasikan fasilitas  Menginformasikan
perawatan kesehatan fasilitas perawatan
yang tersedia kesehatan yang tersedia
Kolaborasi Berkolaborasi
 Rujuk untuk terapi  Merujuk untuk terapi
keluarga, jika perlu keluarga, jika perlu
Data Subjektif: Ansietas Tingkat ansietas Reduksi Ansietas Mengobservasi Klien mampu
1. Klien berhubungan Definisi: kondisi Definisi: meminimalkan  Mengidentifikasi saat mengatasi
mengatakan dengan kebutuhan emosi dan kondisi individu dan tingkat ansietas kecemasan
penghasilann tidak tercukupi pengalaman subyektif pengalaman subyektif berubah
ya dari ditandaii dengan terhadap objek yang terhadap objek yang tidak  Mengidentifikasi
pekerjaannya tampak gelisah tidak jelas dan spesifik jelas dan spesifik akibat kemampuan
belum akibat antisipasi antisipasi bahaya yang mengambil keputusan
mencukupi bahaya yang memungkinkan individu  Memonitor tanda-tanda
kebutuhan memungkinkan melakukan tindakan untuk ansietas
keluarganya individu melakukan menghadapi ancaman Memberikan terapeutik
Data Objektif: tindakan untuk Observasi  Menciptakan suasana
1. Klien tampak menghadapi ancaman  Identifikasi saat tingkat terapeutik untuk
ragu, ansietas berubah menumbuhkan
khawatir, dan Tujuan:  Identifikasi kepercayaan
gelisah Setelah dilakukan kemampuan  Menemani pasien
bagaimana tindakan keperawatan mengambil keputusan untuk mengurangi
cara selama 3x24 jam  Monitor tanda-tanda kecemasan, jika
mencukupi diharapkan tingkat ansietas memungkinkan
kebutuhan ansietas menurun Terapeutik  Memahami situasi yang
keluarganya  Ciptakan suasana membuat ansietas
Kriteria Hasil: terapeutik untuk  Mendengarkan dengan
 Verbalisasi menumbuhkan penuh perhatian
kebingungan kepercayaan  Menggunakan
 Verbalisasi  Temani pasien untuk pendekatan yang
khawatir akibat mengurangi tenang dan meyakinkan
kondisi yang kecemasan, jika  Menempatkan barang
dihadapi memungkinkan pribadi yang meberikan
 Perilaku gelisah  Pahami situasi yang kenyamanan
 Perilaku tegang membuat ansietas  Memotivasi
 Dengarkan dengan mengidentifikasi situasi
Penilaian: penuh perhatian yang memicu
1. Meningkat=1  Gunakan pendekatan kecemasan
2. Cukup yang tenang dan  Mendiskusikan
meningkat=2 meyakinkan perencanaan realitis
3. Sedang=3  Tempatkan barang tentang peristiwa yang
4. Cukup menurun=4 pribadi yang meberikan akan datang
5. Menurun=5 kenyamanan Mengedukasi
 Motivasi  Menjelaskan prosedur,
mengidentifikasi situasi termasuk sensasi yang
yang memicu mungkin dialami
kecemasan  Menginformasikan
 Diskusikan secara faktual
perencanaan realitis mengenai diagnosis,
tentang peristiwa yang pengobatan, dan
akan datang prognosis
Edukasi  Menganjurkan keluarga
 Jelaskan prosedur, untuk tetap bersama
termasuk sensasi yang pasien, jika perlu
mungkin dialami  Menganjurkan
 Informasikan secara melakukan kegiatan
faktual mengenai yang tidak kompetitif,
diagnosis, pengobatan, sesuai kebutuhan
dan prognosis  Menganjurkan
 Anjurkan keluarga mengungkapkan
untuk tetap bersama perasaan dan persepsi
pasien, jika perlu  Melatih kegiatan
 Anjurkan melakukan penglihatan untuk
kegiatan yang tidak mengurangi ketegangan
kompetitif, sesuai  Melatih penggunaan
kebutuhan mekanisme diri yang
 Anjurkan tepat
mengungkapkan  Melatih tekinik
perasaan dan persepsi relaksasi
 Latih kegiatan Berkolaborasi
penglihatan untuk  Berkolaborasi
mengurangi ketegangan pemberian obat
 Latih penggunaan antiansietas, jika perlu
mekanisme diri yang
tepat
 Latih tekinik relaksasi
Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian
obat antiansietas, jika
perlu
DAFTAR PUSTAKA

Dariyo, Agnes. (2003). Proses Perkembangan Dewasa Muda. Jakarta: PT


Gramedia Widiasarana.
Hurlock, Elizabeth B. (1980). Development Psycology A Life-Spon Approach.
New York: Mc Grow-Hill.
Hurlock. (1999). Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang
Kehidupan. Edisi Kimia.
PPNI. (2016). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator
Diagnostik. Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.
PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan
Keperawatan. Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.
PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria
Hasil Keperawatan. Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.
Santrock, J. W. (2002). Life Spon Development (Perkembangan Masa Hidup).
Jilid 2. Penerjemah Chusatri dan Dimanik). Jakarta: Erlangga.

Anda mungkin juga menyukai