Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN

PADA ANAK DENGAN BRONKOPNEUMONIA DI R. EMPU TANTULAR


RSUD KANJURUHAN

Disusun Oleh :
Windia Ari Ardani (2030031)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS PROGAM PROFESI


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KEPANJEN
TAHUN AKADEMIK 2021
BRONKOPNEUMONIA

1. Definisi
Bronkopneumonia disebut juga pneumonia lobularis yaitu suatu
peradangan pada parenkim paru yang terlokalisir yang biasanya mengenai
bronkiolus dan juga mengenai alveolus disekitarnya, yang sering menimpa
anak-anak dan balita. Bronkopneumonia lebih sering merupakan infeksi
sekunder terhadap berbagai keadaan yang melemahkan daya tahan tubuh
tetapi bisa juga sebagai infeksi primer yang biasanya kita jumpai pada anak-
anak dan orang dewasa (Bradley et.al., 2011).
Bronkopneumania adalah peradangan pada parenkim paru yang melibatkan
bronkus atau bronkiolus yang berupa distribusi berbentuk bercak-bercak
(patchy distribution). Pneumonia merupakan penyakit peradangan akut pada
paru yang disebabkan oleh infeksi mikroorganisme dan sebagian kecil
disebabkan oleh penyebab non-infeksi yang akan menimbulkan konsolidasi
jaringan paru dan gangguan pertukaran gas setempat (Bradley et.al., 2011).
Pneumonia adalah peradangan yang mengenai parenkim paru, distal dari
bronkiolus terminalis yang mencakup bronkiolus respiratorius, alveoli, serta
menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan menimbulkan gangguan
pertukaran gas setempat. (Zul, 2001).
Bronkopneumonia digunakan untuk menggambarkan pneumonia yang
mempunnyai pola penyebaran berbercak, teratur dalam satu atau lebih area
terlokalisasi didalam bronki dan meluas ke parenkim paru yang berdekatan
disekitarnya. Pada bronkopneumonia terjadi konsolidasi area berbercak.
(Smeltzer, 2001).
2. Etiologi
1. Faktor Infeksi
a. Bakteri
Pneumonia bakteri biasanya didapatkan pada usia lanjut. Organisme gram
seperti : Steptococcus pneumonia, S. aerous, steptococcus pyogenesis.
Bakteri gram negatif seperti Haemophilus influenza, klebsiella pneumonia
dan P. Aeruginosa.
b. Virus
Disebabkan oleh virus influenza yang menyebar melaluitransmisi droplet.
Cytomegalovirus dalam hal ini dikenal sebagai penyebab utama pneumonia
virus.
c. Jamur
Infeksi yang disebabkan jamur seperti histoplasmosis menyebar melalui
penghirupan udara yang mengandung spora dan biasanya ditemukan pada
kotoran burung, tanah serta kompos.
d. Protozoa
Menimbulkan terjadinya Pneumocystis carinii pneumonia (PCP).
Biasanya menjangkiti pasien yang mengalami immunosupresi. (Reeves,
2001).
2. Faktor Non Infeksi
Terjadi akibat disfungsi menelan atau refluksiesophagus meliputi:
Bronkopneumonia hidrokarbon yang terjadi oleh karena aspirasi selama
penelanan muntah atau sonde lambung (zat hidrokarbon seperti pelitur, minyak
tanah dan bensin).
Bronkopneumonia lipoid biasa terjadi akibat pemasukan obat yang
mengandung minyak secara intranasal, termasuk jeli petroleum. Setiap keadaan
yang menganggu mekanisme menelan seperti palatoskizis, pemberian makanan
dengan posisi horizontal, atau pemaksaan pemberian makanan seperti inyak
ikan pada anak yang sedang menangis. Keparahan penyekit tergantung pada
jenis minyak yang terinhalasi.
3. Manifestasi Klinis
1. Kesulitan dan sakit pada saat pernafasan.
a. Nyeri pleuritik
b. Nafas dangkal dan mendengkur
c. Takipneu
2. Bunyi nafas diatas area yang mengalami kinsolidasi
a. Mengecil kemudian menjadi hilang
b. Krekels, ronki, egofoni
3. Gerakan dada tidak simetris
4. Menggigil dan demam (38,8-41,1 Celcius)
5. Diafoesis
6. Anoreksia
7. Malaise
8. Batuk kental, produktif
a. Sputum kuning kehijauan, kemudian berubah menjadi kemerahan atau
berkarat.
9. Gelisah
10. Sianosis
a. Area sirkumoral
b. Dasar kuku kebiruan
11. Masalah-masalah psikososial: disorientasi, ansietas, takut mati.

4. Patofisiologi
Sebagian besar penyebab dari bronkopneumonia ialah mikroorganisme (jamur,
bakteri, virus) dan sebagian kecil oleh penyebab lain seperti hidrokarbon (bensin,
minyak tanah, dan sejenisnya). Serta aspirasi (masuknya isi lambung kedalam
saluran nafas). Awalnya mikroorganisme bisa masuk melalui percikan ludah
(droplet) infasi ini dapat masuk ke saluran pernafasan atas dan menimbulkan
reaksi imunologis dari tubuh. Reaksi ini menyebabkan peradangan, dimana ketika
terjadi peradangan ini tubuh dapat menyesuaikan diri maka timbullah gejala
demam pada penderita.
Reaksi peradangan ini dapat menimbulkan secret. Semakin lama secret semakin
menumpuk di bronkus maka aliran bronkus menjadi semakin sempit dan pasien
dapat merasa sesak. Tidak hanya terkumpul dibronkus, lama kelamaan secret dapat
sampai ke alveolus paru dan mengganggu sistem pertukaran gas di paru.
Tidak hanya menginfeksi saluran nafas, bakteri ini dapat juga menginfeksi
saluran cerna ketika ia terbawa oleh darah. Bakteri ini dapat membuat flora normal
dalam usus menjadi agen pathogen sehingga timbul masalah GI tract.

5. Pathway
6. Pemeriksaan Penunjang
a. Rontgen dada
Hal ini dilakukan untuk mengidentifikasi distribusi struktural; dapat juga
menyatakan abses luas/ infiltrat, empiema (stapilococcus); infiltrasi menyebar
atau terlokalisasi (bakterial); atau penyebaran/ perluasan infiltrat nodul (virus).
Pneumonia mikoplasma sinar x dada mungkin bersih. Foto thorax
bronkopeumoni terdapat bercak-bercak infiltrat pada satu atau beberapa lobus,
jika pada pneumonia lobaris terlihat adanya konsolidasi pada satu atau beberapa
lobus.
b. Pengambilan sekret secara broncoscopy dan fungsi paru untuk preparasi
langsung, biakan dan test resistensi dapat menemukan atau mencari etiologinya,
tetapi cara ini tidak rutin dilakukan karena sukar.
c. Pemeriksaan fungsi paru.
Pada pemeriksaan ini akan didapatkan volume paru mungkin menurun
(kongesti dan kolaps alveolar); tekanan jalan nafas mungkin meningkat dan
komplain paru menurun, terjadi hipoksemia.
d. Analisa gas darah atau DL
Pada pemeriksaan darah ini biasanya akan didapatkan hasil yang tidak
normal mungkin terjadi, tergantung pada luas paru yang terlibat dan penyakit
paru yang ada.
e. Pemeriksaan Laboratorium
a. Leukosit meningakat mencapai 15.000-40.000/mm3
b. Laju endap darah meningkat mencapai 100mm
c. Urine biasanya berwarna lebih tua, mungkin terdapat adanya albumin urin
ringan lantaran adanya peningkatan suhu tubuh.
d. ASTO meningkat pada adanya infeksi steptococcus.
e. GDA menunjukkan adanya hipoksemia tanpa hiperkapnea atau sebuah
retensi CO2.
7. Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan Umum
a. Pemberian oksigen lembab 2-4 L/menit sampai sesak nafas hilang atau
PaO2 pada analisis gas darah ≥ 60 torr.
b. Pemasangan infus untuk rehidrasi dan koreksi elektrolit.
c. Asidosis diatasi dengan pemberian bikarbonat intravena.
2. Penatalaksanaan Khusus
a. Mukolitik, ekspektoran, dan obat penurun panas sebaiknya tidak diberikan
pada 72 jam pertama karena akan mengaburkan interpretasi reaksi
antibiotik awal.
b. Obat penurun panas diberikan hanya pada penderita dengan suhu tinggi,
takikardi, atau penderita kelainan jantung.
c. Pemberian antibiotika berdasarkan mikroorganisme penyebab dan
manifestasi klinis.
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN
BRONKOPNEUMONIA

1. Pengkajian
1. Pengkajian
a. Identitas Pasien
b. Umur
c. Jenis kelamin
d. Alamat.
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan utama
b. Riwayat penyakit sekarang
Bronkopneumonia umumnya didahului oleh infeksi saluran pernapasan
pada bagian atas selama beberapa hari. Suhu tubuh bisa saja meningkat
sangat mendadak mencapai 39-40ºC dan kadang pula disertai adanya kejang
akibat demam yang tinggi.
c. Riwayat penyakit dahulu
Biasanya pernah menderita penyakit infeksi yang menyebabkan
menurunnya sistem imun.
d. Riwayat penyakit keluarga
Apabila ada anggota keluarga yang menderita penyakit ispa maka keluarga
lain dapat tertular.
e. Riwayat sosial
Pneumonia umumnya sering terjadi pada musim hujan dan awal musim
semi. Selain itu pemeliharaan kesehatan dan kebersihan lingkungan yg
kurang juga dapat menyebabkan anak menderita sakit.
f. Imunisasi
Anak yang tidak mendapatkan imunisasi lengkap sangat beresiko tinggi
untuk mendapat penyakit ispa atas atau bawah lantaran sistem pertahanan
tubuh yang tidak cukup kuat untuk dapat melawan infeksi sekunder.
3. Pemeriksaam Fisik
a. Keadaan Umum
Bagaimana keadaan klien, apakah letih, lemah atau sakit berat.
b. Tanda Vital
Bagaimana suhu, nadi, pernafasan, dan tekanan darah klien.
c. Kepala
Bagaimana kebersihan kulit kepala, rambut serta bentuk kepala, apakah ada
kelainan atau lesi pada kepala.
d. Wajah
Bagaimana bentuk wajah, kulit wajah pucat atau tdak.
e. Mata
Bagaimana bentuk mata, keadaan konjungtiva anemis atau tidak, sclera
ikterik atau tidak, keadaan pupil, palpebra dan apakah ada gangguan dalam
penglihatan.
f. Hidung
Bentuk hidung, keadaan bersih atau tidak, ada atau tidak sekret pada hidung
serta cairan yang keluar, ada sinus atau tidak dan apakah ada gangguan
dalam penciuman.
g. Mulut
Bentuk mulut, membran membran mukosa kering atau lembab, lidah kotor
atau tidak, apakah ada kemerahan atau tidak pada lidah, apakah ada
gangguan dalam menelan, apakah ada kesulitan dalam berbicara.
h. Leher
Apakah terjadi pembengkakan kelenjar tyroid, apakah ditemukan distensi
vena jugularis.
i. Thoraksa
Bagaimana bentuk dada, simetris atau tidak, kaji pola pernafasan, apakah
ada wheezing, apakah ada gangguan dalam pernafasan. Pemeriksaan fisik
difokuskan pada pengkajian sistem pernafasan adalah sebagai berikut :
1. Inspeksi
a. Membran mukosa- faring tampak kemerahan
b. Tonsil tampak kemerahan dan edema
c. Tampak batuk tidak produktif
d. Tidak ada jaringan parut dan leher
e. Tidak tampak penggunaan otot-otot pernafasan tambahan, pernafasan
cuping hidung
2. Palpasi
a. Adanya demam
b. Teraba adanya pembesaran kelenjar limfe pada daerah leher atau nyeri
tekan pada nodus limfe servikalis
c. Tidak teraba adanya pembesaran kelenjar tyroid
3. Perkusi
a. Suara paru normal (resonance)
4. Auskultasi
a. Suara nafas vesikuler atau tidak terdengar ronchi pada kedua sisi paru.
j. Abdomen
Bagaimana bentuk abdomen, turgor kulit kering atau tidak, apakah terdapat
nyeri tekan apda abdomen, apakah perut terasa kembung, lakukan
pemeriksaan bising usus, apakah terjadi peningkatan bising usus atau tidak.
k. Genitalia
Bagaimana bentuk alat kelamin, distribusi rambut kelamin, warna rambut
kelamin. Pada laki-laki lihat keadaan penis, apakah ada kelainan atau tidak.
Pada wanita lihat keadaan labia minora, biasanya labia minora tertutup oleh
labia mayora.
l. Integumen
Kaji warna kulit, integritas kulit utuh/tidak, turgor kulit kering atau tidak,
apakah ada nyeri tekan pada kulit, apakah kulit teraba panas.
m. Ekstremitas atas
Adakah terjadi tremor atau tidak, kelemahan fisik, nyeri otot serta
kelainan bentuk (Amalia Nurin, dkk., 2015).

2. Diagnosa Keperawatan
a. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan sekresi yang tertahan
ditandai dengan batuk tidak efektif.
b. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya nafas ditandai
dengan penggunaan otot bantu pernapasan.
c. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran
alveolus-kapiler ditandai dengan pola nafas abnormal.

3. Intervensi Keperawatan
Intervensi keperawatan dibuat berdasarkan pengkajian, diagnosis keperawatan,
pernyataan keluarga, dan perencanaa, dengan merumuskan tujuan,
mengidentifikasi strategi intervensi alternative dan sumber, serta menentukan
prioritas, intervensi tidak bersifat rutin, acak, atau standar, tetapi dirancang bagi
klien tertentu dengan siapa perawat sedang bekerja (Friedman, 2010).
No Diagnosa Kriteria Hasil Intervensi
Keperawatan
1 Bersihan jalan Bersihan Jalan Nafas Latihan Batuk Efektif
napas tidak Definisi : Kemampuan Definisi : Melatih pasien yang tidak memiliki
efektif membersihakan sekret kemampuan batuk secara efektif untuk
berhubungan atau obstruksi jalan membersihkan laring, trakea, dan bronkiolus
dengan sekresi nafas untuk dari sekret atau benda asing di jalan nafas
yang tertahan mempertahankan jalan 1. Observasi
ditandai dengan nafas tetap paten a. Identifikasi kemampuan batuk
batuk tidak b. Monitor adanya retensi sputum
efektif Tujuan : c. Monitor tanda dan gejala infeksi saluran
SDKI (PPNI, Setelah dilakukan nafas
2018) tindakan keperawatan d. Monitor input dan output cairan (mis.
selama 3x24 jam jumlah dan karakteristik)
diharapkan jalan nafas 2. Terapeutik
meningkat a. Atur posisi semi-Fowler atau Fowler
b. Pasang perlak dan bengkok di pangkuan
Kriteria Hasil : pasien
1. Batuk efektif c. Buang sekret pada tempat sputum
2. Produksi sputum 3. Edukasi
3. Mengi a. Jelaskan tujuan dan prosedur batuk
4. Wheezing efektif
5. Mekonium b. Anjurkan tarik napas dalam melalui
6. Dispnea hidung selama 4 detik, ditahan selama 2
7. Ortopnea detik, kemudian keluarkan dari mulut
8. Slit bicara dengan bibir mencucu (dibulatkan)
9. Sianosis selama 8 detik
10. Gelisah c. Anjurkan mengulangi tarik napas
11. Frekuensi napas dalam hingga 3 kali
12. Pola napas d. Anjurkan batuk dengan kuat langsung
SLKI (PPNI, 2018) setelah tarik napas dalam yang ke-3
4. Kolaborasi
a. Kolaborasi pemberian mukolitik atau
ekspektoran, jika perlu
SIKI (PPNI, 2018)
2 Pola nafas tidak Pola Napas Manajemen Jalan Napas
efektif Definisi : Inspirasi dan Definisi : Mengidentifikasi dan mengelola
berhubungan ekspirasi yang jalan napas
dengan memberikan ventilasi 1. Observasi
hambatan upaya adekuat a. Monitor pola napas (frekuensi,
nafas ditandai kedalaman, usaha napas)
dengan Tujuan : b. Monitor bunyi napas tambahan (mis.
penggunaan otot Setelah dilakukan gurgling, mengi, wheezing, ronkhi
bantu tindakan keperawatan kering)
pernapasan 3x24 jam inspirasi dan c. Monitor sputum (jumlah, warna, aroma)
SDKI (PPNI, ekspirasi yang tidak 2. Terapeutik
2018) memberikan ventilasi a. Pertahankan kepatenan jalan napas
adekuat membaik dengan head-tilt dan chin-lift (jaw-
thrust jika curiga trauma servikal)
Kriteria Hasil : b. Posisikan semi-Fowler atau Fowler
1. Ventilasi semeenit c. Berikan minum hangat
2. Kapasitas vital d. Lakukan fisioterapi dada, jika perlu
3. Diameter thoraks e. Lakukan penghisapan lendir kurang
anterior-posteiior dari 15 detik
4. Tekanan ekspirasi f. Lakukan hiperoksigenasi sebelum
5. Tekanan inspirasi penghiasapan endotrakeal
6. Dispnea g. Keluarkan sumbatan benda padat
7. Penggunaan otot dengan forsep McGill
bantu napas h. Berikan oksigen, jika perlu
8. Pemanjangan fase 3. Edukasi
ekspirasi a. Anjurkan asupan cairan 2000 ml/hari,
9. Ortopnea jika tidak kontraindikasi
10. Pernapasan b. Ajarkkan teknik batuk efektif
pursed-tip 4. Kolaborasi
11. Pernapasan cuping a. Kolaborasi pemberian bronkodilator,
hidung ekspektoran, mukolitik, jika perlu
12. Frekuensi napas SIKI (PPNI, 2018)
13. Kedalaman napas
14. Ekskursi dada
SLKI (PPNI, 2018)
3 Gangguan Pertukaran Gas Pemantauan Respirasi
pertukaran gas Definisi : Oksigenasi Definisi : Mengumpulkan dan menganalisis
berhubungan dan eliminasidata untuk memastikan kepatanan jalan napas
dengan karbondioksida pada dan keefektifan pertukaran gas
perubahan membran alveolus-1. Observasi
membran kapiler dalam batas a. Monitor frekuensi, irama, kedalaman,
alveolus-kapiler normal dan upaya napas
ditandai dengan b. Monitor pola napas (seperti bradipnea,
pola nafas Tujuan : takipnea, hiperventilasi, Kussmeul,
abnormal 1. Tingkat kesadaran Cheyne-Strokes, Biot, ataksik)
SDKI (PPNI, 2. Dispnea c. Monitor kemampuan batuk efektif
2018) 3. Bunyi napas d. Monitor adanya produksi sputum
tambahan e. Monitor adanya sumbatan jalan napas
4. Pusing f. Palpasi kesimetrisan ekspasi paru
5. Penglihatan kabur g. Auskultasi bunyi napas
6. Diaforesis h. Monitor saturasi oksigen
7. Gelisah i. Monitor nilai AGD
8. Napas cuping hidung j. Monitor hasil x-ray toraks
9. PCO2 2. Terapeutik
10. PO2 a. Atur pemantauan respirasi sesuai
11. Takikardia kondisi pasien
12. pH arteri b. Dokumentasikan hasil pemantauan
13. sianosis 3. Edukasi
14. pola napas a. Jelaskan tujuan dan prosedur
15. warna kulit pemantauan
SLKI (PPNI, 2018) b. Informasikan hasil pemantauan, jika
perlu
SIKI (PPNI, 2018)

4. Implementasi
Implementasi adalah suatu proses pelaksanaan terapi keperawatan yang
berbentuk intervensi mandiri atau kolaborasi melalui pemanfaatan sumber-sumber
yang dimiliki klien. Implementasi di prioritaskan sesuai dengan kemampuan klien
dan sumber yang dimiliki klien. (Friedman, 2010).

5. Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan. Evaluasi merupakan
sekumpulan metode dan keterampilan untuk menentukan apakah program sudah
sesuai dengan rencana dan tuntutan keluarga (Ayu, 2010).
Penyusunan evaluasi dengan menggunakan SOAP yang operasional, dengan
pengertian S adalah ungkapan perasaan dan keluhan yang dirasakan saat
implemantasi. O adaah objektif dengan pengamatan objektif perawat setelah
implementasi. A merupakan analisa perawat setelah mengetahui respon subjektif
dan objektif keluarga yang dibandingkan dengan kriteria dan standar mengacu
pada intervensi keperawatan keuarga. P adalah perencanaan selanjutnya setelah
perawat meakukan analisa. (Kucoro Fadli, 2013).
DAFTAR PUSTAKA

Amalia Nurin, dkk. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan ISPA. Poltekes
Kemenkes Riau : DIII Keperawatan.
Ayu, Komang Henny Achjar. (2010). Aplikasi Praktis Asuhan Keperawatan.
Jakarta : Anggota IKAPI.
Djojodibroto, Darmanto. (2009). Respirologi (Respiratory Medicine). Jakarta :
EGC. Perpustakaan Nasional: Katalog Dalam Terbitan (KDT). Standar
Perawatan.
Friedman, Marilyn M dkk. (2010). Buku Ajar : Keperawatan Keluarga Riset
Teori & Praktik. Jakarta : EGC.
Hidayat, A Aziz Alimul. (2008). Pengantar Ilmu Kesehatan Anak Untuk
Pendidikan Kebidanan. Jakarta : Salemba Medika.
Kuncoro Fadli. (2013). Asuhan Keperawatan Keluarga. Fakultas Ilmu Kesehatan
UMP.
Pasien : Proses Keperawatan, Diagnosis, Dan Evaluasi. Terjemahan oleh Susan
Martin Tucker, et al. 1998. Jakarta : EGC.
PPNI. (2018). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI). Jakarta: DPP
PPNI.
PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI). Jakarta: DPP
PPNI.
PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI). Jakarta: DPP
PPNI.
Somantri, Irman. 2007. Keperawatan Medikal Bedah: Asuhan Keperawatan Pada
Pasien Dengan Gangguan Sistem Pernapasan. Jakarta : Salemba Medika.

Anda mungkin juga menyukai