Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN ANSIETAS

DI SUSUN OLEH :

NAMA : DESIE ARYANI

NIM : 62019040191

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KUDUS

TAHUN 2019
LAPORAN PENDAHULUAN ANSIETAS

1.   Definisi
Ansietas adalah suatu perasaan takut dengan gejala fisiologis, sedangkan pada
gangguan ansietas terkandung unsur penderitaan yang bermakna dan gangguan fungsi
yang di sebabkan oleh kecemasan tersebut (Tomb. Dafit A 2003)
Ansietas adalah kekhawatiran yang tidak jelas dan menyebar, yang berkaitan
dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya. Keadaan emosi ini tidak memiliki objek
yang spesifik. Ansietas di alami secara subjektif dan dikomunikasikan secaar
interpersonal. (Stuart & Laraia 2005).
Ansietas adalah respons emosional terhadap penilaian intelektual terhadap
bahaya. (Stuart & Laraia 2005).
Ansietas adalah perasaan takut yang tidak jelas dan yang tidak di dukung oles
situasi ( Videbeck. 2008)
Ansietas merupakan satu keadaan yang ditandai oleh rasa khawatir disertai
dengan gejala somatik yang menandakan suatu kegiatan berlebihan dari Susunan Saraf
Autonomic (SSA). Ansietas merupakan gejala yang umum tetapi non-spesifik yang
sering merupakan satu fungsi emosi. Sedangkan depresi merupakan satu masa
terganggunya fungsi manusia yang berkaitan dengan alam perasaan yang sedih dan
gejala penyertanya termasuk perubahan pola tidur dan nafsu makan, psikomotor,
konsentrasi, kelelahan, rasa putus asa dan tak berdaya, serta gagasan bunuh diri.
Kecemasan memiliki nilai yang positif. Menurut Stuart dan Laraia (2005) aspek
positif dari individu berkembang dengan adanya konfrontasi, gerak maju perkembangan
dan pengalaman mengatasi kecemasan. Tetapi pada keadaan lanjut perasaan cemas dapat
mengganggu kehidupan seseorang.

2.  Etiologi
Meski penyebab ansietas belum sepenuhnya diketahui, namun gangguan
keseimbangan neurotransmitter dalam otak dapat menimbulkan ansietas pada diri
seseorang. Faktor genetik juga merupakan faktor yang dapat menimbulkan gangguan ini.
Ansietas terjadi ketika seseorang mengalami kesulitan menghadapi situasi, masalah dan
tujuan hidup (Videbeck, 2008).
Setiap individu menghadapi stres dengan cara yang berbeda-beda, seseorang
dapat tumbuh dalam suatu situasi yang dapat menimbulkan stres berat pada orang lain.
Adapun faktor – faktor yang mempengaruhi ansietas adalah :
  Faktor Predisposisi
1)      Dalam pandangan psikoanalisis, ansietas adalah konflik emosional yang terjadi
antara dua elemen kepribadiani yaitu id, ego dan superego. Id mewakili dorongan
insting dan impuls primitif, sedangkan superego mencerminkan hati nurani dan
dikendalikan oleh norma budaya, sedangakan ego di gambarkan sebagai mediator
antara tuntunan dari id dan super ego
2)     Menurut pandangan interpersonal, ansietas timbul dari perasaan takut terhadap
ketidak setujuan dan penolakan interpersonal.
3)      Menurut pandangan perilaku, ansietas merupakan produk frustasi yaitu segala
sesuatu yang mengganggu kemampuan individu untuk mencapai tujuan yang di
inginkan.
4)      Kajian keluarga menunjukkan bahwa gangguan ansietas merupakan hal yang biasa
di temui dalam suatu keluarga.
5)   Kajian biologis menunjukkan bahwa otak megandung reseptor khusus untuk
benzodiasepin, obat-obatan yang meningkatkan neuroregulator inhibisi asam-asam
gama-aminobutirat (GABA), yang berperan penting dalam mekanisme biologis yang
berhubungan dengan ansietas.
  Faktor Presipitasi
Stresor presipitasi adalah semua ketegangan dalam kehidupan yang dapat mencetuskan
timbulnya kecemasan (Suliswati, 2005). Stresor presipitasi kecemasan dikelompokkan
menjadi dua bagian, yaitu :
1.      Ancaman terhadap integritas fisik. Ketegangan yang mengancam integritas fisik
yang meliputi :
a.       Sumber internal, meliputi kegagalan mekanisme fisiologis sistem imun, regulasi
suhu tubuh, perubahan biologis normal (misalnya : hamil).
b.      Sumber eksternal, meliputi paparan terhadap infeksi virus dan bakteri, polutan
lingkungan, kecelakaan, kekurangan nutrisi, tidak adekuatnya tempat tinggal.
2.      Ancaman terhadap harga diri meliputi sumber internal dan eksternal.
-          Sumber internal : kesulitan dalam berhubungan interpersonal di rumah dan
tempat kerja, penyesuaian terhadap peran baru. Berbagai ancaman terhadap
integritas fisik juga dapat mengancam harga diri.
-          Sumber eksternal : kehilangan orang yang dicintai, perceraian, perubahan
status pekerjaan, tekanan kelompok, sosial budaya.

3.    Klasifikasi Ansietas


  Tingkatan Ansietas :
-          Ansietas Ringan
Berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan sehari-hari. Menyebabkan
individu menjadi lebih waspada dan meningkatkan lapang persepsinya. Ansietas
ini dapat memotivasi belajar dan menghasilakn pertumbuhan serta kreativitas.
-          Ansietas Sedang
Memungkinkan individu unutk berfokus pada hal yang penting dan
mengesampingkan hal yang lain. Mempersempit lapang persepsi individu.
Sehingga individu mengalami tidak perhatian yang selektif namun dapat lebih
berfokus pasda area jika diarahkan untuk melakukannya.
-          Ansietas Berat
Sangat mengurangi lapang persepsi individu, cenderung berfokus ada sesuatu yang
rinci dan spesifik sehingga tidak memikirkan hal yang lain. Semua perilaku
ditujukkan untuk mengurangi ketegangan. Individu memerlukan banyak arahan
untuk berfokus pada hal lain.
-          Tingkat Panik dari Ansietas
Berhubungan dengan terperangah, ketakutan dan teror. Individu yang mengalami
panik tidak mampu melakukan sesuatu meskipun dengan arahan, karena
mengalami kehilangan kendali.

4.   Manifestasi Klinis
Manifestasi dengan gejala setiap kategori yaitu, ansietas ringan, ansietas sedang,
ansietas berat, dan ansietas panik.
1)      Ansietas Ringan
a.       Berhubungan dengan ketegangan akan peristiwa kehidupan sehari-hari.
b.      Lapang persepsi meluas/melebar dan individu berhati-hati serta waspada.
c.      Individu terdorong untuk belajar yang akan menghasilkan pertumbuhan dan
kreatifitas.
-          Respon Ansietas Ringan
a.       Fisiologis
Kadang nafas pendek, nadi dan TD naik, gejala ringan pada lambung, muka
berkerut dan bibir bergetar.

b.      Kognitif
Lapang persepsi meluas/melebar, mampu menerima rangsangan yang
kompleks, konsentrasi pada masalah, menyelesaikan masalah secara efektif.
c.       Perilaku dan Emosi
Tidak dapat duduk tenang, tremor halus pada tangan, suara kadang meninggi.
2)      Ansietas Sedang
Pada tingkat ini lapang pandang terhadap linngkungan menurun, individu lebih
memfokuskan pada hal penting saat itu dn mengesampingkan hal lain.
  Respon Ansietas Sedang
a.       Fisiologis
Sering nafas pendek, nadi dan TD naik, mulut kering, anoreksia,
diare/konstipasi, gelisah
b.      Kognitif
a.       Lapang persepsi menyempit
b.      Rangsang luar tidak mampu diterima
c.       Berfokus pada apa yang menjadi perhatiannya
c.       Perilaku dan Emosi
b.      Gerakan tersentak-sentak (meremas tangan)
c.       Bicara banyak & lebih cepat
d.      Susah tidur
e.       Perasaan tidak aman
3)      Ansietas Berat
Pada tingkat ini lapang persepsi menjadi sangat sempit, individu cenderung
memikirkan hal yang kecil saja dan mengabaikan hal yang lain. Individu tidak
mampu berpikir berat lagi dan membutuhkan banyak pengarahan/ tuntunan.
  Respon Ansietas Berat
a.       Fisiologis
Nafas pendek, nadi dan TD naik, berkeringat dan sakit kepala, penglihatan
kabur, ketegangan.
b.      Kognitif
-          Lapang persepsi sangat sempit
-          Tidak mampu menyelesaikan masalah
c.       Perilaku dan Emosi
-          Perasaan ancaman tinggi
-          Verbalisasi cepat
-          Blocking
4)      Ansietas Panik
Terganggu sehingga individu sudah tidak dapat mengendalikan diri lagi dan tidak
dapat melakukan apa-apa walaupun sudah diberi pengarahan/ tuntunan
  Respon Ansietas Panik
a.       Fisiologis
Nafas pendek, rasa tercekik dan palpitasi, sakit dada, pucat, hipotensi,
koordinasi motorik rendah.
b.      Kognitif
-          Lapang pandang persepsi sangat sempit
-          Tidak dapat berpikir logis
c.       Perilaku dan Emosi
-          Agitasi mengamuk dan marah
-          Ketakutan dan berteriak-teriak, blocking
-          Kehilangan diri kendali/ kontrol diri
-          Persepsi kacau

5.   Patofisiologi
Berdasarkan proses perkembangannya:
1)      Bayi/anak-anak
-          Berhubungan dengan perpisahan
-          Berhubungan dengan lingkungan atau orang yang tidak dikenal
-          Berhubungan dengan perubahan dalam hubungan teman sebaya
2)      Remaja
Berhubungan dengan ancaman terhadap konsep diri sekunder akibat:
-          Perkembangan seksual
-          Perubahan hubungan dengan teman sebaya
3)      Dewasa
Berhubungan dengan ancaman terhadap konsep diri sekunder akibat:
-       Kehamilan
-       Menjadi orang tua
-       Perubahan karir
-       Efek penuaan

4). Lanjut usia


Berhubungan dengan ancaman terhadap konsep diri sekunder akibat:
-          Penurunan sensori
-          Penurunan motorik
-          Masalah keuangan
-          Perubahan pada masa pension

6.   Penatalaksanaan
Penatalaksanaan ansietas pada tahap pencegahaan dan terapi memerlukan suatu metode
pendekatan yang bersifat holistik, yaitu mencangkup fisik (somatik), psikologik atau
psikiatrik, psikososial dan psikoreligius (Hawari, 2008) selengkapnya seperti pada uraian
berikut :
1)      Upaya meningkatkan kekebalan terhadap stress, dengan cara :
a.       Makan makan yang bergizi dan seimbang.
b.      Tidur yang cukup.
c.       Cukup olahraga.
d.      Tidak merokok.
e.       Tidak meminum minuman keras.
2)      Terapi psikofarmaka
Terapi psikofarmaka merupakan pengobatan untuk cemas dengan memakai obat-
obatan yang berkhasiat memulihkan fungsi gangguan neuro-transmitter (sinyal
penghantar saraf) di susunan saraf pusat otak (limbic system). Terapi psikofarmaka
yang sering dipakai adalah obat anti cemas (anxiolytic), yaitu seperti diazepam,
clobazam, bromazepam, lorazepam, buspirone HCl, meprobamate dan alprazolam.
3)      Terapi somatik
Gejala atau keluhan fisik (somatik) sering dijumpai sebagai gejala ikutan atau akibat
dari kecemasan yang bekerpanjangan. Untuk menghilangkan keluhan-keluhan
somatik (fisik) itu dapat diberikan obat-obatan yang ditujukan pada organ tubuh
yang bersangkutan.
4)      Psikoterapi
Psikoterapi diberikan tergantung dari kebutuhan individu, antara lain :
a.         Psikoterapi suportif, untuk memberikan motivasi, semangat dan dorongan agar
pasien yang bersangkutan tidak merasa putus asa dan diberi keyakinan serta
percaya diri.
b.        Psikoterapi re-edukatif, memberikan pendidikan ulang dan koreksi bila dinilai
bahwa ketidakmampuan mengatsi kecemasan.
c.        Psikoterapi re-konstruktif, untuk dimaksudkan memperbaiki kembali
(rekonstruksi) kepribadian yang telah mengalami goncangan akibat stressor.
d.        Psikoterapi kognitif, untuk memulihkan fungsi kognitif pasien, yaitu
kemampuan untuk berpikir secara rasional, konsentrasi dan daya ingat.
e.         Psikoterapi psiko-dinamik, untuk menganalisa dan menguraikan proses
dinamika kejiwaan yang dapat menjelaskan mengapa seseorang tidak mampu
menghadapi stressor psikososial sehingga mengalami kecemasan.
f.         Psikoterapi keluarga, untuk memperbaiki hubungan kekeluargaan, agar faktor
keluarga tidak lagi menjadi faktor penyebab dan faktor keluarga dapat dijadikan
sebagai faktor pendukung.
5).     Terapi psikoreligius
Untuk meningkatkan keimanan seseorang yang erat hubungannya dengan kekebalan
dan daya tahan dalam menghadapi berbagai problem kehidupan yang merupakan
stressor psikososial.

7. Diagnosa Keperawatan
1.      Ansietas
2.      Resiko menciderai diri sendiri

8.   Perencanaan
Diagnosa Perencanaan Intervensi Rasional
Ansietas TUM: 1.      Dorong pasien 1.     Perasaan sakit yang tidak
Klien mengungkapkan diakui adalah stressor,
menunjukkan secara verbal perasaan mengungkapkan perasaan
kemampuan yang kuat, tidak yang tidak nyaman
mengatasi panik nyaman, khususnya membantu meredakan stres
dengan ansietas, rasa bersalah,
mengurangi & frustasi.
perilaku 2.      Bantu klien 2.     Sebelum klien dapat
penyebab panik mengidentifikasi memperoleh kendali
stressor internal yang terhadap serangan, stressor
umumnya terjadi yang berhubungan dengan
TUK 1: sebelum serangan. panik harus di identifikasi.
Pasien bercerita 3.      Diskusikan dan 3.     Analisis stimulus
tentang stressor analisa situasi panik eksternal yang menyertai
kehidupan, yang dengan klien, berfokus panik membantu klien
b.d serangan pada stimulus mengantisipasi dan pada
panik di masa eksternal yang akhirnya mengontrol
lalu. merangsang serangan. serangan.
4.      Diskusikan 4.     Klien perlu mengetahui
mekanisme koping, metode koping klien yang
seperti gerakan fisik dapat digunakan untuk
dan latihan nafas mengatasi ansietas yang
dalam yang lambat, tidak dapat ditoleransi akibat
dan bagaimana serangan panik.
mekanisme
1.      Ajari klien strategi 1.      Memiliki pengetahuan
TUK 2: klien intuk mengatasi tentang cara alternatif untuk
meunjukkan stressor internal menangani stres akan
perulaku yang seperti ketakutan atau meningkatkan kendali
membantu perasaan tidak perilaku.
mengontrol menentu.
keadaan panik 2.      Ajari klien tentang 2. Keterampilan ini
cara perpindah dari memampukan klien untuk
keadaan internal ke melepas ansietas melalui
keadaan eksternal. fokus keluar.
3.      Diskusikan 3.      Memfasilitasi daya tilik
hubungan antara klien kedalam hubungan
ansietas dengan antara ansietas dan gejala
respon fisiologis yang fisik akibat serangan panik.
secra khas ditunjukkan
dalam serangan panik.
4.      Bantu klien untuk
memodifikasi situasi 4.      Klien perlu mengetahui
yang dapat dirubah. akibat gejala fisiologis
ansieta diikuti oleh pikiran
spontan yang mengganggu
penilaian tentang apa yang
5.      Dorong klien sedang terjadi.
membentuk sistem 5.      Mengembangkan dan
pendukung dan menggunakan sistem
mencari bantuan pendukung meningkatkan
ketika tanda dan tanggung jawab pribadi dan
gejala ansietas pengakuan pribadi tentang
muncul. kebutuhan memperoleh
bantuan terhadap stres.
Resiko TUM: 1.  Melihat/observasi 1.  Intervensi diperlukan jika
mencederai Klien menahan ada tidaknya perilaku klien melakukan tindak
diri sendiri diri untuk tidak kekerasan. kekerasan terhadap diri
dan orang lain membahayakan sendiri dan orang lain.
diri dan orang 2.  Diskusikan 2.  Ansietas hebat sering kali
lain. ansietas, perasaan, dan mengakibatkan hilangnya
TUK 1: bagaimana kontrol diri dan sering
Klien peningkatan menimbulkan tindakan
mengatakan ketegangan dapat permusuhan.
perasaan agresif menyebabkan
tetapi tidak permusuhan.
melakukannya 3.  Bantu merawat diri 3.  Membicarakan tentang
dengan cara mengikuti rasa marah akan
kecemasan. menurunkan kecenderungan
klien untuk
menindaklanjuti.

TUK 2 : 1.    Bantu klien untuk 1.  Identifikasi dini terhadap


Klien mengidentifikasi peningkatan ketegangan
memperagakan isyarat yang dapat mencegah klien
keterampilan mengindikasikan kehilangan kontrol dan
koping yang peningkatan frustasi melukai diri sendiri dan
sesuai untuk yang dapat orang lain
mengatasi menimbulkan prilaku
distres yang merusak
hebat. 2.    Dorong klien untuk 2.  Kesadaran diri adalah
membentuk kesadaran langkah awal untuk
diri akan prilaku non memfasilitasi kontrol diri.
verbal dan pernyataan
verbal yang
menunjukkan
memuncaknya
ansietas
3.    Ajari klien tentang 3.  Penyaluran energi fisik
cara-cara penyaluran yang nyaman akan
ansietas secara fisik. memampukan klien
mengurangi ansietas dengan
cara yang konstruktif
4.  Bantu klien 4.  Keterampilan asertif dan
mempelajari ekspresi emosi yang sesuai
keterampilan asertif akan membantu klien
dan ekspresi yang menyelesaikan masalah, jika
sesuai untuk emosinya masalah tersebut muncul
yang kuat. dan menyebarkan
kemungkinan agresi.
5.  Bersama dengan 5.  Intervensi ini memberi
klien melakukan waktu kepada klien untuk
upaya pengembangan mengatasi situasi stres dan
toleransi terhadap dapat mencegah episode
frustasi dan kekerasan.
kekecewaan.
6.  Dorong klien untuk 6.  Bantuan berkelanjutan
meminta bantuan dari memampukan klien untuk
sumber-sumber tetap berada dalam kontrol
ansietas. dalam situasi stres dan
memikul tanggung jawab
atas perilakunya.

DAFTAR PUSTAKA
Stuart, G. W. (2007). Buku Saku Keperawatan Jiwa. (5th ed). Jakarta : EGC.

Tomb, D. A. (2001). Buku Saku Psikiatri (5th ed). Jakarta : EGC.

Townsend, M.C. (1998). Buku Saku Diagnosa Keperawatan pada Keperawatan Psikiatrik
:Pedoman untuk Pembuatan Rencana Perawatan (3rd ed). Jakarta : EGC.

Videbecek, S. L. (2001). Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta : EGC.

Tomb, Davit A. (2003). Buku Saku Psikiatri. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai