Anda di halaman 1dari 9

ASUHAN KEPERAWATAN ANSIETAS DISORDER

A. Pengkajian
1. Faktor Predisposisi.
Berbagai teori telah dikembangkan untuk menjelaskan asal ansietas :
a. Teori Psikoanalitik.
Ansietas adalah konflik emosional yang terjadi antara dua elemen kepribadian, ID
dan superego. ID mewakili dorongan insting dan impuls primitif seseorang,
sedangkan superego mencerminkan hati nurani seseorang dan dikendalikan oleh
norma- norma budaya seseorang. Ego atau Aku, berfungsi menengahi hambatan
dari dua elemen yang bertentangan dan fungsi ansietas adalah mengingatkan ego
bahwa ada bahaya.
b. Teori Interpersonal.
Ansietas timbul dari perasaan takut terhadap tidak adanya penerimaan dari
hubungan interpersonal. Ansietas juga berhubungan dengan perkembangan, trauma
seperti perpisahan dan kehilangan sehingga menimbulkan kelemahan spesifik.
Orang dengan harga diri rendah mudah mengalami perkembangan ansietas yang
berat.
c. Teori Perilaku.
Ansietas merupakan produk frustasi yaitu segala sesuatu yang mengganggu
kemampuan seseorang untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Daftar tentang
pembelajaran meyakini bahwa individu yang terbiasa dalam kehidupan dininya
dihadapkan pada ketakutan yng berlebihan lebih sering menunjukkan ansietas pada
kehidupan selanjutnya.
d. Kajian Keluarga.
Menunjukkan bahwa gangguan ansietas merupakan hal yang biasa ditemui dalam
suatu keluarga. Ada tumpang tindih dalam gangguan ansietas dan antara gangguan
ansietas dengan depresi.
e. Kajian Biologis.
Menunjukkan bahwa otak mengandung reseptor khusus benzodiazepine. Reseptor
ini mungkin membantu mengatur ansietas penghambat dalam aminobutirik. Gamma
neuroregulator (GABA) juga mungkin memainkan peran utama dalam mekanisme
biologis berhubungan dengan ansietas sebagaimana halnya endorfin. Selain itu telah
dibuktikan kesehatan umum seseorang mempunyai akibat nyata sebagai
predisposisi terhadap ansietas. Ansietas mungkin disertai dengan gangguan fisik dan
selanjutnya menurunkan kapasitas seseorang untuk mengatasi stressor.
2. Faktor Presipitasi.
Stressor pencetus mungkin berasal dari sumber internal atau eksternal. Stressor
pencetus dapat dikelompokkan menjadi 2 kategori :
a. Ancaman terhadap integritas seseorang meliputi ketidakmampuan fisiologis
yang akan datang atau menurunnya kapasitas untuk melakukan aktifitas hidup
sehari- hari.
b. Ancaman terhadap sistem diri seseorang dapat membahayakan identitas, harga diri
dan fungsi sosial yang terintegrasi seseorang.
3. Perilaku.
Kecemasan dapat diekspresikan secara langsung melalui perubahan fisiologi dan
perilaku dan secara tidak langsung melalui timbulnya gejala atau mekanisme koping
dalam upaya melawan kecemasan. Intensitas perilaku akan meningkat sejalan dengan
peningkatan tingkat kecemasan.
a. Respon Fisiologis Terhadap Ansietas.

Sistem Tubuh Respons

Kardiovaskuler Palpitasi.
Jantung berdebar.
Tekanan darah meningkat dan denyut nadi menurun.
Rasa mau pingsan dan pada akhirnya pingsan.

Pernafasan Napas cepat.


Pernapasan dangkal.
Rasa tertekan pada dada.
Pembengkakan pada tenggorokan.
Rasa tercekik.
Terengah-engah.

Neuromuskular Peningkatan reflek.


Reaksi kejutan.
Insomnia.
Ketakutan.
Gelisah.
Wajah tegang.
Kelemahan secara umum.
Gerakan lambat.
Gerakan yang janggal.

Gastrointestinal Kehilangan nafsu makan.


Menolak makan.
Perasaan dangkal.
Rasa tidak nyaman pada abdominal.
Rasa terbakar pada jantung.
Nausea.
Diare.

Perkemihan Tidak dapat menahan kencing.


Sering kencing.

Kulit Rasa terbakar pada mukosa.


Berkeringat banyak pada telapak tangan.
Gatal-gatal.
Perasaan panas atau dingin pada kulit.
Muka pucat dan bekeringat diseluruh tubuh.

b. Respon Perilaku Kognitif.

Sistem Respons

Perilaku Gelisah.
Ketegangan fisik.
Tremor.
Gugup.
Bicara cepat.
Tidak ada koordinasi.
Kecenderungan untuk celaka.
Menarik diri.
Menghindar.
Terhambat melakukan aktifitas.

Kognitif Gangguan perhatian.


Konsentrasi hilang.
Pelupa.
Salah tafsir.
Adanya bloking pada pikiran.
Menurunnya lahan persepsi.
Kreatif dan produktif menurun.
Bingung.

Khawatir yang berlebihan.


Hilang menilai objektifitas.
Takut akan kehilangan kendali.
Takut yang berlebihan.

Afektif Mudah terganggu.


Tidak sabar.
Gelisah.
Tegang.
Nerveus.
Ketakutan.
Alarm.
Tremor.
Gugup.
Gelisah.
4. Sumber Koping
Individu dapat mengalami stress dan ansietas dengan menggerakkan sumber koping
tersebut di lingkungan. Sumber koping tersebut sebagai modal ekonomok, kemampuan
penyelesaian masalah, dukungan sosial dan keyakinan budaya dapat membantu
seseorang mengintegrasikan pengalaman yang menimbulkan stress dan mengadopsi
strategi koping yang berhasil.
5. Mekanisme Koping.
Ketika mengalami ansietas individu menggunakan berbagai mekanisme koping untuk
mencoba mengatasinya dan ketidakmampuan mengatasi ansietas secara konstruktif
merupakan penyebab utama terjadinya perilaku patologis. Ansietas tingkat ringan
sering ditanggulangi tanpa yang serius.
Tingkat ansietas sedang dan berat menimbulkan 2 jenis mekanisme koping :
a. Reaksi yang berorientasi pada tugas, yaitu upaya yang disadari dan berorientasi pada
tindakan untuk memenuhi secara realitis tuntutan situasi stress.
b. Mekanisme pertahanan ego, membantu mengatasi ansietas ringan dan sedang, tetapi
jika berlangsung pada tingkat sadar dan melibatkan penipuan diri dan distorsi
realitas, maka mekanisme ini dapat merupakan respon maladaptif terhadap stress.
B. Diagnosa
Adapun diagnosa yang biasanya muncul pada kecemasan adalah :
1. Kecemasan.
2. Pola Napas Tidak Efektif.
3. Koping Individu Tidak Efektif.
4. Ketakutan.
5. Inkontinensial.
6. Stres.
7. Ketidakberdayaan.
8. Gangguan Harga Diri.
9. Gangguan Pola Tidur.
10. Isolasi Sosial.
11. Perubahan Proses Berfikir.
12. Gangguan Eliminasi Urine.
C. Intervensi
1. Tujuan Umum : Klien akan mengurangi ansietasnya dari tingkat ringan hingga
panik.
2. Tujuan khusus :
Klien mampu untuk :
a. Membina hubungan saling percaya.
b. Melakukan aktifitas sehari-hari.
c. Mengekspresikan dan mengidentifikasi tentang kecemasannya.
d. Mengidentifikasi situasi yang menyebabkan ansietas.
e. Meningkatkan kesehatan fisik dan kesejahteraannya.
f. Klien terlindung dari bahaya.

RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN


NO STRATEGI PELAKSANAAN KETERANGAN
SP 1 PASIEN: Asessmen Ansietas dan Latihan Relaksasi
1. Bina hubungan saling percaya a. Mengucapkan salam terapeutik,
memperkenalkan diri, panggil pasien
sesuai nama panggilan yang disukai
b. Menjelaskan tujuan interaksi: melatih
pengendalian ansietas agar proses
penyembuhan lebih cepat

2. Membuat kontrak (Inform


Consent) dua kali pertemuan
latihan pengendalian ansietas

3. Bantu pasien mengenal ansietas: a. Bantu pasien untuk mengidentifikasi


dan menguraikan perasaannya.
b. Bantu pasien mengenal penyebab
ansietas
c. Bantu klien menyadari perilaku akibat
ansietas

4. Latih teknik relaksasi a. Tarik napas dalam


b. Mengerutkan dan mengendurkan otot-
otot

SP 2 PASIEN: Evaluasi asessmen ansietas, manfaat teknik relaksasi dan latihan


hipnotis diri sendiri (latihan 5 jari) dan kegiatan spiritual
1. Pertahankan rasa percaya pasien a. Mengucapkan salam dan memberi
motivasi
b. Asesmen ulang ansietas dan
kemampuan melakukan teknik
relaksasi

2. Membuat kontrak ulang: latihan


pengendalian ansietas

3. Latihan hipnotis diri sendiri


(lima jari) dan kegiatan spiritual

SP 1 KELUARGA: Penjelasan kondisi pasien dan cara merawat


1. Bina hubungan saling percaya a. Mengucapkan salam terapeutik,
memperkenalkan diri
b. Menjelaskan tujuan interaksi:
menjelaskan ansietas pasien dan cara
merawat agar proses penyembuhan
lebih cepat
2. Membuat kontrak (inform
consent) dua kali pertemuan
latihan cara merawat ansietas
pasien

3. Bantu keluarga a. Menjelaskan ansietas, penyebab, proses


mengenal
ansietas terjadi, tahap dan gejala, serta
akibatnya
b. Menjelaskan cara merawat ansietas
pasien: tidak menambah masalah
(stres) dengan sikap positif,
memotivasi cara relaksasi yg telah
dilatih perawat pada pasien
c. Sertakan keluarga saat melatih teknik
relaksasi pada pasien dan minta untuk
memotivasi pasien melakukannya
SP 2 KELUARGA : Evaluasi peran keluarga merawat pasien, cara merawat dan
follow up
1. Pertahankan rasa percaya
keluarga dengan mengucapkan
salam, menanyakan peran
keluarga merawat pasien &
kondisi pasien

2. Membuat kontrak ulang: latihan


lanjutan cara merawat dan
follow up

3. Menyertakan keluarga saat


melatih pasien hipnotis diri
sendiri (lima jari) dan kegiatan
spiritual

4. Diskusikan dengan keluarga


follow up dan kondisi pasien
yang perlu dirujuk (lapang
persepsi menyempit, tidak
mampu menerima informasi,
tanda-tanda fisik semakin
meningkat) dan cara merujuk
pasien

No Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional


Keperawatan

1 Gangguan alam TUM :


Klien mampu
perasaan :
mengurangi dan
kecemasan mengontrol
kecemasannya.
TUK : 1. Bina hubungan saling Pembinaan
1. Setelah diberikan percaya dengan : hubungan saling
askep selama 2 kali a. Sapa klien dengan
pertemuan (tiap ramah baik verbal percaya
pertemuan 20 maupun non verbal merupakan dasar
menit) diharapkan b. Perkenalkan diri terjalinnya
klien membina dengan sopan. komunikasi
hubungan saling c. Tanyakan nama terbuka sehingga
percaya dengan lengkap klien dan
KH : nama panggilan meningkatkan
a. Wajah klien yang disukai. rasa komunikasi
cerah dan d. Jelaskan tujuan klien.
tersenyum pertemuan.
b. Klien mau e. Jujur dan menepati
membalas janji
salam. f. Tunjukkan sikap
c. Klien mau empati dan
menyebutkan menerima klien
nama sambil apa adanya.
berjabat tangan
dan ada kontak
mata
d. Klien bersedia
menceritakan
perasaannya
TUK : 1. Adakan kontak sering Dapat mengetahui
2. Klien dapat dan singkat secara kapan klien
mengidentifikasi bertahap. mengalami
dan 2. Bantu klien untuk kecemasan.
menggambarkan mengidentifikasi dan Untuk
perasaan tentang menggambarkan mengadopsi
kecemasannya perasaan yang koping yang baru,
dengan KH : mendasari klien pertama kali
a. Klien dapat kecemasannya. harus menyadari
menyebutkan 3. Kaitkan perilaku klien perasaan dan
waktu, isi, dengan perasaan mengatasi
frekuensi tersebut penyangkalan
timbulnya 4. Gunakan pertanyaan yang disadari atau
kecemasan. terbuka beralih dari tidak disadari
b. Klien dapat topik yang tidak Mengetahui cara
mengungkapkan mengancam ke isu yang terbaik
perasaannya konflik untuk mengontrol
terhadap 5. Tinjau penilaian kecemasan
kecemasannya. terhadap stresor, nilai-
nilai yang terancam dan
TUK : cara konflik
3. Klien dapat berkembang
mengidentifikasi 6. Identifikasi bersama
penyebab klien cara / tindakan
kecemasannya yang dilakukan jika
dengan KE : terjadi kecemasan.
a. Klien dapat 7. Ajarkn teknik distraksi
menceritakan dan relaksasi
penyebab
kecemasan
b. Klien dapat
menyebutkan
tindakan yang
biasanya
dilakukan untuk
mengendalikan
kecemasannya.
c. Klien dapat
memilih cara
mengatasi
kecemasannya.

Anda mungkin juga menyukai