Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH

RETARDASI MENTAL
Untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Stase Keperawatan Anak Program Profesi Ners
Angkatan XXXIV

Disusun oleh :

IRA TRY WAHYUNI

220112170030

PROGRAM PROFESI NERS ANGKATAN XXXIV

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS PADJADJARAN

BANDUNG

2017

1
BAB I
PENDAHULUAN

Retardasi mental sering juga disebut keterbelakangan mental atau disabilitas


intelektual. Retardasi mental adalah suatu keadaan perkembangan jiwa yang terhenti
atau tidak lengkap sehingga berpengaruh pada tingkat kecerdasan secara menyeluruh,
misalnya kemampuan kognitif, bahasa, motorik, dan sosial. Diperkirakan lebih dari
120 juta orang diseluruh dunia menderita gangguan ini, sedangkan di Indonesia 1-3%
dari jumlah penduduk menderita retardasi mental (Maramis, 2009). Keterbatasan
yang timbul sebagai akibat dari retardasi mental menjadikan retardasi mental tidak
hanya merupakan masalah kedokteran, namun juga merupakan masalah pendidikan
dan masalah sosial baik bagi keluarga penderita maupun bagi masyarakat.

Untuk mendiagnosis retardasi mental, perlu anamnesis cermat dengan orang


tua mengenai kehamilan, persalinan, dan perkembangan anak, yaitu adaptasi sosial
dan intelektual. Fungsi intelektual dapat dinilai melalui tes intelegensi. Uji
intelegensia pertama kali diperkenalkan oleh psikolog Perancis yang bernama Alfred
Binet dan Theodore Simon pada tahun 1900. William Stern pada tahun 1912
membuat konsep intelligence quotient (IQ), atau hasil-bagi inteligensi (HI), sebagai
suatu perbandingan antara mental age (MA) dan chronological age (CA). Selain uji
intelegensi tersebut, masih ada pula uji intelegensi lain, seperti Stanford Binet
Intelligence Scale dan Wechsler Intelligence Scale for Children (WISC-III)2. Adapun
pembagian tingkat inteligensi adalah sebagai berikut: sangat superior (>130), superior
(110-130), normal (86-109), keadaan bodoh (68-85), debilitas (52-67), imbesilitas
(20-51), dan idiosi (<20).

2
BAB II
TINJAUAN TEORI

1. DEFENISI

Menurut PPDGJ III, retardasi mental adalah suatu keadaan perkembangan


mental yang terhenti atau tidak lengkap, yang terutama ditandai oleh adanya kendala
keterampilan selama masa perkembangan, sehingga berpengaruh pada semua tingkat
inteligensia yaitu kemampuan kognitif, bahasa, motorik, dan sosial.

American Association on Mental Retardation (AAMR) pada tahun 2002


mendefinisikan retardasi mental adalah suatu disabilitas yang ditandai dengan suatu
limitasi/keterbatasan yang bermakna baik dalam fungsi intelektual maupun perilaku
adaptif yang diekspresikan dalam keterampilan konseptual, sosial, dan praktis,
keadaan ini terjadi sebelum usia 18 tahun. Ada 5 dimensi biopsikososial dalam
definisi ini, yaitu: kemampuan intelektual, perilaku adaptif, partisipasi, interaksi, dan
peran social, kesehatan fisik dan mental, konteks (termasuk budaya dan lingkungan).
Definisi menurut Diagnostic and Statistical Manual IV – TR (DSM-TR) adalah sama
dengan defenisi AAMR tetapi ditambahkan batas derajat IQ 70.

Ada tiga ciri penting dalam mendefinisikan retardasi mental, yaitu penurunan
intelegensi (subnormal), defisit fungsi adaptasi sosial, dan berlangsung selama masa
perkembangan (sebelum usia 18 tahun). Yang dimaksud dengan tingkat intelegensi
subnormal apabila IQ ≤70 atau 2 tingkat dibawah standar deviasi rata-rata. Fungsi
adaptif dapat diukur dengan Vineland Adaptive Behaviour Scale, skala ini menilai
komunikasi, perawatan diri, sosialisasi, dan kemampuan motorik berdasarkan usia.
Penilaian fungsi adaptif biasanya berdasarkan laporan dari orang tua atau pengasuh,
walaupun dalam beberapa kasus dapat dilakukan wawancara langsung dengan pasien.

3
2. EPIDEMIOLOGI

Prevalensi retardasi mental diperkirakan sebanyak 1%-3% dari jumlah


populasi (Sadock, 2007). Prevalensi retardasi mental ringan adalah yang terbanyak,
yaitu 85% dari keseluruhan kasus, retardasi mental sedang sebanyak 10% dari
keseluruhan kasus, retardasi mental berat 4% dari keseluruhan kasus, dan hanya
sekitar 1-2% yang mengalami retardasi mental sangat berat. Anak laki-laki sekitar 1,5
kali lebih sering menderita retardasi mental dibanding anak perempuan. Insiden
tertinggi pada anak usia sekolah, dengan usia puncak 10 hingga 14 tahun. Pada orang
dewasa prevalensi retardasi mental lebih rendah, penderita retardasi mental sangat
berat memiliki angka mortalitas yang tinggi akibat dari komplikasi yang terkait
dengan kondisi fisik.

3. ETIOLOGI

Penyebab retardasi mental dikelompokkan menjadi retardasi mental primer


dan retatdasi mental sekunder. Retardasi mental primer mungkin disebabkan faktor
keturunan (retardasi mental genetik) dan faktor yang tidak diketahui. Retardasi
mental sekunder disebabkan faktor-faktor dari luar yang diketahui dan faktor-faktor
ini memengaruhi otak mungkin pada waktu prenatal, perinatal atau postnatal.

Adapun keadaan-keadaan yang sering disertai retardasi mental adalah:

a. Kelainan kromosom, ,misalnya: sindrom Down, cat’s cry syndrome, Prader-


Willi syndrome, dan fragile X syndrome.
b. Infeksi yang menyebabkan kerusakan jaringan otak. Contohnya: infeksi
toxoplasma, rubella, sifilis, herpes, cytomegalovirus, dan HIV.
c. Intoksikasi, dapat berasal dari obat-obatan, serum, ataupun zat toksik lainnya.
Contohnya: toksemia gravidarum, ensefalopatia bilirubin (kernikterus), fetal
alcohol syndrome, fetal hydantoin syndrome, serta intoksikasi timah hitam
dan merkuri.

4
d. Gangguan metabolisme (misalnya metabolisme zat lipida, karbohidrat, dan
protein). Contoh gangguan defisiensi enzim yang sering mengakibatkan
retardasi mental:
- Lipidosis otak infantile (penyakit Tay-Sach).
- Histiositosis lipidum jenis keratin (penyakit Gaucher).
- Histiositosis lipidum jenis fostatid (penyakit Niemann-Pick).
- Fenilketonuria (tidak ditemukan enzim yang dapat memecahkan
fenilallanin sehingga timbul keracunan neuron-neuron).
e. Rudapaksa dan sebab fisik lain. Rudapaksa sebelum lahir juga trauma lain,
seperti sinar X, bahan kontrasepsi dan usaha abortus dapat mengakibatkan
retardasi mental.3 Berbagai komplikasi pada perinatal juga dapat
menyebabkan asfiksia neonatum yang dapat mengakibatkan kerusakan
jaringan otak.
f. Prematuritas. Penelitian membuktikan bahwa bayi yang lahir dengan berat
badan lahir rendah memiliki resiko tinggi mengalami gangguan neurologis
dan intelegensi.
g. Trauma kepala. Trauma kepala dapat terjadi pada anak yang mengalami
kejang, kecelakaan lalu lintas, jatuh dari ketinggian, atau pada anak yang
mengalami kekerasan.
h. Penyakit otak yang nyata (neoplasma).
i. Masalah psikososial dan lingkungan. Retardasi mental ringan dapat timbul
sebagai akibat kurangnya nutrisi dan pengasuhan. Ketidakstabilan dalam
keluarga, asupan nutrisi yang kurang selama masa kehamilan dan kurangnya
rangsangan dapat menghambat perkembangan otak anak. Gangguan gizi yang
berlangsung lama dan berlangsung sebelum umur 4 tahun juga dapat
mempengaruhi perkembangan otak dan dapat mengakibatkan retardasi
mental.

Faktor-Faktor Yang Potensial Sebagai Penyebab Retardasi Mental


1. Non-Organik
- Kemiskinan dan keluarganya yang tidak harmonis
- Factor sosio cultural
- Interaksi anak-pengasuh yang tidak baik

5
- Penelantaran anak
2. Oraganik

a. Penyebab pranatal
o Gangguan metabolisme
Gangguan metabolism asam amino yaitu Phenyl KetonUria
(PKU), Maple Syrup Urine Disease, gangguan siklus urea,
histidiemia, homosistinuria, Distrofiaokulorenal Lowe,
hiperprolinemia, tirosinosis dan hiperlisinemia. Gangguan
metabolism lemak yaitu degenerasi serebro makuler dan
lekoensefalopati progresif. Gangguan metabolism karbohidrat
yaitu galaktosemia dan glycogen storabe disease.
o Kelainan Kromosom
Kelainan kromosom muncul dibawah 5 persen kehamilan,
kebanyakan kehamilan yang memilki kelainan kromosom berakhir
dengan kasus keguguran hanya setenggah dari satu persen yang
lahir memiliki kelainan kromosom, dan akan meninggal segera
setelah lahir. bayi yang bertahan, kebanyakan akan memiliki
kelainan down syndrome, atau trisomy 21. Manusianormal
memiliki 46 kromosom (23 pasang).orang dengan kelainan down
syndrome memiliki 47 kromosom (23 pasang + 1 kromosom pada
kromosom ke 21).
o Infeksi maternal selamakehamilan
Yaitu infeksi TORCH dan Sifilis. Cytomegali inclusion body
disease merupakan penyakit infeksi virus yang paling sering
menyebabkan retardasi mental.Infeksi virus ringan atau subklinik
pada ibu hamil dapat menyebabkan kerusakan otak janin yang
bersifat fatal. Penyakit Rubella congenital juga dapat
menyebabkan defisit mental.
o Komplikasi kehamilan

6
Meliputi toksemia gravidarum, Diabetes Mellitus pada ibu
hamil yang tak terkontrol, malnutrisi, anoksia janin akibat plasenta
previa dan solution plasenta serta penggunaan sitostatika selama
hamil.
b. Penyebab perinatal
o Prematuritas
Dengan kemajuan teknik obstetri dan kemajuan perinatologi
menyebabkanmeningkatnya keselamatan bayi dengan berat badan
lahir rendah sedangkanbayi-bayi tersebut mempunyai resiko besar
untuk mengalami kerusakanotak, sehingga akan didapatkan lebih
banyak anak dengan retardasi mental.
o Asfiksia
Asfiksia adalah keadaan dimana bayi baru lahir tidak dapat
bernapas secaraspontan dan teratur. Bayi dengan riwayat gawat
janin sebelum lahir,umumnya akan mengalami asfiksia pada saat
dilahirkan.
o Kernikterus
Kernikterus adalah sindrom neurologis akibat pengendapan
bilirubin takterkonjugasi di dalam sel-sel otak.
o Hipoglikemia: menurunnya kadar gula dalam darah.
c. Penyebab postnatal
o Infeksi (meningitis, ensefalitis)
o Trauma fisik
o Kejang lama
o Intoksikasi (timah hitam, merkuri)
Kebanyakan anak yang menderita retardasi mental ini berasal dari
golongan social ekonomi rendah akibat kurangnya stimulasi dari
lingkungannya sehingga secara bertahap menurunkan IQ yang bersamaan
dengan terjadinya maturasi. Demikian pula dengan keadaan social ekonomi

7
yang rendah dapat sebagai penyebab organic dari retardasi mental, misalnya
keracunan logam berat yang subklinik dalam jangka waktu yang lama dapat
mempengaruhi kemampuan kognitif, ternyata lebih banyak pada anak-anak
dikota dari golongan social ekonomi rendah. Demikian pula dengan kurang
gizi, baik pada ibu hamil maupun pada anaknya setelah lahir dapat
mempengaruhi pertumbuhan otak anak.

4. KLASIFIKASI
a. Retardasi mental ringan (IQ 52-69; umur mental 8-12 tahun)
Retardasi mental ringan dikategorikan sebagai retardasi mental dapat
dididik (educable). Anak mengalami gangguan berbahasa tetapi masih mampu
menguasainya untuk keperluan bicara sehari-hari dan untuk wawancara klinik.
Umumnya mereka juga mampu mengurus diri sendiri secara independen,
meskipun tingkat perkembangannya sedikit lebih lambat dari ukuran normal.
Kesulitan biasanya dijumpai dalam hal membaca, menulis, dan berhitung,
sehingga biasanya retardasi mental ringan ditemukan saat anak berada di
sekolah dasar.
Kelompok ini merupakan bagian terbesar dari retardasi mental.
Kebanyakan dari mereka ini termasuk dari tipe social-budaya dan diagnosis
dibuat setelah anak beberapa kali tidak naik kelas. Golongan ini termasuk
mampu didik, artinya selain dapat diajar baca tulis bahkan bias bisa sampai
kelas 4-6 SD, juga bisa dilatih keterampilan tertentu sebagai bekal hidupnya
kelak dan mampu mandiri seperti orang dewasa yang normal. Tetapi pada
umumnya mereka ini kurang mampu menghadapi stress sehingga tetap
membutuhkan bimbingan dari keluarganya.

Karakteristik :
 Usia presekolah tidak tampak sebagai anak RM, ttp terlambat dalam
kemampuan berjalan, bicara , makan sendiri, dll
 Usia sekolah, dpt melakukan ketrampilan, membaca dan aritmatik dg pdd
khusus, diarahkan pada kemampuan aktivitas sosial.

8
 Usia dewasa, melakukan ketrampilan sosial dan vokasional, diperbolehkan
menikah tdk dianjurkan memiliki anak. Ketrampilan psikomotor tdk
berpengaruh kecuali koordinasi.

b. Retardasi mental sedang (IQ 35- 40 hingga 50 - 55; umur mental 3 - 7 tahun)
Retardasi mental sedang dikategorikan sebagai retardasi mental dapat
dilatih (trainable). Pada kelompok ini anak mengalami keterlambatan
perkembangan pemahaman dan penggunaan bahasa, serta pencapaian
akhirnya terbatas. Pencapaian kemampuan mengurus diri sendiri dan
keterampilan motor juga mengalami keterlambatan, dan beberapa diantaranya
membutuhkan pengawasan sepanjang hidupnya. Retardasi mental sedang
biasanya ditemukan di usia prasekolah.
Kelompok ini kira-kira 12% dari seluruh penderita retardasi mental,
mereka ini mampu latih tetapi tidak mampu didik. Taraf kemampuan
intelektualnya hanya dapat sampai kelas dua SD saja, tetapi dapat dilatih
menguasai suatu keterampilan tertentu, misalnya pertukangan, pertanian, dll.
Apabila bekerja nanti mereka ini perlu pengawasan. Mereka juga perlu dilatih
bagaimana mengurus diri sendiri. Kelompok ini juga kurang kurang mampu
menghadapi stress dan kurang mandiri sehingga perlu bimbingan dan
pengawasan.

Karakteristik :
 Usia presekolah, kelambatan terlihat pada perkembangan motorik, terutama
bicara, respon saat belajar dan perawatan diri.
 Usia sekolah, dpt mempelajari komunikasi sederhana, dasar kesehatan,
perilaku aman, serta ketrampilan mulai sederhana, Tdk ada kemampuan
membaca dan berhitung.
 Usia dewasa, melakukan aktivitas latihan tertentu, berpartisipasi dlm rekreasi,
dpt melakukan perjalanan sendiri ke tempat yg dikenal, tdk bisa membiayai
sendiri.

c. Retardasi mental berat (IQ 20-25 s.d. 35-40; umur mental < 3 tahun)

9
Gambaran klinis dari retardasi mental berat hampir sama dengan
retardasi mental sedang, perbedaan utamanya yaitu biasanya pada retardasi
mental berat terdapat kerusakan motor yang bermakna atau defisit neurologis.
Penderita retardasi mental berat mencapai perkembangan dalam kemampuan
berkomunikasi selama masa kanak-kanak dan biasanya mampu belajar
berhitung serta mengenali huruf.
Sekitar 7% dari seluruh penderita retardasi mental masuk kelompok
ini. Diagnosis mudah ditegakkan secara dini karena selain adanya gejala fisik
yang menyertai juga berdasarkan keluhan dari orang tua dimana anak sejak
awal sudah terdapat keterlambatan perkembangan motorik dan bahasa.
Kelompok ini termasuk tipe klinik. Mereka dapat dilatih hygiene dasar saja
dan kemampuan berbicara yang sederhana, tidak dapat dilatih keterampilan
kerja, dan memerlukan pengawasan dan bimbingan sepanjang hidupnya.

Karakteristik :
 Usia prasekolah kelambatan nyata pada perkembangan motorik, kemampuan
komunikasi sedikit bahkan tidak ada, bisa berespon dalam perawatan diri
tingkat dasar spt makan.
 Usia sekolah, gangguan spesifik dlm kemampuan berjalan, memahami
sejumlah komunikasi/berespon, membantu bila dilatih sistematis.
 Usia dewasa, melakukan kegiatan rutin dan aktivitas berulang, perlu arahan
berkelanjutan dan protektif lingkungan, kemampuan bicara minimal,
meggunakan gerak tubuh.

d. Retardasi mental sangat berat (IQ dibawah 20-25; umur mental seperti bayi)
Sebagian besar penderita retardasi mental berat memiliki penyebab
yang jelas untuk kondisinya. Umumnya anak sangat terbatas dalam hal
mobilitas, dan hanya mampu pada bentuk komunikasi nonverbal yang sangat
elementer.
Kelompok ini sekitar 1% dan termasuk dalam tipe klinik. Diagnosis
dini mudah dibuat karena gejala baik mental dan fisik sangat jelas.
Kemampuan berbahasanya sangat minimal. Mereka ini seluruh hidupnya
tergantung orang disekitarnya.

10
Karakteristik :
 Usia prasekolah retardasi mencolok, fs. Sensorimotor minimal, butuh
perawatan total.
 Usia sekolah, kelambatan nyata di semua area perkembangan,
memperlihatkan respon emosional dasar, ketrampilan latihan kaki, tangan dan
rahang. Butuh pengawas pribadi. Usia mental bayi muda.
 Usia dewasa, mungkin bisa berjalan, butuh perawatan total, biasanya diikuti
dengan kelainan fisik.

5. MANIFESTASI KLINIS

Manifestasi klinis dari retardasi mental dapat bervariasi, utamanya


berdasarkan tingkat retardasi mental. Pada retardasi mental ringan, gejala biasanya
belum nampak hingga anak memasuki usia sekolah dasar, dimana anak mengalami
kesulitan dalam menulis, membaca, dan berhitung sehingga hanya mampu bersekolah
hingga kelas 4,5, atau 6. Anak sulit berkonsentrasi dan kurang dewasa dalam hal
adaptasi sosial dan kemandirian.

Orang dengan retardasi mental berat hingga sangat berat biasanya didiagnosis
pada usia lebih dini, lebih sering dengan kondisi medis tertentu misalnya kelainan
dismorfik, dan memiliki gangguan mental dan perilaku. Sebaliknya, orang dengan
retardasi mental ringan didiagnosis pada usia yang lebih tua (biasanya saat tuntutan
akademik lebih menonjol), jarang dengan kondisi medis tertentu dan biasanya
nampak seperti orang normal. Orang dengan retardasi mental sedang memiliki
gambaran keduanya.

6. DIAGNOSIS

Diagnosis retardasi mental tidak hanya didasarkan atas tes intelegensia


saja, melainkan juga dari riwayat penyakit, laporan dari orangtua, laporan dari
sekolah, pemeriksaan fisis, laboratorium, pemeriksaan penunjang. Yang perlu
dinilai tidak hanya intelegensia saja melainkan juga adaptasi sosialnya. Dari
anamnesis dapat diketahui beberapa faktor risiko terjadinya retardasi mental.

11
Pemeriksaan fisis pada anak retardasi mental biasanya lebih sulit dibandingkan
pada anak normal, karena anak retardasi mental kurang kooperatif. Selain
pemeriksaan fisis secara umum (adanya tanda-tanda dismorfik dari sindrom-
sindrom tertentu) perlu dilakukan pemeriksaan neurologis, serta penilaian tingkat
perkembangan. Pada pemeriksaan fisik pasien dengan retardasi mental dapat
ditemukan berbagai macam perubahan bentuk fisik, misalnya perubahan bentuk
kepala: mikrosefali, hidrosefali, dan down syndrome. Wajah pasien dengan
retardasi menral sangan mudah dikenali seperti hipertelorisme, yaitu lidah yang
menjulur keluar, gangguan pertumbuhan gigi dan ekspresi wajah yang tampak
tumpul.
Pada anak yang berumur diatas 3 tahun dilakukan tes intelegensia. Namun,
tingkat kecerdasan intelegensia bukan satu-satunya karakteristik, melainkan
harus dinilai berdasarkan sejumlah besar ketrampilan spesifik yang berbeda.
penilaian tingkat kecerdasan harus berdasarkan semua informasi yang tersedia,
termasuk temuan klinis, prilaku adaptif dan hasil tes psikometrik. Pemeriksaan
Ultrasonografi (USG) kepala dapat membantu menilai adanya kalsifikasi
serebral, perdarahan intra kranial pada bayi dengan ubun-ubun masih terbuka.
Pemeriksaan laboratorium dilakuka atas indikasi, pemeriksaan ferriklorida dan
asam amino urine dapat dilakukan sebagai screening PKU. Pemeriksaan analisis
kromosom dilakukan bila dicurigai adanya kelainan kromosom yang mendasari
retardasi mental tersebut. Beberapa pemeriksaan penunjang lain dapat dilakukan
untuk membantu seperti pemeriksaan BERA, CT-Scan, dan MRI. Kesulitan yang
dihadapi adalah kalau penderita masih dibawah umur 2-3 tahun, karena
kebanyakan tes psikologis ditujukan pada anak yang lebih besar. Pada bayi dapat
dinilai perkembangan motorik halus maupun kasar, serta perkembangan bicara
dan bahasa. Biasanya penderita retardasi mental juga mengalami keterlambatan
motor dan American Psychiatric Association (APA) pada tahun 1994,
mensyaratkan tiga diagnosis keterbelakangan mental, yaitu:
 Fungsi intelektual secara signifikan dibawah rata-rata: IQ sekitar 70 atau
kurang menurut tes IQ yang diadakan secara individu.

12
 Ketidakmampuan atau kelemahan yang terjadi bersamaan dengan fungsi
adaptasi saat ini (yakni efektivitas seseorang dalam memenuhi standar yang
diharapkan pada usianya dengan kelompok budayanya) setidaknya dalam
bidang berikut ini: yaitu komunikasi, perhatian diri sendiri, kehidupan rumah
tangga, keterampilan sosial-interpersonal, penggunaan sumber dalam
komunitas, self dierection, keterampilan akademik fungsional, pekerjaan,
waktu luang, kesehatan dan keamanan.
 Terjadi sebelum berusia 18 tahun.
Tingkatan keterbelakangan mental menurut APA, diklasifikasikan menjadi
mild retardation (tingkat IQ 50 atau 55 sampai sekitar 70), moderate mental
retardation (tingkat IQ 35 atau 40 sampai 50 atau 55), severe mental
retardation (tingkat IQ 20 atau 25 sampai 35 atau 40), dan profound mental
retardation (tingkat IQ dibawah 20 atau 25).
Dibawah ini sekilas tentang perubahan perilaku terkait usia pada anak
dengan keterbelakangan mental :
Keterbelakangan Mental Ringan (IQ = 50 -70)
 Anak prasekolah (0 – 5 tahun): lebih lambat daripada rata-rata dalam berjalan,
makan sendiri, dan berbicara, namun pengamat sambil lalu tidak melihat
keterbelakangan ini.
 Usia sekolah (6 – 21 tahun): Belajar keterampilan motorik-pemahaman dan
kognisi (membaca dan arithmatic) di kelas tiga sampai kelas enam oleh
remaja tahap ini, dapat belajar untuk menyesuaikan diri secara sosial.
 Dewasa (21 tahun keatas): Biasanya mencapai keterampilan sosial dan
kejuruan yang diperlukan untuk merawat diri, membutuhkan bimbingan dan
bantuan ketika berada pada kondisi ekonomi sulit atau stress sosial.

Keterbelakangan Mental menengah (IQ = 35 – 49)


 Anak prasekolah (0 – 5 tahun): sebagian besar perkembangan kelihatan
dengan jelas terlambat.

13
 Usia sekolah (6 – 21 tahun): belajar berkomunikasi dan merawat kesehatan
dasar dan kebutuhan keamanan.
 Dewasa (21 tahun keatas): melakukan tugas tanpa keterampilan atau semi
terampil sederhana pada kondisi yang diawasi, berpartisipasi pada permainan
sederhana dan melakukan perjalanan sendiri di tempat yang dikenal, mampu
merawat diri sendiri.

Keterbelakangan Mental Berat (IQ = 20 – 34)


 Anak prasekolah (0 – 5 tahun): perkembangan motorik sangat tertunda, sedikit
atau tidak berbicara, mendapat mamfaat dari pelatihan mengerjakan sendiri
(misalnya makan sendiri).
 Usia sekolah (6 – 21 tahun): biasanya berjalan kecuali jika terdapat
ketidakmampuan motorik, dapat memahami dan merespon pembicaraan,
dapat mengambil mamfaat dari pelatihan mengenai kesehatan dan kebiasaan
lain yang dapat diterima.
 Dewasa (21 tahun keatas): melakukan kegiatan rutin sehari-hari dan
memperbesar perawatan diri sendiri, memerlukan petunjuk dan pengawasan
ketat dalam lingkungan yang dapat dikendalikan.

Keterbelakangan Mental Sangat Berat (IQ dibawah 20)


 Anak prasekolah (0 – 5 tahun): keterbelakangan ekstrem disemua bidang,
kemampuan sensorik minimal, membutuhkan bantuan perawatan diri.
 Usia sekolah (6 – 21 tahun): semua bidang perkembangan tampak jelas
tertunda, respon berupa emosi dasar dan mendapatkan manfaat dari pelatihan
dalam penggunaan anggota badan dan mulut, harus diawasi dengan ketat.
 Dewasa (21 tahun keatas): barangkali dapat berjalan dan berbicara dengan
cara primitive, mendapatkan mamfaat dari aktivitas fisik regular, tidak dapat
merawat diri sendiri, tetapi membutuhkan bantuan perawatan diri.

14
7. DIAGNOSIS BANDING
Gangguan perkembangan tertentu, seperti disfasia, dapat menghambat
kemampuan akademik, tetapi disini tidak ditemukan adanya defisit secara umum
seperti pada retardasi mental. Autisme berat, terutama yang disertai mutisme,
mungkin menyerupai retardasi mental dan biasanya autisme disertai dengan retardasi
mental. Skizofrenia masa kanak seringkali menghambat kemampuan akademik dan
menyerupai gejala retardasi mental. Deprivasi psikososial, misalnya pada anak yatim
piatu dan korban kekerasan, mungkin menyebabkan anak nampak seperti penderita
retardasi mental.

8. PENATALAKSANAAN

a. Farmakoterapi
Obat-obatan yang sering digunakan dalam terapi retardasi mental adalah
terutama untuk menekan gejala-gejala hiperkinetik. Metilfenidat (Ritalin)
dapat memperbaiki keseimbangan emosi dan fungsi kognitif. Imipramin,
dekstroamfetamin, klorpromazin, flufenazin, fluoksetin kadang-kadang
dipergunakan oleh psikiatri anak. Untuk menaikkan kemampuan belajar pada
umumnya diberikan tioridazin (melleril), metilfenidat, amfetamin, asam
glutamate, gamma aminobutyric acid (GABA).
b. Latihan dan pendidikan.
Latihan dan pendidikan meliputi latihan di rumah, latihan di sekolah, latihan
teknis, dan latihan moral. Latihan anak dengan retardasi mental secara umum
ialah:
- Mempergunakan dan mengembangkan sebaik-baiknya kapasitas yang ada.
- Memperbaiki sifat-sifat yang salah atau antisosial.
- Mengajarkan suatu keahlian agar anak itu dapat mencari nafkah kelak.
c. Psikoterapi
Psikoterapi diberikan kepada anak dan orang tua. Konseling pada
orang tua antara lain bertujuan untuk membantu mereka dalam mengatasi
frustrasi oleh karena mempunyai anak dengan retardasi mental, mereka perlu
diberi dukungan bahwa bukan salah mereka jika anak mereka mengalami hal

15
seperti itu, tetapi mereka perlu berusaha untuk mengatasi keadaan tersebut.
Psikoterapi tidak dapat menyembuhkan retardasi mental, tetapi diharapkan
dapat terjadi perubahan sikap, tingkah laku, dan adaptasi sosial.

Penanganan terhadap penderita retardasi mental bukan hanya tertuju pada


penderita saja, melainkan juga pada orang tuanya. Siapapun orangnya pasti
memiliki beban psiko-sosial yang tidak ringan jika anaknya menderita retardasi
mental, apalagi jika masuk kategori yang berat dan sangat berat. Oleh karena itu
agar orang tua dapat berperan secara baik dan benar maka mereka perlu memiliki
kesiapan psikologis dan teknis. Untuk itulah maka mereka perlu mendapatkan
layanan konseling. Konseling dilakukan secara fleksibel dan pragmatis dengan
tujuan agar orang tua penderita mampu mengatasi bebab psiko-sosial pada
dirinya terlebih dahulu.
Untuk mendiagnosis retardasi mental dengan tepat, perlu diambil anamnesis
dari orang tua dengan teliti mengenai: kehamilan, persalinan, dan pertumbuhan
serta perkembangan anak. Dan bila perlu dilakukan pemeriksaan laboratorium.
a. Pentingnya Pendidikan dan Latihan untuk Penderita Retardasi Mental
1) Latihan untuk mempergunakan dan mengembangkan kapasitas yang
dimiliki dengan sebaik-baiknya.
2) Pendidikan dan latihan diperlukan untuk memperbaiki sifat-sifat yang
salah.
3) Dengan latihan maka diharapkan dapat membuat keterampilan
berkembang, sehingga ketergantungan pada pihak lain menjadi
berkurang atau bahkan hilang.
Melatih penderita retardasi mental pasti lebih sulit dari pada
melatih anak normal antara lain karena perhatian penderita retardasi
mental mudah terinterupsi. Untuk mengikat perhatian mereka tindakan
yang dapat dilakukan adalah dengan merangsang indera.
b. Jenis-jenis Latihan untuk Penderita Retardasi Mental

16
Ada beberapa jenis latihan yang dapat diberikan kepada penderita
retardasi mental, yaitu:
1) Latihan di rumah: belajar makan sendiri, membersihkan badan dan
berpakaian sendiri, dst.,
2) Latihan di sekolah: belajar keterampilan untuk sikap social,
3) Latihan teknis: latihan diberikan sesuai dengan minat dan jenis kelamin
penderita, dan
4) latihan moral: latihan berupa pengenalan dan tindakan mengenai hal-
hal yang baik dan buruk secara moral.

7. PENCEGAHAN

Pencegahan retardasi mental dapat dilakukan secara primer (mencegah


timbulnya retardasi mental) atau secara sekunder ( mengurangi manifestasi klinis
retardasi mental).

Pencegahan primer dapat dilakukan dengan pendidikan kesehatan pada


masyarakat, perbaikan sosio-ekonomi, konseling genetik dan tindakan kedokteran
(misalnya perawatan prenatal yang baik, pertolongan persalinan yang baik,
mengurangi kehamilan diatas usia 40 tahun, dan pencegahan keradangan otak pada
anak-anak). Pencegahan sekunder meliputi diagnosis dan pengobatan dini.
Pencegahan tersier meliputi pendidikan penderita atau latihan khusus yang sebaiknya
dilakukan di sekolah luar biasa. Penyebab retardasi mental yang dapat dicegah antara
lain: infeksi, trauma, intoksikasi, komplikasi kehamilan, gangguan metabolisme,
kelainan genetik.

Asuhan Keperawatan
A. PENGKAJIAN
Pengkajian terdiri atas evaluasi komprehensif mengenai kekurangan dan
kekuatan yang berhubungan dengan ketrampilan adaptif ;komunikasi, perawatan

17
diri, interaksisosial, penggunaan sarana-sarana di masyarakat pengarahan diri,
pemeliharaan kesehatan dan keamanan, akademik fungsional, pembentukan
ketrampilan rekreasi dan ketenangan dan bekerja.
- RiwayatKesehatan
a. Riwayat kesehatan sekarang
Pasien menunjukkan Gangguan kognitif ( pola, proses pikir ),
Lambatnya ketrampilan ekspresi dan resepsi bahasa, Gagal melewati tahap
perkembangan yang utama, Lingkar kepala diatas atau dibawah normal
( kadang-kadang lebih besar atau lebih kecil dari ukuran normal ), lambatnya
pertumbuhan, tonus otot abnormal ( lebih sering tonus otot lemah ), ciri-ciri
dismorfik, dan terlambatnya perkembangan motoris halus dan kasar.
b. Riwayatkesehatandahulu
Kemungkinan besar pasien pernah mengalami Penyakit kromosom
( Trisomi 21 ( Sindrom Down), Sindrom Fragile X, GangguanSindrom
( distrofiotot Duchene ), neurofibromatosis ( tipe 1), Gangguan metabolism
sejak lahir ( Fenilketonuria ), Abrupsio plasenta, Diabetes maternal, Kelahiran
premature, Kondisi neonatal termasuk meningitis danperdarahan intracranial,
Cederakepala, Infeksi, Gangguan degenerative.
c. Riwayatkesehatankeluarga
Ada kemungkinan besar keluarga pernah mengalami penyakit yang
serupa atau penyakit yang dapat memicu terjadinya retardasi mental, terutama
dari ibu tersebut.
Pengakajian dapat dilakukan melalui:
1. Neuroradiologi dapat menemukan kelainan dalam struktur kranium,
misalnya klasifikasi atau peningkatan tekanan intrakranial.
2. Ekoesefalografi dapat memperlihatkan tumor dan hamatoma.
3. Biopsi otak hanya berguna pada sejumlah kecil anak retardasii mental. Juga
tidak mudah bagi orang tua untuk menerima pengambilan jaringan otak
dalan jumlah kecil sekalipun karena dianggap menambah kerusakan otak
yang memang tidak adekuat.

18
4. Penelitian bio kimia menentukan tingkat dari berbagai bahan metabolik yang
diketahui mempengaruhi jaringan otak jika tidak ditemukan dalam jumlah
besar atau kecil, misalnya hipeglekimia pada neonatus prematur,
penumpukan glikogen pada otot dan neuron, deposit lemak dalam otak dan
kadar fenilalanin yang tinggi.
Atau dapat melakukan pengkajian sebagai berikut:
1. Lakukan pengkajian fisik.
 Kepala :Mikro/makrosepali, plagiosepali (btk kepala tdk
simetris)
 Rambut :Pusar ganda, rambut jarang/tdk ada, halus, mudah
putus dan cepat berubah
 Mata : mikroftalmia, juling, nistagmus, dll
 Hidung : jembatan/punggung hidung mendatar, ukuran kecil,
cuping melengkung ke atas, dll
 Mulut : bentuk “V” yang terbalik dari bibir atas, langit-langit
lebar/melengkung tinggi
 Geligi : odontogenesis yang tdk normal
 Telinga : keduanyaletakrendah; dll
 Muka : panjang filtrum yang bertambah, hipoplasia
 Leher : pendek; tdk mempunyai kemampuan gerak sempurna
 Tangan : jari pendek dan tegap atau panjang kecil meruncing,
ibujari gemuk dan lebar, klinodaktil, dll
 Dada & Abdomen : tdpbeberapa putting, buncit, dll
 Genitalia : mikropenis, testis tidakturun, dll
 Kaki : jari kaki saling tumpang tindih, panjang &
tegap/panjang kecil meruncing diujungnya, lebar, besar, gemuk
2. Lakukan pengkajian perkembangan.

19
3. Dapatkan riwayat keluarga, teruma mengenai retardasi mental dan
gangguan herediter dimana retardasi mental adalah salah satu jenisnya
yang utama
4. Dapatkan riwayat kesehatan unutk mendapatkan bukti-bukti adanya
trauma prenatal, perinatal, pascanatal, atau cedera fisik.
5. Infeksi maternal prenatal (misalnya, rubella), alkoholisme, konsumsi
obat.
6. Nutrisi tidak adekuat.
7. Penyimpangan lingkungan.
8. Gangguan psikiatrik (misalnya, Autisme).
9. Infeksi, teruma yang melibatkan otak (misalnya, meningitis,
ensefalitis, campak) atau suhu tubuh tinggi.
10. Abnormalitas kromosom.
11. Bantu dengan tes diagnostik misalnya: analis kromosom,
disfungsimetabolik, radiografi, tomografi, elektro ersafalografi.
12. Lakukan atau bantu dengan tes intelegensia. Stanford, binet, Wechsler
Intellence, Scale, American Assiciation of Mental Retardation Adaptif
Behavior Scale.
13. Observasi adanya manifestasi dini dari retardasi mental:
14. Tidak responsive terhadap kontak. Kontak mata buruk selama
menyusui.
15. Penurunan aktivitas spontan
16. Penurunan kesadaran terhadap suara getaran
17. Peka rangsang.
18. Menyusui lambat.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Perubahan pertumbuhan dan perkembangan berhubungan dengan kerusakan
fungsi kognitf.

20
2. Perubahan proses keluarga berhubungan dengan mempunyai anak yang
menderita retardasi mental.
3. Gangguan pertumbuhan dan perkembangan b.d kelainan fs. Kognitif
4. Gangguan komunikasi verbal b.d kelainan fs, kognitif
5. Risiko cedera b.d. perilaku agresif/ketidakseimbangan mobilitas fisik
6. Gangguan interaksi sosial b.d. kesulitan bicara /kesulitan adaptasi sosial
7. Gangguan proses keluarga b.d. memiliki anak RM
8. Defisit perawatan diri b.d. perubahan mobilitas fisik/kurangnya kematangan
perkembangan

C. INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Perubahan pertumbuhan dan perkembangan berhubungan dengan
kerusakan fungsi kognitf.
Intervensi keperawatan / rasional :
a. Libatkan anak dan keluarga dalam program stimulasi dini pada bayii
untukmembantu memaksimalkan perkembangan anak.
b. Kaji kemajuan perkembangan anak dengan interval regular, buat
catatan yang terperinci untuk membedakan perubahan fungsi samar
sehingga rencana perawatan dapat diperbaiki sesuai kebutuhan.
c. Bantu keluarga menyusun tujuan yang realitas untuk anak, untuk
mendorong keberhasilan pencapaian sasaran dan harga diri.
d. Berikan penguatan positif / tugas-tugas khusus untuk perilaku anak
karena hal ini dapat memperbaiki motivasi dan pembelajaran.
e. Dorong untuk mempelajari ketrampilan perawatan diri segera setelah
anak mencapai kesiapan.
f. Kuatkan aktivitas diri untuk menfasilitasi perkembangan yang optimal.
g. Dorong keluarga untuk mencari tahu program khusus perawatan sehari
dan kelas-kelas pendidikan segera.
h. Tekankan bahwa anak mempunyai kebutuhan yang sama dengan anak
lain.

21
i. Sebelum remaja, berikan penyuluhan pada anak dan orang tua tentang
maturasi fisik, perilaku seksual, perkawinan dan keluarga.
2. Perubahan proses keluarga berhubungan dengan mempunyai anak yang
menderita retardasi mental.
Intervensi keperawatan / rasional.
a. Berikan informasi pada keluarga sesegera mungkin pada saat atau
setelah kelahiran.
b. Ajak kedua orang tua untuk hadir pada kpnferensi pemberian
informasi.
c. Bila mungkin, berikan informasi tertulis pada keluarga tentang
kondisii anak.
d. Diskusikan dengan anggota keluarga tentang manfaat dari perawatan
dirumah, beri kesempatan pada mereka untuk menyeldiki semua
alternatif residensial sebelum membuat keputusan.
e. Dorong keluarga untuk bertemu dengan keluarga lain yang mempunyai
masalah yang sama sehingga mereka dapat menerima dukungan
tambahan.
f. Tekankan karakteristik normal anak untuk membantu keluarga melihat
anak sebagai individu dengan kekuatan serta kelemahannya masing-
masing.
g. Dorong anggota keluarga untuk mengekspresikan perasaan dan
kekhawatiran karena hal itu merupakan bagian dari proses adaptasi.

D. PELAKSANAAN/ IMPLEMENTASI
Setelah rencana keperawatan dibuat, kemudian dilanjutkan dengan
pelaksanaan. Pelaksanaan rencana asuhan keperawatan merupakan kegiatan
atau tindakan yang diberikan dengan menerapkan pengetahuan dan
kemampuan klinik yang dimilki oleh perawat berdasarkan ilmu – ilmu

22
keperawatan dan ilmu – ilmu lainnya yang terkait. Seluruh perencanaan
tindakan yang telah dibuat dapat terlaksana dengan baik.
Ada beberaa faktor yang mempengaruhi pelaksanaan rencana asuhan
keperawatan atau hambatan yang penulis dapatkan. Hambatan-hambatan
tersebut antara lain, keterbatasan sumber referensi buku sebagai acuan penulis
dan juga alat yang tersedia, pendokumentasian yang dilakukan oleh perawat
ruangan tidak lengkap sehingga sulit untuk mengetahui perkembangan klien
dari mulai masuk sampai sekarang secara detail, lingkungan fisik atau fasilitas
rumah sakit yang kurang memadai dan keberadaan penulis di ruang tempat
klien di rawat terbatas.

E. EVALUASI
Evaluasi adalah tahap akhir dalam proses keperawatan. Tahap evaluasi
dalam proses keperawatan menyangkut pengumpulan data subjektif dan data
objektif yang akan menunjukkan apakah tujuan asuhan keperawatan sudah
tercapai sepenuhnya, sebagian atau belum tercapai. Serta menentukan masalah
apa yang perlu di kaji, direncanakan, dilaksanakan dan dinilai kembali.
Tujuan tahap evaluasi adalah untuk memberikan umpan balik rencana
keperawatan, menilai, meningkatkan mutu asuhan keperawatan melalui
perbandingan asuhan keperawatan yang diberikan serta hasilnya dengan
standar yang telah di tetapkan lebih dulu. Pada tahap evaluasi yang perawat
lakukan adalah melihat apakah masalah yang telah diatasi sesuai dengan
kriteria waktu yang telah ditetapkan.

23
BAB III
SIMPULAN

Retardasi mental adalah suatu kondisi dimana:


- Terjadi penurunan fungsi intelektual (IQ≤70 atau dua tingkat dibawah
standar deviasi rata-rata)
- Terjadi defisit fungsi adaptasi sosial.
- Onset terjadi selama masa perkembangan (sebelum 18 tahun).

Prevalensi retardasi mental diperkirakan sebanyak 1%-3% dari jumlah


populasi. Retardasi mental primer mungkin disebabkan faktor keturunan
(retardasi mental genetik) dan faktor yang tidak diketahui. Retardasi mental
sekunder disebabkan faktor-faktor dari luar yang diketahui dan faktor-faktor
ini memengaruhi otak mungkin pada waktu prenatal, perinatal atau

24
postnatal.Penyebab retardasi mental dikelompokkan menjadi retardasi mental
primer dan retatdasi mental sekunder.

Diagnosis retardasi mental ditetapkan berdasarkan anamnesis,


pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang lainnya. Penatalaksanaan
retardasi mental terdiri atas farmakoterapi, psikoterapi, serta pendidikan dan
latihan.

DAFTAR PUSTAKA

Freedman et al. Modern Synopsis of Comprehensive Textbook of Psychiatry.


Baltimore : The Williams & Wilkins Co, 1972; pp 312 -329.
Maslim R. Diagnosis Gangguan Jiwa, Rujukan Ringkas PPDGJ-III dan DSM-5. 2nd
ed. Jakarta: Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK-Unika Atmajaya; 2013.
Sularyo TS, Kadim M. Retardasi Mental. Sari Pediatri Desember 2000:170-177.
Maramis WF, Maramis AA. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. 2 ed. Surabaya:
Airlangga University Press; 2009.
Kay J, Tasman A. Essentials of Psychiatry. England: John Wiley & Sons Ltd; 2006.
Sadock BJ, Sadock VA. Kaplan & Sadock's Synopsis of Psychiatry: Behavioral
Sciences/Clinical Psychiatry. 10th ed: Lippincott Williams & Wilkins; 2007.

25
Martin A, Volkmar FR. Lewi's Child and Adolescent Psychiatry: A Comprehensive
Textbook. 4th ed: Lippincott Williams & Wilkins; 2007.
Moore DP, Jefferson JW. Handbook of Medical Psychiatry. 2nd ed. Philadelphia:
Elsevier/Mosby; 2004.

Wikipedia, the Free Encyclopedia. (2010) “Mental Retardation.” Terdapat pada:


http://en.wikipedia.org/wiki/Mental_retardation.

26

Anda mungkin juga menyukai