RETADASI MENTAL
Dosen Pengampu :
Ns. Herlina,M,Kep.Sp,Kep.An
Disusun oleh:
KELAS B
4. Faktor Psikososial
Proses psikososial dalam keluarga dapat merupakan salah satu penyebab
retardasi mental. Sebenarnya bermacam-macam sebab dapat bersatu untuk
menimbulkan retardasi mental. Proses psikososial ini merupakan faktor penting
bagi retardasi mental tipe sosio-kultural, yang merupakan retardasi mental ringan.
Lingkungan rumah atau sosial yang miskin, yaitu yang tidak memberikan stimulasi
intelektual, penelantaran, atau kekerasan dari orang tua dapat menjadi penyebab
atau memberi kontribusi dalam perkembangan retardasi mental. Anak-anak dalam
keluarga yang miskin mungkin kekurangan mainan, buku, atau kesempatan untuk
berinteraksi dengan orang dewasa melalui cara-cara yang menstimulasi secara
intelektual akibatnya mereka gagal mengembangkan keterampilan bahasa yang
tepat atau menjadi tidak termotivasi untuk belajar keterampilan-keterampilan yang
penting dalam masyarakat kontemporer. Beban-beban ekonomi seperti keharusan
memiliki lebih dari satu pekerjaan dapat menghambat orang tua untuk meluangkan
waktu membacakan buku anak-anak, mengobrol panjang lebar, dan
memperkenalkan mereka pada permainan kreatif. Lingkaran kemiskinan dan
buruknya perkembangan intelektual dapat berulang dari generasi ke generasi
2. Orang yang memiliki defisit atau hendaya dalam fungsi adaptif yang timbul
secara bervariasi. Tanda-tanda umum dari mental retardation adalah
kesulitan dalam berkomunikasi, kesulitan dalam mengurus diri sendiri atau
rumah, kesulitan dalam membina relasi sosial atau personal, rendahnya
kemampuan akademis, kesehatan dan keselamatan.
3. Umur onset, yakni timbulnya mental retardation pada usia 18 tahun. Batasan
ini ditetapkan sebagai identifikasi gangguan pada fase-fase perkembangan
berikutnya.
Orang dengan retardasi mental berat hingga sangat berat biasanya didiagnosis
pada usia lebih dini, lebih sering dengan kondisi medis tertentu misalnya kelainan
dismorfik, dan memiliki gangguan mental dan perilaku. Sebaliknya, orang dengan
retardasi mental ringan didiagnosis pada usia yang lebih tua (biasanya saat tuntutan
akademik lebih menonjol), jarang dengan kondisi medis tertentu dan biasanya nampak
seperti orang normal. Orang dengan retardasi mental sedang memiliki gambaran
keduanya
Gejala retardasi mental pada tiap pasien dapat berbeda-beda, tergantung tingkat
keparahan kondisi yang dialami. Gejala yang dapat timbul pada penderita retardasi
mental, berupa:
1) Kesulitan berbicara.
2) Lambat dalam mempelajari hal-hal penting, seperti berpakaian dan makan
3) Kesulitan dalam pengendalian emosi, seperti mudah marah
4) Ketidakmampuan memahami konsekuensi atas tindakan yang diambi.
5) Penalaran yang buruk dan sulit memecahkan suatu masalah
6) Daya ingat yang buruk
Nilai IQ pasien juga dapat menunjukkan tingkat keparahan kondisi yang diderita.
Berikut tingkat keparahan kondisi berdasarkan nilai IQ:
a. Serebral palsi
b. Gangguan kejang
c. Gangguan kejiwaan
d. Gangguan konsentrasi/hiperaktif
e. Defisit komunikasi
f. Konstipasi (karena penurunan motilitas usus akibat obat-obatan antikonvulsi, kurang
mengkonsumsi makanan berserat dan cairan)
Pencegahan
Pencegahan retardasi mental dapat dilakukan secara primer (mencegah timbulnya
retardasi mental) atau secara sekunder (mengurangi manifestasi klinis retardasi
mental).
Pencegahan primer dapat dilakukan dengan pendidikan kesehatan pada masyarakat,
perbaikan sosio-ekonomi, konseling genetik dan tindakan kedokteran (misalnya
perawatan prenatal yang baik, pertolongan persalinan yang baik, mengurangi
kehamilan diatas usia 40 tahun, dan pencegahan keradangan otak pada anak-anak).
Pencegahan sekunder meliputi diagnosis dan pengobatan dini. Pencegahan tersier
meliputi pendidikan penderita atau latihan khusus yang sebaiknya dilakukan di
sekolah luar biasa.
2. Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi
Hasil
1 Gangguan Setelah dilakukan 1. Kaji tingkat
pertumbuhan dan tindakan keperawatan perkembangan anak
perkembangan b.d. selama 3×24 jam 2. Dorong / libatkan anak
kelainan fungsi diharapkan pasien tidak dalam melakukan
kognitif mengalami kegagalan aktivitas
tumbang. 3. Berikan aktivitas sesuai
Kriteria Hasil : dengan kemampuan anak
Tak ada 4. Ajarkan hal-hal yang
kemunduran perlu diketahui anak
mental (aktivitas dasar)
Anak mampu 5. Pantau tingkat
melakukan perkembangan anak
kegiatan sesuai
kemampuan
secara optimal
2 Hambatan
interaksi sosial Setelah dilakukan 1. Dorong pasien
berhubungan tindakan keperawatan untukmengungkapkan
dengan gangguan selama 3 x 24 jam maka perasaan yang
proses pikir Hambatan interaksi berhubungan
sosial belum teratasi dengan masalah
dengan riteria hasil : pribadinya.
2. Identifity suatuketerampil
1. Belum bisa an sosial tertentu
mempertahankan fungsi yang akanmenjadi
kognitif. fokusdari pelatihan.
3. Berikan penkes kepada
2. Belum bisa keluarga untuk melatih
mempertahankan klien supaya keterampilan
keterampilan sosialnya semakin
bahasanya. berkembang.
3. Belum bisa
mempertahankan
keterampilan dalam
pemecahan masalah.
3 Isolasi sosial
berhubungan Setelah dilakukan 1. Identifikasi kebutuhan
dengan tindakan keperawatan keamanan
keterlambatan selama 3 x 24 jam maka pasien,berdasarkan
dalam isolasi sosial belum tingkat fungsi
menyelesaikan teratasi dengan kriteria fisik,kognitif dan
tugas hasil: perilaku.
perkembangan 2. Ciptakan lingkungan yang
1. Belum bisa aman bagi pasien.
berkomunikasi dengan 3. Batasi pengunjung yang
orang lain. ingin bertemu dengan
pasien.
2. Belum bisa
beradaptasi dengan
lingkungan
DAFTAR PUSTAKA
Maramis WF, Maramis AA. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. 2 ed. Surabaya: Airlangga
University Press; 2009