Anda di halaman 1dari 51

L.O.1.

1 Definisi Retardasi Mental


The american Association Deficiency (AAMD) dan Diagnostic and Statistical Manual of Mental
Disorders edisi keempat (DSM-IV) mendefinisikan retardasi mental sebagai fungsi intelektual
keseluruhan yang secara bermakna di bawah rata-rata yang menyebabkan atau berhubungan
dengan gangguan pada perilaku adaktif dan bermanifestasi selama periode perkembangan yaitu
sebelum usia 18 tahun. (Kaplan, 2008)
Fungsi intelektual dapat diketahui dengan test fungsi kecerdasan yang dinyatakan sebagai IQ
(Intelengence Quitient)

IQ adalah MA/CA x 100%


M.A = Mental Age, umur mental yang didapat dari hasil test.
C.A = Chronological Age, umur berdasarkan perhitungan tanggal lahir.
Yang dimaksud fungsi intelektual dibawah normal, yaitu apabila IQ dibawah 70-75. Anak ini tidak
dapat mengikuti pendidikan sekolah biasa, karena cara berfikirnya yang terlalu sederhana, daya
tangkap dan daya ingat lemah, demikian pula dengan pengertian bahasa dan berhitungnya juga
sangat lemah.
Sedangkan yang dimaksud dengan perilaku adaptif sosial adalah kemampuan seseorang untuk
mandiri, menyesuaikan diri dan mempunyai tanggung jawab sosial yang sesuai dengan kelompok
umur dan budayanya.Pada penderita retardasi mental gangguan perilaku adaptif yang paling meninjol
adalah kesulitan menyesuaikan diri dengan masyarakat sekitarnya.Biasanya tingkah lakunya kekanakkanakan tidak sesuai dengan umurnya.
Gejala tersebut harus timbul pada masa perkembangan, yaitu dibawah umur 18 tahun. Karena
gejala tersebut timbul setelah 18 tahun, bukan lagi disebut retardasi mental tetapi penyakit lain
sesuai dengan gejala klinisnya.
(Soetjiningsih, 1995)

L.O.1.2 Epidemiolgi Retardasi Mental


Sekitar 3% populasi umum mempunyai kuotien intelegensi (IQ) kuranf dari 2 simpang baku di bawah
mean. Telah diperkirakan bahwa 80 90% individu dalam populasi dengan retardasi mental berfungsi
dalam kisaran ringan, sementara hanya 5% populasi dengan retardasi mental yang gangguannya berat
sampai sangat berat. Prevalensi retardasi mental ringan berbanding terbalik dengan status social ekonomi,
sementara ketidakmampuan sedang sampai berat terjadi dengan frekuensi yang sama pada hampir semua
kelompok pendapatan. Karena diagnosis retardasi mental didasarkan pada penilaian perilaku penyesuaian
diri dan tidak ganya pada IQ, maka epidemiologinya juga bervariasi sejalan dengan siklus hidup. Insidens
retardasi yang pada mulanya dilaporkan meningkat sejalan dengan usia, jumlahnya meningkat dengan
tajam pada awal tahun tahun sekolah dan menurun pada akhir masa remaja ketika individu dengan
gangguan ringan menyelesaikan pendidikan formalnya dan berasimilasi ke dalam kehidupan dewasa
normal. Identifikasi anak dengan retardasi ringan pada masa pra-sekolah paling lazim dipercepat dengan
perhatian pada perkembangan bahasanya, (nelson)
L.O.1.3Etiologi Retardasi Mental
Terdapat banyak penyebab cacat mental, seperti penyakit yang diderita semasa kehamilan, terusakan
dalam metabolisme, penyakit pada otak polamal, dan yang tidak baik, dan perawatan yang tidak
sesuai. Laporan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memaparkan bahwa 30% dari anak-anak yang
cacat mental serius disebabkan oleh ketidaknormalan genetik, seperti down syndrom, 25%
disebabkan oleh cerebrum palsy, 30% disebabkan oleh meningitis dan masalah pranatal sedangkan

15% sisanya belum dapat ditemakan. 9 faktor yang menjadi penyebab timbulnya cacat mental:
penyakit yang disebabkan minuman keras, trauma, metabolisme atau pola makan yang tidak baik dan
penyakit dalam otak, pengaruh saat masa kehamilan yang tidak diketahui, kromosom yang abnormal,
gangguan semasa kehamilan, gangguan psikiatris dan pengaruh Iingkungan.
Anak yang mengalami retardasi mental dapat disebabkan beberapa faktor diantara faktor genetik
atau juga kelainan dalam kromosom, faktor ibu selama hamil dimana terjadi gangguan dalam gizi atau
penyakit pada ibu seperti rubella, atau adanya virus lain atau juga faktor setelah lahir dimana dapat
terjadi kerusakan otak apabila terjadi infeksi seperti terjadi meningitis, ensefalitis, dan lain-lain.

Etiologi retardasi mental menggambarkan pengaruh kait-mengkait antara faktor bakat (turunan) dan
faktor lingkungan. Penyebab atau yang dicurigai sebagai penyebab retardasi mental (RM) antara
faktor bakat (turunan) dan faktor lingkungan. Dalam mengkaji etiologi retardasi mental perlu disimak
3 faktor berikut, yaitu:
1. Predisposisi genetik, termasuk kepekaan yang dipengaruhi oleh faktor genetik terhadap agens
atau faktor ekologis.
2. Faktor lingkungan yang dapat mengganggu organisme yang sedang tumbuh, misalnya
keadaan nutrisi, radiasi, dan juga keadaan lingkungan psikososial.
3. Waktu terjadinya pemaparan, saat terjadinya pemaparan dapat memengaruhi beratnya
kerusakan.
Ternyata gangguan gizi yang berat dan yang berlangsung lama sebelum umur 4 tahun sangat
memepengaruhi perkembangan otak dan dapat juga mengakibatkan retardasi mental. Keadaan dapat
diperbaiki dengan memperbaiki gizi sebelum umur 6 tahun, sesudah ini biarpun anak itu dibanjiri
dengan makanan bergizi, intelegensi yang rendah itu sudah sukar ditingkatkan.
Beberapa penyebab retardasi mental yang dapat dicegah atau diobati Selain penyebab di atas, masih
banyak penyebab retardasi mental yang dapat dicegah dan diobati dan cukup banyak pula yang
penyebabnya sampai saat ini belum dapat diobati. Di antara penyebab yang dapat dicegah yaitu
asfiksia lahir dan trauma lahir, infeksi, malnutrisi berat dan defisiensi yodium.
Faktor Resiko terjadinya Retardasi Mental :
Faktor Prenatal
Penggunaan berat alkohol pada perempuan hamil dapat menimbulkan gangguan pada anak yang
mereka lahirkan yang disebut dengan fetal alcohol syndrome. Faktor-faktor prenatal lain yang
memproduksi retardasi mental adalah ibu hamil yang menggunakan bahan-bahan kimia, dan nutrisi
yang buruk. (Durand, 2007).
Penyakit ibu yang juga menyebabkan retardasi mental adalah sifilis, cytomegalovirus, dan herpes
genital. Komplikasi kelahiran, seperti kekurangan oksigen dan cidera kepala, menempatkan anak pada
resiko lebih besar terhadap gangguan retardasi mental. Kelahiran premature juga menimbulkan resiko
retardasi mental dan gangguan perkembangan lainnya. Infeksi otak, seperti encephalitis dan
meningitis juga dapat menyebabkan retardasi mental. Anak-anak yang terkena racun, seperti cat yang
mengandung timah, juga dapat terkena retardasi mental. (Nevid, 2003)

Faktor Psikososial
Seperti lingkungan rumah atau sosial yang miskin, yaitu yang tidak memberikan stimulasi intelektual,
penelantaran, atau kekerasan dari orang tua dapat menjadi penyebab atau memberi kontribusi dalam
perkembangan retardasi mental. (Nevid, 2002)
Anak-anak dalam keluarga yang miskin mungkin kekurangan mainan, buku, atau kesempatan untuk
berinteraksi dengan orang dewasa melalui cara-cara yang menstimulasi secara intelektual akibatnya
mereka gagal mengembangkan keterampilan bahasa yang tepat atau menjadi tidak termotivasi untuk
belajar keterampilan-keterampilan yang penting dalam masyarakat kontemporer. Beban-beban
ekonomi seperti keharusan memiliki lebih dari satu pekerjaan dapat menghambat orang tua untuk
meluangkan waktu membacakan buku anak-anak, mengobrol panjang lebar, dan memperkenalkan
mereka pada permainan kreatif. Lingkaran kemiskinan dan buruknya perkembangan intelektual dapat
berulang dari generasi ke generasi (Nevid, 2002).
Kasus yang berhubungan dengan aspek psikososial disebut sebagai retardasi budaya-keluarga
(cultural-familial retardation). Pengaruh cultural yang mungkin memberikan kontribusi terhadap
gangguan ini termasuk penganiayaan, penelantaran, dan deprivasi sosial. (Durand, 2007)
Faktor Biologis
1. Pengaruh genetik
Kebanyakan peneliti percaya bahwa di samping pengaruh-pengaruh lingkungan, penderita retardasi
mental mungkin dipengaruhi oleh gangguan gen majemuk (lebih dari satu gen). Salah satu gangguan
gen dominan yang disebut tuberous sclerosis, yang relatif jarang, muncul pada 1 diantara 30.000
kelahiran. Sekitar 60% penderita gangguan ini memiliki retardasi mental. Phenyltokeltonuria (PKU)
merupakan gangguan genetis yang terjadi pada 1 diantara 10.000 kelahiran (Plomin, dkk, 1994,
dalam Nevid, 2002). Gangguan ini disebabkan metabolisme asam amino Phenylalanine yang terdapat
pada banyak makanan. Asam Phenylpyruvic, menumpuk dalam tubuh menyebabkan kerusakan pada
sistem saraf pusat yang mengakibatkan retardasi mental dan gangguan emosional.
2. Pengaruh kromosomal
Jumlah kromosom dalam sel-sel manusia yang berjumlah 46 baru diketahui 50 tahun yang lalu. Tiga
tahun berikutnya, para peneliti menemukan bahwa penderita Sindroma Down memiliki sebuah
kromosom kecil tambahan. Semenjak itu sejumlah penyimpangan kromosom lain menimbulkan
retardasi mental telah teridentifikasi yaitu Down syndrome dan Fragile X syndrome.
a. Down syndrome
Sindroma down, merupakan bentuk retardasi mental kromosomal yang paling sering dijumpai,
di identifikasi untuk pertama kalinya oleh Langdon Down pada tahun 1866. Gangguan ini
disebabkan oleh adanya sebuah kromosom ke 21 ekstra dan oleh karenanya sering disebut
dengan trisomi 21. (Durand, 2007). Anak retardasi mental yang lahir disebabkan oleh faktor ini
pada umumnya adalah Sindroma Down atau Sindroma mongol (mongolism) dengan IQ antar
20 60, dan rata-rata mereka memliki IQ 30 50. Abnormalitas kromosom yang paling umum
menyebabkan retardasi mental adalah sindrom down yang ditandai oleh adanya kelebihan
kromosom atau kromosom ketiga pada pasangan kromosom ke 21, sehingga mengakibatkan

jumlah kromosom menjadi 47. Anak dengan sindrom down dapat dikenali berdasarkan ciri-ciri
fisik tertentu, seperti wajah bulat, lebar, hidung datar, dan adanya lipatan kecil yang mengarah
ke bawah pada kulit dibagian ujung mata yang memberikan kesan sipit. Lidah yang menonjol,
tangan yang kecil, dan berbentuk segi empat dengan jari-jari pendek, jari kelima yang
melengkung, dan ukuran tangan dan kaki yang kecil serta tidak proporsional dibandingkan
keseluruhan tubuh juga merupakan ciri-ciri anak dengan sindrom down. Hampir semua anak ini
mengalami retardasi mental dan banyak diantara mereka mengalami masalah fisik seperti
gangguan pada pembentukan jantung dan kesulitan pernafasan. (Nevid, 2003)
b. Fragile X syndrome
Fragile X syndrome merupakan tipe umum dari retardasi mental yang diwariskan. Gangguan ini
merupakan bentuk retardasi mental paling sering muncul setelah sindrom down (Plomin, dkk,
1994, dalam Nevid, 2003). Gen yang rusak berada pada area kromosom yang tampak rapuh,
sehingga disebut Fragile X syndrome. Sindrom ini mempengaruhi laki-laki karena mereka tidak
memiliki kromosom X kedua dengan sebuah gen normal untuk mengimbangi mutasinya. Lakilaki dengan sindrom ini biasanya memperlihatkan retardasi mental sedang sampai berat dan
memiliki angka hiperaktifitas yang tinggi. Estimasinya adalah 1 dari setiap 2.000 laki-laki lahir
dengan sindrom ini .
Menurut PedomanPenggolongan Diagnosis Gangguan Jiwa Ke-1 faktor-faktor penyebab retardasi
mental adalah sebagai berikut:
a. Infeksi dan atau intoksinasi
Infeksi yang terjadi pada masa prenatal dapat berakibat buruk pada perkembangan janin, yaitu
rusaknya jaringan otak. Begitu juga dengan terjadinya intoksinasi, jaringan otak juga dapat
rusak yang pada akhirnya menimbulkan retardasi mental. Infeksi dapat terjadi karena
masuknya rubella, sifilis, toksoplasma, dll. ke dalam tubuah ibu yang sedang mengandung.
Begitu pula halnya dengan intoksinasi, karena masuknya racun atau obat yang semestinya
dibutuhkan.
b. Terjadinya rudapaksa dan / atau sebab fisik lain
Ruda paksa sebelum lahir serta trauma lainnya, seperti hiper radiasi, alat kontrasepsi, dan
usaha melakukan abortus dapat mengakibatkan kelainan berupa retardasi mental. Pada waktu
proses kelahiran (perinatal) kepala bayi dapat mengalami tekanan sehingga timbul pendarahan
di dalam otak. Mungkin juga karena terjadi kekurangan oksigen yang kemudian menyebabkan
terjadinya degenerasi sel-sel korteks otak yang kelak mengakibatkan retardasi mental.
c. Gangguan metabolisme, pertumbuhan atau gizi
Semua retardasi mental yang langsung disebabkan oleh gangguan metabolisme (misalnya
gangguan metabolism karbohidrat dan protein), gangguan pertumbuhan, dan gizi buruk
termasuk dalam kelompok ini. Gangguan gizi yang berat dan berlangsung lama sebelum anak
berusia 4 tahun sangat mempengaruhi perkembangan otak dan dapat mengakibatkan retardasi
mental. Keadaan seperti itu dapat diperbaiki dengan memberikan gizi yang mencukupi sebelum
anak berusia 6 tahun, sesudah itu biarpun anak tersebut dibanjiri dengan makanan yang
bergizi, inteligensi yang rendah tersebut sangat sukar untuk ditingkatkan.

d. Penyakit otak yang nyata


Dalam kelompok ini termasuk retardasi mental akibat beberapa reaksi sel-sel otak yang nyata,
yang dapat bersifat degeneratif, radang, dst. Penyakit otak yang terjadi sejak lahir atau bayi
dapat menyebabkan penderita mengalamai keterbelakangan mental.
e. Penyakit atau pengaruh prenatal
Keadaan ini dapat diketahui sudah ada sejak dalam kandungan, tetapi tidak diketahui
etiologinya, termasuk anomaly cranial primer dan defek congenital yang tak diketahui
sebabnya.
f.

Kelainan kromosom
Kelainan kromosom mungkin terjadi pada aspek jumlah maupun bentuknya. Kelainan pada
jumlah kromosom menyebabkan sindroma down yang dulu sering disebut mongoloid.

g. Prematuritas
Retardasi mental yang termasuk ini termasuk retrdasi mental yang berhubungan dengan
keadaan bayi yang pada waktu lahir berat badannya kurang dari 2500 gram dan/atau dengan
masa kehamilan kurang dari 38 minggu.
h. Akibat gangguan jiwa yang berat
Retardasi mental juga dapat terjadi karena adanya gangguan jiwa yang berat pada masa kanakkanak.
i.

Deprivasi psikososial
Devripasi artinya tidak terpenuhinya kebutuhan. Tidak terpenuhinya kebutuhan psikososial
awal-awal perkembangan ternyata juga dapat menyebabkan terjadinya retardasi mental pada
anak.

LI.1.4. Klasifikasi
Menurut nilai IQ-nya (dikutip dari Swaiman 1989) :
Nilai IQ
Sangat superior

130 atau lebih

Superior

120-129

Diatas rata-rata

110-119

Rata-rata
Dibawah rata-rata

90-110
80-89

Retardasi mental borderline

70-79

Retardasi mental ringan (mampu


didik)

52-69

Retardasi mental sedang (mampu


latih)

36-51

Retardasi mental berat

20-35

Retardasi mental sangat berat

Dibawah 20

Yang disebut retardasi mental apabila IQ dibawah 70, retardasi mental tipe
ringan masih mampu didik, retardasi mental sedang mampu latih, sedangkan retardasi
mental tipe berat dan sangat berat memerlukan pengawasan dan bimbingan seumur
hidupnya.
Ditinjau dari gejalanya, maka Melly Budhiman membagi :
a

Tipe klinik
Tipe ini mudah dideteksi sejak dini, karena kelainan fisis maupun mentalnya
cukup berat. Penyebab sering kelainan organik. Kebanyakan anak ini perlu
perawatan yang terus menerus da kelainan ini dapat terjadi pada kelas sosial tinggi
ataupun rendah. Orang tua dar si anak yang menderiita retardasi mental tipe ini
cepat mencari pertolongan karena mereka melihat sendiri kelainan pada anaknya.

Tipe sosialbudaya
Biasanya baru diketahui setelah anak masuk sekolah dan ternyata tidak
dapat mengikuti pelajaran. Penampilannya seperti anak normal, sehingga disebut
juga retardasi enam jam. Karena begitu mereka keluar sekolah, mereka dapat
bermain seperti anak-anak yang normal lainnya. Tipe ini kebanyakan berasal dari
golongan sosial ekonomi rendah. Orang tua dari anak tipe ini tidak melihat adanya
kelainan pada anaknya, mereka mengetahui kalau anaknya retardasi dari gurunya
atau dari psikolog, karena anaknya gagal beberapa kali tidak naik kelas. Pada
umumnya anak tipe ini mempunyai taraf IQ golongan borderline dan retardasi
mental ringan.
(sumber : Soetjiningsih.(1995) Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: EGC)

Penggolongan Retardasi mental untuk Keperluan Pembelajaran adalah sebagai berikut:


Taraf perbatasan dalam pendidikan disebut sebagai lamban belajar (slow learner) dengan IQ 70 85.
Retardasi mental mampu didik (educable mentally retarded) dengan IQ 50 - 75.
Tunagrahit mampu latih (trainable mentally retarded) dengan IQ 30 - 50 atau IQ 35 - 55.
Retardasi mental butuh rawat (dependent or profoundly mentally retarded) dengan IQ dibawah 25
atau 30. (Soetjiningsih, 1995)
Ada 4 taraf Retardasi mental berdasarkan kriteria psikometrik menurut skala inteligensi
Wechsler (Kirk dan Gallagher, 1979, dalam B3PTKSM, p. 26), yaitu:
Retardasi mental ringan (mild mental retardation) dengan IQ 55 69.
Retardasi mental sedang (moderate mental retardation) dengan IQ 40 54.
Retardasi mental berat (severe mental retardation) dengan IQ 20 39.
Retardasi mental sangat berat (profound mental retardation) dengan IQ 20 kebawah.
Penggolongan anak Retardasi mental menurut kriteria perilaku adaptif
Retardasi mental ringan (IQ 52-69; umur mental 8-12 tahun)
Kelompok ini merupakan bagian terbesar dari retardasi mental. Kebanyakan dari mereka ini termasuk
dari tipe sosial budaya dan diagnosis dibuat setelah anak beberapa kali tidak naik kelas. Golongan ini
termasuk mampu didik, artinya selain dapat diajar baca tulis bahkan bisa sampai kelas 4-6 SD, juga
bisa dilatih keterampilan tertentu sebagai bekal hidupnya kelak dan mampu mandiri seperti orang
dewasa yang normal. Tetapi pada umumnya mereka kurang mampu menghadapi stress sehingga
tetap membutuhkan bimbingan dari keluarganya.
Karakteristik :
Usia presekolah tidak tampak sebagai anak retardasi mental, tetapi terlambat dalam
kemampuan berjalan, bicara , makan sendiri, dll.
Usia sekolah, dapat melakukan ketrampilan, membaca dan aritmatik dengan pendidikan
khusus, diarahkan pada kemampuan aktivitas sosial.
Usia dewasa, melakukan ketrampilan sosial dan vokasional, diperbolehkan menikah tidak
dianjurkan memiliki anak. Ketrampilan psikomotor tidak berpengaruh kecuali koordinasi

Retardasi mental sedang (IQ 35- 40 hingga 50 55; umur mental 3 7 tahun)
Kelompok ini kira-kira 12% dari seluruh penderita retardasi mental, mereka mampu latih tetapi tidak
mampu didik. Taraf kemampuan intelektualnya hanya dapat sampai kelas dua SD saja, tetapi dapat
dilatih menguasai suatu keterampilan tertentu, misalnya pertukangan, pertanian, dll. Apabila bekerja
nanti mereka ini perlu pengawasan. Mereka juga perlu dilatih bagaimana mengurus diri sendiri.
Kelompok ini juga kurang mampu menghadapi stress dan kurang mandiri sehingga perlu bimbingan
dan pengawasan.
Karakteristik :
Usia presekolah, kelambatan terlihat pada perkembangan motorik, terutama bicara, respon
saat belajar dan perawatan diri.
Usia sekolah, dapat mempelajari komunikasi sederhana, dasar kesehatan, perilaku aman, serta
ketrampilan mulai sederhana. Tidak ada kemampuan membaca dan berhitung.
Usia dewasa, melakukan aktivitas latihan tertentu, berpartisipasi dalam rekreasi, dapat
melakukan perjalanan sendiri ke tempat yg dikenal, tidak bisa membiayai sendiri.

Retardasi mental berat (IQ 20-25 s.d. 35-40; umur mental < 3 tahun)
Sekitar 7% dari seluruh penderita retardasi mental masuk kelompok ini. Diagnosis mudah ditegakkan
secara dini karena selain adanya gejala fisik yang menyertai juga berdasarkan keluhan dari orang tua,
dimana anak sejak awal sudah terdapat keterlambatan perkembangan motorik dan bahasa. Kelompok
ini termasuk tipe klinik. Mereka dapat dilatih hygiene dasar saja dan kemampuan berbicara yang
sederhana, tidak dapat dilatih keterampilan kerja, dan memerlukan pengawasan dan bimbingan
sepanjang hidupnya.

Karakteristik :
Usia prasekolah kelambatan nyata pada perkembangan motorik, kemampuan komunikasi
sedikit bahkan tidak ada, bisa berespon dalam perawatan diri tingkat dasar seperti makan.
Usia sekolah, gangguan spesifik dalam kemampuan berjalan, memahami sejumlah
komunikasi/berespon, membantu bila dilatih sistematis.
Usia dewasa, melakukan kegiatan rutin dan aktivitas berulang, perlu arahan berkelanjutan,
protektif lingkungan, kemampuan bicara minimal, meggunakan gerak tubuh.

Retardasi mental sangat berat (IQ dibawah 20-25; umur mental seperti bayi)
Kelompok ini sekitar 1% dan termasuk dalam tipe klinik. Diagnosis dini mudah diteakkan karena gejala
baik mental dan fisik sangat jelas. Kemampuan berbahasanya sangat minimal. Seluruh hidupnya
tergantung orang disekitarnya.
Karakteristik :
Usia prasekolah retardasi mencolok.
Sensorimotor minimal, butuh perawatan total.
Usia sekolah, kelambatan nyata di semua area perkembangan, memperlihatkan respon
emosional dasar, ketrampilan latihan kaki, tangan dan rahang.
Butuh pengawas pribadi.
Usia mental bayi muda.
Usia dewasa, mungkin bisa berjalan, butuh perawatan total, biasanya diikuti dengan kelainan
fisik.
(Depkes, 2009)
Klasifikasi retardasi mental menurut Pedoman PenggolonganmDiagnosa Gangguan Jiwa
(PPDGJ/DSM II 1968) adalah
1 Retardasi mental taraf sangat berat = Idiot (IQ 0-19)
Tidak dapat dilatih dan dididik tidak dapat merawat dirinya sendiri.
makan harus disuap.
mandi dan berpakaian harus ditolong
tidak mengenal bahaya, tak dapat menjaga diri terhadap ancaman fisik.
pergerakan motorik biasanya terganggu, pergerakan kaku atau spastis. biasanya didapatkan
kelainan kongential misalnya bentuk kepala abnormal, kelainan fisik pada badan anggota
badan seperti badan kecil, bungkuk; bentuk tangan abnormal jari kelingking bengkok
(mongolism).
perkembangan fisik (duduk, jalan) dan bicara terlambat. Sering tak dapat diajar berbicara,
bicara hanya 1 suku katabsaja (ma,pa).
mudah terserang penyakit lain, misalnya tbc, infeksi lain.
2 Retardasi mental taraf berat = Imbecile berat (IQ 20-35)
Dapat dilatih dan tak dapat dididik.
dapat dilatih merawat dirinya sendiri; makan, mandi dan berpakaian sendiri. kadang-kadang
masih dapat mengenal bahaya dan menjaga dirinya.
pergerakan motorik biasanya masih terganggu, pergerakan kaku dan spastis.
biasanya masih didapatkan kelainan kongenital.
perkembangan fisik dan berbicara masih terlambat.
masih mudah terserang penyakit lain.
3

Retardasi mental sedang = Imbecile ringan (IQ 36-51)


Dapat dilatih dan dapat dididik (Trainable & Educable) sampai ke taraf kelas II - III SD.
dapat dilatih merawat dirinya sendiri misalnya : makan,
mandi dan berpakaian sendiri.
mengenal bahaya dan dapat menyelamatkan diri.

koordinasi motorik biasanya masih sedikit terganggu.


biasanya masih didapatkan kelainan kongenital.
dapat dilatih pekerjaan yang sederhana dan rutin misalnya : menyapu, mencuci piring,
membersihkan rumah dsb.
bisa menghitung 1 - 20, mengetahui macam-macam warna dan membaca beberapa suku kata.
perkembangan fisik dan berbicara masih terlambat.
sering tersangkut perkara krimini lkarena mudah disugesti dan penilaian terhadap baik dan
buruknya suatu hal masih kurang.

Retardasi mental taraf ringan = Debil (IQ 52-67).


Dapat dilatih dan dididik.
dapat merawat dirinya dan melakukan semua pekerjaan di rumah.
dalam keadaan cocok dapat mencari nafkah - tetapi tak dapat bersaing dengan orang lain dan
tak dapat mengurus pekerjaannya dengan bijaksana, sehingga bila ada penghematan tenaga
kerja, penderita diberhentikan lebih dahulu.
tidak dapat dididik di sekolah biasa tetapi harus di lembaga istimewa atau Sekolah Luar Biasa.
pada saat menginjak Taman Kanak-kanak belum tampak kekurangannya, sesudah menginjak
Sekolah Dasar tampak kurang kepandaiannya, sehingga sukar untuk naik kelas (kelas I SD - 3
tahun).
tak dapat berfikir secara abstrak, hanya hal-hal konkrit yang dapat difahami.
kurang dapat membedakan hal-hal yang penting dan remeh atau hal-hal yang baik dan buruk,
sehingga mudah tersangkut perkara kriminil. Oleh karena itu perlu pengawasan orang tua
dalam melakukan aktivitasnya.
koordinasi motorik tidak mengalami gangguan.
kelainan kongenital biasanya tidak didapatkan.
perkembangan fisik biasanya normal tetapi perkembangan bicara biasanya masih terlambat
(biasanya bicara kurang sempurna dan perbendaharaan kata-kata kurang).

Retardasi mental taraf perbatasan = Subnormal (IQ 68-85)


Dapat dididik di sekolah biasa, meskipun tiap kelas dicapai dalam 2 tahun.
dapat berfikir secara abstrak.
dapat membedakan hal yang baik dan yang buruk.

Klasifikasi retardasi mental menurut DSM-IV-TR yaitu :


A Retardasi mental berat sekali IQ dibawah 20 atau 25. Sekitar 1 sampai 2 % dari orang yang
terkena retardasi mental.
B Retardasi mental berat IQ sekitar 20-25 sampai 35-40. Sebanyak 4 % dari orang yang terkena
retardasi mental.
C Retardasi mental sedang IQ sekitar 35-40 sampai 50-55. Sekitar 10 % dari orang yang terkena
retardasi mental.
D Retardasi mental ringan IQ sekitar 50-55 sampai 70. Sekitar 85 % dari orang yang terkena
retardasi mental. Pada umunya anak-anak dengan retardasi mental ringan tidak dikenali
sampai anak tersebut menginjak tingkat pertama atau kedua disekolah.
L.O.1.6 Manifestasi Retardasi Mental
Tingkatan Retardasi Mental
Tingka

Kisaran

IQ

Ringa

52-68

Kemampuan
Prasekolah

Usia
(sejak

lahir-5 tahun)
Bisa membangun
kemampuan

Kemampuan

Usia

Kemampuan Masa Dewasa

Sekolah (6-20 tahun)

(21 tahun keatas)

Bisa

Biasanya

mempelajari

pelajaran kelas 6

bisa

kemampuan

mencapai
kerja

dan

sosial

dan

komunikasi

pada

akhir

usia

belasan tahun

Koordinasi

otot

sedikti terganggu
Seringkali

tidak

terdiagnosis

Bisa dibimbing ke
arah

pergaulan

sosial

bersosialisasi yang cukup,


tetapi ketika mengalami
stres

sosial

ekonomi,

ataupun

memerlukan

bantuan

Bisa dididik

Bisa
Bisa
Bisa

berbicara

dan belajar
Moder
at

36-51

Kesadaran

sosial

kurang
Koordinasi

otot

cukup

mempelajari

memenuhi

kebutuhannya

sendiri

beberapa

dengan

kemampuan sosial

pekerjaan

dan pekerjaan

terlatih atau semi terlatih

Bisa

belajar

bepergian
di

sendiri

tempat-tempat

yang

dikenalnya

dengan baik

melakukan
yang

tidak

dibawah pengawasan
Memerlukan pengawasan
dan

bimbingan

mengalami
maupun

ketika

stres

sosial

ekonomi

yang

memelihara

diri

ringan
Bisa
mengucapkan
beberapa kata
Mampu

Berat

20-35

Bisa

berbicara

mempelajari

atau

belajar

kemampuan

berkomunikasi

untuk

menolong

diri sendiri
Tidak

Bisa

mempelajari

kebiasaan

memiliki

kemampuan
ekspresif

hidup

sehat

yang

sederhana

Bisa
sendiri

dibawah

pengawasan
Dapat
beberapa

melakukan
kemampuan

perlindungan diri dalam


lingkungan

yang

terkendali

atau

hanya sedikit
Koordonasi jelek
Sangat
terbelakang
Sanga

19

atau

berat

kurang

Koordinasi
ototnya

Memiliki beberapa
koordinasi otot

sedikit

sekali
Mungkin
memerlukan

koordinasi

Kemungkinan
tidak
berjalan
berbicara

Memiliki

beberapa
otot

dan

berbicara

dapat
aau

Bisa merawat diri tetapi


sangat terbatas
Memerlukan

perawatan khusus

Anak-anak cacat mental berbeda dari anak-anak lain dalam aspek berikut: Proses kognitif (terbatas
dan menghambat prestasi dalam bidang akademis); Pemerolehan dan penggunaan bahasa: kurang
benar dalam hal struktur dan maknanya; Kemampuan fisik dan motorik (termasuk penglihatan dan

pendengaran serta penggunaan motorik ringan); Ciri-ciri pribadi dan sosial (kurang daya konsentrasi,
bermasalah dalam tingkah laku) (Muhammad, 2008).
Adapun cici cirri yang lainnya yaitu lambatnya ketrampilan ekspresi dan resepsi bahasa, Gagalnya
melewati tahap perkembangan yang utama, Lingkar kepala diatas atau dibawah normal (kadangkadang lebih besar atau lebih kecil dari ukuran normal), Kemungkinan lambatnya pertumbuhan
Kemungkinan tonus otot abnormal (lebih sering tonus otot lemah).

Ditinjau dari gejalanya, maka Melly Budhiman membagi Retardasi Mental menjadi:
a. Tipe klinik
Tipe ini mudah dideteksi sejak dini, karena kelainan fisis maupun mentalnya cukup berat. Penyebab
sering kelainan organik. Kebanyakan anak ini perlu perawatan yang terus menerus da kelainan ini
dapat terjadi pada kelas sosial tinggi ataupun rendah. Orang tua dar si anak yang menderiita
retardasi mental tipe ini cepat mencari pertolongan karena mereka melihat sendiri kelainan pada
anaknya.
b. Tipe sosial budaya
Biasanya baru diketahui setelah anak masuk sekolah dan ternyata tidak dapat mengikuti pelajaran.
Penampilannya seperti anak normal, sehingga disebut juga retardasi enam jam. Karena begitu
mereka keluar sekolah, mereka dapat bermain seperti anak-anak yang normal lainnya. Tipe ini
kebanyakan berasal dari golongan sosial ekonomi rendah. Orang tua dari anak tipe ini tidak melihat
adanya kelainan pada anaknya, mereka mengetahui kalau anaknya retardasi dari gurunya atau dari
psikolog, karena anaknya gagal beberapa kali tidak naik kelas. Pada umumnya anak tipe ini
mempunyai taraf IQ golongan borderline dan retardasi mental ringan.
(Sumber: Soetjiningsih. 1995. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: EGC)

1
2
3
4

5
6

Karakteristik anak retardasi mental menurut Brown et al, 2003; Wolery & Haring, 2004 pada
Exceptional Children, six edition, p.485-486, menyatakan:
Lamban dalam mempelajari hal-hal yang baru, mempunyai kesulitan dalam mempelajari pengetahuan
abstrak, dan selalu cepat lupa apa yang dipelajari tanpa latihan yang terus menerus.
Kesulitan dalam menggeneralisasi dan mempelajari hal-hal yang baru.
Kemampuan bicaranya sangat kurang bagi anak retardasi mental berat.
Cacat fisik dan perkembangan gerak. Kebanyakan anak dengan retardasi mental berat mempunyai
ketebatasan dalam gerak fisik, ada yang tidak dapat berjalan, tidak dapat berdiri atau bangun
dengan bantuan. Mereka lambat dalam mengerjakan tugas-tugas yang sangat sederhana, sulit
menjangkau sesuatu, dan mendongakkan kepala.
Kurang dalam kemampuan menolong diri sendiri. Sebagian dari anak retardasi mental berat sangat
sulit untuk mengurus diri sendiri, seperti: berpakaian, makan, dan mengurus kebersihan diri. Mereka
selalu memerlukan latihan khusus untuk mempelajari kemampuan dasar.
Tingkah laku dan interaksi yang tidak lazim. Anak tunagrahita ringan dapat bermain bersama dengan
anak reguler, tetapi anak yang mempunyai retardasi mental berat tidak melakukan hal tersebut. Hal
itu mungkin disebabkan kesulitan bagi anak retardasi mental dalam memberikan perhatian terhadap
lawan main.
Gejala klinis retardasi mental terutama yang berat sering disertai beberapa kelainan fisik yang
merupakan stigmata congenital yang kadang-kadang gambaran stigmata mengarah kesuatu sindrom
penyakit tertentu. Dibawah ini beberapa kelaianan fisik dan gejala yang sering disertai retardasi
mental, yaitu:
1. Kelainan pada mata:
a. Katarak
- Sindrom Cockayne
- Sindrom Lowe
- Galactosemia

- Sindrom Down
- Kretin
- Rubella Pranatal, dll.
b. Bintik cherry-merah pada daerah macula
- Mukolipidosis
- Penyakit Niemann-Pick
- Penyakit Tay-Sachs
c. Korioretinitis
- Lues congenital
- Penyakit Sitomegalovirus
- Rubella Pranatal
d. Kornea keruh
- Lues Congenital
- Sindrom Hunter
- Sindrom Hurler
- Sindrom Lowe
2. Kejang
a. Kejang umum tonik klonik
- Defisiensi glikogen sinthesa
- Hipersilinemia
- Hipoglikemia, terutama yang disertai glikogen storage disease I, III, IV, dan VI
- Phenyl ketonuria
- Sindrom malabsobrsi methionin, dll.
b. Kejang pada masa neonatal
- Arginosuccinic asiduria
- Hiperammonemia I dan II
- Laktik asidosis, dll.
3. Kelainan kulit
Bintik caf-au-lait:
- Atakasia-telengiektasia
- Sindrom bloom
- Neurofibromatosis
- Tuberous selerosis
4. Kelainan rambut
a. Rambut rontok
Familial laktik asidosis dengan Necrotizing ensefalopati
b. Rambut cepat memutih
- Atrofi progresif serebral hemisfer
- Ataksia telangiektasia
- Sindrom malabsorbsi methionin
c. Rambut halus
- Hipotiroid
- Malnutrisi
5. Kepala
a. Mikrosefali
b. Makrosefali
- Hidrosefalus
- Neuropolisakaridase
- Efusi subdural
6. Perawakan pendek
a. Kretin
b. Sindrom Prader-Willi
7. Distonia
Sindrom Hallervorden-Spaz
Sedangkan gejala dari retardasi mental tergantung dari tipenya, adalah sebagai berikut:

1. Retardasi mental ringan


Kelompok ini merupakan bagian terbesar dari retardasi mental. Kebanyakan dari mereka ini
termasuk dari tipe social-budaya dan diagnosis dibuat setelah anak beberapa kali tidak naik kelas.
Golongan ini termasuk mampu didik, artinya selain dapat diajar baca tulis bahkan bias bisa sampai
kelas 4-6 SD, juga bisa dilatih keterampilan tertentu sebagai bekal hidupnya kelak dan mampu
mandiri seperti orang dewasa yang normal. Tetapi pada umumnya mereka ini kurang mampu
menghadapi stress sehingga tetap membutuhkan bimbingan dari keluarganya.
2. Retardasi mental sedang
Kelompok ini kira-kira 12% dari seluruh penderita retardasi mental, mereka ini mampu latih tetapi
tidak mampu didik. Taraf kemampuan intelektualnya hanya dapat sampai kelas dua SD saja, tetapi
dapat dilatih menguasai suatu keterampilan tertentu, misalnya pertukangan, pertanian, dll. Apabila
bekerja nanti mereka ini perlu pengawasan. Mereka juga perlu dilatih bagaimana mengurus diri
sendiri. Kelompok ini juga kurang kurang mampu menghadapi stress dan kurang mandiri sehingga
perlu bimbingan dan pengawasan.
3. Retardasi mental berat
Sekitar 7% dari seluruh penderita retardasi mental masuk kelompok ini. Diagnosis mudah ditegakkan
secara dini karena selain adanya gejala fisik yang menyertai juga berdasarkan keluhan dari orang
tua dimana anak sejak awal sudah terdapat keterlambatan perkembangan motorik dan bahasa.
Kelompok ini termasuk tipe klinik. Mereka dapat dilatih hygiene dasar saja dan kemampuan
berbicara yang sederhana, tidak dapat dilatih keterampilan kerja, dan memerlukan pengawasan dan
bimbingan sepanjang hidupnya.
4. Retardasi mental sangat berat
Kelompok ini sekitar 1% dan termasuk dalam tipe klinik. Diagnosis dini mudah dibuat karena gejala
baik mental dan fisik sangat jelas. Kemampuan berbahasanya sangat minimal. Mereka ini seluruh
hidupnya tergantung orang disekitarnya.
(Sumber: Soetjiningsih. 1995. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: EGC)

L.O.1.6 Diagnosis dan Diagnosis Banding


Untuk menegakkan diagnosis, anamnesis yang baik sangat diperlukan, yaitu untuk mengetahui penyebab
kelainan ini organik atau non organik, apakah kelainannya dapat diobati/tidak dan apakah ada faktor
genetik/tidak. Dengan melakukan skrining secara rutin misalnya dengan menggunakan DDST
(Denver Developmental Screening Test), maka diagnosis dini dapat segera dibuat. Demikian pula
anamnesis yang baik dari orang tuanya, pengasuh atau gurunya, sangat membantu dalam diagnosis
kelainan ini. Setelah anak berumur enam tahun dapat dilakukan tes IQ. Sering kali hasil evaluasi medis
tidak khas dan tidak dapat diambil kesimpulan. Pada kasus seperti ini, apabila tidak ada kelainan pada
system susunan saraf pusat, perlu anamnesis yang teliti apakah ada keluarga yang cacat, mencari masalah
lingkungan/faktor non organik lainnya dimana diperkirakan mempengaruhi kelainan pada otak anak.
Gejala klinis retardasi mental terutama yang berat sering disertai beberapa kelainan fisik yang merupakan
stigmata congenital yang kadang-kadang gambaran stigmata mengarah kesuatu sindrom penyakit tertentu.
(Depkes, 2005)
Untuk mendiagnosa retardasi mental dengan tepat, perlu diambil anamnesa dari orang tua dengan teliti
mengenai kehamilan, persalinan dan perkembangan anak. Bila mungkin dilakukan juga pemeriksaan
psikologik, bila perlu diperiksa juga di laboratorium, diadakan evaluasi pendengaran dan bicara. Observasi
psikiatrik dikerjakan untuk mengetahui adanya gangguan psikiatrik disamping retardasi mental.1
Tingkat kecerdasan intelegensia bukan satu-satunya karakteristik, melainkan harus dinilai berdasarkan
sejumlah besar keterampilan spesifik yang berbeda. Penilaian tingkat kecerdasan harus berdasarkan semua
informasi yang tersedia, termasuk temuan klinis, prilaku adaptif dan hasil tes psikometrik. Untuk diagnosis
yang pasti harus ada penurunan tingkat kecerdasan yang mengakibatkan berkurangnya kemampuan
adaptasi terhadap tuntutan dari lingkungan sosial biasa sehari-hari. Pada pemeriksaan fisik pasien dengan
retardasi mental dapat ditemukan berbagai macam perubahan bentuk fisik, misalnya perubahan bentuk
kepala: mikrosefali, hidrosefali, dan sindrom down. Wajah pasien dengan retardasi mental sangat mudah

dikenali seperti hipertelorisme, lidah yang menjulur keluar, gangguan pertumbuhan gigi dan ekspresi wajah
tampak tumpul.
Kriteria diagnostik retardasi mental menurut DSM-IV-TR yaitu :
Fungsi intelektual yang secara signifikan dibawah rata-rata. IQ kira-kira 70 atau dibawahnya pada
individu yang dilakukan test IQ.
Gangguan terhadap fungsi adaptif paling sedikit 2 misalnya komunikasi, kemampuan menolong diri
sendiri, berumah tangga, sosial, pekerjaan, kesehatan dan keamanan.
Onsetnya sebelum berusia 18 tahun.

ANAMNESIS
Seperti pada gangguan perkembangan lainnya, kesulitan utama dalam diagnosis adalah membedakannya
dari variasi perkembangan yang normal. Anak normal mempunyai variasi besar pada usia saat mereka
belajar berbicara dan terampil berbahasa. Keterlambatan berbahasa sering diikuti kesulitan dalam membaca
dan mengeja, kelainan dalam hubungan interpersonal, serta gangguan emosional dan perilaku.
Anamnesis pada gangguan bahasa dan bicara mencakup perkembangan bahasa anak. Beberapa pertanyaan
yang dapat ditanyakan antara lain :
Pada usia berapa bayi mulai mengetahui adanya suara, misalnya berkedip, terkejut, atau
menggerakkan bagian tubuh.
Pada usia berapa bayi mulai tersenyum (senyum komunikatif), misalnya saat berbicara padanya.
Kapan bayi mulai mengeluarkan suara aaaggh
Orientasi terhadap suara, misalnya bila ada suara apakah bayi memaling atau mencari ke arah suara
Kapan bayi memberi isyarat daag dan bermain cikkebum
Mengikuti perintah satu langkah, seperti beri ayah sepatu atau ambil koran
Berapa banyak bagian tubuh yang dapat ditunjukkan oleh anak, seperti mata, hidung, telinga.
(Depkes, 2009)
American Psychiatric Associations Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder (DSM IV)
membagi gangguan bahasa dalam 4 tipe:
1. Gangguan bahasa ekspresif
2. Gangguan bahasa reseptif ekspresif
3. Gangguan phonological
4. Gagap
Pada gangguan bahasa ekspresif, secara dapat ditemukan gejala seperti perbendaharaan kata yang jelas
terbatas, membuat kesalahan dalam kosa kata, mengalami kesulitan dalam mengingat kata-kata atau
membentuk kalimat yang panjang dan memiliki kesulitan dalam pencapaian akademik, dan komunikasi
sosial, namun pemahaman bahasa anak tetap relatif utuh. Gangguan menjadi jelas pada kira-kira usia 18
bulan, saat anak tidak dapat mengucapkan kata dengan spontan atau meniru kata dan menggunakan
gerakan badannya untuk menyatakan keinginannya.
Pada gangguan bahasa campuran ekspresif-reseptif, selain ditemukan gejala-gejala gangguan bahasa
ekspresif, juga disertai kesulitan dalam mengerti kata dan kalimat. Gangguan ini biasanya tampak sebelum
usia 4 tahun. Bentuk yang parah terlihat pada usia 2 tahun, bentuk ringan tidak terlihat sampai usia 7 tahun
atau lebih tua. Anak dengan gangguan bahasa reseptif-ekspresif campuran memiliki gangguan auditorik
sensorik atau tidak mampu memproses simbol visual seperti arti suatu gambar, biasanya tampak tuli.

Anak-anak dengan kesulitan berbicara memiliki masalah dalam pengucapan, yaitu berhubungan dengan
gangguan motorik, diantaranya kemampuan untuk memproduksi suara.
Anak yang gagap dapat diketahui dari cara dia berbicara, dimana terjadi pengulangan atau perpanjangan
suara, kata, atau suku kata. Biasanya sering terjadi pada anak laki-laki
Riwayat penyakit paling sering didapatkan dari orang tua atau pengasuh, dengan perhatian khusus pada
kehamilan ibu, persalinan, dan kelahiran; adanya riwayat retardasi mental; hubungan darah pada orang tua;
dan gangguan herediter. Sebagai bagian riwayat penyakit, klinisi menilai latar belakang sosialkultural
pasien, iklim emosional di rumah, dan fungsi intelektual pasien. Serta dilakukan anamnesis pada ibu
pasien, sebagai berikut:
Riwayat kehamilan dan persalinan ibu?
Apakah kehamilannya diharapkan atau tidak?
Adakah usaha-usaha untuk menggugurkan kehamilannya?
Apakah waktu hamil ibu mengalami perdarahan, minum obat-obat yang bukan anjuran dokter?
Sakit apa saja yang pernah diderita ibu sewaktu hamil?
Apakah ibu mengontrolkan kehamilannya secara teratur?
Riwayat perkembangan anak?
Adanya penyakit keturunan atau penyakit lain yang pernah didapat?
Adanya hubungan darah antar kedua orang tuanya?
Latar belakang sosiokultural?
(Depkes, 2009)
PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan fisik digunakan untuk mengungkapkan penyebab lain dari gangguan bahasa dan bicara. Perlu
diperhatikan ada tidaknya mikrosefali, anomali telinga luar, otitis media yang berulang, sindrom William
(facies Elfin, perawakan pendek, kelainan jantung, langkah yang tidak mantap), celah palatum, dan lainlain. Gangguan oromotor dapat diperiksa dengan menyuruh anak menirukan gerakan mengunyah,
menjulurkan lidah, dan mengulang suku kata pa, ta, pata, pataka. (Depkes, 2007)
Cara Pengukuran Pertumbuhan
Parameter yang digunakan untuk mengetahui ada tidaknya gangguan pertumbuhan, maka dilakukan
pengukuran tertentu yang hasilnya kemudian dibandingkan dengan parameter yang sudah
terstandardisasikan, yaitu meliputi:

A
B
C
D
E
F

Tinggi badan
Berat badan
Lingkar lengan
Lingkar kepala
Lingkar dada
Lingkar abdomen

A Pengukuran Tinggi Badan


Pengukuran tinggi badan dapat dilakukan sambil berbaring atau dalam posisi tubuh
berdiri. Pengukuran pada posisi tubuh berbaring lebih tepat untuk anak-anak di bawah 5
tahun. Panjang badan berbaring diukur ketika anak berbaring di atas sebuah meja yang
kokoh yang memiliki tongkat pengukur. Telapak kaki dipegang kuat-kuat pada sebilah
papan vertikal yang dipasang pada tanda nol. Kemudian anak diukur panjang padannya
baik dengan tongkat pengukur ataupun menggunakan meteran untuk menjahit.
Pengukuran panjang/tinggi badan sambil berdiri dilakukan saat berdiri tegak lurus,
dengan tumit, bokong, bagian atas punggung dan oksiput (belakang kepala) pada suatu
bidang vertikal (misal dinding tembok). Saat melakukan pengukuran, kedua tumit harus
dirapatkan. Kemudian ukurlah tinggi/panjang badan dengan alat ukur meteran.
Memprediksikan tinggi akhir anak sesuai potensi genetik berdasarkan tinggi badan orang
tua dengan asumsi bahwa semuanya tumbuh optimal sesuai potensinya. Rumus yang
diguna
TB anak perempuan = ( TB ayah 13 cm ) + TB ibu 8,5 cm

TB anak laki-laki = ( TB ibu +13 cm ) + TB ayah 8,5 cm


2
B Pengukuran Berat Badan
Berat badan diukur dengan menggunakan timbangan. Banyak timbangan yang dapat
digunakan untuk menimbang berat badan. Yang penting harus menggunakan alat timbang
yang standar.
C Pengukuran Lingkar Kepala
Cara melakukan pengukuran lingkar kepala dapat menggunakan pita meteran yang tidak
mudah berubah panjangnya, seperti pita meteran yang dipakai untuk menjahit baju. Pita
dilingkarkan pada kepala anak, menutupi alis mata dan melewati oksipital.
Umur Anak Ketika

Angka normal anak

Diperiksa
0 bulan
1 Bulan
2 Bulan
3 Bulan
4 Bulan
5 Bulan
6 Bulan
7 Bulan
8 Bulan
9 Bulan
10 Bulan
11 Bulan
12 bulan
13 Bulan
14 Bulan
15 Bulan
16 Bulan
17 Bulan
18 Bulan
19 bulan
20 Bulan
21 Bulan
22 Bulan
23 Bulan
24 Bulan
2.5 Tahun
3 Tahun
3.5 Tahun
4 Tahun
4.5 Tahun
5 Tahun
5.5 Tahun
6 Tahun

Laki-laki (cm)
32 - 37.5
34.5 - 40.5
36.5 42
38 - 43.5
39 - 44.5
40.5 45
41 46
42 47
43 48
43.5 - 48.5
44 49
44.5 - 49.5
45 - 49.75
45 - 49.75
45.5 - 50.5
45.5 - 50.5
46.25 51
46.25 51
46.25 51
46.25 - 51.5
46.5 - 51.5
46.5 - 51.5
46.5 - 51.5
46.5 - 51.5
47 52
47 52
48 53
48 53
48.5 - 53.5
48.5 - 53.5
48.75 - 53.75
48.75 - 53.75
49 54

Perempuan (cm)
32 - 36.5
34 39
36 41
37 42
38.5 - 43.5
39 - 45
40 - 46
41 - 47
41.5 - 47.5
42 - 48
42.75 - 48.5
43.5 - 48.75
43.75 - 49
43.75 - 49
44.5 - 49.5
44.5 - 49.5
45 - 50
45 - 50
45 - 50
45 - 50
45.5 - 50.75
45.5 - 50.75
45.5 - 50.75
45.5 - 50.75
45.75 - 51
45.75 - 51
46.5 - 52
46.5 - 52
47 - 53
47 - 53
48 - 53
48 - 53
48 - 53

Berbagai bagian tubuh mungkin memiliki karakteristik tertentu yang sering ditemukan
pada pasien retardasi mental dan memiliki penyebab pranatal.
Kepala
: Mikro/makrosepali, plagiosepali (btk kepala tdk simetris)

Rambut : Pusar ganda, rambut jarang/tdk ada, halus, mudah putus dan cepat
berubah
Mata
: mikroftalmia, juling, nistagmus, dll
Hidung
: jembatan/punggung hidung mendatar, ukuran kecil, cuping melengkung
ke atas, dll
Mulut
: bentuk V yang terbalik dari bibir atas, langit-langit lebar/melengkung
tinggi
Geligi
: odontogenesis yang tdk normal
Telinga
: keduanya letak rendah; dll
Muka
: panjang filtrum yang bertambah, hipoplasia
Leher
: pendek; tdk mempunyai kemampuan gerak sempurna
Tangan
: jari pendek dan tegap atau panjang kecil meruncing, ibujari gemuk dan
lebar, klinodaktil, dll
Dada & Abdomen : tdp beberapa putting, buncit, dll
Genitalia : mikropenis, testis tidak turun, dll
Kaki
: jari kaki saling tumpang tindih, panjang & tegap/panjang kecil
meruncing diujungnya, lebar, besar, gemuk
(Kaplan, 2008)
PEMERIKSAAN PENUNJANG
1

BERA (Brainstem Evoked Response Audiometry)


Merupakan cara pengukuran evoked potensial (aktivitas listrik yang dihasilkan saraf
VIII, pusat-pusat neural dan traktus di dalam batang otak) sebagai respon terhadap
stimulus auditorik.
Gangguan neurologis sering terjadi pada retardasi mental seperti gangguan kejang
terjadi pada 10 % dari semua orang retardasi mental. Gangguan pada motorik
dimanifestasikan oleh kelainan pada tonus (spastisitas atau hipotonia), refleks
(hiperrefleksia), dan gerakan involunter (koreoatetosis). Derajat kecacatan yang lbih
kecil ditemukan dalam kelambanan dan koordinasi yang buruk.
Gangguan sensorik dapat berupa gangguan pendengaran yang ringan. Gangguan
visual dapat terentang dari kebutaan sampai gangguan konsep ruang, pengenalan
rancangan, dan konsep citra tubuh. Dilakukan pemeriksaan sinar-x tengkorak,
pemeriksaan tomografi computer (CT) dan Magnetic Resonance Imaging (MRI)
untuk menghubungkan patologi sistem saraf pusat dengan retardasi mental,
pembesaran kepala, dicurigai adanya kelainan otak yang luas, dicurigai adanya tumor
intra kranial, kejang local.
Elektroensefalogram (EEG) digunakan untuk menentukan adanya gejala kejang yang
dicurigai, kesulitan mengerti bahasa yang berat. (Kaplan, 2008)

Pemeriksaan audiometric
a Pemeriksaan audiometri diindikasikan untuk anak-anak yang sangat kecil dan
untuk anak-anak yang ketajaman pendengarannya tampak terganggu. Ada 4
kategori pengukuran dengan audiometri :

c
d

Audiometri tingkah laku, merupakan pemeriksaan pada anak yang dilakukan


dengan melihat respon dari anak jika diberi stimulus bunyi. Respon yang
diberikan dapat berupa menoleh ke arah sumber bunyi atau mencari sumber
bunyi. Pemeriksaan dilakukan di ruangan yang tenang atau kedap suara dan
menggunakan mainan yang berfrekuensi tinggi. Penilaian dilakukan terhadap
respon yang diperlihatkan anak.
Audiometri bermain, merupakan pemeriksaan pada anak yang dilakukan sambil
bermain, misalnya anak diajarkan untuk meletakkan suatu objek pada tempat
tertentu bila dia mendengar bunyi.
Audiometri bicara. Pada tes ini dipakai kata-kata yang sudah disusun dalam
silabus dalam daftar yang disebut : phonetically balance word LBT (PB List).
Anak diminta untuk mengulangi kata-kata yang didengar melalui kaset tape
recorder. Pada tes ini dilihat apakah anak dapat membedakan bunyi s, r, n, c, h,
ch. Guna pemeriksaan ini adalah untuk menilai kemampuan anak dalam
pembicaraan seharihari dan untuk menilai pemberian alat bantu dengar (hearing
aid).
Audiometri objektif, biasanya memerlukan teknologi khusus. (Toback, 2003)

CT scan kepala untuk mengetahui struktur jaringan otak, sehingga didapatkan


gambaran area otak yang abnormal.

Timpanometri
Digunakan untuk mengukur kelenturan membrana timpani dan system osikular.
Selain tes audiometri, bisa juga digunakan tes intelegensi. Paling dikenal yaitu skala
Wechsler, yang menyajikan 3 skor intelegen, yaitu IQ verbal, IQ performance, dan IQ
gabungan.
Skala intelegensi Wechsler untuk anak II: penyelesaian susunan gambar. Tes ini
terdiri dari satu set gambar-gambar objek yang umum, seperti gambar
pemandangan. Salah satu bagian yang penting dihilangkan dan anak diminta
untuk mengidentifikasi. Respon dinilai sebagai benar atau salah.
Skala intelegensi Wechsler untuk anakIII: mendesain balok. Anak diberikan pola
bangunan dua dimensi dan kemudian diminta untuk membuat replikanya
menggunakan kubus dua warna. Respon dinilai sebagai benar atau salah. (Depkes,
2005)

Tes Laboratorium
Pada tes laboratorium retardasi mental yang digunakan adalah pemeriksaan urin dan
darah untuk mencari gangguan actorti. Kelainan enzim pada gangguan kromosom,
terutama sindrom down.
Amniosentesis yaitu pengambilan cairan actort dari ruang amnion secara transabdominal antara usia kehamilan 14 dan 16 minggu, digunakan untuk kelainan
kromosom bayi terutama sindrom Down. Sel cairan amnion, yang terbanyak berasal
dari janin, dibiakkan untuk pemeriksaan sitogenetik dan biokimiawi. Amniosentesis
dianjurkan untuk semua wanita hamil di atas usia 35 tahun.
Pengambilan sampel vili korionik (CVS;chorionic villi sampling) adalah tehnik
skrining yang baru untuk menentukan kelainan janin. Cara ini dilakukakn pada usia

kehamilan 8 dan 10 minggu, yang 6 minggu lebih awal dibandingkan amniosentesis.


Hasilnya tersedia dalam waktu yang singkat (beberapa jam/hari), jika kehamilan
abnormal, keputusan untuk mengakhiri kehamilan dapat dilakukakan dalam trimester
pertama. (Soetjiningsih, 1995)
6

Pemeriksaan Psikologis
Dilakukan oleh ahli psikologi yang berpengalaman. Tes Gesell, Bayley, dan Cattell
adalah tes yang sering digunakan untuk bayi. Tes Bender Gestalt dan Benton Visual
Retention test juga digunakan untuk anak retardasi mental. Disamping itu,
pemeriksaan psikologi harus menilai kemampuan actortic, motorik, actortic, dan
kognitif. Informasi tentang actor motivasional, emosional, dan interpersonal juga
penting.

Pemeriksaan lainnya:
1

Kromosomal kariotipe
-

Terdapat beberapa kelainan fisik yang tidak khas

Anamnesis ibu tercemar zat-zat teratogen

Terdapat beberapa kelainan kongenital

Genital abnormal

EEG (Elektro Ensefalogram)


-

Gejala kejang yang dicurigai

Kesulitan mengerti bahasa yang berat

CT (Cranial Computed Tomography) atau MRI (Magnetic Resonance Imaging)


-

Pemebesaran kepala yang progresif

Tuberous sklerosis

Dicurigai kelainan otak yang luas

Kejang lokal

Dicurigai adanya tumor intrakranial

Titer virus untuk infeksi kongenital


-

Kelainan pendengaran tipe sensorineural

Neonatal hepatosplenomegali

Petechie pada periode neonatal

Chorioretinitis

Mikroptalmia

Kalsifikasi intrakranial

Mikrosefali

Serum asam urat


-

Choreoatetosis

Gout

Sering mengamuk

Laktat dan piruvat darah


-

Asidosis metabolik

Kejang mioklonik

Kelemahan yang progresif

Ataksia

Degenerasi retina

Ophtalmoplegia

Episode seperti stroke yang berulang

Plasma asam lemak rantai sangat panjang


-

Hepatomegali

Tuli

Kejang dini dan hipotonia

Degenerasi retina

Ophtalmoplegia

Kista pada ginjal

Serum seng (Zn)


-

Acrodermatitis

Logam berat dalam darah


-

Anamnesis adanya pika

Anemia

10 Serum tembaga (Cu) dan ceruloplasmin


-

Gerakan involunter

Sirosis

Cincin Kayser-fleischer

11 Serum asam amino atau asam organik


-

Kejang yang tidak diketahui sebabnya pada bayi

Gagal tumbuh

Bau yang tidak biasa pada air seni atau kulit

Warna rambut yang tidak biasa

Mikrosefali

Asidodis yang tidak diketahui sebabnya

12 Plasma amonia
-

Muntah-muntah dengan asidosis metabolik

13 Analisa enzim lisozom pada lekosit atau biopsi kulit


-

Kehilangan fungsi motorik dan kognitif

Atrofi N. Optikus

Degenerasi retina

Sereberal ataksia yang berulang

Mioklonus

Hepatosplenomegali

Kulit yang kasar dan lepas-lepas

Kejang

Pemebsaran kepala yang dimulai setelah umur 1 tahun

14 Urin mukopolisakarida
-

Kiposis

Anggota gerak yang pendek

Badan yang pendek

Hepatosplenomegali

Kornea keruh

Gangguan pendengaran

Kekakuan pada sendi

15 Urin reducing substance


-

Katarak

Hepatomegali

Kejang

16 Urin ketoacid
-

Kejang

Rambut yang mudah putus

17 Urin asam vanililmandelik


-

Muntah-muntah

Isapan bayi pada saat menyusu lemah

Gejala disfungsi autonomik

(sumber : Soetjiningsih.(1995) Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: EGC)


Diagnosis Banding
1

Kelainan sensorik terutama buta dan tuli

Gangguan perkembangan spesifik (kelambatan satu aspek perkembangan):


gangguan perkembangan bicara, aleksia, agrafia, afasia

Gangguan perkembangan pervasif (penyimpangan perkembangan): autisme


infantil, skizofrenia yang timbul pada masa anak.

Penyakit fisik yang kronisKesulitan belajar (diagnosis banding untuk retardasi


mental yang ringan)

L.O.1.8 Penatalaksanaan Retardasi Mental


Farmakologi
Anak Retardasi mental biasanya disertai dengan gejala hyperkinetik (selalu bergerak,
konsentrasi kurang dan perhatian mudah dibelokkan). Obat-obat yang sering digunakan
dalam bidang retardasi mental adalah terutama untuk menekan gejala-gejala hyperkinetik,
misalnya :
a. Amphetamin dosis 0,2 - 0,4 mg/kg/hari
b. Imipramin dosis 1,5 mg/kg/hari
Efek sampingan kedua obat diatas dapat menimbulkan convulsi
c. Valium, Nobrium, Haloperidol dsb. dapat juga menekan gejala hyperkinetik
Obat-obatan untuk konvulsi :
a. Dilantin dosis 5 - 7 mg/kg/hari (Dilantin dapat juga menurunkan gejala
hyperkinetik, gejala gangguan emosi dan menaikkan fungsi berfikir)

b. Phenobarbital dosis 5 mg/kg/hari (Phenobarbital dapat menaikkan gejala


hyperkinetik)
c. Cofein : baik untuk convulsi dan menurunkan gejala hyperkinetik
Obat-obatan untuk menaikkan kemampuan belajar :
a. Pyrithioxine (Encephabol, Cerebron).
b. Glutamic acid.
c. Gamma amino butyric acid (Gammalon).
d. Pabenol.
e. Nootropil.
f. Amphetamin dsb.
Minum kopi tiap pagi bisa menurunkan gejala hyperkinetik, karena kopi mengandung
Cofein.
Non Farmakologis
Psikoterapi dapat diberikan baik pada anaknya sendiri maupun pada orang tuanya. Untuk
anak yang terbelakang dapat diberikan psikoterapi individual, psikoterapi kelompok dan
manipulasi lingkungan (merubah lingkungan anak yang tidak menguntungkan bagi anak
tersebut). Walaupun tak akan dapat menyembuhkan keterbelakangan mental, tetapi
dengan psikoterapi dan obat-obatan dapat diusahakan perubahan sikap, tingkah laku,
kemampuan belajar dan hasil kerjanya. Yang penting adalah adanya ketekunan, kesadaran
dan minat yang sungguh dari pihak terapis (yang mengobati).
Terapis bertindak sebagai pengganti orang tua untuk membuat koreksi-koreksi terhadap
hubungan yang tak baik ini. Dari pihak perawat diperlukan juga ketekunan dan kesadaran
dalam merawat anak-anak dengan retardasi mental serta melaporkan kepada dokter bila
dalam observasi terdapat tingkah laku anak maupun orang tua yang negatif, merugikan
bagi anak tersebut maupun lingkungannya (teman-teman disekitarnya).
Pendekatan Medis
Penggunaan Ritalin efektif untuk mengurangi perilaku antisosial pada anak-anak dan
remaja yang mengalami gangguan tingkah laku.
Pendekatan Behavioral

Pendekatan ini mendasarkan pada prosedur operant conditioning. Misalnya, Program


penanganan residential, yang menetapkan aturan dengan jelas terhadap anak-anak.
Mereka akan diberikan reward untuk perilaku yang tepat dan hukuman untuk perilaku
yang tidak tepat.
Pendekatan Kognitif-Behavioral
Penanganan anak dengan gangguan tingkah laku dilakukan dengan Terapi Kognitif
Behavioral, yaitu melatih anak dengan gangguan tingkah laku untuk berpikir bahwa
konflik sosial adalah masalah yang dapat diselesaikan dan bukan merupakan tantangan
terhadap kejantanan mereka, yang harus dibuktikan dengan kekerasan. Anak-anak ini
dilatih menggunakan keterampilan calming self talk, yaitu teknik untuk berpikir &
berbicara kepada diri sendiri, tujuannya adalah menghambat perilaku impulsif,
mengendalikan kemarahan, dan mencoba solusi yang tidak mengandung kekerasan dalam
menghadapi konflik sosial.
Pendekatan Keluarga-Lingkungan (Family ecological approach)
Pendekatan ini dikembangkan oleh Hanggeler, yang didasarkan pada teori ekologis dari
Urie Bronfenbrenner. Pendekatan ini meyakini bahwa anak berada dalam berbagai sistem
sosial (keluarga, sekolah, hukum, komunitas, dll). Ia menekankan bahwa anakanak/remaja yang melanggar peraturan itu mempengaruhi dan dipengaruhi oleh sistem
sosial yang berinteraksi dengan mereka. Teknik yang digunakan adalah berusaha
mengubah hubungan anak dengan berbagai sistem, untuk menghentikan perilaku dan
interaksi yang mengganggu.
Social worker (pekerja sosial) melakukan kunjungan rumah untuk melihat hubungan anak
dengan orang tua, saudara-saudaranya maupun dengan masyarakat sekitarnya. Tugasnya
utama mencari data-data anak dan orang tua serta hubungan anak dengan orang-orang
disekitarnya. Untuk ibu atau orang tua anak dengan retardasi mental dapat diberikan
family terapi (terapi keluarga) untuk mengubah sikap orang tua atau saudaranya yang
kurang baik terhadap penderita. Dapat diberikan juga terapi kelompok dengan ibu-ibu,
anak retardasi mental lainnya, seminggu sekali selama 12 kali. Tujuannya untuk
mengurangi sikap rendah diri, perasaan kecewa dari ibu tersebut karena ternyata banyak
ibu lain yang mengalami nasib serupa, mempunyai anak dengan retardasi mental. Dengan
demikian ibu dapat bersikap lebih realistik dan lebih dapat menerima anaknya serta dapat
merencanakan program yang baik bagi anaknya. Di luar negeri social worker yang
bertugas memberi terapi kelompok untuk ibu-ibu tersebut diatas.

L.O.1.9 Pencegahan Retardasi Mental


Retardasi mental berhubungan dengan beberapa gangguan heterogen dan berbagai
faktor psikososial. Terapi yang terbaik untuk retardasi mental adalah pencegahan primer,
sekunder, dan tersier.2
A Pencegahan Primer
Pencegahan primer merupakan tindakan yang dilakukan untuk menghilangkan atau
menurunkan kondisi yang menyebabkan perkembangan gangguan yang disertai dengan
retardasi mental. Tindakan tersebut termasuk :
Pendidikan untuk meningkatkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat umum
tentang retardasi mental.
Usaha terus-menerus dari professional bidang kesehatan untuk menjaga dan
memperbaharui kebijaksanaan kesehatan masyarakat.
Aturan untuk memberikan pelayanan kesehatan maternal dan anak yang optimal.
Eradikasi gangguan yang diketahui disertai dengan kerusakan system saraf pusat.
Konseling keluarga dan genetik membantu menurunkan insidensi retardasi mental dalam
keluarga dengan riwayat gangguan genetic yang berhubungan dengan retardasi mental.
Untuk anak-anak dan ibu dengan sosioekonomi rendah, pelayanan medis prenatal dan
perinatal yang sesuai dan berbagai program pelengakap dan bantuan pelayanan social
dapat menolong menekan komplikasi medis dan psikososial.
B Pencegahan Sekunder dan Tersier
Jika suatu gangguan yang disertai dengan retardasi mental telah dikenali, gangguan harus
diobati untuk mempersingkat perjalanan penyakit (pencegahan sekunder) dan untuk
menekan sekuele atau kecacatan yang terjadi setelahnya (pencegahan tersier).
Gangguan metabolik dan endokrin herediter, seperti PKU dan hipotiroidisme, dapat
diobati dalam stadium awal dengan control diet atau dengan terapi penggantian hormone.
Anak retardasi mental seringkali memiliki kesulitan emosional dan perilaku yang
memerlukan terapi psikiatrik. Kemampuan kognitif dan sosial yang terbatas yang dimiliki
anak tersebut memerlukan modalitas terapi psikiatrik yang dimodifikasi berdasarkan
tingkat kecerdasan anak.
Pendidikan untuk anak
Lingkungan pendidikan untuk anak-anak dengan retardasi mental harus
termasuk program yang lengkap yang menjawab latihan keterampilan adaptif,
latihan keterampilan sosial, dan latihan kejujuran. Perhatian khusus harus
dipusatkan pada komunikasi dan usaha untuk meningkatkan kualitas hidup.
Terapi kelompok seringkali merupakan format yang berhasil dimana anakanak dengan retardasi mental dapat belajar dan mempraktekkan situasi hidup
nyata dan mendapatkan umpan balik yang mendukung.
Terapi perilaku, kognitif, dan psikodinamika
Kesulitan dalam beradaptasi di antara orang retardasi mental adalah luas dan
sangat bervariasi sehingga sejumlah intervensi sendiri atau dalam kombinasi
mungkin berguna.

Terapi perilaku telah digunakan selama bertahun-tahun untuk membentuk


dan meningkatkan perilaku sosial dan untuk mengendalikan dan menekan
perilaku agresif dan destruksi pasien. Dorongan positif untuk perilaku yang
diharapkan dan memulai hukuman (seperti mencabut hak istimewa) untuk
perilaku yang tidak diinginkan telah banyak menolong.
Terapi kognitif seperti menghilangkan keyakinan palsu dan latihan
relaksasi dengan instruksi dari diri sendiri, juga telah dianjurkan untuk pasien
retardasi mental yang mampu mengikuti instruksi pasien.
Terapi psikodinamika telah digunakan pada pasien retardasi mental dan
keluarganya untuk menurunkan konflik tentang harapan yang menyebabkan
kecemasan, kekerasan, dan depresi yang menetap.
Pendidikan keluarga
Satu bidang yang penting dalam pendidikan keluarga dari pasien dengan
retardasi mental adalah tentang cara meningkatkan kompetensi dan harga diri
sambil mempertahnkan harapan yang realistic untuk pasien. Keluarga
seringkali merasa sulit untuk menyeimbangkan antara mendorong
kemandirian dan memberikan lingkungan yang mengasuh dan suportif bagi
anak retardasi mental, yang kemungkinan mengalami suatu tingkat penolakan
dan kegagalan di luar konteks keluarga.
Orang tua mungkin mendapatkan manfaat dari konseling yang terusmenerus datau terpai keluarga. Orang tua harus diberikan kesempatan untuk
mengekspresikan perasaan bersalah, putus asa, kesedihan, penyangkalan yang
terus-menerus timbul, dan kemarahan tentang gangguan dan masa depan anak.
Dokter psikiatrik harus siap untuk memberikan semua informasi medis dasar
dan terakhir tentang penyebab, terapi, dan bidang lain yang berhubungan
(seperti latihan khusus dan perbaikna defek sensorik).
L.O.1.10
Prognosis Retardasi Mental
Retardasi mental yang diketahui penyakit dasarnya, biasanya prognosisnya lebih baik.
Tetapi pada umumnya sukar untuk menemukan penyakit dasarnya. Anak dengan retardasi
mental ringan, dengan kesehatan yang baik, tanpa penyakit kardiorespirasi, pada
umumnya umur harapan hidupnya sama dengan orang yang normal. Tetapi sebaliknya
pada retardasi mental yang berat dengan masalah kesehatan dan gizi, sering meninggal
pada usia muda.3
Pada anak dengan retardasi mental berat, gejalanya telah dapat terlihat sejak dini.
Retardasi mental ringan tidak selalu menjadi gangguan yang berlangsung seumur hidup.
Seorang anak bisa saja pada awalnya memenuhi kriteria retardasi mental saat usianya
masih dini, namun seiring dengan bertambahnya usia, anak tersebut dapat saja hanya
menderita gangguan perkembangan (gangguan komunikasi, autisme, slow learnerintelejensia ambang normal). Anak yang didiagnosa dengan retardasi mental ringan di
saat masa sekolah, mungkin saja dapat mengembangkan perilaku adaptif dan berbagai
keterampilan yang cukup baik sehingga mereka tidak dapat lagi dikategorikan menderita
retardasi mental ringan, atau dapat dikatakan efek dari peningkatan maturitas
menyebabkan anak berpindah dari satu kategori diagnosis ke kategori lainnya

(contohnya, dari retardasi mental sedang menjadi retardasi mental ringan). Beberapa
anak yang didiagnosis dengan gangguan belajar spesifik atau gangguan komunikasi dapat
berkembang menjadi retardasi mental seiring dengan berjalannya waktu. Ketika masa
remaja telah dicapai, maka diagnosis biasnya telah menetap.
Prognosis jangka panjang dari retardasi mental tergantung dari penyebab dasarnya,
tingkat defisit adaptif dan kognitif, adanya gangguan perkembangan dan medis terkait,
dukungan keluarga, dukungan sekolah/masyarakat, dan pelayanan dan training yang
tersedia untuk anak dan keluarga. Saat dewasa, banyak penderita retardasi mental yang
mampu memenuhi kebutuhan ekonmi dan sosialnya secara mandiri. Mereka mungkin
saja membutuhkan supervisi secara periodik, terutama di saat mengalami masalah sosial
maupun ekonomi. Kebanyakan penderita dapat hidup dengan baik dalam masyarakat,
baik secara mandiri maupun dalam supervisi. Angka harapan hidup tidak terpengaruh
oleh adanya retardasi mental ini.
L.I.2 Memahami dan Menjelaskan Gizi Pada Masa Perkembangan
L.O.2.1 Periode Pertumbuhan Anak dan Remaja
Pendidikan anak sebaiknya disesuaikan dengan periode perkembangan nafsunya.
Pembentukan saraf penahan atau pengendali hormon pengatur sifat harus dilatih sejak
janin berada dalam kandungan. Suatu kebiasaan di waktu kecil akan menjadi perilaku di
masa depan. Saat ini pendidikan yang memberi perhatian terhadap perkembangan rasa
khususnya tentang pengendalian nafsu anak sering dilupakan dan kurang dipromosikan.
1.

2.

3.

Tahun prasekolah
Antara usia 2-5 tahun. Tantangan perkembangan dari periode sebelumnya diakhiri
dalam keadaan lingkungan sosial yang luas dan dibentuk kembali oleh pertambahan
bahasa yang rumit. Sebagai contoh adalah tantangan pengaturan diri sendiri dalam
menghadapi kemungkinan dorongan yang besar.
Tahun awal sekolah
Anak usia antara 6-12 tahun, periode yang kadang disebut sebagai masa anak
pertengahan atau masa laten, mempunyai tantangan baru. Kekuatan kognitif untuk
memikirkan banyak faktor secara simultan memberikan kemampuan pada anak usia
sekolah untuk mengevaluasi diri sendiri dan merasakan evaluasi teman-temannya.
Kedewasaan
Antara usia 10-20 tahun anak-anak mengalami perubahan yang sangat cepat pada
ukuran, bentuk, fisiologi tubuh dan fungsi psikologis serta sosialnya

Gizi merupakan salah satu penentu kualitas sumber daya manusia. Kecukupan gizi sangat
diperlukan oleh setiap individu, sejak dalam kandungan, bayi, anak-anak, masa remaja,
hingga usia lanjut. Zat besi merupakan salah satu komponen gizi mikro yang memiliki
peranan penting dalam proses tumbuh kembang khususnya pada anak.

Kecepatan pertumbuhan anak melambat setelah tahun pertama kehidupan. Pada umur
setahun berat badan anak menjadi 3 kali BB lahir, tetapi pada umur 2 tahun BB anak
hanya 4 kali BB lahir. Panjang badan anak bertambah 50% pada umur setahun, namun
panjang badan lahir baru tercapai pada umur 4 tahun. Pada anak yang baru sembuh dari
suatu penyakit atau anak mengalami kekurangan gizi akan mengalami pertumbuhan yang
lambat.
Anak membutuhkan nutrien yang lebih banyak untuk pertumbuhan tulang, gigi, otot dan
darah. Anak mempunyai risiko mengalami malnutrisi apabila anak terlalu lama nafsu
makannya buruk, asupan makanan yang terbatas atau makanan yang terlalu encer. Energi
dibutuhkan oleh anak untuk keperluan metabolisme basal, pertumbuhan dan aktifitas.
Komposisi makanan pada masa ini dianjurkan terdiri dari 60-70% karbohidrat, 10-15%
protein dan 25-30% lemak. Dalam menghitung kebutuhan energi pada anak normal lebih
baik berdasarkan kebutuhan energi per kg BB dan jenis kelamin anak.Anak umur 1 3
tahun mempunyai risiko mengalami anemia defisiensi besi. Keadaan ini disebabkan oleh
meningkatnya kebutuhan zat besi pada masa pertumbuhan, dan akibat dari diet anak yang
tidak cukup mengandung energi. Kalsium dibutuhkan untuk mineralisasi tulang dan
mempertahankan pertumbuhan tulang. Kebutuhan kalsium tergantung pada kemampuan
absorpsi dan faktor diet seperti jumlah protein, vitamin D dan fosfor. Vitamin D
diperlukan untuk absorpsi kalsium dan deposisi kalsium di tulang.
Seng sangat dibutuhkan untuk pertumbuhan. Defisiensi seng dapat mengakibatkan gagal
tumbuh, penurunan nafsu makan atau pengecapan, dan penyembuhan luka yang lambat.
Kebutuhan seng adalah 10 mg/hari. (Moersintowati, 2008)
Faktor faktor yang mempengaruhi asupan makanan adalah :
a

Keluarga

Media

Teman sebaya

Penyakit

Masalah makanan yang sering terjadi pada masa anak adalah :


a

Obesitas

Kurang gizi

Defisiensi besi

Defisiensi vitamin A

Karies gigi

Alergi makanan

Gizi pada masa prasekolah

Ada beberapa cara melakukan penilaian status gizi pada kelompok masyarakat. Salah
satunya adalah dengan pengukuran tubuh manusia yang dikenal dengan Antropometri.
Dalam pemakaian untuk penilaian status gizi, antropometri disajikan dalam bentuk
indeks yang dikaitkan dengan variabel lain. Variabel tersebut adalah sebagai berikut :
a Umur
Umur sangat memegang peranan dalam penentuan status gizi, kesalahan penentuan
akan menyebabkan interpretasi status gizi yang salah. Hasil penimbangan berat badan
maupun tinggi badan yang akurat, menjadi tidak berarti bila tidak disertai dengan
penentuan umur yang tepat. Kesalahan yang sering muncul adalah adanya
kecenderungan untuk memilih angka yang mudah seperti 1 tahun; 1,5 tahun; 2 tahun.
Oleh sebab itu penentuan umur anak perlu dihitung dengan cermat. Ketentuannya
adalah 1 tahun adalah 12 bulan, 1 bulan adalah 30 hari. Jadi perhitungan umur adalah
dalam bulan penuh, artinya sisa umur dalam hari tidak diperhitungkan (Depkes,
2008).
b

Berat Badan
Berat badan merupakan salah satu ukuran yang memberikan gambaran massa
jaringan, termasuk cairan tubuh. Berat badan sangat peka terhadap perubahan yang
mendadak baik karena penyakit infeksi maupun konsumsi makanan yang menurun.
Berat badan ini dinyatakan dalam bentuk indeks BB/U (Berat Badan menurut Umur)
atau melakukan penilaian dengam melihat perubahan berat badan pada saat
pengukuran dilakukan, yang dalam penggunaannya memberikan gambaran keadaan
kini. Berat badan paling banyak digunakan karena hanya memerlukan satu
pengukuran, hanya saja tergantung pada ketetapan umur, tetapi kurang dapat

menggambarkan kecenderungan perubahan situasi gizi dari waktu ke waktu (Depkes,


2007).
c

Tinggi Badan
Tinggi badan memberikan gambaran fungsi pertumbuhan yang dilihat dari keadaan
kurus kering dan kecil pendek. Tinggi badan sangat baik untuk melihat keadaan gizi
masa lalu terutama yang berkaitan dengan keadaan berat badan lahir rendah dan
kurang gizi pada masa balita. Tinggi badan dinyatakan dalam bentuk Indeks TB/U
(tinggi badan menurut umur), atau juga indeks BB/TB (Berat Badan menurut Tinggi
Badan) jarang dilakukan karena perubahan tinggi badan yang lambat dan biasanya
hanya dilakukan setahun sekali. Keadaan indeks ini pada umumnya memberikan
gambaran keadaan lingkungan yang tidak baik, kemiskinan dan akibat tidak sehat
yang menahun ( Depkes, 2009).

Berat badan dan tinggi badan adalah salah satu parameter penting untuk menentukan
status kesehatan manusia, khususnya yang berhubungan dengan status gizi. Penggunaan
Indeks BB/U, TB/U dan BB/TB merupakan indikator status gizi untuk melihat adanya
gangguan fungsi pertumbuhan dan komposisi tubuh
Masa remaja merupakan saat terjadinya perubahan-perubahan cepat dalam proses
pertumbuhan fisik, kognitif dan psikososial. Pada masa ini terjadi kematangan seksual
dan tercapainya bentuk dewasa karena pematangan fungsi endokrin. Pada saat proses
pematangan fisik, juga terjadi perubahan komposisi tubuh. Periode Adolesensia ditandai
dengan pertumbuhan yang cepat (Growth Spurt) baik tinggi badannnya maupun berat
badannya. Pada periode growth spurt, kebutuhan zat gizi tinggi karena berhubungan
dengan besarnya tubuh.
Growth Spurt :
a. Anak perempuan : antara 10 dan 12 tahun
b. Anak laki-laki : umur 12 sampai 14 tahun.

Permulaan growth spurt pada anak tidak selalu pada umur yang sama melainkan
tergantung individualnya. Pertumbuhan yang cepat biasanya diiringi oleh pertumbuhan
aktivitas fisik sehingga kebutuhan zat gizi akan naik pula. Penelitian membuktikan bahwa
apabila manusia sudah mencapai usia lebih dari 20 tahun, maka pertumbuhan tubuhnya
sama sekali sudah terhenti. Ini berarti, makanan tidak lagi berfungsi untuk pertumbuhan

tubuh, tetapi untuk mempertahankan keadaan gizi yang sudah didapat atau membuat
gizinya menjadi lebih baik. Dengan demikian, kebutuhan akan unsur-unsur gizi dalam
masa dewasa sudah agak konstan, kecuali jika terjadi kelainan-kelainan pada tubuhnya,
seperti sakit dan sebagainya. Sehingga mengharuskan mendapatkan kebutuhan zat gizi
yang lebih dari biasanya
LO.2.2 Jenis gizi dan kebutuhan
Gizi merupakan salah satu penentu kualitas sumber daya manusia. Kecukupan gizi sangat
diperlukan oleh setiap individu, sejak dalam kandungan, bayi, anak-anak, masa remaja,
hingga usia lanjut. Zat besi merupakan salah satu komponen gizi mikro yang memiliki
peranan penting dalam proses tumbuh kembang khususnya pada anak.
Jenis-jenis zat gizi penunjang perkembangan otak dan kecerdasan anak adalah:
Karbohidrat, dalam bentuk gula sederhana dan gula kompleks, dibutuhkan sebagai
sumber energi untuk membentuk sel-sel otak baru.
a. Protein, baik hewani maupun nabati, terdiri daru 25 jenis asam amino yang berperan
penting bagi terbentuknya neutrotransmitter, yaitu senyawa pengantar pesan dari sel
otak satu ke sel otak yang lain.
b. Lemak, terutama dalam bentuk asam lemak, sebagai bahan baku pembentuk sel-sel
otak baru. Sebanyak 60% dari otak terbentuk dari lemak. Jenis asam lemak yang
paling utama adalah asam lemak tidak jenuh rantai panjang, contohnya omega-3,
EPA, dan DHA. Asam lemak omega-3 ini paling banyak ditemukan dalam ikan laut,
seperti ikan kod.
c. Vitamin dan mineral, sangat dibutuhkan untuk membantu fungsi kerja otak,
menunjang kerja sistem imun dan sistem saraf pusat.
Vitamin A meningkatkan daya tahan tubuh.
Vitamin D menjaga kesehatan tulang dan gigi.
DHA 224 mg/5 ml membantu perkembangan sel-sel otak.
Kecerdasan, keterampilan, dan perkembangan mental balita tidak lepas dari pertumbuhan
dan perkembangan sel-sel otak. Agar otak anak berkembang optimal, harus memenuhi
aneka zat gizi yang diperlukan. Apalagi, ilmu pengetahuan mengajarkan bahwa otak terus
tumbuh hingga anak berusia dua tahun. Artinya, pada masa emas itulah, balita harus
mengonsumsi makanan bergizi lengkap dan seimbang, terutama untuk perkembangan
otaknya. Aneka zat gizi yang berperan penting bagi perkembangan otak, diantaranya

adalah kelompok asam lemak tak jenuh, kalori dan protein, zat besi, kelompok vitamin B,
dan seng (Zn).

1. Asam lemak tak jenuh


Asam lemak tak jenuh sangat dominan dalam susunan sel-sel saraf di otak anak.
Bahkan diketahui bahwa 60% otak manusia terdiri dari aneka jenis lemak itu. Yang
termasuk asam lemak tak jenuh itu adalah:
a. DHA (asam dokosaheksaenoat) atau omega-3. Berperan besar dalam
perkembangan sel saraf, otak, dan penglihatan. Kekurangan omega-3 dapat
mengganggu perkembangan sistem saraf. Akibatnya, terjadi gangguan pada sistem
daya tahan tubuh, daya ingat, mental, dan penglihatan.
b. AA (asam arakidonat) atau omega-6. Asam lemak ini berfungsi membantu
pembentukan senyawa yang bersifat seperti hormon, yaitu sebagai pengantar
perintah dari satu sel saraf ke sel saraf lainnya dalam tubuh, termasuk ke otak.
Kedua asam lemak ini terdapat dalam ASI. Setelah mendapat asupan makanan, asam
lemak ini bisa diperoleh dari ikan tenggiri atau tuna, bayam, minyak kedelai, dan minyak
bunga matahari.
2. Kalori dan protein
Kekurangan kalori dan protein dapat menyebabkan otak anak tidak tumbuh optimal
dan akan mengakibatkan gangguan motorik dan kecerdasan. Kalori dibutuhkan dalam
proses metabolisme otak, sementara protein berperan dalam pembentukan sel-sel saraf
baru, termasuk otak. Sumber-sumber kedua zat gizi ini adalah daging sapi, ayam, ikan,
telur, susu dan produk olahannya, minyak ikan, tempe, tahu, dan kedelai.

3. Zat besi
Zat besi berperan besar dalam pembentukan sel-sel baru, termasuk otak, di mana
mengangkut dan mendistribusikan O2 paru-paru ke seluruh tubuh. Serta berperan
dalam pembentukan eritrosit di dalam sumsum tulang belakang. Sistem imun yang
berfungsi dengan baik adalah tanda cukupnya zat besi dalam tubuh. Sumbersumbernya adalah hati, daging merah, ikan, telur, serealia, dan sayuran berwarna hijau
tua.
4. Kelompok vitamin B
Berbagai jenis vitamin B sangat besar peranannya dalam perkembangan otak anak,
yaitu B1, B3, B6, dan B12. Vitamin B1 melindungi sel-sel saraf dalam jaringan sel

pusat, B3 menjaga keseimbangan kerja sel-sel saraf, B6 berperan dalam proses


pembentukan eritrosit, serta membantu tubuh dalam proses penyerapan karbohidrat,
protein, dan lemak; B12 berperan dalam membentuk senyawa kimia yang mendukung
pertumbuhan dan fungsi sel saraf dan pertumbuhan tulang belakang, serta mencegah
kerusakan saraf dan meningkatkan daya ingat. Bersama zat besi, vitamin B12 jga
membantu pembentukan eritrosit. Sumber vitamin B adalah serealia, kacangkacangan, biji-bijian, ikan, ayam, daging tanpa lemak, produk olahan susu, dan
sayuran berwarna hijau.
5. Seng (Zn)
Seng berfungsi membantu otak dalam mengantar informasi genetik dalam sel. Selain
itu, seng juga bertugas membantu proses pembentukan sel-sel tubuh, termasuk otak.
Kekurangan seng dapat berpengaruh terhadap perkembangan kecedasan anak dan
gangguan fungsi otak. Seng banyak terdapat dalam daging, hati, ayam, seafood, susu,
biji-bijian, dan kacang-kacangan.
Jenis Nutrisi
Air

Fungsi
Pelarut untuk pertukaran seluler

Sumber
Air, makanan

Transportasi nutrien dan produk buangan tubuh


Mengatur suhu tubuh
Protein

Menyediakan asam amino untuk pertumbuhan Susu, telur, daging,


dan perbaikan jaringan
kacang-kacangan,
padi-padian
Menjaga keseimbangan osmotik
Membentuk
hemoglobin,
nukleoprotein,
glikoprotein, lipoprotein, enzim, dan antibodi

Karbohidrat

Sebagai sumber energi


Membentuk glikogen dan lemak

Susu,
padi-padian,
buah, sirup, tepung,
sayuran

Membantu pembentukan asam amino


Lemak

Sebagai sumber cadangan energi

Susu, mentega, telur,


daging, ikan, minyak
Melindungi pembuluh darah, saraf, dan organsayur
organ tubuh

Melindungi tubuh dari perubahan suhu luar


Membantu penyerapan vitamin A, D, E, dan K
Memperlambat proses pengosongan lambung

Jenis Vitamin
Vitamin A

Fungsi
Penglihatan
Perkembangan dan pemeliharaan jaringan epitel

Sumber
Susu, telur, buah,
sayur, cod & halibut
liver oil

Diferensiasi sel-sel epitel


Vitamin B
Thiamine

Sebagai koenzim dalam metabolisme karbohidrat


Konduksi membran dan saraf

Riboflavin

Padi-padian,
jeroan

ragi,

Susu, telur, daging,


Sebagai komponen dalam koenzim FAD dan
kacang-kacangan
FMN
Berperan sebagai kofaktor enzim, seperti NAD
dehidrogenase

Niasin

Merupakan komponen dari hampir semua zat-zat Ikan tuna dan halibut,
pembawa elektron dalam sel hidup
daging, sereal gandum
Berperan dalam berbagai proses metabolisme

Asam
Pantothenat
Piridoksin

Sebagai bagian dari koenzim A dan protein Kuning telur, susu,


pembawa asil
kacang-kacangan
Sebagai koenzim
piridiksamine fosfat

piridoksal

fosfat

dan Daging, ikan, tepung


kedelai, ragi

Koenzim dalam mitokondria dan sitosol dalam Sayuran hijau, kacangmetabolisme asam amino, purin, dan nukleat
kacangan, telur, ikan
Asam Folat

Kofaktor enzim sintesis DNA dan RNA

Telur, susu

Kobalamin
Vitamin C

Sebagai antioksidan yang mempengaruhi redoks Kacang-kacangan,

potensial tubuh
Integritas epitel melalui kesehatan kolagen

sayuran hijau, buahbuahan

Mekanisme imunitas
Mempercepat absorbsi besi
Sintesis hormon norepinefrin
neurotransmitter asetilkolin
Vitamin D

dan

reseptor

Homeostasis kalsium dalam plasma


Mengatur sintesis
transpor Ca

protein

yang

mengatur

Minyak ikan
kuning telur

laut,

Pembentukan garam Ca di jaringan yang


membutuhkan
Vitamin E

Sebagai antioksidan alam paling kuat

Minyak
biji-bijian,
buah, sayur, lemak

Berperan dalam metabolisme selenium


Vitamin K

Sintesis protrombin, faktor VII, IX, dan X


Sebagai kofaktor enzim yang mempercepat
reaksi karboksilase pada hati

Jenis Mineral
Kalsium

Fungsi
Membentuk struktur tulang dan gigi
Membantu proses kontraksi otot dan kerja
jantung
Membantu koagulasi darah

Klorida

Sayuran hijau, sereal,


susu, telur

Sumber
Susu, sayur
salmon, kerang

hijau,

Garam, daging, susu,


telur

Membantu keseimbangan asam basa


Membentuk HCl lambung

Khromium

Pengaturan glikemia dan metabolisme insulin

Kobalt

Merupakan komponen pembentuk


vitamin B12 dan eritropoietin

Ragi

molekul Tersebar luas

Tembaga

Penting untuk produksi sel darah merah, Hati, tiram, daging,


transferin, dan hemoglobin
ikan,
butir
padi,
kacang
Membantu penyerapan besi

Fluorin

Membentuk struktur gigi dan tulang

Iodium

Merupakan komponen pembentuk hormon T3 Garam, makanan laut


dan T4

Besi

Membentuk struktur hemoglobin,


oksidatif, sitokrom C, dan katalase

Magnesium

Membentuk struktur tulang dan gigi


Iritabilitas otot dan saraf

Air, makanan laut

enzim Hati, daging, kuning


telur, sayuran hijau
Biji-bijian,
daging, susu

kacang,

Kation intraseluler
Mangan

Berperan dalam aktivasi enzim


Metabolisme karbohidrat

Molibdenum

Komponen enzim santin oksidase

Sayuran
bijian

hijau,

biji-

Sayuran

Mobilisasi feritin dalam hati


Fosfor

Membantu pembentukan tulang dan gigi


Struktur nukleus dan sitoplasma sel

Kalium

Berperan dalam kontraksi otot

Susu, kuning telur,


kacang-kacangan
Tersebar luas

Hantaran impuls saraf


Keseimbangan cairan dalam tubuh
Selenium

Kofaktor glutation peroksidase

Sayuran, daging

Sulfur

Unsur pokok protein seluler

Makanan berprotein

Berperan dalam pembentukan melanin


Natrium

Berperan dalam menjaga tekanan osmotik

Garam, susu, telur

Menjaga keseimbangan asam basa


Seng

Unsur pokok enzim

Daging, susu, kacang

Makanan yang Mempengaruhi Kecerdasan


Mempunyai anak dengan tingkat kecerdasan yang tinggi merupakan dambaan setiap
orang tua. Untuk mendapatkan kecerdasan anak yang optimal sebaiknya orangtua
memperhatikan beberapa hal, yang pertama yaitu pemberian Asi eksklusif, kemudian
kecukupan zat gizi, lingkungan yang sehat dan nyaman serta suasana keluarga yang
harmonis. Berikut ini adalah 7 makanan yang baik untuk kecerdasan anak :
a. Ikan salmon yaitu sumber asam lemak omega-3-DHA and EPA- yang keduanya
penting bagi pertumbuhan dan perkembangan fungsi otak anak.
b. Telur, kuning telur padat kandungan kolin yaitu zat yang membantu perkembangan
daya ingat.
c. Kacang tanah, merupakan sumber vitamin E. Vitamin ini membantu otak dan sistem
saraf dalam penggunaan glukosa untuk kebutuhan energi.
d. Susu dan yoghurt, protein dan vitamin B tinggi yang terkandung di dalamnya sangat
penting untuk pertumbuhan jaringan otak, neurotransmitter dan enzim.
e. Daging sapi tanpa lemak, selain mengandung zat besi daging sapi juga dapat
memelihara daya ingat dan kecerdasan anak.
f. Gandum murni, serat pada gandum, dapat membantu mengatur pelepasam glukosa
dalam tubuh, selain itu juga mengandung vitamin B yang berfungsi memelihara
kesehatan sistem saraf. Gandum juga mempunyai kemampuan untuk mendukung
kebutuhan sediaan glukosa dari tubuh yang sifatnya konstan.
g. Strawberry, cherry, blueberry. Buah-buahan ini kaya antioksidan kadar tinggi,
khususnya vitamin C. Biji dari buah berry kaya asam lemak omega-3 yang sangat
penting untuk kecerdasan otak. Secara umum, semakin kuat warnanya, semakin
banyak nutrisinya.
Peranan dan Pengaruh Gizi dalam Perkembangan Inteligensi
Periode emas. Proses perkembangan otak anak terdiri dari serangkaian tahapan yang telah
dimulai sejak di dalam kandungan. Tepatnya, ketika kehamilan memasuki trimester ke-3.
Tahapan itu berlanjut setelah anak lahir dan perkembangan yang berlangsung hingga usia
2 tahun merupakan periode emas atau periode pacu tumbuh otak.
a. Pada usia 6 bulan, perkembangan otak anak mencapai 50%.
b. Pada umur 2 tahun melonjak hingga 75%.
c. Pada umur 5 tahun perkembangan otak mencapai 90%.
d. Pada umur 10 mencapai 99%.

Faktor genetik hanya berperan 30-40% dalam menentukan perkembangan otak dan
tingkat kecerdasan anak. Selebihnya, yang berperan adalah faktor lingkungan,
pemenuhan kebutuhan berbagai zat gizi yang diperlukan untuk menunjang proses
perkembangan
otak
anak.
DHA merupakan bahan baku pembentuk 60% asam lemak esensial otak, yang memiliki
fungsi penting, yaitu membentuk sel-sel saraf otak, melindungi serabut saraf otak, dan
memelihara fungsi otak serta indera penglihatan (terutama retina).
Dari berbagai kajian ilmiah menunjukkan bahwa kekurangan zat besi dapat menimbulkan
gangguan pertumbuhan serta sel otak. Kekurangan kadar Hb dalam darah dapat
menimbulkan gejala lesu, lemah, letih, lalai dan cepat capai. Akibatnya dapat
menurunkan prestasi belajar, olahraga dan produktifitas kerja serta menurunkan daya
tahan tubuh terhadap penyakit infeksi.

Kebutuhan gizi anak remaja


Masa remaja menurut WHO adalah antara 10 24 tahun, sedangkan menurut Monks
(1992) masa remaja berlangsung pada umur 12-21 tahun dengan pembagian masa remaja
awal (12-15 tahun), masa remaja pertengahan (15-18 tahun) dan masa remaja akhir (1821 tahun).
Faktor yang perlu diperhatikan untuk menentukan kebutuhan energi remaja adalah
aktivitas fisik. Remaja yang aktif dan banyak melakukan olahraga memerlukan asupan
energi yang lebih besar dibandingkan yang kurang aktif. Angka kecukupan gizi (AKG)
energi untuk remaja dan dewasa muda perempuan 2000-2200 kkal, sedangkan untuk lakilaki antara 2400-2800 kkal setiap hari. AKG energi ini dianjurkan sekitar 60% berasal
dari sumber karbohidrat. Makanan sumber karbohidrat adalah: beras, terigu dan hasil
olahannya (mie, spagetti, macaroni), umbi-umbian (ubi jalar, singkong), jagung, gula, dan
lain-lain.
1

Protein
Kebutuhan protein meningkat pada masa remaja, karena proses pertumbuhan yang
sedang terjadi dengan cepat. Pada awal masa remaja, kebutuhan protein remaja
perempuan lebih tinggi dibandingkan laki-laki, karena memasuki masa pertumbuhan
yang lebih cepat. Pada akhir masa remaja, kebutuhan protein laki-laki lebih tinggi
dibandingkan perempuan karena perbedaan komposisi tubuh. Kecukupan protein bagi

remaja 1,5-2,0gr/kgBB/hari. AKG protein remaja dan dewasa muda adalah 48-62 gr
per hari untuk perempuan dan 55-66 gr per hari untuk laki-laki.
2

Kalsium
Kebutuhan kalsium pada masa remaja relatif tinggi karena akselerasi muscular,
skeletal/kerangka dan perkembangan endokrin lebih besar dibandingkan masa anak
dan dewasa. Lebih dari 20% pertumbuhan tinggi badan dan sekitar 50% massa tulang
dewasa dicapai pada masa remaja. AKG kalsium untuk remaja dan dewasa muda
adalah 600-700 mg per hari untuk perempuan dan 500-700 mg untuk laki-laki.
Sumber kalsium yang paling baik adalah susu dan hasil olahannya. Sumber kalsium
lainnya ikan, kacang-kacangan, sayuran hijau, dan lain-lain.

Zat Besi
Kebutuhan zat besi pada remaja meningkat karena terjadinya pertumbuhan cepat.
Kebutuhan besi pada remaja laki-laki meningkat karena ekspansi volume darah dan
peningkatan konsentrasi haemoglobin (Hb). Setelah dewasa, kebutuhan besi
menurun. Pada perempuan, kebutuhan yang tinggi akan besi terutama disebabkan
kehilangan zat besi selama menstruasi. Hal ini mengakibatkan perempuan lebih
rawan terhadap anemia besi dibandingkan laki-laki. Perempuan dengan konsumsi besi
yang kurang atau dengan kehilangan besi yang meningkat, akan mengalami anemia
defisiensi besi.

Seng (Zink)
Seng diperlukan untuk pertumbuhan serta kematangan seksual remaja, terutama untuk
remaja laki-laki. AKG seng adalah 15 mg per hari untuk remaja dan dewasa muda
perempuan serta laki-laki.

Vitamin
Kebutuhan vitamin juga meningkat selama masa remaja karena pertumbuhan dan
perkembangan cepat yang terjadi. Karena kebutuhan energi meningkat, maka
kebutuhan beberapa vitamin pun meningkat, antara lain yang berperan dalam
metabolisme karbohidrat menjadi energi seperti vitamin B1, B2 dan Niacin. Untuk
sintesa DNA dan RNA diperlukan vitamin B6, asam folat dan vitamin B12,
sedangkan untuk pertumbuhan tulang diperlukan vitamin D yang cukup. Dan vitamin
A, C dan E untuk pembentukan dan penggantian sel.

Kebutuhan Gizi Bayi


1

Kalori : 100-120 per kilogram berat badan. Bila berat badan bayi 8 kilogram maka
kebutuhannya: 8 x 100 /120 = 800/960 kkal.

Protein : 1,5-2 gram per kilogram berat badan. Bila berat badan bayi 8 kilogram maka
kebutuhannya 8 x 1,5/2 = 12/16 : 4 = 3/4 gram.

Karbohidrat : 50-60 persen dari total kebutuhan kalori sehari. Bila kebutuhan kalori
sehari 800 kkal, maka 50%-nya = 400 : 4 = 100 gram

Lemak : 20 persen dari total kalori. Bila kebutuhan kalori sehari 800 kkal, maka 20%nya = 160 : 40 = 40 gram.

Kebutuhan gizi pada balita :


1

Gula & Garam


Jika anak sudah berusia di atas 1 tahun, batasi penggunaannya. Konsumsi garam
untuk balita tidak lebih dari 1/6 jumlah maksimum orang dewasa sehari atau kurang
dari 1 gram. Porsi makan anak juga berbeda dengan orang dewasa. Anak
membutuhkan makanan sumber energi yang lengkap gizi dalam jumlah lebih kecil
namun sering.

Kebutuhan Energi & Nutrisi


Bahan makanan sumber energi seperti karbohidrat, protein, lemak serta vitamin,
mineral dan serat wajib dikonsumsi anak setiap hari.

Susu Pertumbuhan
Susu sebagai salah satu sumber kalsium, juga penting dikonsumsi balita. Sedikitnya
balita butuh 350 ml/12 oz per hari.

Asupan makanan sehari untuk anak harus mengandung 10-15% kalori, 20-35%
lemak, dan sisanya karbohidrat. Setiap kg berat badan anak memerlukan asupan
energi sebanyak 100 kkal.

Asupan lemak juga perlu ditingkatkan karena struktur utama pembentuk otak adalah
lemak. Lemak tersebut dapat diperoleh antara lain dari minyak dan margarin.

Status gizi adalah keadaan kesehatan tubuh seseorang yang diakibatkan oleh konsumsi,
penyerapan dan penggunaan zat gizi makanan. Status ini merupakan tanda-tanda atau
penampilan seseorang akibat keseimbangan antara pemasukan dan pengeluaran zat gizi
yang berasal dari pangan yang dikonsumsi (Sunarti, 2004). Menurut Supariasa, dkk
(2001) menyatakan bahwa status gizi yaitu ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam
bentuk variabel tertentu atau perwujudan dari nutriture dalam bentuk variabel tertentu.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Status Gizi
1. Penyebab Langsung
Makanan dan penyakit dapat secara langsung menyebabkan gizi kurang. Timbulnya
gizi kurang tidak hanya dikarenakan asupan makanan yang kurang, tetapi juga
penyakit. Anak yang mendapat cukup makanan tetapi sering menderita sakit, pada
akhirnya dapat menderita gizi kurang.
2. Penyebab tidak Langsung
Ada 3 penyebab tidak langsung yang menyebabkan gizi kurang yaitu :
a. Ketahanan pangan keluarga yang kurang memadai. Setiap keluarga diharapkan
mampu untuk memenuhi kebutuhan pangan seluruh anggota keluarganya dalam
jumlah yang cukup baik jumlah maupun mutu gizinya.
b. Pola pengasuhan anak kurang memadai. Setiap keluarga dan mayarakat
diharapkan dapat menyediakan waktu, perhatian, dan dukungan terhadap anak
agar dapat tumbuh kembang dengan baik baik fisik, mental dan sosial.
c. Pelayanan kesehatan dan lingkungan kurang memadai. Sistem pelayanan
kesehatan yang ada diharapkan dapat menjamin penyediaan air bersih dan sarana
pelayanan kesehatan dasar yang terjangkau oleh setiap keluarga yang
membutuhkan.
Penilaian Status Gizi Anak Sekolah Dasar
1. Penilaian Status Gizi Secara Antropometri
Supariasa, dkk (2002), mendefenisikan antropometri adalah ukuran tubuh. Jika dilihat
dari tujuannya antropometri dapat dibagi menjadi dua yaitu : Untuk ukuran massa

jaringan : Pengukuran berat badan, tebal lemak dibawah kulit, lingkar lengan atas.
Ukuran massa jaringan ini sifanya sensitif, cepat berubah, mudah turun naik dan
menggambarkan keadaan sekarang. Untuk ukuran linier : pengukuran tinggi badan,
lingkar kepala dan lingkar dada. Ukuran linier sifatnya spesifik, perubahan relatif
lambat, ukuranya tetap atau naik, dapat menggambarkan riwayat masa lalu.
Parameter dan indeks antropometri yang umum digunakan untuk menilai status gizi anak
adalah indikator Berat Badan Menurut Umur (BB/U), Tinggi Badan Menurut Umur
(TB/U), Indeks Massa Tubuh menurut Umur (IMT/U) (Depkes RI, 2006).
a. Indeks Berat Badan Menurut Umur (BB/U)
Berat badan merupakan salah satu ukuran antropometri yang memberikan gambaran
tentang massa tubuh (otot dan lemak), karena massa tubuh sangat sensitif terhadap
perubahan yang mendadak misalnya karena penyakit infeksi, menurunnya nafsu
makan atau menurunya makanan yang dikonsumsi maka berat badan merupakan
ukuran antropometri yang sangat labil. Berdasarkan sifat-sifat ini, maka indeks berat
badan menurut umur (BB/U) digunakan sebagai salah satu indikator status gizi. Oleh
karena sifat berat badan yang stabil maka indeks BB/U lebih menggambarkan status
gizi seseorang pada saat kini (current nutritional status). Penggunaan indeks BB/U
sebagai indikator status gizi memiliki kelebihan dan kekurangan yang perlu mendapat
perhatian.
Kelebihan indeks BB/U yaitu : Dapat lebih mudah dan lebih cepat dimengerti oleh
masyarakat umum. Sensitif untuk melihat perubahan status gizi jangka pendek. Dapat
mendeteksi kegemukan (Over weight). Kelemahan dari indek BB/U adalah : Dapat
mengakibatkan interpretasi status gizi yang keliru bila terdapat udema. Memerlukan
data umur yang akurat. Sering terjadi kesalahan pengukuran misalnya pengaruh
pakaian, atau gerakan anak pada saat penimbangan. Secara operasional sering
mengalami hambatan karena masalah sosial budaya setempat. Dalam hal ini masih
ada orang tua yang tidak mau menimbangkan anaknya karena seperti barang
dagangan (Supariasa, 2002).
b. Indeks Tinggi Badan Menurut Umur (TB/U)
Tinggi badan merupakan ukuran antropometri yang menggambarkan pertumbuhan
skeletal. Pengaruh defisiensi zat gizi terhadap tinggi badan baru akan tampak pada
saat yang cukup lama. Kelemahan penggunaan indeks tinggi badan menurut umur
(TB/U) yaitu : Tidak dapat memberi gambaran keadaan pertumbuhan secara jelas.

Dari segi operasional, sering dialami kesulitan dalam pengukuran terutama bila anak
mengalami keadaan takut dan tegang (Jahari, 2002).
c. Indeks Massa Tubuh Menurut (IMT/U)
Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk menetapkan pelaksanaan perbaikan gizi
adalah dengan menentukan atau melihat. Komposisi tubuh mencakup komponen
lemak tubuh (fat mass) dan bukan lemak tubuh (non-fat mass) (Riyadi, 2004).
Pengukuran status gizi anak sekolah dapat dilakukan dengan indeks antropometri dan
menggunakan Indeks Massa Tubuh Menurut Umur (IMT/U) anak sekolah.
Rumus IMT :
IMT = BB (kg) : (TB (m) x TB (m))
Klasifikasi Status Gizi Berdasarkan Antropometri
Dalam penelitian status gizi, khususnya untuk keperluan klasifikasi diperlukan ukuran
baku (reference). Pada tahun 2009, Standar Antropometri WHO 2007 diperkenalkan oleh
WHO sebagai standar antopometri untuk anak dan remaja di dunia.
Indeks BB/U

Indeks TB/U

Indeks IMT/U

a. Normal : -2 SD s/d 2
SD
b. Kurang : -3 SD s/d < -2
SD
c. Sangat Kurang : < -3 SD

a. Normal : -2 SD s/d 2
SD
b. Pendek : -3 SD s/d < -2
SD
c. Sangat pendek : < -3 SD

a. Sangat gemuk : > 3 SD


b. Gemuk : > 2 SD s/d 3 SD
c. Normal : -2 SD s/d 2
SD
d. Kurus : -3 SD s/d < -2 SD
e. Sangat kurus : < -3 SD

AKG Remaja
Uraian

Perempuan

Laki laki

13- 15 th

16 19 th

20 - 45 th

13 - 15 16 - 19 th
th

20 - 45 th

Energi (kcal)

2100

2000

2200

2400

2500

2800

Protein (g)

62

51

48

64

66

55

Kalsium (mg)

700

600

600

700

600

500

Besi (mg)

19

25

26

17

23

13

Vit. A (RE)

500

500

500

600

700

700

Vit. E (mg)

10

10

10

Vit B1 (mg)

1,0

1,0

1,0

1,0

1,0

1,2

Vit C (mg)

60

60

60

60

60

60

Folat (mg)

130

150

150

125

165

170

L.I.3 Memahami dan Menjelaskan Fiqih Parenting


Menurut ajaran Islam, anak adalah amanah Allah dan tidak bisa dianggap sebagai harta
benda yang bisa diperlakukan sekehendak hati oleh orang tua. Sebagai amanah anak
harus dijaga sebaik mungkin oleh yang memegangnya, yaitu orang tua. Anak adalah
manusia yang memiliki nilai kemanusiaan yang tidak bisa dihilangkan dengan alasan apa
pun.
1. Anak mempunyai hak untuk hidup.
Allah berfirman:

Janganlah kamu membunuh anak anakmu karena takut miskin. Kami akan
memberikan rizqi kepadamu dan kepada mereka. ( QS. Al-Anam: 151)
Dari ayat tersebut sangat jelas bahwa orang tua mempunyai kewajiban agar anak tetap
bisa hidup betapapun susahnya kondisi ekonomi orang tua. Ayat itu juga memberi
jaminan kepada kita bahwa Allah saw pasti akan memberikan rizqi baik kepada orang
tua maupun sang anak, asalkan berusaha.
2. Menyusui
Wajib atas seorang ibu menyusui anaknya yang masih kecil, sebagaimana firman
Allah (QS AI Baqarah: 233)








{233}

Artinya: Para ibu hendaklah menyusui anak-anaknya selama 2 tahun penuh, yaitu
bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan.
Bayi yang memperoleh ASI akan mempunyai daya kekebalan tubuh yang lebih baik.
Seorang ibu diwajibkan untuk menyusui anaknya sampai 2 tahun penuh, kecuali ada
alasan yang dapat diterima oleh hukum Islam. Menyusui anak sampai dua tahun ini
akan menumbuhkan pengaruh positif terhadap sang anak baik secara fisik maupun
secara jiwani.
3. Memberi Nama yang Baik
Dari Abu Hurairah ra, Nabi saw bersabda, Sesungguhnya kewajiban orang tua
dalam memenuhi hak anak itu ada tiga, yakni: pertama, memberi nama yang baik
ketika lahir. Kedua, mendidiknya dengan al-Quran dan ketiga, mengawinkan ketika
menginjak dewasa. Berkenaan dengan nama-nama yang bagus untuk anak,
Rasulullah saw bersabda, Sesungguhnya kamu sekalian akan dipanggil pada hari
kiamat dengan nama-nama kamu sekalian, maka perbaguslah nama kalian.
(HR.Abu Dawud) Islam mengajarkan bahwa nama bagi seorang anak adalah sebuah
doa. Dengan memberi nama yang baik, diharapkan anak kita berperilaku baik sesuai
dengan namanya.

4. Mengaqiqahkan Anak
Menurut keterangan A. Hasaan aqiqah adalah; menyembelih kambing untuk (bayi)
yang baru lahir, dicukur dan diberi nama anak itu, pada hari ketujuhnya. Rasulullah
s.a.w. bersabda; Tiap-tiap seorang anak tergadai dengan aqiqahnya. Disembelih
(aqiqah) itu buat dia pada hari yang ketujuhnya dan di cukur serta diberi nama dia.
(Diriwayatkan oleh Ahmad dan Imam yang empat dan dishahihkan oleh At
Tirmidzy, hadits dari Samurah ).

5. Mendidik anak
Mendidik anak dengan baik merupakan salah satu sifat seorang ibu muslimah. Dia
senantiasa mendidik anak-anaknya dengan akhlak yang baik, yaitu akhlak
Muhammad dan para sahabatnya yang mulia. Mendidik anak bukanlah (sekedar)
kemurahan hati seorang ibu kepada anak-anaknya, akan tetapi merupakan kewajiban
dan fitrah yang diberikan Allah kepada seorang ibu.

Mendidik anak pun tidak terbatas dalam satu perkara saja tanpa perkara lainnya,
seperti mencucikan pakaiannya atau membersihkan badannya saja. Bahkan
mendidik anak itu mencakup perkara yang luas, mengingat anak merupakan
generasi penerus yang akan menggantikan kita yang diharapkan menjadi generasi
tangguh yang akan memenuhi bumi ini dengan kekuatan, hikmah, ilmu, kemuliaan
dan kejayaan. Seorang anak terlahir di atas fitrah, sebagaimana sabda Rasulullah
maka sesuatu yang sedikit saja akan berpengaruh padanya. Dan wanita muslimah
adalah orang yang bersegera menanamkan agama yang mudah ini, serta
menanamkan kecintaan tehadap agama ini kepada anak-anaknya.

6. Memberi makan dan keperluan lainnya


Dan kewajiban ayah memberi makan dan pakaian kepada para ibu dengan cara
maruf. Seseorang tidak dibebani melainkan menurut kadar kesanggupannya.
Janganlah seorang ibu menderita kesengsaraan karena anaknya dan seorang ayah
karena anaknya, dan warisan pun berkewajiban demikian. Rasulullah s.a.w.
bersabda;Cukup berdosa orang yang menyia-nyiakan (tanggung jawab) memberi
makan keluarganya. ( HR Abu Daud)

7. Memberi rizqi yang thayyib


Rasulullah s.a.w. bersabda; Kewajiban orang tua terhadap anaknya adalah
mengajarinya tulis baca, mengajarinya berenang dan memanah, tidak memberinya
rizqi kecuali rizqi yang baik. HR Al Hakim.

8. Mendidik anak tentang agama


Barang siapa mempunyai dua anak perempuan dan dia asuh dengan baik maka mereka
akan menyebabkannya masuk surga. ( HR Al Bukhary ). Mengenai kekhassan kaum
wanita, antara lain Rasulullah s.a.w. bersabda; Wanita itu bagaikan tulang rusuk.
Apabila anda biarkan begitu saja, dia akan tetap bengkok. Namun apabila anda
luruskan sekaligus, dia akan patah.
9. Mendidik anak untuk sholat

Rasulullah s.a.w. bersabda; Suruhlah anak anakmu sholat bila berumur tujuh tahun
dan gunakan pukulan jika mereka sudah berumur sepuluh tahun dan pisahlah tempat
tidur mereka (putra putri). Maksudnya, kewajiban mendidik anak untuk mengerjakan
sholat dimulai setelah anak berumur tujuh tahun. Bila telah berusia sepuluh tahun anak
belum juga mau mengerjakan sholat, boleh dipukul dengan pukulan ringan, yang
mendidik, bukan pukulan yang membekas atau menyakitkan.
10. Mendidik anak tentang adab yang baik
Islam mengutamakan pendidikan mental. Taqwa itu ada disini, kata Rasulullah
seraya menunjukkan kearah dadanya. Artinya hati manusia adalah sumber yang
menentukan baik buruknya perilaku seseorang.
11. Memberi pengajaran dengan pelajaran yang baik
Berkata shahabat Aly r.a.; Ajarilah anak anakmu. Sesungguhnya mereka diciptakan
untuk zaman yang berbeda dengan zamanmu.
12. Memberi pengajaran Al Quraan
Rasulullah s.a.w. bersabda;Sebaik baik kalian adalah barang siapa yang belajar Al
Qur aan dan mengajarkannya. Nabi s.a.w. bersabda; Ilmu itu ada tiga macam.
Selainnya adalah sekedar tambahan. Adapun yang tiga macam itu ialah; Ilmu tentang
ayat ayat ( Al Quraan) yang muhkamat, ilmu tentang Sunnah Nabi, dan ilmu tentang
pembagian warits. ( HR Ibnu Majah ).
13. Memberikan pendidikan dan pengajaran baca tulis
Rasulullah s.a.w. bersabda; Kewajiban orang tua terhadap anaknya adalah
mengajarinya tulis baca, mengajarinya berenang dan memanah, tidak memberinya
rizqi kecuali rizqi yang baik. HR Al Hakim.
14. Memberikan perawatan dan pendidikan kesehatan
Rasulullah s.a.w. bersabda; Jagalah kebersihan dengan segala usaha yang mampu
kamu lakukan. Sesungguhnya Allah SAW menegakkan Islam diatas prinsip
kebersihan. Dan tak akan masuk sorga kecuali orang yang memelihara kebersihan.
( HR At Thabarany ).
15. Memberikan pengajaran ketrampilan
Rasulullah s.a.w. bersabda; Sebaik baik makanan adalah hasil usaha tangannya
sendiri. Dalam sabdanya yang lain beliau mengatakan; Mengapa tidak kau ajarkan

padanya (anak itu) menenun sebagaimana dia telah diajarkan tulis baca? (HR AnNasai).

16. Memberikan kepada anak tempat yang baik dalam hati orang tua
Hilangkanlah rasa benci pada anak apa pun yang mereka lakukan, doakan dia selalu,
agar menjadi anak yang sholeh, santunilah dengan lemah lembut, sabarlah
menghadapi perilakunya yang tidak baik, hadapi segalanya dengan penuh kearifan,
jangan mudah membentak apalagi memukul tanpa alasan, tempatkan dia dengan
ikhlas pada hati, belailah dengan penuh kasih sayang nasehati dengan santun. Seorang
datang kepada Nabi s.a.w. dan bertanya; Ya Rasulullah, apakah hak anakku ini? Nabi
s.a.w. menjawab; Kau memberinya nama yang baik, memberi adab yang baik dan
memberinya kedudukan yang baik (dalam hatimu). ( HR At Tuusy )
17. Memberi kasih sayang
Kecintaan orang tua kepada anak tidak cukup dengan hanya memberinya materi baik
berupa pakaian, makanan atau mainan dan sebagainya. Tapi yang lebih dari pada itu
adalah adanya perhatian dan rasa kasih sayang yang tulus dari kedua orang tua.
Rasulullah s.a.w. bersabda; Bukanlah dari golongan kami yang tidak menyayangi
yang lebih muda dan (bukan dari golongan kami) orang yang tidak menghormati yang
lebih tua.(HR At Tirmidzi).
18. Menikahkannya
Bila anak telah memasuki usia siap nikah, maka nikahkanlah. Jangan biarkan
mereka terus tersesat dalam belantara kemaksiatan. Doakan dan dorong mereka
untuk hidup berkeluarga, tak perlu menunggu memasuki usia senja. Bila muncul
rasa khawatir tidak mendapat rezeki dan menanggung beban berat kelurga, Allah
berjanji akan menutupinya seiring dengan usaha dan kerja keras yang dilakukannya,
sebagaimana firman-Nya, Kawinkanlah anak-anak kamu (yang belum kawin) dan
orang-orang yang sudah waktunya kawin dari hamba-hambamu yang laki-laki
ataupun yang perempuan. Jika mereka itu orang-orang yang tidak mampu, maka
Allah akan memberikan kekayaan kepada mereka dari anugerah-Nya. (QS. AnNur:32)

Daftar Pustaka :

Harold Kaplan & Benyamin Sadock. (2008). Synopsis Psikiatri jilid 2. Jakarta.

Karisma.
Pedoman penggolongan Diagnosis Gangguan Jiwa edisi ke 5 (PPDGJ-V). 2005.

Departemen Kesehatan RI.


Soetjiningsih. (1995). Tumbuh Kembang Anak. Jakarta. EGC.
Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia, Pedoman Pelaksanaan

Manajemen Sekolah Khusus Tunanigra (SLB-C). (2008). Jakarta.


Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Pedoman Pemeriksaan Kemampuan

Fungsional Penyandang Cacat untuk Sekolah dan Melamar Kerja. (2009). Jakarta.
Nelson, Behrman, Kliegman, Arvin (1999). Ilmu Kesehatan Anak

jilid 1 Edisi 15. Jakarta. EGC.


Moersintowati. B, Narendra. (2008). Buku Ajar Tumbuh Kembang

Anak dan Remaja edisi 1. Jakarta. Sagung Seto.


Soekirman. (2000). Ilmu Gizi dan Aplikasinya. Jakarta. Departemen Pendidikan

Nasional.
Hurlock, E.B. (2007). Perkembangan Anak. Jilid 1. Jakarta. Gramedia.
Ibnul Qayyim Al-Jauziyah. (2000). Fiqih Bayi. Jakarta. Fikr Rabbani Group.
Phyllis A. Balch CNC, Prescription for Nutritional Healing, Avery; a member of

PENGUIN GROUP (USA), INC. (2000) New York.


Toback C. Mental Retardation in Psichological Handbook: A guidline for

pediatric health care provider, 1st. Ed. Exterpa Medica Co. Singapore, p 100-109.
http://tresno3semua.blogspot.com/2011/01/blog-post.html
http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/001523.htm

http://psychologyface.com/2011/06/mental-retardation

Anda mungkin juga menyukai