TINJAUAN PUSTAKA
atau dibawah rata-rata sejak masa perkembangan (sejak lahir atau sejak masa
adalah suatu keadaan perkembangan jiwa yang terhenti atau tidak lengkap, yang
misalnya kemampuan kognitif, bahasa, motorik, dan sosial. Retardasi mental juga
dapat terjadi dengan atau tanpa gangguan jiwa atau gangguan fisik lainnya
(Maslim, 2001).
tingkat gangguan intelektual, yaitu : ringan, sedang, berat dan sangat berat.
Retardasi mental ringan ini secara kasar setara dengan kelompok retardasi
yang dapat dididik (educable). Kelompok ini membentuk sebagian besar (sekitar
85%) dan kelompok retardasi mental. Pada usia prasekolah (0-5 tahun) dapat
8
9
dalam bidang sensorimotor, dan sering tidak dapat dibedakan dan anak yang tanpa
retardasi mental, sampai pada usia yang lebih lanjut. Pada usia remaja, mereka
(kelas 6 SD). Sewaktu masa dewasa, mereka biasanya dapat menguasai kecakapan
tekanan sosial atau tekanan ekonomi. Dengan bantuan yang wajar, penyandang
retardasi mental ringan biasanya dapat hidup sukses didalam masyarakat, baik
Retardasi mental sedang secara kasar setara dengan kelompok yang biasa
disebut: dapat dilatih (trainable). Kelompok individu dan tingkat retardasi ini
manfaat dan latihan vokasional, dan dengan pengawasan yang sedang dapat
mengurus atau merawat diri sendiri. Anak tersebut dapat memperoleh manfaat
dari latihan kecakapan sosial dan akupasional namun rnungkin tidak dapat
rnelampaui pendidikan akademik lebih dari tingkat dua (kelas dua SD). Mereka
mental. Selama masa anak-anak sedikit saja atau tidak mampu berkomunikasi
10
bahasa. Sewaktu usia sekolah mereka dapat belajar bicara dan dapat dilatih dalam
kecakapan mengurus diri yang sederhana. Sewaktu usia dewasa mereka dapat
melakukan kerja yang sederhana bila diawasi secara ketat. Kebanyakan dapat
kelompok retardasi mental. Pada sebagian besar individu dengan diagnosis ini
dilindungi.
Namun pada penelitian ini hanya khusus membahas tentang retardasi mental
ringan. Karena anak dengan retardasi mental ringan ini tidak mampu mengikuti
pada program sekolah biasa, namun ia masih memiliki kemampuan yang dapat
kemampuan yang dapat dikembangkan pada anak retardasi mental ringan, yaitu :
membaca, menulis, mengeja dan berhitung, dan menyesuaikan diri dan tidak
menggantungkan diri pada orang lain. Jadi, anak retardasi mental ringan ini
mampu dididik dan dapat dilatih secara minimal dalam bidang-bidang akademis,
lima dan dapat mempelajari keterampilan sederhana. Anak retardasi mental ringan
memiliki karakteristik fisik yang tidak jauh berbeda dengan anak normal tetapi
menjelaskan individu dengan retardasi mental ringan ini secara kasar setara
sampai sekitar 70. Pada usia prasekolah (0-5 tahun) mereka dapat
dalam bidang sensorimotor dan sering tidak dapat dibedakan dari anak yang tanpa
retardasi mental, sampai pada usia yang lebih lanjut. Pada anak usia remaja,
enam (kelas 6 SD). Sewaktu masa dewasa, mereka biasanya dapat menguasai
30% dari anak-anak yang cacat mental serius disebabkan oleh ketidaknormalan
genetik, seperti down syndrom, 25% disebabkan oleh cerebrum palsy, 30%
disebabkan oleh meningitis dan masalah prenatal sedangkan 15% sisanya belum
12
dapat disebabkan beberapa faktor diantara faktor genetik atau juga kelainan dalam
kromosom, faktor ibu selama hamil dimana terjadi gangguan dalam gizi atau
penyakit pada ibu seperti rubella, atau adanya virus lain atau juga faktor setelah
lahir dimana dapat terjadi kerusakan otak apabila terjadi infeksi seperti terjadi
genetik), dan mungkin juga tidak diketahui (retardasi mental simplex). Kedua-
duanya ini dinamakan juga retardasi mental primer. Retardasi mental sekunder
prenatal, perinatal atau postnatal (Maramis, 1994). Lebih lanjut dalam Maramis,
Yaitu retardasi mental yang disebabkan oleh kerusakan jaringan otak akibat
Rupadaksa sebelum lahir serta trauma seperti sinar X, bahan kontrasepsi dan
Pada kasus gangguan gizi berat dan berlangsung lama sebelum usia individu
karena rudapaksa atau keradangan) dan beberapa reaksi sel-sel otak yang nyata,
Keadaan ini biasanya sudah ada sejak sebelum lahir, namu tidak diketahui
G. Akibat prematurasi
Keadaan bayi yang lahir dengan berat badan kurang dari 2500 gram, panjang
kurang atau sama dengan 45 cm, lingkaran dada kurang dari 30 cm, lingkar kepala
kurang dari 33 cm. Masa gestasi kurang dari 37 minggu. Kepala relatif besar dari
pada badannya, kulit tipis transparan. Rambut biasanya tipis. Tulang rawan dan
daun telinga belum cukup sehingga elastisitas daun telinga masih kurang. Kondisi
ini menunjukkan bahwa organ-organ tubuh pada bayi premature belum terbentuk
secara sempurna sehingga keadaan bayi seperti ini dapat mengalami retardasi
mental.
Direktorat Kesehatan Jiwa Depkes RI tahun 1993 tercantum pada F70 sampai
dengan F79, dengan penjabaran, retardasi mental ringan bila menggunakan tes IQ
dengan baku yang tepat, angka IQ berkisaran antara 50 sampai 69. Ciri anak
retardasi mental ringan ini dalam pemahaman dan penggunaan bahasa cenderung
merawat diri sendiri dan mencapai ketrampilan praktis dan ketrampilan rumah
tangga, walau perkembangannya agak lambat dari anak normal. Secara umum
A. Karakteristik fisik anak tunagrahita ringan nampak seperti anak normal, hanya
menyesuaikan diri dilingkungan yang tidak terbatas pada keluarga saja, namun
15
Menurut jevuska (2010), latihan dan pendidikan yang diberikan kepada anak
C. Mengajarkan suatu keahlian (skill) agar anak itu dapat mencari nafkah kelak
Latihan anak-anak ini lebih sulit dari pada anak-anak biasa karena perhatian
mereka mudah sekali tertarik kepada hal-hal yang lain. Harus diusahakan untuk
alat permainan yang berwarna atau yang berbunyi, dan semuanya harus konkrit,
artinya dapat dilihat, didengar dan diraba. Prinsip-prinsip ini yang mula - mula
dipakai oleh Fiabel dan Pestalozzi, sehingga sekarang masih digunakan ditaman
meliputi :
B. Latihan sekolah, yaitu penting dalam hal ini ialah perkembangan sosial.
C. Latihan teknis, yaitu berikan sesuai dengan minat, jenis kelamin dan
kedudukan sosial.
D. Latihan moral, yaitu sejak kecil anak harus diberitahukan apa yang baik dan
apa yang tidak baik. Agar ia mengerti maka tiap-tiap pelanggaran disiplin
16
perlu disertai dengan hukuman dan tiap perbuatan yang baik perlu disertai
hadiah.
yaitu:
A. Pencegahan primer
perawatan prenatal yang baik, pertolongan persalinan yang baik, kehamilan pada
wanita adolesen dan diatas 40 tahun dikurangi dan pencegahan peradangan otak
pada anak-anak).
B. Pencegahan sekunder
C. Pencegahan tersier
atau dektrukstif.
Konseling kepada orang tua dilakukan secara fleksibel dan pragmatis dengan
tujuan antara lain membantu mereka dalam mengatasi frustrasi oleh karena
mempunyai anak dengan retardasi mental. Orang tua sering menghendaki anak
diberi obat, oleh karena itu dapat diberikan penjelasan bahwa sampai sekarang
17
belum ada obat yang dapat membuat anak menjadi pandai, hanya ada obat yang
dikenal dengan istilah koping. Koping dimaknai sebagai apa yang dilakukan oleh
Koping lebih mengarah pada yang orang lakukan untuk mengatasi tuntutan-
tuntutan yang penuh tekanan atau yang membangkitkan emosi. Atau dengan kata
lain, koping adalah bagaimana reaksi orang ketika menghadapi stres atau tekanan
yang paling sederhana dan realistis, berfungsi untuk membebaskan diri dari
masalah yang nyata maupun tidak nyata, dan koping merupakan semua usaha
secara kognitif dan perilaku untuk mengatasi, mengurangi, dan tahan terhadap
berhasil, maka orang tersebut akan dapat beradaptasi terhadap perubahan yang
koping individu tergantung dari tempramen, persepsi, dan kognisi serta latar
Menurut Safaria dan Saputra (2009) yang mengutip pendapat Lazarus (1984),
mengatakan bahwa ketika individu berhadapan dengan lingkungan yang baru atau
penilaian awal (primary appraisal) untuk menentukan arti dari kejadian tersebut.
Kejadian tersebut dapat diartikan sebagai hal positif, netral, atau negatif. Setelah
pemilihan strategi koping untuk penyelesaian masalah yang sesuai dengan situasi
yang dihadapinya.
19
Keputusan pemilihan strategi koping dan respon yang dipakai individu untuk
menghadapi situasi yang penuh tekanan tergantung dari dua faktor, yaitu faktor
pengalaman dari berbagai situasi dan dukungan sosial, serta seluruh tekanan dari
berbagai situasi yang penting dalam kehidupan. Dan faktor internal, yang
termasuk didalamnya adalah gaya koping yang biasa dipakai seseorang dalam
melakukan pemilihan strategi koping yang sesuai dengan situasi tekanan yang
dipakai, yaitu pertama apakah strategi koping yang berfokus pada permasalahan
ataupun pemilihan strategi koping untuk mengatur emosi. Dan kedua strategi
oleh situasi tekanan dari lingkungan maupun dapat mengatur hal-hal negatif,
belajar, dan mencapai tujuan. Kategorinya adalah berbicara dengan orang lain,
aktivitas konstruktif. Menurut Lazarus dan Folkman (1984, dalam Safaria dan
Saputra, 2009), pada dasarnya mekanisme koping ada dua macam yaitu problem-
focused coping dan emotional-focused coping, yaitu usaha yang kuat melalui
pemikiran dan perilaku untuk mengurangi atau mereduksi tekanan berat dari luar
apapun dan dari dalam diri sendiri sehingga dapat mencari solusi, yaitu :
Adalah suatu usaha untuk mengontrol respon emosional terhadap situasi yang
tidak mampu atau merasa tidak mampu mengubah kondisi yang stressful, yang
yang dicintai meninggal dunia, dalam situasi ini, orang biasanya mencari
dukungan emosi dan mengalihkan diri atau menyibukkan diri dengan melakukan
yaitu :
lain.
21
b. Distancing
c. Escape avoidance
d. Self control
e. Accepting responsibility
f. Positive reappraisal
Mencoba untuk membuat suatu arti positif dari situasi dalam masa
strategi ini apabila dirinya yakin akan dapat mengubah situasi (Smet, 1994).
22
coping telah sering digunakan, saat kita bernegosiasi untuk membeli sesuatu di
a. Confrontive coping
mencari solusi secara langsung terhadap masalah yang dihadapi. (Safaria dan
Saputra, 2009).
lain. Koping yang efektif menghasilkan adaptasi yang menetap yang merupakan
kebiasaan baru dan perbaikan dari situasi yang lama, sedangkan koping yang tidak
keinginan normatif dan dapat merugikan diri sendiri maupun orang lain atau
lingkungan.
McRae dan Costa (dalam Carver, Scheier & Weintraub 1989) memandang
diantaranya :
23
menekan atau kekecewaan yang dirasakan. Respon ini terkadang berfungsi bila
dan selanjutnya melangkah maju. Mencurahkan emosi pada taraf tertentu dapat
itu sendiri. Selain itu akan menganggu perhatian individu dari usaha koping yang
aktif.
2. Behavior disengagement
yang biasanya terjadi pada sebagian besar orang yang kurang tidak percaya bahwa
3. Mental disengagement
yang dialami. Jenis koping ini merupakan variasi dari behavior disengagement,
dan terjadi bila kondisi individu tidak memungkinkan untuk melakukan behavior
menonton TV, dsb, sebagai cara individu untuk melarikan diri dari masalah yang
dialami.
24
4. Alcohol-drug disengagement
koping, yaitu :
A. Kesehatan fisik
Kesehatan merupakan hal yang penting, karena selama usaha mengatasi stres
keyakinan akan nasib (external locus of control) yang mengerahkan individu pada
hasil yang ingin dicapai, dan pada akhirnya melaksanakan rencana dengan
D. Keterampilan sosial
laku dengan cara-cara yang sesuai dengan nilai-nilai sosial yang berlaku di
masyarakat.
E. Dukungan sosial
emosional pada diri individu yang diberikan oleh orang tua, anggota keluarga lain,
F. Materi
Meliputi sumberdaya berupa uang, barang, atau layanan yang biasanya dapat
dibeli.
kesimpulan, mekanisme koping dibagi menjadi dua menurut Stuart dan Sundeen
skor yang digunakan merupakan skor yang dibuat oleh peneliti sendiri.
Pendidikan anak dalam keluarga merupakan awal dan pusat bagi seluruh
menjadi hak dan kewajiban orang tua sebagai penanggung jawab yang utama
dalam mendidik anak-anaknya. Tugas orang tua adalah melengkapi anak dengan
kehidupan dengan sukses. Pola asuh pada dasarnya diciptakan oleh adanya
interaksi antara orang tua dan anak dalam hubungan sehari-hari yang berevolusi
karena orang tua tidak hanya mengajarkan dengan kata-kata tetapi juga dengan
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1999) kata pola berarti cara kerja,
bentuk (struktur yang tetap), sistem. Selanjutnya kata asuh atau mengasuh artinya
berdiri.
Pola asuh orang tua merupakan interaksi antara anak dan orang tua selama
kedewasaan sesuai dengan norma-norma yang ada dalam masyarakat. Pola asuh
orang tua adalah pola interaksi antara anak dengan orang tua yang termasuk
Pola asuh orang tua adalah pola perilaku interaksi yang digunakan orang tua
Berdasarkan uraian diatas jelas bahwa orang tua sebagai pengasuh dan
perilaku bagi anak-anaknya. Sikap, perilaku, dan kebiasaan orang tua sehari-hari
akan dilihat, dinilai, dan ditiru oleh anak-anaknya yang kemudian semua itu
secara sadar atau tidak sadar akan diresapi dan menjadi kebiasaan pula bagi anak-
orang lain. Walaupun tidak dapat disangkal bahwa faktor lingkungan juga
khususnya masa kanak-kanak sampai remaja, sebab pada masa itu mereka mulai
berpikir kritis.
Adalah pola asuh yang membatasi dan menghukum, dimana orang tua
mendesak anak untuk mengikuti arahan mereka dan menghormati pekerjaan dan
upaya mereka. Orang tua yang otoriter menerapkan batasan dan kendali yang
tegas pada anak dan meminimalisir perdebatan verbal. Pola asuh otoriter ditandai
dengan adanya aturan-aturan yang kaku dari orang tua. Kebebasan anak sangat
dibatasi, orang tua memaksa anak untuk berperilaku seperti yang diinginkannya.
Bila aturan-aturan ini dilanggar, orang tua akan menghukum anak, biasanya
28
hukuman yang bersifat fisik. Tapi bila anak patuh, orang tua tidak memberikan
hadiah karena dianggap sudah sewajarnya bila anak menuruti kehendak orang tua.
Menurut Danny I. Yatim dan Irwanto (1991) ciri-ciri orang tua yang berpola asuh
1. Suka menghukum
3. Amat berkuasa
7. Suka mendikte
9. Pelit pujian
Adalah pola asuh yang memprioritaskan kepentingan anak, akan tetapi tidak
dimungkinkan, dan orang tua bersikap hangat dan penyayang terhadap anak. Pola
asuh demokratis ditandai dengan adanya sikap terbuka antara orang tua dengan
belajar untuk dapat menanggapi pendapat orang lain. Dengan pola asuh ini, anak
yang dapat diterima oleh masyarakat. Hal ini mendorong anak untuk mampu
berdiri sendiri, bertanggung jawab dan yakin terhadap diri sendiri. Daya
anaknya untuk mampu berinisiatif. Menurut Danny I. Yatim dan Irwanto (1991)
3. Memberi tanggapan
Adalah pola asuh dimana orang tua sangat terlibat dengan anak, namun tidak
terlalu menuntut atau mengontrol mereka. Orang tua macam ini membiarkan apa
sendiri dan selalu berharap mendapatkan keinginannya. Pola asuh ini ditandai
dengan adanya kebebasan tanpa batas pada anak untuk berperilaku sesuai dengan
keinginannya sendiri. Orang tua tidak pernah memberi aturan dan pengarahan
pertimbangan orang tua. Anak tidak tahu apakah perilakunya benar atau salah
karena orang tua tidak pernah membenarkan atau menyalahkan anak. Akibatnya
anak berperilaku sesuai dengan keinginannya sendiri, tidak peduli apakah hal itu
sesuai dengan norma masyarakat atau tidak. Keadaan lain pada pola asuh ini
30
adalah anak-anak bebas bertindak dan berbuat. Sifat-sifat pribadi anak yang
permisif biasanya agresif, tidak dapat bekerjasama dengan orang lain, sukar
menyesuaikan diri, emosi kurang stabil, serta mempunyai sifat selalu curiga.
Menurut Danny I. Yatim dan Irwanto (1991) ciri-ciri orang tua berpola asuh
5. Kurang membimbing
7. Kurang tegas
9. Kurang komunikasi
Adalah pola asuh dimana orang tua sangat tidak terlibat dalam kehidupan
anak. Anak yang memiliki orang tua yang mengabaikan merasa bahwa aspek lain
kehidupan orang tua lebih penting daripada diri mereka. Anak-anak ini cenderung
tidak memiliki kemampuan mandiri. Mereka seringkali memiliki harga diri yang
rendah, tidak dewasa dan mungkin terasing dari keluarga. Dalam masa remaja,
dan sikap responsif disatu sisi serta tuntutan dan kendali disisi lain (Sacharin,
1996) :
Cara yang digunakan orang tua dengan memberikan aturan-aturan yang tegas
B. Sikap demokrasi
Orang tua menetapkan batas dan kontrol dengan bersikap mendukung anak
C. Tuntutan berprestasi
Suatu kewajiban yang harus dipenuhi anak untuk mendapatkan reward dari
orang tuanya
D. Kasih sayang
Kasih sayang sebagai sebuah ikatan psychobiology antara anak dengan orang
harus seseorang yang berkarakter lembut, hangat, dan memberikan rasa aman
berbeda. Entah itu latar belakang keluarga, lingkungan tempat tinggal ataupun
terjadinya pola asuh yang berbeda terhadap anak. Ada beberapa faktor yang dapat
mempengaruhi orang tua dalam memilih pola asuh (Hurlock, 1992), yaitu :
32
Usia orang tua muda (< 20 tahun) lebih memilih pola asuh permisif
Orang tua yang merasa bahwa pengalaman masa lalu, dimana telah dididik
dan diasuh dengan baik, maka mereka akan menggunakannya kepada anak-anak
mereka.
Orang tua yang pernah mengikuti pelatihan mengenai perawatan anak lebih
menggunakan pola asuh yang lebih demokratis dibandingkan orang tua yang tidak
anaknya.
Orang tua menengah kebawah cenderung lebih keras dan lebih memaksa dan
Orang tua yang memiliki konsep tradisional mengenai peran orang tua
modern.
I. Usia anak
Pola asuh otoriter lebih banyak digunakan untuk mendidik anak pada masa
kanak-kanak.
J. Situasi
oleh orang tua dengan lebih ringan dan tidak pernah diberi hukuman.
Menurut Gunarsah (2006), dalam mengasuh dan mendidik anak, sikap orang
Yang berhubungan erat dengan pola asuh ataupun sikap orang tua mereka.
Biasanya dalam mendidik anaknya, orang tua cenderung untuk mengulangi sikap
atau pola asuh orang tua mereka dahulu apabila hal tersebut dirasakan
atau pola asuh orang tua mereka bila tidak dirasakan manfaatnya.
34
Misalnya : orang tua yang selalu cemas dapat mengakibatkan sikap yang
mereka, atau segi rohani dan lain-lain. Hal ini tentunya akan berpengaruh pula
diantaranya adalah :
A. Sosial ekonomi
Orang tua yang berasal dari kelas sosial ekonomi menengah cenderung lebih
bersifat hangat dibandingkan orang tua yang berasal dari sosial ekonomi rendah
mereka. Orang tua dengan sosial ekonomi menengah lebih menekankan pada
menunda keinginan, bekerja untuk jangka panjang dan kepekaan anak dalam
hubungannya dengan orang lain. Orang tua dari golongan ini lebih bersikap
B. Tingkat pendidikan
persamaan hak antara orang tua dengan anak yang cenderung berkepribadian
35
tinggi. Orang tua dengan latar belakang pendidikan yang tinggi dalam praktek
mengenai perkembangan anak dalam mengasuh anak mereka menjadi lebih siap
dalam memiliki latar belakang pengetahuan luas. Sedangkan orang tua dengan
C. Jumlah anak
Orang tua yang hanya mempunyai dua atau tiga anak akan menunjukkan pola
asuh otoriter, dengan digunakannya pola asuh ini orang tua beranggapan dapat
dianut oleh banyak orang tua dengan latar belakangnya budaya barat, sedangkan
pada budaya timur orang tua masih menghargai kepatuhan anak (Petranto, 2006).
yang mempengaruhi pola asuh orang tua antara lain hubungan orang tua dan anak,
sikap penolakan orang tua, figur orang tua, ketergantungan berlebihan terhadap
orang tua, pengalaman masa lalu, kehidupan perkawinan orang tua, tingkat sosial
Menurut Iswantini (2002) dalam (Setianingsih, 2007) pola asuh orang tua
D. Perhatian, tingkat kepedulian orang tua terhadap aktivitas dan kehendak anak.
C. Komunikasi anak dan orang tua, kurangnya komunikasi anak dan orang tua
yaitu orang tua tidak menanyakan bagaimana pendapat dan perasaan anak bila
D. Kasih sayang, yaitu tidak adanya kehangatan, cinta, perawatan dan perasaan
prestasi anak.
pola asuh orang tua antara lain peraturan, hukuman, hadiah, perhatian dan
tanggapan. Adapun aspek-aspek yang digunakan sebagai indikator alat ukur untuk
37
mengungkap pola asuh orang tua dalam pada penelitian ini mengacu pada
yang berlebihan pada anak, tuntutan kedewasaan yang berupa tekanan, kurangnya
komunikasi dan kasih sayang. Kecenderungan pola asuh orang tua yang dinilai
2.4 Hubungan Mekanisme Koping Dengan Pola Asuh Orang Tua Anak
Retardasi Mental
menyesuaikan diri untuk menghadapi suatu perubahan yang terjadi. Setiap orang
atau stress secara efektif dan dapat meminimalkan masalah-masalah yang dialami.
Sering kali reaksi-reaksi orang tua terhadap anak yang mengalami retardasi
kasih sayang kepada anak yang mengalami retardasi mental ini akan membantu
anak dalam meningkatkan kepercayaan diri dan mampu menyesuaikan diri dengan
lingkungan. Orang tua dalam pola asuhnya harus dapat menciptakan relasi atau
hubungan sehat dengan anak dan menyediakan kebutuhan fisik, serta keamanan
bagi anak sehingga tercipta keluarga yang harmonis. Orang tua menyadari bahwa
38
perkembangan jiwa anak. Dengan demikian pola asuh orang tua terhadap anak
retardasi mental sangat penting diperhatikan. Pola asuh adalah bentuk perilaku
yang diterapkan orang tua untuk berhubungan dengan anak yang meliputi
pada orang tua yang memiliki anak Down Syndrome di SDLB Negeri 107708
digunakan oleh orang tua yang memiliki anak Down Syndrome mayoritas
koping adaptif (positif) memang sangat diperlukan oleh orang tua dalam mendidik
anaknya. Penelitian lainnya oleh Suriyani (2012), mengenai hubungan pola asuh
orang tua dengan tingkat prestasi akademik anak retardasi mental ringan di
pola asuh otoriter dan permisif lebih berpengaruh positif dibandingkan dengan
pola asuh demokratis terhadap tingkat prestasi akademik. Namun pola asuh yang
digunakan masih dalam batas-batas yang masih ditolerin oleh anak dan tidak
mengakibatkan efek negatif bagi prestasi belajar anak, atau dapat diartikan bahwa
pola asuh otoriter yang diterapkan pada anak retardasi mental dapat diterima anak
kedisiplinan belajar.